Chapter 3
Andrea membuka matanya dan merasa bingung, kamar ini bukan kamarnya. Kamar ini begitu indah dengan nuansa putih dan keemasan, dan dia sama sekali tidak mengenalnya....
Dia semakin mengernyit ketika merasakan lengan kekar yang berat,melingkar di pinggangnya,
Lengan seorang lelaki?
Andrea berjingkat hendak duduk, tetapi lengan lelaki itu menahannya.Lembut tetapi dominan.
Sedetik Andrea merasa sangat ketakutan, tetapi lengan itu bergerak naikdan jemarinya membelainya dengan lembut... lembut dan menggoda.... salah satu ujung jemari lelaki itu menelusuri permukaan lengan Andrea dengan sentuhanseringan bulu, kemudian kepala lelaki itu menunduk dan menghadiahkan sebuah kecupan di pelipis Andrea.
Andrea mengernyit, berusaha melihat wajah lelaki itu, tetapi suasana kamar yang temaram membuat wajahnya samar-samar. Tiba-tiba saja tubuh lelaki itu sudah menindihnya, dan kemudian dengan gerakan mulus yang menggoda,seolah-olah dia sudah melakukan ratusan kali kepadanya, lelaki itu meluncurkan kejantanannya yang menegang keras dan panas, memasuki diri Andrea.
Andrea terkesiap sekaligus merasakan nikmat yang luar biasa, kenikmatan yang sangat lamadirindukannya, kenikmatan ketika tubuhnya menyatu dengan lelaki itu, merasakansensasi panas yang nikmat menjalari seluruh tubuhnya, kakinya dengan reflek melingkari pinggul lelaki itu sekuatnya, mendorong lelaki itu membenamkan dirinya semakin dalam ke dalam ke dalam dirinya.
Lelaki itu mengerang, erangan yang dalam dan parau, lalu menggerakkan tubuhnya, membuat Andrea terkesiap lagi ketika kenikmatan yang dalam itu menghujam tubuhnya, gerakan lelaki itu semakin cepat dan semakin menggoda,membuat tubuh Andrea semakin panas dan napasnya terengah.
Ada sesuatu yang akan meledak di dalam tubuhnya, seperti ombak bergulung semakin lama semakin cepat, napas Andrea semakin terngah panas, dan gerakan lelaki itu semakin cepat, semakin intens dan dalam, membawa Andrea semakin cepat menuju pelepasannya.
Andrea mengerang, merasakan kenikmatan itu meledak ke dalam tubuhnya,jemarinya mencengkeram punggung telanjang lelaki itu kuat-kuat. Punggung basah lelaki itu melengkung dibarengi dengan erangan dalamnya, ketika dia menenggelamkan dirinya semakin dalam dan menikmati pelepasannya sendiri, yang terasa begitu panas, menyirami tubuh Andrea, jauh di dalam sana.
Napas mereka terengah-engah. Lelaki itu masih menindih tubuhnya,sementara Andrea masih terbuai oleh sensai nikmat yang melingkupinya, sensai nikmat setelah orgasmenya yang luar biasa.
Lelaki itu lalu mengecup pelipisnya lagi, kemudian berbisik pelan ditelinganya, bisikan lembut yang seolah-olah dihembuskan dari kegelapan,
“Apakah engkau merindukanku, Andrea?”
........
Andrea terkesiap kaget dan langsung terduduk. Dia membuka matanyalebar-lebar dengan napas terengah-engah dan tubuh berkeringat.
Dia berada di kamarnya sendiri, yang gelap dan temaram karena masih dini hari... dan dia sendirian.
Mimpi itu tadi... Andrea menghela napas panjang. Oh Astaga, kenapa dia bermimpi erotis seperti itu? Bercinta dengan lelaki yang tidak dikenalnya...dan sekarang dia merasakan pangkal pahanya lembab dan basah.... pipi Andre aterasa panas sehingga dia merasa perlu menekannya dengan jemarinya.
Apakah dia menyimpan pikiran kotor di benaknya? Sehingga tanpa sadar pikiran kotor itu termanifestasi di dalam mimpinya. Oh astaga... Andrea merasa malu sekali.
Tetapi mimpi tadi terasa begitu nyata... dan bahkan masih meninggalkan jejak kenikmatan di dalam dirinya...
Tiba-tiba Andrea merasa haus, dia melangkah berdiri dan berjalan denganhati-hati ke dapur, mengambil segelas air dari dispenser dan menegukkanya dengan rakus. Tubuhnya masih terasa menggelenyar, tak tahu kenapa.
Suara lelaki itu masih membayang jelas dalam mimpinya, serak dan menggoda dengan logat yang aneh dan khas.....
Ya ampun, Andrea harus membuang pikiran-pikiran itu. Mungkin ini hanyalah manifestasi dari alam bawah sadarnya yang merindukan romansa.
