Saturday, August 15, 2015

Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 9

Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 9





Mandi?
Apakah maksud lelaki ini, dia akan mandi di sini. Bersama Andrea??
Wajah Andrea merah padam, selain karena uap hangat air mandinya juga karena perkataan Christopher yang seolah tidak peduli itu.
“Jangan kau kira kau bisa melecehkanku seenaknya!” Andrea memandang Christopher dengan marah, “Keluar!”
Tetapi rupanya kemarahan Andrea tidak mengganggu Christopher, lelaki itu hanya  berdiri dengan nyaman di sana, tampak tidak peduli dengan ketelanjangannya, sementara Andrea semakin tidak nyaman, berusaha mengalihkan pandangannya dari bagian tubuh Christopher itu....dia tidak boleh melihat! Meskipun kemudian dia tidak bisa menahan diri dan menyadari bahwa lelaki itu sedang sangat terangsang! Oh Tuhan, apakah dia akan berakhir diperkosa di kamar mandi oleh Christopher?
“Tidakkah engkau tertarik untuk merasakan nikmatnya mandi bersamaku, Andrea? Aku akan memijat punggungmu.” Lelaki itu malahan melangkah, mulai masuk ke dalam kolam mandi itu, membuat Andrea panik, dia langsung beringsut ke ujung yang paling jauh dari Christopher menyadari dilema yang dirasakannya, kalau dia berdiri, dia dalam keadaan telanjang bulat dan Christopher akan melihat semuanya....
Christopher makin masuk ke kamar mandi dan melangkah mendekat, membuat Andrea tidak bisa berpikir panjang, dia langsung berdiri, berusaha tidak mempedulikan ketelanjangannya dan hendak melompat dari kolam mandi itu dan melarikan diri. Sayangnya, Christopher lebih sigap, dengan cepat lelaki itu mencekal lengan Andrea dan kemudian menarik tubuh Andrea yang membelakanginya hingga punggung Andrea menempel di dadanya.
Andrea langsung gemetar ketika jemari Christopher mencekal kedua lengannya dengan mudahnya dan menjadikannya satu di depan tubuhnya. Christopher bisa dibilang memeluk Andrea dengan eratnya dari belakang. Seluruh punggung Andrea menempel ke bagian tubuh depan Christopher yang keras, dan Andrea bisa merasakan bagaimana kejantanan Christopher yang keras mendesak di lekukan panggul atasnya.
“Lepaskan aku.” Andrea bergumam, berusaha menyembunyikan gemetar di suara dan tubuhnya.
Christopher yang berdiri di belakangnya menumpukan dagunya di puncak kepala Andrea, Andrea bisa merasakan lelaki itu tersenyum mengejeknya.
“Kita tidak perlu bertingkah seperti ini, Andrea...aku ingin memperlakukanmu dengan baik, seharusnya kau menerimanya begitu saja, dengan begitu mungkin aku akan mengampunimu.”
“Kau mengejarku karena ingin membunuhku.” Andrea menggertakkan giginya, “Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja? Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa kau menyekap dan melecehkanku?”
Christopher mengetatkan pelukannya, memastikan Andrea tidak bisa menggerakkan tubuhnya,
“Aku tidak ingin melecehkanmu.” Lelaki itu menundukkan kepalanya dan kemudian bibirnya merayap ke samping kepala Andrea, Andrea bisa merasakan hembusan napas panas di sana, yang membuatnya meremang, sebelum kemudian bibir Christopher melumat telinganya, mengecup dan memainkan lidahnya di sana, penuh rayuan, “Aku cuma ingin memujamu.”
Andrea langsung meronta, berusaha melepaskan diri dari pengaruh hipnotis rayuan Christopher. Tetapi lengan lelaki itu masih kuat memeluknya, membuatnya tidak  berdaya.
“Andrea...” tiba-tiba saja suara Christopher terdengar sedih, membuat Andrea tertegun. Lelaki itu menundukkan kepalanya, memeluk Andrea erat-erat dari belakang, dan menenggelamkan kepalanya di cekungan di antara leher dan pundak Andrea.
Andrea membeku dipeluk dengan penuh perasaan seperti itu, sehingga tanpa sadar dia terdiam dan membiarkannya. Sampai lama kemudian, Christopher mengecup lembut pundaknya dan melepaskan pelukannya.
“Mandilah.” Lelaki itu menjauh, dari sudut matanya Andrea melihat Christopher meraih jubah mandi yang tersedia di rak samping kamar mandi dan mengenakannya, lalu tanpa kata, seolah-olah sudah menjadi kebiasaannya, dia melangkah pergi.
Andrea menghela napas panjang setelah pintu itu di tutup. Jemarinya memegang dadanya, berusaha menghentikan debaran di sana.
***

