Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk
mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya,
atau jika dia tak sempat,
dia
kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung
itu. Apalagi Serena tahu bosnya itu sangat sibuk,
Gosip yang terdengar mengatakan
Mr.Damian adalah workaholic sejati
yang menghabiskan waktu 20
jam
sehari untuk bekerja.
Atau, kenapa tidak dia buang saja payung
itu? Toh aku juga tak akan
berani
menagihnya,
pikir
Serena
sambil mengerutkan kening
di dalam
lift yang mengarah ke lantai 14,
lantai khusus CEO mereka. Ini kali kedua dia ke ruangan ini, sungguh
tak disangka,
dua tahun bekerja disini
dia
hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan
itu, tetapi sekarang, dua hari
berturut-turut dia dipanggil
menghadap Mr.
Damian.
Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang
nyaman dan mewah. Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang
terlihat kaku dan efisien itu
menatap Serena dengan skeptis, sepertinya dia
juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke
sang CEO, padahal setahunya Mr.Damian hanya berkomunikasi dengan anggota
direksi, manajer
dan
kepala bagian unit perusahaannya,
itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui
seleksi janji
temu yang rumit.
"Mr. Damian sudah
ada
di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya
sudah
menginformasikan
kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan anda langsung masuk",
gumam
sekertaris itu dingin.
***
Damian baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali
ke ruangannya.
Mengingat alasan
yang membuat dia
begitu
terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Serena tadi pagi, menjelaskan
alasan
keterlambatan gadis itu. Dan atasan
Serena begitu kegirangan karena
teleponnya, hingga seolah-olah tak
peduli lagi kenapa Serena
sampai terlambat.
Yah mungkin setidaknya gadis itu akan
berterimakasih padaku,...atau
malah jengkel? Damian tersenyum
sinis,
menilik sifat gadis itu, sepertinya Serena akan
tambah jengkel
dengannya.
Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian
personalia padanya, Damian termenung.
Gadis itu tidak bohong, kedua orang tuanya
memang telah meninggal, dan
alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis
itu
tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi,
'Saya tinggal sendirian', begitu ucapnya tadi.
Apakah gadis itu
benar-benar sebatang kara seperti
ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di kamar
kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang
harus dilunasi dengan memotong
gajinya selama bertahun-tahun?
Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, Dada Damian langsung
merasa nyeri,
Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak,
gadis itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi
test
kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini.
Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang,
Damian menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Damian rela
memberikan uang sebanyak yang Serena mau asal
Serena mau melayaninya.
Ia sangat kaya, dan memiliki gadis seperti Serena yang benar-benar memacu hasratnya
memang layak diberi sedikit pengorbanan.
Lamunannya terhenti ketika intercom
berbunyi memberitahukan
kedatangan
Serena.
Damian menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya,
Dia
punya penawaran bagus, dan jika
gadis itu
seperti yang
diduganya, Serena pasti
tak akan mampu menolaknya.
***
"Kata Pak Edwin anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal", gumam
Serena sopan ketika Damian mempersilahkannya duduk.
Damian tidak menjawab
hingga Serena menatap
Damian bingung, lelaki itu
sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi pikirannya
seolah tak ada di
situ.
"Mr. Damian?",
Lelaki itu mengerjap.
"Oh! Payung" gumamnya
seolah
baru
teringat
akan
hal
itu, "ada di
meja sekertarisku, kau
bisa memintanya
padanya",
Lalu kenapa sang
CEO ini, yang
katanya sangat
sibuk
menyuruhku menghadapnya? Serena mengerutkan kening,
Ketika Mr. Damian sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Serena segera bangkit dari kursinya,
"Kalau begitu saya akan segera mengambilnya,
terimakasih sudah merepotkan anda,
permisi Mr. Damian", gumamnya setengah berbalik,
"Tunggu Serena",
Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Serena membalikkan
tubuh,
Lelaki itu
ternyata sudah bangkit
dari
kursinya, memutari
meja
dan berdiri berhadap-hadapan dengan Serena,
"Aku meralat ucapanku tadi pagi",gumamnya misterius.