Andrea mengisi gelasnya lagi kemudian meneguknya sampai habis, setelah itu dia termenung dalam kegelapan..
***
Ketika sedang jam istirahat di kantor, Andrea membuka-buka beberapaArtikel menyangkut mimpi erotis yang dialami wanita. Ada sebuah artikel yang menarik perhatiannya. Bahwa kadangkala perempuan juga mengalami mimpi erotisakibat dorongan alam bawah sadarnya, hampir sama seperti mimpi basah padalaki-laki, hanya kalau mimpi basah pada laki-laki diakibatkan oleh pembuangansecara otomatis jumlah sperma yang seharusnya memang dikeluarkan secaraberkala, mimpi erotis pada perempuan diakibatkan oleh pelepasan ketegangan seksual yang lama tak tersalurkan.
Andrea mengernyit dan membaca artikel itu semakin dalam.
===Pernahkah anda mengalami mimpi erotis? Para psikoanalisa percaya bahwa mimpierotis itu sesungguhnya adalah refleksi dari apa yang kita kagumi dan kitarasakah dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ketika kita merasa suka ataurindu kepada seseorang, maka otomatis orang itu akan hadir dalam mimpi kita.Ketika kita mengalami mimpi erotis maka imajinasi kita sedang terstimulasi,atau menurut Sigmund Freud, otak kita sedang menciptakan skenario untukmemuaskan hasrat dan gairah bawah sadar. Jika mimpi erotis anda melibatkanpenetrasi seksual, itu berarti dalam kehidupan nyata anda kurang mengalaminyaatau libido anda kurang mendapatkan pelampiasan. Pada kebanyakan kasus, mimpierotis adalah hal yang alami, bahkan perlu untuk memenuhi kebutuhan psikologissebagai manusia. ===
Andrea menghela napas panjang dan mengulang membaca baris demi baris.Pipinya memerah ketika memahami bahwa mimpi erotisnya kemungkinan karenalibidonya kurang mendapatkan pelampiasan.... astaga... apakah dia mempunyai gairah yang tinggi tanpa sadar?
Selama ini seks tidak pernah menjadi hal penting dalam kehidupan Andrea,dia terlalu sibuk untuk memikirkan seks, karena itulah mimpinya yang semalamterasa aneh baginya, begitu jelas, begitu eksplisit. Lagipula kenapa dia bermimpi bercinta dengan pria asing? Di artikel itu dikatakan kalau biasanya mimpi kita menyangkut orang yang kitasukai atau orang yang kita rindukan. Bukankah kalau dia memang akan bermimpi erotis partnernya adalah Eric?
Pipi Andrea langsung memerah dan terasa panas, dia merindukanEric...lelaki itu sudah keluar kota dari dua hari yang lalu dan jarang memberikan kabar, Andrea menahan diri untuk tidak menghubungi ponsel Eric terusmenerus... tetapi memang kadangkala dia bertanya-tanya bagaimana kabar Eric,bagaimana kabar saudaranya yang sedang sakit itu, dan kenapa Eric jarangmenghubunginya....
Sebuah tepukan di bahunya membuatnya menoleh dan tersenyum, Sharon berdiri di belakangnya sambil mengangkat alis melihat layar komputer Andrea,
“Mimpi erotis?” suaranya tampak menahan tawa hingga Andrea setengah membalikkan tubuhnya dan memukul lengan sahabatnya itu supaya tidak menarik perhatian. Dengan malu Andrea menutup halaman artikel itu dan menyiapkan diri,Sharon pasti akan banyak bertanya. Sahabatnya itu tak akan puas kalau belum mengejar informasi tentang hal yang sekecil-kecilnya.
“Kau bermimpi erotis?” Sharon menarik kursi beroda dari meja sebelah yang kosong, saat ini jam istirahat dan banyak yang makan di luar sehingga suasana lengang. Syukurlah. Kalau tidak Andrea akan merasa sangat malu ketika Sharon memekikkan kata ‘mimpi erotis’ tadi.
Andrea menatap Sharon dengan pipi merona, “Aku tidak pernah mengalaminyasebelumnya.” Bisiknya pelan.
Sharon terkekeh, “Jangan bersikap seolah-olah itu dosa besar Andrea,wanita normal boleh-boleh saja mengalami mimpi erotis.”
“Tetapi aku tidak pernah berpikiran jorok sebelumnya, dan aku bermimpidengan orang asing...”
“Kadang aku juga bermimpi berpasangan dengan artis-artis bule yang kekardan tampan.” Sharon memutar bola matanya, “Mimpi itu adalah kebebasanimaginasi, kita tidak bisa mengaturnya Andrea.”
“Kau mengalaminya juga?” Andrea menatap Sharon penuh ingin tahu, membuat Sharon tertawa.
“Kadang-kadang.” Gumamnya sambil mengedipkan mata, membuat Andrea makinpenasaran.
