Paginya dia
terbangun dengan kondisi demam yang lebih parah, sepertinya
pertahanan tubuhnya sedang berperang melawan virus yang
menyerang tubuhnya,
Damian sedang
mengenakan dasinya, tapi dia segera menghampiri Serena yang mengerang karena panas tubuhnya tak tertahankan,
Dengan cemas, dia meletakkan tangannya di
dahi Serena, astaga! Panas sekali, dengan cepat dia meraih handphonenya dan memencet nomor
Vanesa,
dijelaskannya secara terperinci tentang kondisi Serena, lalu diletakkannya termometer di
tubuh Serena sesuai instruksi
Vanesa,
"39 derajat!", Damian berteriak tanpa
sadar, "Vanesa
! Dia panas sekali, kenapa obat yang kau
berikan kemarin tidak membuat kondisinya membaik?!"
Didengarnya instruksi-instruksi Vanesa di
seberang sana,
"Baik! Akan kuminumkan lagi, apa? seka seluruh tubuhnya
dengan air
dingin?
Oke, kapan kau bisa
kesini untuk mengecek kondisinya? Aku takut
dia harus dibawa ke rumah sakit, baik....baik, kutunggu!"
Damian mengahkiri pembicaraan, lalu
memencet nomor-nomor lain, menelpon
Freddy dan jajaran direksinya, lalu memberikan serentetan
instruksi pekerjaan sebelum menutup telephon.
Dengan pelan dilonggarkan dasinya, dan digulungnya lengan kemejanya, lalu dia berusaha mengguncang tubuh Serena,
"Bangun Serena,
kau harus mandi, badanmu panas sekali."
Jawaban Serena hanya berupa erangan tak jelas dan seperti kesakitan, tentu
saja, gadis ini
badannya sangat panas!
Damian
melepas kancing piyama Serena
pelan-pelan lalu
melepas piyama
itu, sampai serena telanjang. Kulit gadis itu memerah karena suhu
tubuhnya yang panas,
dengan hati-hati dia mengangkat tubuh Serena
ke kamar mandi, meletakkannya ke bathtub, lalu menyalakan keran air dingin.
Tubuh Serena langsung berjingkat ketika air dingin mengenai tubuhnya, tapi
Damian menahan,
"Dingin", erang Serena dalam kondisi
setengah sadar.
"Tidak apa-apa,tahan,nanti kau akan kuslimuti",
bujuk Damian lembut
Setelah selesai Damian mengeringkan tubuh
Serena lalu memakaikan piyamanya yang lain untuknya, dan mengangkat Serena kembali ke
tempat tidur,lalu
menyelimutinya dengan selimut yang tebal. Setelah itu dia memaksa Serena
meminum obat yang rasanya
pahit dan
dengan lembut meminumkan
air untuknya.
Dalam kondisi
setengah sadar, Serena mengamati keadaan Damian, kemejanya
setengah basah
dengan dasi yang sudah dilepas dan beberapa kancing yang
terbuka sementara jasnya tergeletak begitu saja di sofa,
"Kau.....ti..dak ..ke kan..tor?", tanya Serena lemah.
Damian yang sedang membuka kancing kemeja dan melepaskan kemejanya yang basah menoleh dan tersenyum
tipis,
"Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu dalam kondisi
seperti ini sendirian?"
"Aa...aaku tidak mau...merepotkan...mu",
gumam
Serena lagi, "i..ni
cuma
demam bia..sa..nanti juga sembuh"
Damian mengganti kemejanya dengan t-shirt santai,lalu duduk di
tepi ranjang, "Kau sekarang milikku
Serena, kau tanggung jawabku, kalau terjadi apa-apa
denganmu,aku juga yang
akan
kesusahan bukan?", gumamnya lembut
tapi penuh makna.
Wajah Serena memerah,dan memalingkan
wajah, tapi itu membuat Damian
tidak dapat menahan
diri, diraihnya dagu
Serena menghadapnya, tubuhnya setengah menindih tubuh Serena, lalu dilumatnya bibir serena dengan dalam dan penuh gairah, nafas mereka menjadi panas.
