Saturday, August 15, 2015

Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 12

Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 12








Pertanyaan Eric terjawab ketika sosok perempuan muda, mungkin seusia Eric dengan pakaian yang sangat seksi turun dari tangga, langkahnya gemulai, dan dia melemparkan senyum genit ketika melihat Eric. Tanpa dinyana, perempuan itu mendekat ke arah Mr. Demiris dan menggelayut manja di lengannya,
“Siapa yang mengganggu istirahat siang kita sayang?” bibir indah perempuan itu yang memakai lipstick menggoda sehingga tampak basah dan berkilauan sedikit cemberut, matanya melirik ke arah Eric dan Katrin, mempelajari.
Sementara itu Eric terperangah melihat pemandangan di depannya. Wanita itu masih muda, sementara usia Mr. Demiris dua kalinya.... tetapi melihat bahasa tubuh mereka, sepertinya mereka adalah sepasang kekasih...
Mr. Demiris memandang ke arah Eric dan tersenyum sambil mengangkat bahu,
“Saya menyewakan rumah ini untuk Calista... kekasih saya. Sangat tidak memungkinkan aku mengajaknya tinggal bersama di rumah yang saya tinggali sekarang di negara ini.” Mr. Demiris mengedipkan matanya, “Anda tahu aku punya anak dan isteri di negara asalku.”
Eric hampir saja ternganga kalau dia tidak segera sadar dan mengatupkan mulutnya. Tentu saja... pantas Mr. Demiris menyewa rumah ini dan tidak meninggalinya, hanya mengunjunginya sewaktu-waktu, ternyata rumah ini digunakan untuk tempat tinggal wanita simpanannya.
Tiba-tiba saja Eric merasa hampa dan kecewa, dia berpikir ada titik terang dalam pencariannya, ternyata instingnya salah. Eric menghela napas panjang, tetapi tetap saja ada hal-hal yang perlu ditanyakannya, dia menatap Mr. Demiris dengan tajam, mencoba mencari celah sedikit saja dari ekspresi sempurna dan tak bersalah yang ditampilkan oleh lelaki tua itu.
“Saya sedang melakukan pencarian atas seorang gadis.... saya mendengar dia berkencan dengan salah satu pengawal anda.”
Mr. Demiris mengerutkan keningnya, dia lalu terkekeh setelah mencerna kata-kata Eric, lelaki itu melemparkan tatapan mata geli dan mencemooh,
“Saya tidak pernah mencampuri kehidupan asmara para pengawal saya, kalaupun anda ingin mencari tahu tentang mereka, yang bisa saya lakukan untuk membantu anda hanyalah memberikan list data diri para pengawal saya.” Ada nada serius di balik senyum ramah lelaki tua itu, “Saya akan menyuruh pengacara saya mengirimkannya kepada anda.”
Eric menatap lelaki itu lagi dalam-dalam, tetapi memang ekspresi Mr. Demiris tidak terbaca, entah dia memang benar-benar jujur, atau jangan-jangan lelaki itu sangat pandai menutupi perasaannya, Eric tidak tahu. Dia membuka mulutnya, hendak mencecar Mr. Demiris dengan berbagai pertanyaan karena dia masih merasa mengganjal dan belum puas, tetapi kemudian Katrin menyentuh lengannya lembut, dan ketika Eric menatap Katrin, perempuan itu melemparkan tatapan memperingatkan tanpa kata.
Seketika itu juga Eric menyadarinya, dia hampir saja bertindak kelewat batas dan kalau dia meneruskan tuduhan-tuduhannya tanpa bukti, mungkin saja itu bisa menyinggung perasaan Mr. Demiris. Lelaki itu tadi menyebut ‘pengacaranya’ pastilah bukan hanya kata-kata sambil lalu.
“Kalau begitu saya permisi dulu Mr. Demiris.” Eric menganggukkan kepalanya datar,  “Maafkan atas gangguan dari saya di istirahat siang anda.”
Mr. Demiris menganggukkan kepalanya, lalu mengedikkan bahunya ke arah pengawalnya yang langsung mengiringi Eric dan Katrin keluar dari rumah itu.
Segera setelah mobil Eric keluar dari pintu gerbang, Mr. Demiris menelepon Christopher,
Everything is Ok.” Gumamnya pada Christopher.