Andrea membuka mulutnya untuk bertanya lagi, tetapi ekspresi Sharonberubah serius dan mengalihkan pembicaraan,
“Apakah kau tahu tentang bos besar yang akan datang?”
“Bos besar?” kali ini Andrea merasa bingung, dia sama sekali tidakpernah tahu informasi ini.
“Memang tidak disebarkan, aku tahu ketika mendampingi pak Jimmy meeting bersama direksi kemarin, mereka membahas akan kedatangan bos baru dari kantor pusat untuk meninjau selama beberapa waktu.”
Perusahan mereka adalah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Jerman. Salah satu pemegang saham terbesar adalah pemegang tertinggi perusahaan dari indonesia dari keluarga Marcuss. Dan perusahaan tempat Andrea bekerja adalah kantor cabang yang berlokasi di luar kota.
Andrea pernah mendengar kalau Damian Marcuss, seorang pengusaha yang sangat disegani karena naluri bisnisnya yang selalu membawanya dalam kesuksesan, adalah orang nomor satu di perusahaan mereka di Indonesia.
“Apakah Damian Marcuss yang terkenal itu yang akan datang?” Hati Andrea berdegup kencang, meskipun lelaki itu adalah bos tempat di perusahaan tempat dia bekerja, tetapi Andrea tidak pernah melihatnya secara langsung, dia hanya pernah melihatnya di artikel-artikel bisnis, yang menceritakan betapa jeniusnya Damian Marcuss, dan dalam fotonya dia tampak sangat tampan meskipun usianyasudah setengah baya. Andrea mengagumi Damian Marcuss apalagi dari artikel yangdibacanya, dia tahu bahwa lelaki itu adalah seorang family man, yang sangat setia kepada keluarganya.
Tetapi ternyata Sharon menggelengkan kepalanya, “Bukan sang ayah yangakan datang, tetapi sang anak.”
“Sang anak?” Andrea mengernyitkan keningnya.
“Ayolah Andrea, masak kau tidak pernah mendengar tentang Romeo Marcuss?”
Romeo Marcuss. Sang pangeran dalam dinasti keluarga yang terkenal itu. Andrea tahu,bahwa lelaki itu digambarkan sangat tampan seperti malaikat. Tetapi seperti nyasikapnya tidak setampan wajahnya. Lelaki itu dalam semua artikel digambarkan sangat kejam, keras kepala dan angkuh luar biasa, jauh sekali dari ayahnya yang terkesan bijaksana.
“Aku harus ke salon dan meng highlight rambutku.” Sharon menepuk-nepuk rambutnya sambil tertawa, “Bayangkan bos yangs etampan itu mengunjungi kantor cabang kita.”
Andrea tersenyum miris, “Ku dengar dia seorang playboy.”
“Tentu saja. Lelaki setampan itu haruslah menjadi playboy.” Sharonter kekeh geli, “Meskipun aku kurang yakin dia akan melirik pegawai-pegawai seperti kita mengingat pergaulannya di kalangan jet set. Tetapi setidaknya aku akan berusaha.” Sharon bergumam ringan lalu berdiri dari kursi putarnya, “Makan yuk, jam istirahat sudah hampirhabis, aku lapar.”
Andrea menganggukkan kepalanya, mengikuti langkah Sharon menju kantin kantor.
***
Ternyata malam ini Andrea harus lembur. Dia menghela napas panjang sambil berkali-kali menengok ke arah kiri, tempat dimana bus yang ditunggunya seharusnya muncul. Seharusnya bus itu sudah datang setengah jam yang lalu.Tetapi ini sudah hampir jam sepuluh malam dan bus itu belum tampak juga.
Suasana di halte bus itu gelap dan menakutkan, membuat Andrea merasa tidak nyaman. Dia memeluk tubuhnya sendiri ketika hawa dingin menerpanya,membuat bulu kuduknya merinding. Udara semakin dingin ketika rintik-rintik hujan mulai turun. Membuat Andrea semakin cemas. Dia bisa saja menunggu taxi.Tetapi bahkan di malam yang senyap ini tidak ada taxi lewat, sementara pengendara kendaraan hanya lalu lalang dengan jarang, sepertinya malam yang dingin dan hujan rintik-rintik membuat orang malas keluar rumah.
Lalu dari sudut matanya Andrea menangkap segerombolan orang berjalan kearahnya, ketika semakin dekat, Andrea cemas karena itu adalah segerombolanpemuda dengan dandanan tidak jelas, tindik di sana sini dan tato yang menghiasibagian-bagian tubuh. Andrea beringsut mulai merasa tidak nyaman.