Christopher keluar dari kamar mandi itu dengan marah, marah kepada dirinya yang lemah, marah karena tidak mampu melaksanakan maksudnya. Dia masuk ke kamar mandi itu, telanjang, jelas-jelas untuk memaksa Andrea melayani nafsunya.
Christopher sangat bergairah ketika memasuki kamar mandi itu, membayangkan bagaimana paha Andrea akan terbuka untuknya dan dia bisa menenggelamkan dirinya dalam kehangatan yang manis tubuh Andrea, mencapai kepuasannya sendiri dan memberikan kepuasan untuk Andrea. Dia akan memiliki Andrea!
Tetapi kemudian, ketika dia memeluk Andrea dari belakang, merasakan seluruh tubuh Andrea gemetar dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, Christopher tiba-tiba saja merasa luruh dan tidak mampu.
Itulah yang membuatnya marah, Andrea selalu berhasil membuatnya lemah bahkan ketika perempuan itu tidak menyadarinya.
***

Romeo yang sedang mengunjungi rumah Christopher duduk di ruang tamu yang mewah itu dan mengamati sekelilingnya penuh penilaian. Christopher kaya, tentu saja, dan ketika memilih rumah sebagai tempat tinggalnya, dia tetap saja menunjukkan selera tingginya.
Tak lama kemudian, Chrsitopher keluar, tampak muram meskipun segar sehabis mandi, dia mandi di kamar mandi lain dengan marah dan masih mengutuk dirinya sendiri, rambutnya basah dan lelaki itu mengenakan kemeja sutera warna hitam yang dipadu dengan celana jeans warna senada. Penampilannya santai karena sedang berada di rumah.
Romeo melihat ekspresi wajah Christopher dan mengangkat alisnya,
“Kau sudah mendapatkan Andrea, dan ekspresimu tetap saja muram.” Lelaki itu menggoda sahabatnya, membuat bibir Christopher menipis karena kata-kata Romeo tepat mengenai sasaran.
“Aku belum mendapatkannya.” Christopher menyimpulkan sendiri. Tidak. Belum. Dia belum sepenuhnya mendapatkan Andrea. Perempuan itu sudah jelas tertarik kepadanya, tetapi rasa tertariknya itu tertutup oleh rasa takut dan waspada yang mendominasi, seluruh penjelasan Eric tentangnya kepada Andrea sudah pasti membawa pengaruh besar bagi pandangan Andrea kepada Christopher, perempuan itu ketakutan. Takut bahwa Christopher akan membunuhnya.
Christopher memandang jemarinya dan tercenung, Akankah dia membunuh Andrea dengan tangannya sendiri? Waktu itu gagal melakukannya.... dan sekarangpun alasannya menyekap Andrea bukanlah untuk memperbaiki reputasinya?
“Aku kemari untuk mengabarkan bahwa semuanya sudah siap.” Romeo bergumam, memecah keheningan karena Christopher hanya tercenung dan sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Christopher menganggukkan kepalanya, “Terimakasih Romeo.” Lelaki itu melangkah pelan menuju bar yang tersedia di sudut ruangan, menuang brendi tua berwarna keemasan dari botol ke dua buah gelas lalu membawanya kepada Romeo.