***

“Bagus.” Christopher bergumam dalam senyuman puas. Lalu menutup teleponnya dan memandang Andrea dengan tatapan tajam dan sensual, “Sampai di mana kita tadi? Ah ya…. Aku akan menyadarkanmu bahwa kau adalah milikku.” Jemari Christopher bergerak perlahan dan membuka kancing kemejanya.
“Jangan!” Andrea membelalakkan matanya panik ketika Christopher melepaskan kemeja yang dikenakannya dan sekarang telanjang dada di depan Andrea, “Christopher! Kau tidak boleh melakukannya.” Jemari Andrea menampik di depan tubuhnya, mencoba melindungi dirinya dari sentuhan Christopher, tetapi lelaki itu menangkap kedua lengannya, lembut tetapi kuat, jantung Andrea berdegup kencang, dia ada di atas ranjang bersama lelaki yang bertekad untuk memaksakan kehendaknya. Oh Astaga.. apa yang akan terjadi kepadanya? Apaa yang harus dia lakukan untuk menyelamatkan diri?
“Aku sangat merindukanmu, Andrea.” Dengan cepat Christopher menarik tubuh Andrea dan mendekatkannya ke dadanya, sampai tubuh Andrea menabrak dadanya, lalu kepalanya menunduk dan bibirnya mencari bibir Andrea, ketika mendapatkannya dia langsung memagutnya dengan penuh gairah, melumatnya tanpa ampun hingga membuat Andrea megap-megap.
“Lepaskan...mmppphh...” Andrea tidak mampu berkata-kata lagi ketika bibir Christopher benar-benar menguasai bibirnya. Lelaki itu benar-benar tidak mau memberi kesempatan kepada Andrea untuk melepaskan diri, tubuh Andrea didekapnya erat-erat dalam pelukannya sementara ciumannya semakin dalam, semakin panas dan semakin bergariah.
Lalu Chrstopher setengah membanting tubuh Andrea ke atas ranjang dan menindihnya. Bibirnya masih memagut bibir Andrera, menahan seluruh erangan dan teriakan protesnya. Lama kemudian, ketika tubuh Andrea melemas dan Christopher bisa merasakan penyerahannya, lelaki itu melepaskan ciumannya dan menatap Andrea yang berbaring di bawahnya, napas mereka berdua sama-sama terengah-engah, tubuh mereka hampir merapat dengan dada telanjang Christopher menempel di tubuh Andrea.
Lelaki itu berdebar. Andrea menatap mata gelap Christopher dan menyadari bahwa lelaki itu masih menahan kedua pergelangan tangannya, dengan tubuh menindihnya. Debarannya terasa sampai ke dada Andrea... dan kejantanan lelaki itu sudah bergairah di bawah sana, mendesak di antara pangkal paha Andrea, membuat pipinya merona merah,
“Aku tidak akan menyakitimu, Andrea... tidak akan...” Bibir Christopher bergerak lembut dan mengecup dahi Andrea, mengirimkan sensasi seperti meremas jantungnya, bibir lelaki itu lalu turun dan mengecup alis Andrea, tak kalah lembut, lalu turun ke matanya, ke pelipisnya, ke pipinya, ke dagunya, ke rahangnya dan mengirimkan kecupan-kecupan kecil tanpa henti ke seluruh bagian wajah Andrea,jemarinya meraba dengan lembut, mengusap permukaan lengannya kemudian menuju ke payudaranya, menyentuhnya dengan remasan sambil lalu, mengirimkan percikan api ke seluruh tubuh Andrea.
Andrea merasakan tubuhnya melayang, antara mau dan tidak mau. Sensasi ini terlalu hebat untuk didapat perempuan yang tidak berpengalaman seperti dirinya, dia bingung.
Christopher sepertinya mengetahui kebingungan Andrea, dia mengecupi cuping telinga Andrea dan berbisik serak, penuh gairah,
“Lepaskan semua Andrea, kau tahu kau menginginkanku, sebesar aku menginginkanmu.” Logat italia Christopher terdengar kental ketika mengucapkan rayuannya, karena gairahnya
Andrea membelalakkan mata, dihantam oleh gairah yang sebelumnya tidak pernah dirasakannya, ketika Christopher meraih tangannya dan menempatkannya di bawah, di atas kejantannya yang begitu keras, siap untuk memiliki Andrea,
“Kau rasakan itu sayang? Kau rasakan betapa aku menginginkanmu? Andrea... perempuanku, kau sudah membuatku menunggu begitu lama...”
Lelaki itu kemudian menurunkan gaun Andrea, masih dengan kelembutan yang menghipnotis, yang membuat Andrea hanya terdiam, menunggu dengan jantung berdebar dan perasaan penuh antisipasi.
Lalu giliran Christopher membuka celananya, menunjukkan keseluruhan tubuh telanjangnya yang bergairah, begitu kokoh dan mengeras untuk Andrea.
Andrea memalingkan mukanya, merasa malu dan bingung karena merasa begitu ingin tahu akan apa yang akan dilakukan oleh Christopher selanjutnya kepadanya. Andrea malu karena tidak mampu meronta lagi, gairah yang ditumbuhkan Christopher di dalam dirinya telah membuatnya terbakar dan ingin lebih lagi. Lelaki ini sangat ahli dalam mencumbu Andrea, mengenai titik-titik sensitif di dalam tubuhnya.
Ketika kemudian kejantanan Christopher yang begitu keras dan panas menyentuh pangkal pahanya, Andrea terkesiap, kaget karena sentuhan kulit itu terasa membakar di titik paling sensitif tubuhnya. Dengan panik Andrea berusaha mendorong tubuh kuat Christopher di atas tubuhnya, tetapi Christopher menenangkan Andrea, dengan bisikan-bisikan rayuan lembut di telinganya, dan usapan di buah dada dan lengannya.
Lelaki itu menahan diri untuk memasuki Andrea, dia menundukkan kepalanya dan kemudian mengecup lembut puting buah dada Andrea, hanya kecupan sambil lalu, tetapi puting buah dada Andrea langsung menegang, seolah meminta lebih.
Christopher tersenyum tipis., kemudian memberikan apa yang diminta oleh tubuh Andrea kepadanya. Bibirnya membuka sedikit dan menangkup puting buah dada Andrea ke dalam kehangatan mulutnya, lidahnya mencecap, mencicipi tekstur lembut dari buah dada Andrea dan putingnya yang mengeras, dan kemudian tanpa peringatan, lelaki itu menghisap payudara Andrea, membuat Andrea mengerang tertahan dengan napas terengah dan jantung berdebar, merasakan sensasi berkunang-kunang di matanya, serta kenikmatan yang membakar di dadanya, mengalir ke pangkal pahanya, membuatnya membuka pahanya tanpa sadar dan menerima sentuhan kejantanan Christopher di sana.
Lelaki itu merasakan betapa panasnya kewanitaan Andrea, basah dan hangat, siap menerimanya, dengan lembut Christopher menekankan kejantanannya, berusaha tidak membuat Andrea terkejut, tetapi seperti sudah seharusnya terjadi, kewanitaan Andrea melingkupinya dengan hangat, seakan menghisapnya untuk terus masuk lagi ke dalam, mendorongnya untuk menekankan dirinya dalam-dalam jauh ke dalam kehangatan tubuh Andrea.
Christopher mengerang dan mencoba menahan dirinya, dia tidak boleh terburu-buru meskipun hal ini sudah dinantikannya begitu lama sampai membuatnya nyaris gila karena mendamba. Tubuh Andrea yang indah sekarang ada di bawahnya, pasrah untuk termiliki, dan Christopher sudah berada di ujung kesabarannya. Akhirnya, dengan erangan parau dalam upayanya untuk tetap bersikap lembut, Christopher mendorong dirinya, menguakkan kelembutan yang telah sekian lama didambakannya itu dan menyatukan tubuhnya dengan tubuh Andrea, sedalam-dalamnya,
Andrea terkesiap, mengerang dan mengangkat pahanya tanpa sadar melingkari pinggul Christopher, membuat lelaki itu leluasa menenggelamkan dirinya di sana.
Sejenak Christopher terdiam, menikmati kehangatan basah tubuh Andrea yang melingkupinya, memberikan kesempatan bagi Andrea untuk beradaptasi dengan tubuhnya, lalu lelaki itu menundukkan kepalanya dan matanya bersinar lembut ketika menemukan bagaimana mata Andrea bersinar takjub dan bingung. Mata Andrea yang besar menatap Christopher setengah panik, setengah terhipnotis.
Christopher lalu menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya untuk mengecup kedua kelopak mata Andrea sehingga mata itu tertutup,
“Nikmati saja sayang.” Desis Christopher parau, lalu menggerakkan pinggulnya pelan, merasakan gairah yang luar biasa membakarnya atas sensasi yang membakarnya itu. Dia lalu menggerakkan tubuhnya lagi, menggoda Andrea, membuat jantung Andrea berdegup kencang dan nafasnya semakin cepat.
Tubuh dua anak manusia itu menyatu dalam gerakan-gerakan yang sudah ditakdirkan sejak manusia diciptakan di bumi ini. Gerakan penuh gairah, penyatuan diri untuk mencapai orgasme yang luar biasa.
Christopher mempercepat gerakan tubuhnya, merasakan kenikmatan itu datang dan membuat tubuhnya gemetar. Oh Ya Ampun, Andrea benar-benar luar biasa, perempuan itu membuatnya melayang. Christopher menatap Andrea, dan membuat perempuan itu membuka matanya,
“Tatap aku sayang, tatap aku dan lihatlah betapa kau memberikan kepuasan kepadaku.” Christopher mengernyit menahan dorongan kenikmatan yang berdentam-dentam di kepalanya, “Tatap aku Andrea....” Lalu Christopher mengerang dalam, mencapai orgasmenya yang sangat luar biasa.
Andrea mencoba mengikuti instruksi Christopher untuk menatapnya, tetapi ketika Christopher dihantam oleh kenikmatannya sendiri, Andreapun ikut larut ke dalam orgasmenya yang luar biasa. Pelepasan itu terasa nikmat, membuat Andrea melayang dan memejamkan matanya, hanyut dalam ledakan orgasme Christopher yang terasa panas dan hangat, menyembur jauh di dalam tubuhnya.
Kemudian mereka terdiam, dengan tubuh Christopher masih menindih tubuhnya dan tungkai Andrea yang melingkari pinggul Christopher, napas mereka terengah-engah dan debaran jantung mereka masih berkejaran
***