Dia hendak melangkah pergi ketika seorang lelaki dari gerombolan itumenyadari apa yang akan dia lakukan dan tiba-tiba memutuskan menghalangijalannya. Andrea di hadang dari semua sisi, membuatnya bersikap defensif denganmemeluk tasnya di dadanya,
“Mau kemana nona malam-malam begini?” lelaki dengan tindik di hidung yaitu menatapnya dengan tatapan melecehkan, “Kau tidak mau menemani kami dulu?”
Andrea memelototkan matanya, berusaha tampak galak dan marah, dia hendak melangkah maju, tetapi lelaki itu menghalangi semua jalannya sambil tersenyum melecehkan. Teman-temannya di belakang Andrea tampak terkekeh menertawakan.
Andrea merasa takut, panik dan takut, gerombolan lelaki itu ada kira-kira tujuh orang. Suasana sangat sepi dan lalu lalang kendaraan sanga tjarang, kepada siapa dia bisa meminta tolong? Lagipula semua lelaki ini tampak jahat, bahkan ada beberapa yang menatap bagian-bagian tubuhnya dengan nafsuyang tidak disembunyikan.
“Nah Nona... lagipula kau kan tidak bisa kemana-mana, ayo kau temani kami saja.” Lelaki yang sepertinya pemimpin gerombolan itu tiba-tiba mencekal tangannya dengan kasar, membuat Andrea menjerit dan berusaha melepaskan cekalan tangan itu.
Semuanya tertawa melihat tingkah dan jeritan Andrea, seolah-olah menikmati melihat wanita meronta dan ketakutan.
“Lepaskan dia.”
Sebuah suara dingin yang begitu tenang tiba-tiba saja terhembus dari kegelapan. Nadanya begitu intens dan mengancam, sehingga sang pemimpin gerombolan yang sedang mencekal tangan Andrea tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
Mereka semua menoleh, begitupun Andrea , dan menemukan seorang lelaki bertubuh tinggi memakai mantel hitam yang membungkus tubuhnya, membuat kesan angkernya makin terasa, wajah lelaki itu tidak jelas karena tertutupbayang-bayang kegelapan dari pohon besar di samping dia berdiri.
“Bung! Carilah mangsa sendiri, jangan ambil gadis kami, kami yang menemukannya duluan.” Lelaki pemimpin gerombolan itu rupanya memutuskan untuk menantang. Membuat Lelaki misterius bermantel hitam itu melangkah maju danketika mendekat, ekspresi wajahnya yang kejam rupanya berhasil membuat lelaki pemimpin gerombolan itu kecil hati karena pegangannya di lengan Andrea agak mengendor.
“Lepaskan tangan kotormu dari perempuanku.” Lelaki misterius bermantel hitam itu bahkan tidak membentak, dia hanya mendesis pelan dan penuh ancaman.Tetapi bahkan Andrea yang bukan menjadi pusat ancaman lelaki itu merasamerinding ketakutan.
Demikian halnya pula dengan lelaki pemimpin gerombolan itu dan teman-temannya. Pada awalnya sepertinya dia memutuskan untuk melawan, tetapi entah kenapa kemudian dia memutuskan untuk menyerah, dilepaskannya cengkeraman tangannya di lengan Andrea dengan kasar,
“Silahkan ambil kalau kau mau!” serunya kasar, lalu terbirit-birit melangkah pergi diikuti oleh gerombolannya.
Andrea menarik napas lega melihat gerombolan itu menjauh, dia memijit pergelangan tangannya yang tadi dicengkeram dengan kasar, rasanya sakit dans epertinya akan memar.
“Kau tidak apa-apa?” Nada suara lelaki itu tenang, membuat Andrea mendongakkan kepalanya seketika dan langsung bertatapan dengan mata cokelat yang gelap dandalam. Lelaki di depannya sangat tampan dan jelas-jelas bukan orang sini,tetapi dia sangat fasih mengucapkan kata-kata dalam bahasa sini, hanyamenyisakan sedikit logat yang malahan menimbulkan kesan misterius yang seksi.
Seksi? Andrea menggeleng-gelengkan kepalanya, ada apa dengan otaknya.Kenapa satu hari ini dia selalu menghubungkan segalanya dengan hal-hal mesum?Tetapi dia teringat apa yang dikatakan lelaki itu, dia tadi menyebut Andrea sebagai ‘perempuanku’ sungguh kata-kata yang menyiratkan arti dominan dan kepemilikan seorang lelaki, dan itu terasa sangat seksi ketika diucapkan.Andrea menghela napas panjang, tentu saja Andrea tahu bahwa lelaki itu tidak sungguh-sungguh dengan perkataannya, mungkin lelaki itu hanya ingin menegaskan maksudnya dan menggertak pemimpin gerombolan itu.
“Saya tidak apa-apa, terimakasih.” Andrea memutuskan bahwa lelaki inibukan lelaki jahat, dia tidak berusaha mendekati Andrea dan hanya menatapnya dari sudut yang agak jauh, “Kalau tidak ada anda yang membantu saya, saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada saya tadi.”