Romeo menerima gelas itu dan mengernyit,
“Segelas brendi di siang bolong?” tetapi tak urung disesapnya minuman itu sambil mengernyit.
Christopher menyesap gelasnya,
“Agen itu, seorang agen yang sempat menyusup ke perusahaanmu demi mendekati Andrea, dia pasti sedang berusaha melacak jejakku. Rumah ini terlalu mencolok, karena itu aku memerlukan bantuanmu.”
Romeo mengangkat bahunya, “Eric. Aku sudah melihat berkasnya di kantorku, penyamarannya sangat bagus hingga aku tidak menyangka bahwa dia seorang agen khusus. Kau tidak perlu kuatir Christopher, lelaki itu tidak akan berhasil melacakmu dan Andrea, mereka tidak akan bisa mengaitkanmu dengan keluarga Marcuss.”
Christopher terkekeh, “Ayahmu pasti akan membunuhmu kalau tahu kau melibatkan diri ke dalam hal berbahaya seperti ini.”
“Mungkin.” Romeo tersenyum mengingat ayahnya yang luar biasa. Ayahnya adalah panutan, Romeo ingin menjadi seperti ayahnya di usia matangnya nanti, seorang ayah dan lelaki yang sempurna. “Tetapi kalau dia tahu aku melakukannya untuk menolong sahabatku, kurasa dia akan mengerti.”
Christopher mengangguk dan tersenyum, “Kau beruntung memiliki ayah seperti dia.” Lelaki itu lalu duduk di depan Romeo, “Jadi kemana aku bisa membawa Andrea?”
“Ke sebuah pulau.” Romeo menyandarkan tubuhnya di sofa, tampak puas, “Pulau itu bukan milik keluargaku, tetapi milik keluarga Alexander, mungkin kau pernah mendengarnya, Rafael Alexander adalah sahabat ayahku.”
“Aku pernah mendengarnya.” Tiba-tiba wajah Christopher tampak misterius, “Sungguh suatu kebetulan.”
Romeo menatap Christopher dengan bingung, “Kebetulan? Apa maksudmu?”
Christopher menggelengkan kepalanya, “Bukan apa-apa.” Ada sebuah penyelidikan yang dilakukan  Christopher berkaitan dengan keluarga Alexander, tetapi penyelidikan itu masih mentah dan Christopher memutuskan untuk menyimpannya dulu sambil memastikan bahwa semuanya sudah bisa dibuktikan.
Lama Romeo menatap Christopher penuh ingin tahu, tetapi kemudian dia sadar bahwa tidak ada gunanya memaksa Christopher berbicara, sahabatnya itu selalu penuh rahasia, dan ketika dia memutuskan untuk berahasia, tidak akan ada apapun yang bisa memaksanya untuk berbicara.
“Kau bisa membawanya ke sana kapan saja, aku sudah meminjam pulau itu dari paman Rafael dan beliau mempersilahkanku menggunakannya sesukanya, pulau itu biasanya hanya dikunjungi setahun sekali ketika keluarga Alexander berlibur. Jadi sekarang kau bisa leluasa menggunakannya.”
“Aku tidak akan lama di sana.” Christopher tersenyum, “Segera setelah seluruh persiapan beres, aku akan kembali ke Italia.”
Ya. Christopher tidak sabar menunggu waktunya tiba, dan dia bisa kembali pulang....
***