Eric menyetir mobilnya kebingungan dan menghela  napas panjang berkali-kali, ketika berada di lampu merah, dia berhenti dan menoleh, menatap Katrin yang berkali-kali mencuri pandang ke arahnya,
“Ada yang aneh, aku tahu, sepertinya ada  yang disembunyikan di balik sikap ramahnya itu.”
“Mungkin kau yang terlalu curiga Eric.” Perempuan itu menatap rekan agen sekaligus atasannya itu dengan tatapan mata penuh arti, “Dia hanyalah seorang lelaki tua yang genit.”
Eric menelaah semuanya. Lalu sekali lagi menghela napas panjang, mungkin memang dia yang terlalu curiga, mungkin dorongan Eric untuk bisa menemukan Andrea, membuatnya memaksakan seluruh petunjuk yang ada.
“Kau benar Katrin, maafkan aku.... misi ini terlalu mempengaruhi emosiku.”
Katrin menatap Eric penuh pengertian, “Aku mengerti Eric.” Dan ketika memalingkan mukanya jauh dari pandangan Eric, Katrin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Kini semuanya beres, Eric tak akan pernah bisa menemukan Andrea. Dan ketika Eric bisa menerima kenyataan bahwa antara dia dan Andrea sudah tidak ada harapan, maka akan muncul kesempatan bagi Katrin untuk menyusup ke dalam hati Eric. Katrin bisa bersabar sampai saat itu tiba.
***