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, “Bukankah cukup berbahaya berdiri sendirian di sini saat sudah larut malam?”
Andrea tersenyum menyesal, “Ada pekerjaan lembur di kantor yang memaksasaya pulang paling malam dibandingkan yang lain... bus yang saya naiki biasanya sudah muncul beberapa waktu lalu, tetapi entah kenapa bus itu tidak datang...mungkin saya sekarang akan naik taxi.”
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, “Pastikan kau menaiki taxi yang aman.” Dia lalu berdiri sejajar dengan Andrea, “Aku akan menunggu di sini sampai kau mendapat taxi.”
“Oh.” Andrea menatap lelaki itu dengan terkejut, meski ada kelegaan yang tidak bisa ditekannya ketika mengetahui lelaki itu akan menungguinya.Setidaknya dia bisa menunggu taxi dengan rasa aman dan tidak was-was kalua lelaki itu berdiri di sebelahnya. “Anda tidak perlu melakukan itu, mungkin ada keperluan lain yang lebih penting yang harus anda lakukan.” Gumam Andrea berbasa basi.
Lelaki itu menampakkan senyum tipis di kegelapan, “Tidak ada kegiatan lain yang lebih penting yang perlu kulakukan.”
“Oh.” Andrea terdiam, kehabisan kata-kata, “Kalau begitu terimakasih.”
“Sama-sama.” Jawab lelaki itu datar, dan entah kenapa ada senyum tersembunyi di sana.
Mereka berdua berdiri dalam keheningan.... entah berapa lama karena tidak ada taxi yang lewat. Rintik-rintik hujan semakin besar menerpa mereka,membuat mereka memundurkan langkahnya ke dalam naungan atap halte, mencobamelindungi kepala mereka, meskipun tubuh mereka tetap saja terkena terpaan airhujan. Andrea memeluk tubuhnya lagi dengan lengannya untuk melindunginya dari udara dingin yang menggigit, dan lelaki itu sepertinya menyadari kedinginan Andrea, karena tiba-tiba dia melepaskan mantel hitamnya yang tebal danmeletakkannya dengan lembut di bahu Andrea,
“Ini akan membuatmu hangat.” Gumam lelaki itu lembut.
Andrea mendongakkan kepalanya, menatap mata lelaki itu, “Tapi kau akan kebasahan dan kedinginan.”
“Aku seorang laki-laki, aku lebih kuat.” Lelaki itu tersenyum lagi, kali ini lebih lebar, menciptakan perpaduan wajah yang sangat mempesona. Andrea baru menyadari betapa tampannya lelaki yang berdiri di sebelahnya ini, tulang rahangnya kokoh dan keras, dengan bibir tipis yang sedikit lancip di ujungnya,dan matanya tampak begitu tajam dan gelap, dilindungi oleh bulu mata panjangyang tak kalah gelap.
“Terimakasih.” Bisik Andrea kemudian, tidak tahu lagi harus mengucapkan apa. Dia melihat lelaki itu menganggukkan kepalanya sambil lalu.
Dan kemudian mereka berdiri dalam keheningan lagi, dengan rintik hujanyang semakin deras menerpa mereka, tetapi kali ini ada kehangatan beraroma kayu-kayuan dan musk yang samar-samar... sepertinya berasal dari parfum lelaki itu.
Lalu di ujung jalan sana, seperti kedatangan penyelamat, taxi berwarna biru itu tiba-tiba muncul, Andrea langsung melambaikan tangannya dengan penuh semangat sehingga taxi itu menepi di depannya, dia mendongak dengan penuh syukur kepada penolongnya yang misterius,
“Terimakasih.” Bisiknya pelan penuh perasaan.
Lelaki itu mengangguk, membukakan pintu taxi untuk Andrea, dan menungguAndrea melangkah masuk dan duduk di dalam taxi.
“Hati-hati.” Bisik lelaki itu dengan suara dalam, lalu menutup pintuTaxi itu. Andrea masih menoleh kebelakang, melihat lelaki itu masih berdiri dihalte itu, dengan latar belakang kegelapan, sampai kemudian lelaki itu hilang dari pandangan
Dan kemudian Andrea menyadari bahwa dia masih mengenakan mantel hitam lelakiitu.
***
Ketika Andrea sampai ke rumah, hujan telah turun dengan derasnyamenghujam bumi dengan suara keras dan hempasan air yang bertalian dengan angin.Taxi itu berhenti di depan rumahnya, dan setelah membayar, Andrea berlari-larikecil menembus hujan menuju teras rumahnya. Seluruh kepalanya basah kuyup,tetapi tubuhnya terlindung oleh mantel tebal penolong misteriusnya tadisehingga bisa tetap kering... meskipun mantel itu sekarang basah kuyup danmenetes-neteskan air ke lantai terasnya.