“Kami sudah menyelidiki seluruh rumah di sekitar sini yang dibeli atas nama pengusaha asing, ada banyak sekali, tetapi kami sudah mengerucutkan hanya kepada rumah-rumah yang dibeli beberapa bulan terakhir.” Katrin, salah seorang anak buah Eric menatap atasannya itu dengan gugup, “Datanya terlalu luas, kami tidak tahu harus melacak nama siapa. Tanpa spesifikasi data yang pasti, kita harus melakukan pengecekan terhadap beribu-ribu rumah.”
Eric menghela napas panjang, “Dan itupun belum tentu berhasil, bisa saja “Sang Pembunuh” membeli atau menyewa rumah atas nama orang lain, atau menggunakan orang local, sehingga kita tidak akan bisa melacaknya.” Pandangan Eric menerawang, menatap foto samar-samar sang pembunuh yang dipasang di white board kantornya. “Oke Katrin, kau bisa pergi. Kabari aku hasil penyelidikan team nanti.”
Katrin melempar pandangan penuh rasa kagum kepada bosnya itu sedetik sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan Eric. Eric adalah atasannya yang paling tampan, dan masih muda. Biasanya lelaki itu selalu tampak tenang dan terkendali, membuat Katrin kagum. Tetapi sekarang lelaki itu tampak begitu gusar, seolah kasus ini telah begitu mempengaruhinya. Kenapa? Apakah karena perempuan yang dianggap sebagai kunci itu? Perempuan bernama Andrea?
Tiba-tiba Katrin merasa cemburu sekaligus iri, dia belum pernah berjumpa dengan perempuan bernama Andrea itu, yang selalu menjadi pusat perhatian bagi misi mereka. Tetapi dia pernah melihat fotonya, Andrea perempuan yang cantik dan tampak lembut, dengan rambut panjang dan senyum yang menawan. Mungkin senyum itu pulalah yang membuat Eric begitu terpengaruh atas hilangnya Andrea.
Eric bukannya mencemaskan data penting yang mungkin ada di ingatan Andrea yang hilang, yang mungkin bisa jatuh ke tangan sang pembunuh, Eric sepertinya mencemaskan Andrea sendiri. Perempuan itu sepertinya telah mengambil hati atasannya.
Katrin memegang dadanya yang berdenyut oleh perasaan yang mirip cemburu, kemudian dia menghela napas dan melangkah menjauh.
***

Perempuan itu mengoleskan lipstick merah menyala di bibirnya, menatap puas pada bayangannya di cermin. Dia tampak amat sangat cantik, seperti yang diharapkannya.
Dia sudah meng highlight rambutnya menjadi berwarna kemerahan, dan membungkus tubuhnya dengan gaun merah yang sangat seksi. Semuanya serba merah, mengirimkan pesan tantangan kepada Christopher, menyiratkan makna bahwa dia menantang Christopher untuk memilikinya.
Christopher Agnelli adalah cinta sejatinya, satu-satunya lelaki sempurna yang dipujanya. Dia akan tetap memuja Christopher meskipun dia tahu bahwa lelaki itu saat ini sedang tidak fokus kepadanya. Christopher masih disilaukan oleh Andrea, tetapi dia yakin, akan ada saatnya dimana Christopher bias  menyadari kehadirannya dan kemudian memahami betapa beruntungnya diri Christopher, karena dicintai perempuan seperti dirinya.
Matanya bersinar marah ketika membayangkan Andrea, perempuan itu benar-benar merepotkan. Dia mau menerima tugas dari Christopher bukan karena ingin mendekatkan Christopher kepada Andrea, itu adalah hal terakhir yang diinginkannya! Dia melakukan  semua ini lebih karena keinginannya untuk mengawasi Christoher dan  mengetahui semua perkembangan terbaru menyangkut Andrea, dan jilkalau dia menemukan bahwa Andrea akan terlalu dekat dengan Christopher, dia akan langsung bergerak untuk menjauhkan Christopher.
Christopher adalah miliknya dan akan selalu begitu, Lelaki itu harus disadarkan bahwa tidak akan  ada perempuan yang bisa mencintainya sedalam dia mencintai Christopher.
Sambil menatap dirinya sendiri di cermin untuk terakhir kalinya, perempuan itu tersenyum, membayangkan masa depannya yang indah, bersama lelaki yang dipujanya.
***