Sharon marah luar biasa, dia datang ke rumah tempat Christopher menyekap Andrea, hanya untuk menemukan Mr. Demiris yang ada di sana. Lelaki tua itu menatap Sharon seolah Sharon adalah anak kecil yang bodoh,
“Christopher tidak ingin kau tahu apapun tentang rencanamu selanjutnya nak, dia sudah mencampakkanmu.”
Sharon mendengus marah, menatap  Mr. Demiris dengan panuh tuduhan, “Christopher tidak mungkin melakukannya!”
Demiris menghela napas panjang dan mengibaskan tangannya,
“Pergilah Sharon dan lakukan hal-hal yang mungkin lebih berguna daripada mengejar-ngejar Christopher, kau seharusnya sadar bahwa kau tidak akan mendapatkannya.” Demiris melemparkan pandangan jijik ke arah Sharon, lalu berdiri dan meninggalkan Sharon sendirian di ruang tamu itu, lelaki itu melangkah menaiki tanggal diikuti oleh Calista, yang sekarang sudah tidak berpakaian seksi lagi. Perempuan itu adalah salah satu pengawal Demiris yang membantu sandiwaranya untuk mengusir Eric beserta kecurigaannya dari rumah ini.
Sementara itu Sharon memandang sekeliling dengan geram bercampur kemarahan, dia tidak akan membiarkan Christopher lepas darinya, dia tidak akan menyerah! Apapun akan dilakukannya untuk mendapatkan Christopher kembali dalam jangkauannya. Christopher miliknya! Sharon tidak akan membiarkan siapapun merenggutnya darinya.
***