Andrea mengibaskan rambutnya yang basah dan berusaha mencari kuncirumahnya, dia ingin cepat masuk dan mengeringkan diri, mungkin sambil membuatsecangkir susu cokelat hangat untuk diminum. Sebenarnya Andrea lebih memilih secangkir kopi, tetapi kopi membuatnya tidak bisa tidur, sementara Andrea haru stidur cukup malam ini.
Dia membuka pintu dan melangkah masuk, kemudian mengunci pintu di belakangnya. Dilepaskannya mantel yang sekarang berat dan basah karena hujan itu dan dipeluknya, aroma kayu-kayuan danmusk masih melingkupinya, membuatnya merasa nyaman.
Andrea berjalan ke arah dapur dan meletakkan mantel itu ke cucian. Dan kemudian dia menyadari bahwa dia tidak tahu apapun tentang penolong misteriusnya itu, bahkan namanya saja dia tidak tahu. Lalu bagaimana dia akan mengembalikan mantel ini? Mantel ini kelihatannya sangat mahal dan dijahit khusus. Andrea memang kurang mengerti merek pakaian laki-laki, tetapi darisentuhan bahannya dan jahitannya, kelihatan sekali kalau mantel ini sangat mahal. Dan sekarang Andrea tidak bisa mengembalikan mantel itu.
Andrea merenung, lalu mulai begidik kedinginan hingga dia memutuskan untuk melupakan dulu masalah mantel itu, akan dia pikirkan nanti. Diambilnya handuk yang tersampir di sana, dan digosokkannya ke rambutnya yang basah. Mandi pancuran air hangat terasa sangat menggoda.
Andrea melepaskan semua pakaiannya, membiarkan semuanya jatuh ke lantai,dan melangkah telanjang ke arah kamar mandinya dengan pancuran air hangatnya.
Pertama kali air hangat itu terasa menyengat di tubuhnya yang menggigil kedinginan, tetapi kemudian setiap kucurannya seperti memijat tubuhnya, membuatotot-ototnya terasa lemas. Tak lupa Andrea mencuci pergelangan tangannya yang dicengkeram oleh pemimpin gerombolan tadi. Dia mengamati lengannya dan menemukan bekas merah di sana, sedikit perih, tetapi semoga saja tidak menjadi memar. Kalau sampai terjadi memar, Andrea harus menyiapkan baju lengan panjang untuk bekerja besok supaya memar itu tidak terlihat oleh orang lain.
Selesai mandi, Andrea mengenakan gaun tidurnya yang tersampir di lemari baju di luar kamar mandi. Gaun tidur itu bukan gaun tidur yang seksi, terbuatdari bahan katun yang nyaman berwarna hijau muda, dengan gambar bunga-bunga kecil di sakunya yang ada di bagian depan baju. Gaun tidur Andrea tidak ada yang seksi, toh memang tidak ada perlunya berpenampilan seksi sebelum tidur karena Andrea memang selalu tidur sendirian.
Andrea menguap menahan kantuk, tetapi tetap memutuskan untuk membuat secangkir susu cokelat hangat supaya perutnya tenang. Dia tidak sempat makanmalam lagi, dan ini sudah terlalu larut untuk makan apapun. Secangkir susucokelat hangat pastilah cukup.
Ketika cangkir berisi susu hangat itu sudah jadi, Andrea duduk di mejadapur dan meneguknya, dia merasa sangat mengantuk. Sangat mengantuk dan lelah.Andrea menguap lagi, dan merebahkan kepalanya di atas meja dapur. Lalu dia tertidur.
***
Christopher memutuskan untuk menarik kursi dan duduk diam mengawasi. Diasekarang berada di dapur di dalam rumah Andrea yang bisa dia masuki denganmudahnya.
Tadi dia mengira Andrea sedang tidur pulas di kamarnya, tak disangkanya perempuan itu malahan tertidur dengan posisi tidak nyaman di meja makan dapurnya dengan kepala tertelungkup di sana.
Chrstoper mengamati sejenak dan cukup yakin kalau Andrea tidak akan terbangun karena tampaknya tidurnya sangat lelap. Dia kemudian duduk dan mengamati Andrea, dalam cahaya lampu dapur yang remang-remang.
Tidak bisa menahan dirinya, jemarinya menyentuh untaian rambut Andrea yang halus, dan kemudian menundukkan kepalanya untuk menghirup aromanya, aroma shampoo strawberry di rambut yang masih setengah basah itu.
Christopher tadi mengikuti taxi Andrea pulang, menyuruh supirnya menunggu di sudut jalan ke rumah mungil Andrea sementara dia duduk diam di jokbelakang dan menanti. Ketika dia yakin bahwa Andrea sudah tidur, Christopher menyelinap masuk, sebenarnya ingin meninggalkan pesan yang sama untuk Andrea dimeja dapurnya.... sembilan buah lilin berwarna biru dengan cahaya remang-remang yang menyiratkan pesan penuh arti, dan dia lalu akan mengambil Andrea, dengantenang dan cepat seperti biasanya ketika dia melakukannya kepada yang lain.