Serena mengerutkan keningnya,
"Tentang...?"
"Tentang kau
bukan tipeku dan aku
tidak mungkin
tertarik padamu, sebenarnya
selama ini aku memperhatikanmu karena
tak tahu kenapa, kau membuatku
sangat bergairah",
Mulut Serena ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.
"Aku ingin kau menjadi kekasihku,...mmm...,bukan kekasih,...apa ya istilahnya di
Indonesia? Wanita simpanan?",
Damian
tampak
sangat
bersemangat dengan tawarannya
sehingga tidak
memperhatikan ekspresi shock Serena,
"Kau hanya
perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku", Suaranya menjadi rendah dan merayu, "Dan kau tak perlu kuatir akan rugi, kau tahu aku kekasih
yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah sehingga kau bisa
pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku
bisa
leluasa mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu,
apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal ,baju- baju rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka,
aku tahu kau menyukainya Serena
karena gaya hidupmu sepertinya sangat
mahal sampai- sampai kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin
kalau kau bisa menyenangkanku,
hutangmu itu
akan
kulunasi.
Bagaimana
Serena? Aku akan memenuhi semua permintaanmu dan kau hanya harus ada
saat
aku membutuhkanmu",
Ketika Mr. Damian akhirnya mengakhiri pidatonya, Serena sudah begitu pucat
sampai tak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang
amat
sangat menggoda, apabila ditawarkan pada pelacur atau
wanita yang tidak punya harga diri!!! tapi
lelaki itu menawarkan kepadanya??!
Kepadanya!! Berani-Beraninya lelaki itu!
Berani-beraninya dia merendahkannya sampai
seperti ini!,
"Kenapa
kau diam saja? Kau
tak perlu sok malu-malu atau sok
suci, aku
tahu wanita seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung
moralitas...."
PLAAAKKK!!!
Tamparan itu begitu keras sampai
kepala Damian terlempar ke belakang, suara tamparan itu menggema di ruangan yang
luas itu,
"Berani-beraninya anda!!,”, napas Serena terengah-engah, “Berani-beraninya
anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya!! Anda pikir
saya wanita macam apa?? Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya pikirkan, lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan...", suara Serena terhenti
melihat ekspresi Damian.
"Menjijikkan katamu?",
jika tadi Damian tak marah karena tamparan Serena, sekarang dia benar-benar marah,"jika menurutmu aku menjijikkan...",
Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya
sampai buku-buku
jarinya memutih, "Jika menurutmu aku menjijikkan..."
Entah bagaimana Serena mengetahui
kapan kendali diri lelaki itu lepas,
dengan
panik dan takut Serena setengah berlari menuju
pintu,
Tapi terlambat, Damian bergerak secepat kilat menerjangnya,
Serena berhasil
membuka pintu sedikit ketika dengan
kasar Damian mendorongnya kembali
tertutup.
Lelaki itu menghimpitnya dipintu, desah napas mereka
bersahutan, yang satu ketakutan, yang lain bergairah,
"Le…. lepaskan saya!!!,
atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas pelecehan..."
Damian tak peduli, lagipula ruangan itu kedap
suara.
Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Serena, bibir Damian mencari-cari bibir Serena, tubuhnya makin menekan Serena ke pintu,
Serena menggelengkan kepala menghindar
dengan membabi buta hingga bibir Damian hanya menempel di rahangnya,
dia
mencoba meronta melepaskan diri tapi
tubuh
Damian menghimpitnya ke
pintu dan
tangannya
mencengkeram kedua tangan Serena di
kiri dan kanan kepalanya.
Mereka bergulat
beberapa
saat,
tetapi Damian
tak mau menyerah dari perlawanan
Serena. Sampai kemudian ketika Serena
membuka mulut untuk berteriak, Damian memagut bibir itu.
Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Damian
melumat bibir Serena seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya
sangat
liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati
bibir Serena yang
selembut madu.