Andrea merasakan perasaan yang samar di tubuhnya, perasaan samar yang familiar sekaligus asing..... rasa yang memenuhi pangkal pahanya...
Dia terkesiap dan langsung terduduk dari ranjangnya, tetapi usahanya tertahan oleh sebuah lengan yang melingkupi pinggangnya. Andrea menatap lengan itu, lalu menatap lelaki pemilik lengan itu dan terkesiap.
Astaga.... ya ampun... Andrea berusaha mengumpulkan ingatannya, suatu hal yang sangat sulit dilakukannya ketika baru terbangun dari tidurnya.
Lelaki ini semalam telah berhasil merayunya, membuat Andrea menyerahkan dirinya! Tubuh Andrea gemetaran, merasa malu dan menyesal kepada dirinya sendiri, dia benar-benar seperti perempuan murahan, larut ke dalam rayuan lelaki ini dan menyerahkan tubuhnya!
Andrea bukan perempuan seperti itu! Dia perempuan baik-baik yang selalu ingin menjaga tubuhnya untuk suaminya nanti... dan sekarang, Christopher Agnelli telah merenggut semuanya!
Dengan kasar, terdorong oleh kemarahan dan kekecewaannya kepada dirinya sendiri, Andrea mendorong lengan Christopher yang masih melingkari tubuhnya dengan posesif, membuat lelaki yang masih terlelap dalam tidurnya itu menggeliat, merasa diusik dari kelelapannya.
Christopher membuka matanya, mengernyit sebentar karena sinar matahari sore sudah menembus tirai kamar itu, membuat matanya harus beradaptasi. Dia kemudian menolehkan kepalanya dan melihat Andrea sudah terduduk, dengan tatapan membara marah kepadanya.
Perempuan kecilnya ini siap meledak rupanya. Christopher tersenyum dan melemparkan tatapan mata menggoda, menelusuri tubuh Andrea,
“Selamat pagi Andrea. Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukan pemandangan yang sangat indah ketika aku bangun tidur.”
Andrea mengikuti arah pandangan Christopher dan memekik ketika menyadari bahwa dadanya telanjang, bebas terbuka di bawah tatapan mata Christopher. Dengan panik, dia meraih selimut yang bergumpal acak-acakan di sekitar pinggulnya dan menaikkannya ke dadanya, usahanya itu malah membuat selimut yang sama yang ternyata juga menutupi bagian pinggang ke bawah Chrsitopher tertarik dan membuka.
Andrea mengerang malu dan memalingkan muka, memejamkan mata dan merasakan tubuhnya merona dari ujung kepala ke ujung kakinya ketika menyadari bahwa meskipun sekilas tadi, dia telah melihat betapa kejantanan Christopher telah sangat bergairah dan keras, begitu siap....
Andrea mendengar Christopher terkekeh, menertawakan tingkah konyol Andrea, lelaki itu lalu berdiri, tidak mempedulikan ketelanjangannya, dan seolah makin geli melihat Andrea memalingkan muka sambil memejamkan matanya, tidak mau melihat,
“Kenapa harus malu sayang?” Christopher yang berdiri di pinggir ranjang membungkuk dan meraih dagu Andrea yang terduduk di tengah ranjang sambil memeluk selimutnya di dadanya, “ Apakah kau tidak ingat betapa semalam kau sangat menikmati memandang, menelusuri dan mencecap seluruh tubuhku?”
Wajah Christopher yang begitu dekat membuat Andrea membuka matanya dan langsung berhadapan dengan mata cokelat gelap yang indah itu. Andrea merasa amat sangat malu, dan dia semakin terkesiap ketika melihat bekas-bekas merah di pundak dan dada Christopher, lelaki itu mengikuti arah pandangan Andrea dan tertawa.
“Ya, sayang kau yang meninggalkan bekas-bekas ini di tubuhku. Andrea yang suci ternyata tak sesuci yang dikira, kalau saja kau mampu mengingat betapa bergairahnya kau dibawah tubuhku... kau pasti akan mengakui bahwa jauh di dalam sana, kau sangat menginginkanku untuk memuaskanmu.” Christopher memaksakan Andrea mendekat dengan mencengkeram dagunya lembut, lalu lelaki itu mengecup bibir Andrea dengan menggoda.
“Kau milikku Andrea, dan akan selalu menjadi milikku, ingat itu.” Dan kemudian sambil meraih celananya yang terlempar di lantai, beberapa meter dari ranjang, Christopher berjalan ke arah pintu, berhenti sejenak untuk memakai celananya, lalu tanpa menoleh lagi membuka pintu kamar, dan melangkah keluar serta menguncinya dari luar, mengurung Andrea kembali di dalam kamar.
Andrea tidak berani melihat Christopher sama sekali. Padahal tadi dia sudah bersiap untuk marah besar kepada lelaki itu, kalau perlu dia ingin menampar, memukul atau bahkan mencakar wajah yang sempurna itu sebagai pelampiasan kemarahannya karena telah diperdaya dengan rayuan lelaki itu. Tetapi sayangnya, ketika Christopher membuka matanya, lelaki itu langsung memancarkan nuansa arogan yang membuat siapapun lawannya tak berdaya, begitupun Andrea.
Kemudian kalimat Christopher terngiang di kepalanya,
Andrea yang suci ternyata tak sesuci yang dikira.....
Andrea mengintip ke bawah selimutnya dan mengernyit. Tidak ada darah di sana, bukankah ini saat pertamanya? Bukankah sebagian besar perempuan mengeluarkan darah di malam pertama?
Tetapi memang Andrea pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa tidak semua malam pertama harus berdarah, karena perempuan memiliki selaput dara yang berbeda-beda, ada yang elastis, ada yang tidak, ada yang pembuluh darahnya banyak ada yang tidak. Bahkan kadangkala proses penetrasi bisa saja tidak merobek selaput dara sepenuhnya. Di artikel itu dikatakan bahwa mengukur kesucian dengan darah di malam pertama adalah hal yang picik dan kuno.
Tetapi... bagaimanapun juga, bukankah meskipun jika tidak ada darah, setidaknya akan terasa sakit ketika tubuh seorang lelaki memasukinya pertama kalinya? Andrea mencoba menelaah tubuhnya dan tidak merasakan sesuatupun, semua terasa nyaman dan baik-baik saja.....Ingatan erotis semalam membuatnya menggelenyar ketika mengenang betapa mudahnya tubuh Christopher meluncur masuk ke dalam tubuhnya, meski tahap pertama agak susah, tetapi kemudian lelaki itu bisa memasukinya dengan begitu dalam dan nikmat, tanpa ada rasa sakit sedikitpun.
Andrea memegang keningnya yang terasa pening, antara bingung dan putus asa. Ya ampun, apakah dia sebenarnya bukanlah perempuan suci pada saat kemarin Christopher membuatnya terpedaya? Kalau begitu? Sebelumnya Andrea pernah bercinta? Ataukah memang Christopher terlalu ahli dalam mencumbunya sehingga Andrea benar-benar siap dan tidak merasakan sakit sama sekali?
***