Ketika Christopher memasuki kamar itu, Andrea sedang duduk dengan tatapan mata menerawang, dia hanya mengangkat kepalanya sedikit ketika melihat Christopher, tatapan matanya, seperti biasa, tampak marah yang berlumur dengan ketakutan,
“Ada apa?”
Mau tak mau Christopher merasa geli akan sikap Andrea yang penuh antisipasi negatif terhadapnya, dia lalu bersandar di lemari tempat meletakkan berbagai hiasan di depan Andrea, tampak santai,
“Bisakah kau tidak berlaku defensif terhadapku, Andrea? Aku tidak akan melukaimu, belum akan.” Tatapannya berubah menjadi berbahaya, “Meskipun tidak akan menutup kemungkinan aku bisa melukaimu kalau kau mencoba bertindak bodoh, melarikan diri misalnya.”
Andrea menatap kesal ke arah Christopher, “Bagaimana bisa aku melarikan diri? Kau mengunci satu-satunya pintu jalan keluar dari kamar ini, dan jendela itu dipasang gerendel yang sangat besar.” Andrea mendesah jengkel, “Aku tidak tahu kenapa kau mengejarku, mereka semua bilang ini ada hubungannya dengan ayahku, dan juga dengan reputasimu.” Tiba-tiba tatapan Andrea menajam penuh kebencian ketika menemukan setitik kebenaran. “Apakah kau yang membunuh ayahku?”
Christopher memasang wajah datar tanpa ekspresi, menyandarkan tubuhnya dengan santai.
“Apakah menurutmu begitu?” Lelaki itu membalikkan pertanyaan Andrea dengan sebuah pertanyaan pula.
Napas Andrea mulai terengah ketika menyadari bahwa mungkin saja dia sedang berhadapan dengan pembunuh ayahnya!
“Kau yang membunuh ayahku ya? Katanya kau disewa oleh organisasi jahat itu untuk melenyapkan ayahku.”
Christopher tidak menjawab, hanya menatap Andrea dengan tajam,
“Itu yang mereka katakan kepadamu?” Lelaki itu tersenyum tipis, “Kalau begitu kau bisa mempercayai apapapun yang kamu mau.”
Andrea langsung meradang mendengar jawaban yang sangat tidak berperasaan itu, dia tanpa sadar melonjak dan menerjang Christopher.
Dengan marah dia melemparkan telapak tangannya, menampar pipi lelaki itu,
“Betapa kejamnya hatimu!” Mata Andrea mulai berkaca-kaca, menatap Christopher penuh emosi, “Kau membunuh orang tanpa hati, tanpa menyadari bahwa setiap orang punya kehidupan yang berhak dijalaninya! Manusia sepertimulah yang seharusnya mati! Bukan ayahku!” Dengan histeris Andrea memukul-mukulkan tangannya, menyerang Christopher, menampar sebisanya, tetapi Christopher menanggapinya dengan sangat dingin dan tenang, lelaki itu kemudian menggerakkan tangannya dan menggenggam pergelangan tangan Andrea dengan kedua tangannya.
“Order Kecil.” Christopher bergumam parau, matanya berkilat, “Begitulah aku menyebutmu, kau adalah tugas yang paling mudah yang pernah kujalankan, aku meremehkanmu dan menganggapmu sambil lalu, bahkan dengan aku memejamkan matapun, aku pasti bisa menjalankan tugas itu.” Mata Christopher tampak semakin pekat menatap Andrea, “Tapi aku salah, kau adalah tugas paling sulit yang pernah kujalankan, satu-satunya kegagalanku.”
Tiba-tiba saja lelaki itu menarik tubuh Andrea yang masih terpana dan mencoba menelaah kata-kata Christopher, mendekatkan tubuh Andrea sehingga menabrak tubuhnya dan kemudian melumat bibirnya dengan penuh gairah.
Ciuman itu kasar, penuh dengan gairah yang sudah tidak ditahan-tahan lagi. Bibir Christopher melumat bibir Andrea tanpa ampun, tanpa ampun! Lelaki itu merenggut punggung Andrea, dan merapatkannya semakin rapat ke tubuhnya, Andrea merasakan tubuh Christopher yang keras dan kuat menekannya, membuat kehangatan tubuh masing-masing saling menembus dan menimbulkan gelenyar aneh dalam tubuh Andrea, gelenyar yang berusaha diusirnya sekuat tenaga.
Dan secepat dimulainya, secepat itu pula Christopher mengakhiri ciumannya, lelaki itu menjauhkan kepalanya, masih memeluk Andrea, napas keduanya terengah-engah dan mata mereka saling membakar, kemudian, lelaki itu melepaskan Andrea,
“Kita akan pergi dari sini segera.” Gumamnya tenang. Kemudian melangkah ke arah pintu, “bersiap-siaplah Andrea.” Gumamnya sambil menutup pintu dan menguncinya dari luar.
Andrea ditinggalkan seorang diri di dalam kamar yang terkunci itu dalam kebingungan...
Pergi? Kemana? Akankah Christopher membawanya ke sebuah tempat terpencil, tempat dimana dia bisa dibunuh dan jasadnya tidak akan bisa ditemukan oleh siapapun?
Pikiran itu membuatnya ngeri...
***