Serena terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini, yang baru pertama kali
dirasakannya. Dan hal
itu
memberi kesempatan Damian untuk mencium semakin
dalam, seluruh tubuhnya
menempel ditubuh Serena, makin mendorong Serena
ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa
bibir Serena, lidah
Damian mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam bibir Serena.
Serena mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu! Tapi
Damian begitu lembut
dan
begitu lidahnya
masuk ciumannya
menjadi makin bergairah,lidahnya
menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan
manisnya mulut Serena, Damian mengerang dalam ciumannya, oh ya
Tuhan nikmat sekali! Erangnya dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket, Gadis itu terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan,
sekujur tubuh Damian
menginginkan gadis itu,
sangat
menginginkannya! Tangannya merayap naik dan menyelinap di
antara jari Serena sehingga Jari-jari mereka saling bertautan, Damian mencengkeramnya
erat-erat seolah itu pegangannya
untuk hidup.
Sejenak Serena merasakan
matanya gelap, semua
ini
begitu aneh dan
mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini...Ya
Tuhan , Rafi tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini, Rafi...Ya
Tuhan!!
Serena mengerahkan segenap
kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk melepaskan
bibirnya dari pagutan Damian, Mulut Damian
yang lapar masih
mencari-cari, masih
memagutnya
sekali lagi, Serena
mendorongnya kuat kuat hingga bibir mereka terlepas.
Suasana Ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan,
Serena bahkan tak tahu itu napas siapa. Damian masih mencengkeram kedua
tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya
begitu dekat dengan bibir Serena,
hingga
napasnya yang panas menyatu dengan napas Serena. Mata Damian tampak
berkabut, tapi ketika menatap mata Serena sinarnya begitu tajam,
"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibirmu yang melembut ketika
lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak
bisa berbohong....",
Dengan tiba-tiba Serena mendorong Damian hingga mundur beberapa langkah,
ditatapnya Damian dengan mata marah menyala-nyala,
"Dasar
bajingan!!, kau bermimpi kalau aku
menginginkanmu, kau
tak
akan
pernah bisa menyentuh tubuhku lagi!!, kau
begitu menjijikkan!!!"
Suara Serena semakin
serak karena
menahan tangis,...jangan..., jangan!
Kau tak boleh menangis Serena! Nanti dia
akan semakin merendahkanmu! Desisnya dalam hati.
Damian memandang Serena dengan pandangan tajam
merendahkan,
"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti kau akan datang padaku, merangkak
dan
memohon agar aku mau menerimamu."
"Lebih baik aku mati!!"
Serena setengah berteriak ketika
buru-buru melangkah
keluar dan membanting pintu di
belakangnya.
Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Serena yakin saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya
kusut masai dan
mukanya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Tapi Serena tak
peduli lagi, yang
dia
inginkan hanya menjauh secepatnya dari tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Serena
memasuki lift
meninggalkan ruangan itu.
***
Damian
mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa
sedikit bodoh,
karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak
orang bisa menyebarkan gosip.
Damian menarik napas
dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di
tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Damian tidak merasakan ciuman yang begitu membakar
gairahnya sampai ke tulang
sunsum.
Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Damian mengernyit, tidak begitu menyukai
kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli
di
ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas
kendali.
Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.
Masih mengernyit Damian menghempaskan tubuhnya ke kursi.
Tapi jika gadis itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya gadis itu bahagia bukan
kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung gadis itu?
Tidak! Dengan cepat Damian menyingkirkan keragu-raguannya. Semua gadis sama saja,
Damian tidak pernah salah, Beri gadis-gadis itu kemewahan
dan
dia akan takluk padamu.
Mungkin tawarannya
masih kurang bagi Serena, Damian mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.
Atau mungkin, Serena hanya mencoba jual mahal. Wajah Damian menggelap mengingat kata hinaan Serena barusan, Menjijikkan katanya ??
"Lihat saja Serena, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi
padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku
yang akan mempermalukanmu",
sumpah Damian dalam hati.
***
Chapter 2
Ini part yg hilang diwp,ga ada ya sist.soalnya di wp part 5 awal nya sama sprti diblog ini
ReplyDelete