Eric tengah duduk di tengah kamarnya, merenung. Andrea. Nama itu berkutat terus menerus di dalam benaknya, membuatnya hampir gila memikirkan tentang Andrea.
Perasaan yang paling menyakitkan adalah ketika menyadari bahwa dia tidak berdaya untuk menemukan perempuan yang dicintainya. Dia mengangkat teleponnya dan menghubungi atasannya.
“Aku tidak bisa menemukannya.”
Atasannya terdiam sedikit lama sebelum bersuara, “Kau sudah berusaha, team kita akan terus mencari.” Lelaki itu berdehem, “Aku hanya berharap ketika ingatan Andrea kembali, dia sedang bersama kita, bukan sedang bersama “Sang Pembunuh” itu.”
Eric mengernyitkan keningnya, “Apakah bagimu yang penting hanya ingatan Andrea? Kenapa tidak memikirkan keselamatan Andrea?”
“Ingat Eric, jangan terbawa emosi dalam melaksanakan tugas ini, kau tentu ingat misi utama kita adalah menjaga Andrea sampai ingatannya kembali. Kita mencemaskan bahwa dia mengetahui sesuatu tentang hasil penelitian ayahnya yang mungkin membahayakan pertahanan dan keamanan negara kita. Sampai dengan saat ini kita belum pasti, karena itulah kita harus menjaga Andrea sampai ingatannya kembali dan kita bisa memastikan.” Atasan Eric menghela napas panjang, “Hanya yang tidak terduga, “Sang Pembunuh” ini kembali dan mengejar Andrea.”
“Dan Andrea bisa saja sudah dibunuh olehnya.” Eric mengerang parau. Bagaimana mungkin atasannya menyuruhnya untuk tidak melibatkan perasaanya dalam hal ini? Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya?
“Aku masih berharap dia hidup dan baik-baik saja. Ingat berkas-berkas yang kutunjukkan kepadamu itu? Sebuah catatan harian dari mendiang ayah Andrea yang selama ini kita rahasiakan? Kalau memang yang tertulis di sana benar, mungkin saja “Sang Pembunuh” tidak membawa Andrea untuk dibunuh.”
Hati Eric semakin terasa sakit ketika mengingat terntang berkas yang ditunjukkan oleh atasannya dulu itu, berkas yang membuatnya mengambil keputusan impulsif menjauhi Andrea dan menyuruh perempuan itu menjauhinya dengan kasar pula. Sejak kelakuannya itu, dia tahu bahwa perasaan Andrea sudah tidak sama lagi kepadanya, Andrea kecewa dan kehilangan kepercayaan kepadanya. Eric mengerang merasa bodoh karena perasaan cemburunya malahan menghancurkan semuanya.
“Aku juga berharap begitu.” Jawab Eric, meskipun hal itu terasa bagai buah simalakama bagi dirinya. Kalau “Sang Pembunuh” itu tidak mengambil Andrea untuk dibunuh... berarti dia akan mengambil Andrea untuk dimiliki....
***

Sharon menatap ponsel di tangannya dan mengernyit dia sudah mencoba menghubungi nomor Christopher sejak tadi tapi nomornya tidak dapat dihubungi. Sejak pulang dari tempat Crhristopher dan menemukan bahwa Mr. Demirislah yang ada di sana, dan Christopher telah membawa pergi Andrea ke sebuah tempat yang tidak dia tahu, hati Sharon terasa bergemuruh. Apalagi ketika dia melongok ke meja kerja Andrea yang selalu kosong, membuatnya merasa semakin terbakar.
Kemana Christopher membawa Andrea? Apakah dia membawa perempuan itu ke tempat eksotis di Italia? Tempat kelahirannya? Sharon menggeram, seharusnya dia yang ada dibawa ke sana, menikmati percintaannya dengan Christopher. Seharusnya dia menyingkirkan Andrea dari awal, bukannya ikut membantu rencana Christopher untuk mendapatkan Andrea. Sekarang Christopher meninggalkannya begitu saja, menyakiti hatinya.
Benak Sharon berputar, mencari cara untuk menemukan kemana Christopher membawa Andrea, dia akan mencarinya di perusahaan ini, perusahaan tempat dirinya disusupkan untuk bekerja dan menyamar serta mendekati Andrea dan menjadi sahabatnya.
Sharon tahu pasti bahwa Christopher memiliki orang dalam di perusahaan ini, hanya saja dia tidak tahu siapa..... tetapi Sharon sudah menduganya, orang itu mungkin saja adalah Romeo Marcuss. Sharon melangkah menelusuri tempat Romeo Marcuss berkantor sementara, matanya melirik dengan tatatapan penuh arti
Sebenarnya dia sudah selangkah lebih maju, didorong oleh kecurigaannya, Sharon sudah memasang penyadap di dalam ruangan kantor Romeo itu, tersembunyi dengan rapi di bawah meja Romeo….. penyadap itu bisa menangkap percakapan apapun di dalam ruangan itu dengan jelas. Sekarang yang bisa Sharon lakukan hanyalah menunggu. Kalau dugaannya benar bahwa Romeo ada hubungannya dengan Christopher, dia pasti akan menemukan petunjuk keberadaan lelaki pujaannya itu.
***