Dan Damian hampir kehilangan kendali diri, dengan sekuat
tenaga diangkatnya bibirnya, napasnya
terangah-engah. Tubuhnya
menegang, berteriak ingin dipuaskan kebutuhannya, tapi Damian menahan
diri.
Demi Tuhan !!!
Gadis ini sedang sakit!
Serena merasakan gairah Damian yang bangkit, semalam lelaki ini menahan diri untuk tidak menyentuhnya, padahal Serena tahu Damian punya
kebutuhan fisik
yang sangat besar.
Melihat lelaki
ini menahan diri sampai
menggertakkan gigi
menyentuh hati serena.
Tanggannya menyentuh pipi Damian, tak
disangka Damian langsung
memejamkan mata menempelkan pipinya
"Tidak apa-apa", gumam Serena lembut.
Mata itu terbuka bagaikan api
biru yang menyala-nyala,
"Kau sedang sakit!"
geramnya.
Serena tersenyum
lalu merangkulkan lengannya ke leher Damian,
"Tidak apa-apa."
Dan Damian menyerah pada gairahnya, sambil mengerang
dilumatnya
bibir
Serena lagi, dan mereka pun tenggelam dalam gairah yang panas.
Panas tubuh Serena karena
demam, menyatu dengan panas tubuh Damian karena
gairah, tubuh
mereka
menyatu ketika Damian
menghujamkan dirinya
dengan
lembut, mengerang
karena merindukan
kenikmatan itu,
kenikmatan ketika tubuh Serena yang selembut sutra melingkupinya, meremas kejantanannya, membuatnya melayang.
Damian tidak pernah kehilangan kontrol sebelumnya. Dia tidak pernah
tidak bias menahan dirinya untuk bercinta dengan seorang perempuan. Tidak pernah. Sampai dia bertemu Serena. Gadis mungil ini menjungkirbalikkan dunianya. Mengancamnya akan
kehilangan kendali diri. Dan Damian tahu dia sudah tidak
bisa melepaskan dirinya lagi.
***
Julukan bajingan menjijikkan
saja belum pantas untukku.
Damian merenung
sambil menatap
Serena yang terbaring telanjang,tertidur pulas berbantalkan
lengannya.
Obatnya mungkin sudah bereaksi, atau dia
kelelahan gara-gara
perbuatanmu dasar bajingan! Damian mengutuk
dirinya sendiri. Tega-teganya dia memuaskan nafsunya atas tubuh Serena yang sedang
sakit!
Tapi kelembutan Serena saat
membisikkan kalimat "tidak apa-apa"
benar benar membuatnya
lepas kendali.
Damian menggertakkan
giginya, dia tidak boleh lepas kendali lagi!
Dengan lembut diletakkannya
kepala Serena di bantal,dan diselimutinya tubuh telanjang Serena
dengan selimut
tebal. Saat itulah bel apartementnya
berbunyi, Damian mengernyit lalu meraih jubah tidurnya yang tersampir di kursi.
Ketika melihat dari lubang di atas pintu,dia melihat Vanesa
dan
Freddy berdiri disana,dengan
enggan dia membuka
pintu apartemennya dan berkacak
pinggang di pintu yang terbuka,
"Kenapa kalian bisa datang berdua disini?"
tanyanya curiga. Vanesa mengangkat alisnya,
"Sungguh penyambutan tamu
yang tidak sopan, kau
kan yang meminta aku datang?"
Damian menatap Vanesa sekilas lalu menatap
Freddy yang
sedang
tersenyum,
"Dan kau? Kenapa kemari?"
Freddy hanya menunjukkan setumpuk berkas
kepada Damian,
Sambil menarik napas panjang Damian membuka
pintu lebar-lebar dan mempersilahkan
masuk,
"Silahkan
masuk kalau begitu. Freddy, ijinkan aku berganti pakaian yang
pantas sebelum melihat berkas-berkas itu, oya
Vanesa, Serena masih tidur."
"Tidak hanya tidur kurasa", Vanesa memandang penampilan Damian yang acak-
acakan dengan tatapan mencela.