Christopher bersandar di pintu kamarnya yang besar, pintu tempat Andrea terkurung di baliknya. Dia memejamkan matanya, merasakan bibirnya yang membara, dan meredakan gairahnya yang membuncah, merindukan sentuhan itu.
Hanya sebuah ciuman dan Christopher langsung tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
“Kau menyekapnya di dalam kamarmu.”
Sebuah suara yang sangat familiar, membuat Christopher menoleh.
Wanita itu berdiri di sana, dengan gaun merah yang menonjolkan lekuk tubuhnya, buah dadanya hampir tumpah di belahannya yang sangat rendah, rambutnya yang baru di highlight kemerahan tergerai menyala dengan indahnya. Penampilan perempuan itu tampak sangat berbeda ketika dia menjalankan tugasnya dan memaksanya tampil sedikit sederhana. Sekarang perempuan itu benar-benar siap, tidak sedang dalam tugas dan berusaha berdandan secantik mungkin, demi lelaki yang dipujanya : Cristopher Agnelli.
Christopher menatap perempuan itu dan mengerutkan kening, dia merasakan hasrat yang mendalam, perempuan itu jelas-jelas berusaha menggoda dan merayunya, Christopher bisa menangkap pandangan memuja yang dalam, tergila-gila. Well... kebanyakan perempuan memang menatapnya seperti itu, tetapi perempuan ini berbeda, dia perempuan yang berbahaya. Christopher harus berhati-hati kepadanya,
“Kenapa kau datang kemari?” Christopher memilih untuk tidak menanggapi perkataan perempuan itu, tentang dia yang menempatkan Andrea di kamarnya.
“Untuk menagih janjimu. Kau bilang kau akan mengajakku makan malam setelah kau berhasil menangkap Andrea.”
Christopher mengangkat  alisnya, tentu saja dia tidak pernah berjanji semacam itu. Tetapi perempuan ini dengan tidak tahu malu, sengaja mengatakan kebohongan ini di depannya, menantangnya untuk membantah. Sejenak Christopher berpikir untuk menolak mentah-mentah dan meninggalkan perempuan ini. Tetapi kemudian dia menelaah kembali, dia masih membutuhkan perempuan ini dan kesetiaan perempuan ini kepadanya masih diperlukan, lelaki itu lalu mengangkat bahunya dan tersenyum sinis,
“Kurasa kau akan mendapatkan apa yang engkau mau, Sharon


Novel Dating With The Dark - Santhy Agatha Chapter 10

1 comment:

  1. Just desire tto say your article is as surprising.
    The clarity in your post is simply excellent and i could
    assume you’re an expert on this subject. 부산달리기


    Well with your permission allow me to grab your RSS feed to keep updated with forthcoming
    post. Thanks a million and please carry on the enjoyable work.

    ReplyDelete