“Kemana tante Elena, paman? Kenapa beliau tidak ikut kemari?” Romeo duduk di sofa menghadap paman Rafael, sahabat ayahnya yang berkunjung ke kantor ditengah kunjungan liburannya bersama isterinya.
Rafael tersenyum, menatap anak sulung dari Damian sahabatnya yang tanpa terasa telah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang tampan seperti ayahnya, hanya saja ketampanan Romeo lebih mencolok dibandingkan ayahnya, dengan wajah seperti visualisasi malaikat pada jaman Renaissance,
“Dia masih lelah setelah perjalanan. Mungkin nanti malam kita bisa makan malam bersama.” Rafael menyebut nama hotelnya, meminta Romeo berkunjung setelah makan malam. “Elena membutuhkan liburan ini, tempat ini tenang, dan kau tahu, setelah kejadian itu Elena tidak pernah sama lagi.”
Romeo menatap wajah Rafael yang sedih dan menganggukkan kepalanya. Dia tiba-tiba merasa sedih dan iba sekaligus. Kemudian dia menghela napas dan berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa muram, “Ide bagus, aku sedikit bosan menghabiskan malamku di kota ini, tidak banyak hiburan yang bisa didapat. Tetapi hal ini ada baiknya juga karena aku bisa memperoleh masa tenangku.” Romeo mengedipkan matanya penuh arti kepada Rafael, membuat Rafael tergelak. Lelaki ini kelakuannya mirip dengan ayahnya di masa muda, pemain wanita. Tetapi Rafael tahu pria-pria seperti itu pada akhirnya akan berlabuh ketika menemukan wanita yang tepat.
“Kau bisa meminjam pulau pribadiku itu semaumu kalau kau menginginkan masa tenang.. Oh ya apakah tamumu sudah nyaman di sana? Kemarin kepala pelayanku di sana memberitahu bahwa tamumu sedikit membuat kehebohan karena dia datang dengan membawa pengawal-pengawal yang berjaga di sekeliling rumah.” Rafael menatap Romeo dengan pandangan mata menyelidik, “Kau tidak sedang berurusan dengan mafia atau sejenisnya bukan? Karena ayahmu akan membunuhku kalau sampai aku meminjamkan pulauku untuk teman mafiamu.”
Romeo tergelak, “Tenang saja paman Rafael, aku tidak sedang berurusan dengan mafia kok, aku sedang berurusan dengan sahabatku, yang sedang berusaha mendapatkan keinginannya”
Di luar, di ruangan lain, di mejanya sendiri, Sharon mendengarkan seluruh percakapan yang terdengar jelas dari alat penyadapnya melalui earphone khusus di telinganya, dan tidak bisa menahankan seringainya. Dia sungguh beruntung.
Dengan tergesa Sharon menyalakan komputernya, ini tengah hari, dan kebanyakan pegawai sedang keluar untuk makan siang sehingga suasana kantor sedikit lengang, Sharon mencari dimesin pencarian dan memasukkan nama Rafael Alexander. Lelaki itu cukup terkenal, jadi tidak menutup kemungkinan Sharon bisa menemukan dimana pulau yang dimiliki oleh Rafael itu.
Gotcha! Sharon hampir tidak bisa menyembunyikan seringainya ketika sebuah cuplikan berita memuat tentang profil Rafael Alexander, lelaki ini memiliki sebuah pulau kecil pribadi yang lokasinya dekat dengan pulau dewata, dan bisa diakses dengan perahu boat.
Dengan cepat Sharon langsung membuat panggilan ke agen perjalanan,  “Halo saya ingin memesan tiket ke pulau dewata, malam ini juga.”
Setelah mengurus semuanya, Sharon teringat pada Eric. Dia tidak mungkin datang ke sana sendirian dan mencoba merenggut Christopher, yang ada lelaki itu mungkin akan mengusirnya atau malah membunuhnya. Sharon membutuhkan bantuan untuk memisahkan Andrea dari Christopher....
Dengan tergesa Sharon langsung memencet nomor ponsel Eric yang tentu saja diketahuinya,
“Halo?” Suara Eric menyahut di sana, lelaki itu melihat nomor Sharon dan mengernyitkan keningnya. Mereka dulu memang rekan sekerja dan saling bertukar telepon, tetapi tidak pernah sekalipun Sharon meneleponnya sebelumnya.
“Eric? Ini Sharon.” Suara Sharon terdengar setengah berbisik, “Kau ingat pertemuan terakhir kita kemarin dimana aku mencurigai bahwa Andrea bukannya pergi untuk tugas bisnis seperti yang dikatakan oleh atasan Andrea? Kurasa dugaanku bahwa Andrea sedang berkencan dengan lelaki eksotisnya betul, barusan tanpa sengaja aku mendengar percakapan Romeo Marcuss....
***