Dan ketika
Damian tidak
membantah
melainkan hanya
tersenyum kecut,
matanya membelalak tidak percaya,
"Maksudmu...kau..?", Vanesa kehilangan kata-kata, "astaga Damian
tidak kusangka kau
menjadi maniak seks separah itu sampai tega-teganya meminta
gadis yang sedang sakit untuk melayanimu!!!", serunya blak-blakkan, "mana dia? aku harusnya merekomendasikan dia dirawat di rumah
sakit, bukannya
disini,
kalau disini bersamamu sepertinya dia bukannya
sembuh malahan tambah parah!!!"
Freddy tampak tidak peduli dengan pertengkaran dua
orang di depannya, dia
sibuk melihat-lihat ruangan apartement itu,
"Wah, apartement yang bagus...mungkin aku bisa beli satu disini ", Gumamnya
santai.
Damian melotot ke arahnya, lalu dengan sebal melangkah ke
kamar, Vanessa
mengikutinya.
Serena sedang tertidur pulas saat
Vanessa mendekat
ke arahnya, dan
menyentuh dahinya,
"Panasnya seperti api, mungkin aku
harus membawa sample darahnya
ke Lab
untuk memastikan
dia tidak terkena demam
berdarah....",
Vanessa mengernyit menyadari Serena telanjang
di balik selimutnya, "Aku masih tidak
habis pikir kau
menidurinya pada
saat seperti
ini.....aku
tak tahu dia
siapamu
Damian, setahuku kau
masih berpacaran dengan artis cantik itu dan
sekarang
tiba2 kau sudah tinggal serumah dengan karyawanmu sendiri......."
"Tidak tinggal serumah,aku tinggal di rumahku sendiri, apartemen ini kubelikan
untuknya."
Vanessa mengangkat alisnya,
"Oh ya? Kalau begitu berapa malam kau di rumahmu sendiri dan berapa lama kau tidur disini?",
dengan cekatan,
Vanessa memeriksa
Kondisi Serena dan
menyiapkan suntikan dari tas kerjanya untuk mengambil sample darah Serena.
Sementara
itu Damian
kehabisan
kata-kata
untuk menjawab pertanyaan
Vanessa,
"Kau benar",
Damian mengangkat bahu, "Sejak tidur bersamanya pertama kali, aku
tidak pernah membiarkannya tidur sendirian lagi tiap malam"
"Bagaimana ceritanya kalian bisa menjalin hubungan?, seingatku tingkat peluang
pertemuan antara sang
CEO dan staff biasa
sangat
kecil. Sebenarnya sampai
sekarangpun aku
masih bertanya-tanya Damian, Freddy juga tidak mau menjelaskan apapun, kukira......"
"Bukan urusanmu
Vanessa, tidak ada yang aneh dalam hubungan
ini, dua orang
setuju untuk saling memenuhi kebutuhan itu saja, dan aku menolak menjawab apapun kepadamu",
Damian menjawab
dengan tajam.
Vanessa
mengangkat bahu lalu melanjutkan memeriksa
Serena lalu menuliskan
resep.
"Diagnosa awal
hanya flu biasa, tapi
lebih lanjut menunggu hasil tes darah. Aku akan menuliskan resep obat dan antibiotiknya. Tiga hari sekali Damian, dan ingat, dia harus istirahat.
Tahan nafsumu, jika
kau tidak bisa
menahannya, cari perempuan lain."
***
Serena terbangun dengan rasa
mual
dan sakit di sekujur tubuhnya. ketika dia
membuka matanya, dia melihat perempuan yang sangat familiar di duduk di ranjang
sebelahnya,
"Dokter Vanessa?"
Vanessa tersenyum,
"Yah, Damian
memintaku datang memeriksamu. Dia dan
Freddy, para
lelaki
sedang membicarakan masalah
bisnis di ruang depan dan aku memutuskan menunggumu sadar di sini,
bagaimana kondisimu?"