Tetapi dia kemudian mengurungkan niatnya demi menatap Andrea yang terpejam dalam damai.
Bukan sekarang waktunya. Christopher menyimpulkan dalam hati. Gadis ini mungkin pantas menikmati hidupnya lebih lama... hidup yang diciptakan untuknya dalam drama penuh kebahagiaan dan mimpi bagi seorang perempuan.
Chistoper berdiri, lalu mengangkat tubuh Andrea, yang lunglai karena pulasnya tidurnya, dan membawanya ke kamar. Dibaringkannya tubuh Andrea dengan lembut ke atas ranjang, layaknya seorang pangeran dalam adegan-adegan romantisputeri raja. Setelah itu diselimutinya tubuh Andrea, perempuan itu menggeliat sedikit, lalu setelah menemukan posisi yang nyaman, dia berbaring dengantenang. Semakin terlelap dalam tidurnya.
Christopher berdiri di sana dan mengamati. Dorongan untuk mengambil Andrea terasa begitu kuat dan menyiksanya. Menyisakan kepahitan kental yang mendera jiwanya. Tetapi dia menahan diri. Demi Andrea, agar perempuan itu bias menikmati hidupnya sedikit lebih lama lagi, sebelum Christopher memecahkannya menjadi hancur dan berkeping-keping.
***
Sinar matahari menyelinap melalui gorden warna peach di kamarnya,membuat Andrea menggeliat dan mengernyitkan keningnya, dia membuka mata dan setengah bingung menyadari bahwa dia berada di atas tempat tidurnya.
Kapan dia pindah kemari? Ingatan terakhirnya adalah meminum secangkir susu hangat di meja dapurnya, sepertinya dia tertidur di sana... ataukah diasalah... apakah saking mengantuknya Andrea tidak menyadari bahwa dia berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur?
Andrea lalu melangkah turun dari ranjang dan berjalan hati-hati menuju dapur. Dapurnya sepi, seperti biasanya, cahayanya masih remang-remang karena gordennya tertutup rapat. Andrea membuka gorden, membiarkan sinar matahari masuk, matanya menoleh ke arah gelas susu cokelat di mejanya yang masihsetengah lebih, dibuangnya susu cokelatnya ke wastafel dan dicucinya gelasnya.Kemudian mata Andrea mengarah kepada mantel hitam itu, teringat akan kenangansemalam, sosok misterius yang ternyata membekas di benaknya.
***
“Pagi ini dia akan datang!” Sharon menghampiri meja Andrea dan berbisik dengan bersemangat.
“Siapa?” Andrea mengerutkan keningnya, dia barusan memeriksa ponselnya dan tetap saja tidak ada pesan dari Eric, apakahEric sebegitu sibuknya sampai tidak sempat mengabari dirinya?
“Romeo Marcuss.” Sharon benar-benar tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya, “Apakah kau tahu dia baru saja putus dengan model filipina itu? Sekarang dia melajang.”
Andrea terkekeh, “Sekalipun dia melajang, orang yang akan mengisi posisi pacarnya nanti pastilah bukan dari kalangan kita-kita.” Gumamnya pelan.
Sharon menganggukkan kepalanya setuju sambil ikut terkekeh, “Yah tetapi bagaimanapun juga aku bersemangat mengetahui bisa melihatnya secara langsung. Kau tahu, semua pemberitaan itu mengatakan dia sangat tampan.... aku ingin melihat aslinya.”
“Sepertinya aslinya juga sama tampannya.” Andrea menghela napas panjang,lalu melirik ke ponselnya lagi.
Sharon sepertinya menyadari ada yang mengganggu Andrea, “Kenapa Andrea?”
“Tidak apa-apa.”
“Ah. Ayolah, aku melihat beberapa menit ini kau sudah beberapa kali melirik ponselmu? Aku kan sahabatmu, ada apa?”
Andrea mengangkat bahu, bersikap seolah-olah itu bukan masalah pelik,“Eric.... dia tidak menghubungiku, ketika dia pertama pergi ke luar kota, dia masih mengirimiku pesan meskipun jarang, tetapi sudah dua hari ini dia tidakmenghubungiku sama sekali.”
Sharon memutar bola matanya, “Kau tak perlu cemas Andrea, begitulah paralelaki. Lelaki tidak pernah menyadari pentingnya komunikasi. Bagi mereka,selama kau tidak menghubunginya, semua baik-baik saja, dan mereka merasa tidak perlu menghubungi. Berbeda dengan perempuan, komunikasi sangat penting. Mungkinkau bisa menghubunginya duluan?”