Sementara itu, di ruangannya, sepulangnya Rafael dari sana, Romeo langsung menelepon Christopher,
“Halo.” Jawaban Christopher di seberang sana terdengar galak, sepertinya laki-laki itu sedang gusar.
“Hei.. hei.. ini aku jangan marah padaku, ada apa Christopher?” Romeo langsung menyahut dengan geli.
Sementara itu Christopher tercenung, dia benar-benar harus menjaga emosinya kalau berdekatan dengan Andrea, tetapi perempuan itu…. Oh Astaga, bahkan kenikmatan itu masih berdenyar di seluruh tubuh Christopher, kenikmatan ketika tubuhnya menyatu dengan tubuh Andrea, ketika dia membawa Andrea mencapai puncak kenikmatan bersamanya…. Penantiannya yang begitu lama telah terpuaskan seketika, tetapi kenapa Andrea bahkan tidak mampu menerimanya?
“Christopher?” Romeo bergumam lagi ketika tidak menemukan jawaban dari Christopher, membuat lelaki itu mengerjap, kembali dari alam lamunannya.
“Ya Romeo, ada apa?”
“Paman Rafael tadi kemari, dia bilang kau membuat kehebohan di sana karena membawa begitu banyak pengawal.” Romeo terkekeh, “Aku harap kau tidak terlalu mencolok di sana, paman Rafael bahkan mengira aku sedang berurusan dengan mafia. Kau harus berhati-hati dengan penduduk di sana, bagaimanapun juga sekali waktu beberapa penduduk ada yang pergi dan pulang dari pulau dewata untuk mengambil beberapa pasokan bahan pangan, kalau kau terlalu mencolok, mungkin saja para penduduk itu akan membicarakanmu dengan orang-orang di pulau dewata dan kau bisa ketahuan.”
Christopher mengernyitkan keningnya, “Jadi aku harus bagaimana?”
“Yah, mungkin kau bisa sembunyikan pengawal-pengawalmu itu, dan bertingkahlah seperti pengunjung pulau biasa yang datang berkunjung untuk berlibur.”
Christopher tampak memikirkan usulan Romeo itu, dia lalu menghela napas dan menganggukkan kepalanya,
“Aku akan mengurangi beberapa pengawalku dan menyuruh mereka semua kembali pada Demiris, kau benar, seharusnya aku tidak berlebihan dalam penjagaan dan membuat diriku mencolok, lagipula pulau ini adalah pulau terpencil, jadi kecil kemungkinan ada yang bisa masuk tanpa ketahuan.”
Setelah menutup pembicaraan, Christopher memanggil Richard yang segera datang menghadapnya,
“Instruksikan para pengawal untuk pulang ke Demiris, tinggalkan dua atau tiga pengawal terbaik saja di sini.”
Richard mengerutkan keningnya, tidak setuju, “Maksud anda? Anda akan melonggarkan pengamanan di sekitar pulau ini?”
Christopher menganggukkan kepalanya,
“Kita terlalu mencolok dengan semua pengawal-pengawal itu, Richard, sebagian penduduk bahkan sudah menggosipkannya hingga sampai ke telinga Rafael Alexander. Aku pikir kita cukup dengan beberapa pengawal saja, toh ini pulau terpencil dan kecil kemungkinan akan ada orang yang tahu kita di sini.”
Richard terpekur, dan meskipun masih memendam rasa tidak setuju, dia menganggukkan kepalanya dengan patuh,
“Baik. Akan saya instruksikan kepada semuanya.”
***

Begitu menerima informasi dari Sharon, Eric langsung berkemas, dia memutuskan tidak akan memberitahu atasannya dan berangkat sendiri menjalankan misi menyelamatkan  Andrea. Atasannya pasti akan menyuruhnya duduk dan mengadakan meeting dengan semua agennya untuk mengatur strategi, lagipula atasannya tampaknya tidak begitu peduli dengan keselamatan Andrea, yang dipedulikannya adalah informasi penting yang mungkin ada di ingatan Andrea yang hilang yang tidak boleh sampai bocor ke orang lain, apalagi ke tangan “Sang Pembunuh.”
Mungkin malahan atasannya itu akan lega kalau Andrea terbunuh, jadi semua informasi rahasia yang mungkin ada akan lenyap selamanya bersama lenyapnya Andrea.
Eric menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran negatif itu. Dia harus bertindak sendiri sekarang, dengan cepat dan rahasia. Setidaknya kalau informasi dari Sharon salah, dia tidak akan menuai kecaman dari atasannya, sama seperti ketika dia memimpin pengawasan dan penyerbuan ke rumah Mr. Demiris yang ternyata membuatnya tampak bodoh dan memiliki kecurigaan yang tidak beralasan.
Akan sama kalau Eric menginformasikan tentang pulau yang dimiliki oleh Rafael Alexander ini kepada atasannya, atasannya hanya akan menyuruhnya untuk bertindak tidak gegabah dan menyelidiki semuanya dulu pelan-pelan. Eric tidak mau menunggu. Dia punya firasat dan kali ini dia yakin, firasatnya pasti benar.


Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 13

No comments:

Post a Comment