Serena berusaha keras mengeluarkan suaranya, "Mual....pa...nas..", gumamnya serak,
Vanessa memegang dahi
Serena, panasnya seperti
api, "Kemari, aku
akan membantumu meminum
obat."
dengan cekatan
Vanessa membantu Serena meminumkan obatnya,
lalu
membaringkan Serena lagi dan merapikan selimutnya. Keduanya menyadari
bahwa Serena telanjang
di balik selimutnya,
wajah Serena langsung merah padam. Vanessa menatap
Serena penuh pengertian.
" Dia memang kadang kadang sangat egois,kau tahu,
terbiasa menjadi bos sejak dia lahir. Dia bisa dibilang masih keturunan aristokrat dari keluarga berpengaruh di Jerman, sejak dulu dia sudah terbiasa keinginannya dipenuhi....",
Vanessa mengedipkan sebelah matanya,
"Kau tahu, saat pertama mengenalnya
aku sangat tidak menyukainya"
Serena tersenyum
malu-malu,
"Saya juga ", jawabnya pelan.
Vanessa tertawa mendengarnya,
"Tapi walau pun begitu kau tidak boleh menuruti kemauannya seperti itu, kau
berhak menolak,
kau tahu itu kan?"
Sebelum Serena sempat menjawab, Damian, yang entah kapan sudah berada di
ruangan itu berdehem keras,
dengan sengaja.
"Vanessa, bukannya kau harus segera membawa sample darah itu ke lab?",
gumam Damian datar, tapi matanya memperingatkan.
Vanessa tersenyum miring, lalu mengangkat bahu dan tersenyum
pada Serena,
"Sepertinya dokter sudah diusir, obatnya ada di meja Damian beserta cara pakai,
kutinggalkan resep kalau2 obatnya habis, besok aku akan mengabarimu tentang
hasil
labnya".
Vanessa mengangguk pada Serena mengangkat tasnya dan berjalan pergi, pada saat berhadapan dengan Damian di pintu keluar, dia menatap
tajam,
"Ingat
Damian, dia
harus
istirahat kalau
mau sembuh",
gumamnya
tegas sebelum melangkah pergi,
Damian menatap pintu yang tertutup di belakangnya lalu mengangkat bahu dan
tersenyum
pada Serena,
"Kadang-kadang aku
merasa dia masih membenciku sampai sekarang."
Serena tersenyum lemah pada Damian yang menuang segelas air dari teko di meja samping
ranjang,
"Apakah kau haus ? ayo, aku
akan membantumu minum."
Dengan cekatan Damian membantu
Serena duduk, beberapa kali selimut
melorot dari dada Serena, hingga Serena harus mencengkeramnya, tapi Damian
mengabaikannya, sama sekali tidak melirik ketelanjangan Serena, rupanya laki- laki
itu
bertekad untuk membiarkan Serena beristirahat.
Setelah membantunya minum, Damian menyentuh
dahi Serena dengan lembut, dan mengernyit karena badannya sangat panas,
"Maaf", Serena tiba-tiba merasa bersalah, dia jarang sakit, tapi kali ini sekalinya
sakit sangat parah sehingga harus bergantung
pada belas kasihan Damian,
Wajah Damian melembut,
"Minta maaf karena
sakit
?", Damian menarik napas, "kau benar-benar gadis aneh", Damian tersenyum miris, "Oke, obat itu akan membuatmu mengantuk,
aku akan memesan makanan,
jd begitu bangun kau bisa makan."
Serena mengernyit mendengar kata makan karena dia merasa sangat mual,
Damian menatap Serena dengan tatapan tegas seperti seorang ayah memarahi
anaknya,
"Kau harus makan", gumamnya tegas, "Tidurlah", lalu lelaki itu berbalik dan melangkah keluar
kamar.
Chapter 8
ReplyDeleteThank you so much for giving everyone such a splendid opportunity to discover important secrets from this site.
It is always very sweet and full of fun for me personally and my office colleagues to
visit your blog minimum thrice in a week to see the fresh guidance you will have.
And definitely, I'm so always amazed for the fabulous creative
ideas served by you. Some two points in this posting are absolutely the most effective we've had.
Visit my site :: 휴게텔