“Aku tidak mau terlihat terlalu bersemangat.” Pipi Andrea memerah,membuat Sharon terkekeh
“Apakah kau akan menahan diri terus-terusan seperti ini? Bagaimana kalua Eric tidak menghubungimu sampai akhir. Kudengar dia mengambil hak cuti besarnya satu bulan penuh. Itu adalah jangka waktu yang lama.”
Andrea tercenung, lalu menatap Sharon bingung, “Menurutmu pantaskah aku menghubunginya dan menanyakan keadaannya? Tidakkah aku terlihat terlalumengejarnya?”
Sharon menggelengkan kepalanya, “Dia mungkin akan merasa kau perhatian kepadanya, mungkin saja dia sedang sibuk merawat.. katamu saudaranya sakitbukan? Jadi dia tidak sempat menghubungimu duluan.” Sharon mendekatkan dirinya,“Sebenarnya sejauh mana hubungan kalian?”
Andrea menelengkan kepalanya, mencoba menelaah kedekatan mereka sebelumEric pergi ke luar kota,
“Kami dekat, hampir setiap malam kami pulang bersama, makan malambersama dan menghabiskan waktu bersama di akhir pekan.”
“Semua itu hanya dalam beberapa minggu?” Sharon tersenyum kagum, “Chemistry di antara kalian pasti sangatcocok. Dan selama itu dia tidak pernah mengatakan sesuatu yang lebih sepertimengucapkan cinta misalnya?”
Andrea menggeleng, “Tidak pernah, Eric selalu baik, lembut dan perhatiantetapi tidak lebih.... dia..dia mengecup pipiku ketika berpamitan akan ke luarkota.”
“Mungkin dia memang bukan tipe orang yang terburu-buru.” Sharon melirikjam tangannya, “Sebentar lagi yang kita tunggu-tunggu akan tiba, barusan pakJim terbirit-birit menjemput di bandara.” Sharon tersenyum lebar, lalu menepukpundak Andrea sebelum berlalu, “Hubungilah Eric duluan, beranikan dirimu.”
***
Dan Romeo Marcuss pun tiba di kantor mereka, dia akan berada di siniselama enam bulan, untuk mengevaluasi kantor cabang mereka. Sebuah ruanganpaling besar sudah disiapkan untuknya, ruangan itu biasanya dipakai untuk pertemuandan meeting kecil untuk tiga atau empat orang, dan merupakan tempat meetingpaling ekslusif. Romeo Marcuss akan menempatinya selama dia berada di kantorcabang ini.
Andrea cukup beruntung karena atasannya merupakan salah satu yangberkedudukan tinggi di kantor cabang ini. Karena itulah, Romeo Marcuss seringmengunjungi ruangan atasan Andrea, membuat lelaki itu sering lalu lalangmelewati meja Andrea. Hal itu membuat Sharon sangat iri, sahabatnya ituberkali-kali mengirimkan sms dari ruang kerjanya di seberang lorong, mengatakanbetapa beruntungnya Andrea.
Yah, kalau menikmati sebuah mahakarya Tuhan yang luar biasa bisa dianggap suatu keberuntungan,Andrea memang beruntung. Dalam satu hari ini, Romeo telah tiga kalimelewatinya, meskipun sama sekali tidak melirik kepadanya.
Dan seperti yang selalu dikatakan oleh semua artikel tentang Romeo,lelaki ini memang sangat tampan, semuanya sempurna, dari pakaian yang membaluttubuhnya sampai warna matanya yang menakjubkan. Biru terang... sangat teranghingga hampir pucat.
Andrea menundukkan kepalanya pura-pura menekuri laptopnya ketika Romeokeluar dari ruang atasannya, lelaki itu pasti akan melewatinya seperti biasa,seperti yang telah dilakukannya sebelumnya.
Andrea menunggu langkah-langkah lelaki itumelewatinya kemudian akan mendongakkan kepalanya dan mencuri pandang diam-diamuntuk diceritakan kepada Sharon nanti. Tetapi kali ini lelaki itu tidakmelewatinya, lelaki itu berhenti di depan Andrea, kemudian berdiri dalamkeheningan mengamati Andrea,
Andrea mendongakkan kepalanya dan langsung bertatapan dengan mata biruyang indah itu. Dia menahan dirinya supaya tidak ternganga kagum akanketampanan lelaki yang berdiri di depannya.
“Kau staffnya Mr. Hendrick?” suara Romeo mengalun tenang dan dalam,sangat cocok dengan penampilannya.
Andrea menganggukkan kepalanya gugup, “Iya, Saya asisten Mr Hendrick.”Jawabnya cepat, tak tahu harus mengatakan apa lagi.
Romeo tetap berdiri di sana, menatapnya dengan mata birunya yang intens,
“Hmmmm.... kau amat sangat.... mengingatkanku kepada seseorang.”
Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 4
No comments:
Post a Comment