Friday, November 6, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 12


BAB 12

William masih ternganga akan kata-kata vulgar Kiara, sementara Carmila melemparkan pandangan jijik kepada Kiara. Kiara sendiri tidak peduli, dua orang di depannya itu sudah menganggapnya sebagai kelas rendahan hanya karena dia bukan bangsawan dan tidak jelas asal usulnya, jadi biar sama mereka berpikiran semakin buruk kepadanya.

“Kau membuatku tak sabar untuk masuk kamar.” Joshua berbisik mesra, tangannya semakin memeluk pinggang Kiara dengan posesif, sengaja memberikan isyarat di sana agar tamu mereka malu.

Tetapi rupanya Carmila bukanlah perempuan yang mudah menyerah. Tentu saja, dia tidak akan diangkat menjadi CEO perusahaan multinasional yang sekarang kalau dia menyerah dengan begitu mudahnya.

“Aku ingin kau memberiku kesempatan.” Gumamnya tegar, membuat Joshua mengerutkan keningnya sambil menatap Carmila.

“Kesempatan untuk apa?”

Carmila tersenyum manis, “Kesempatan untuk mengenalku. Rasanya tidak adil bagiku kalau aku datang jauh-jauh kemari hanya untuk diusir dengan kasar, tanpa kau memberi kita kesempatan untuk saling mengenal.” Carmila lalu melemparkan tantangan kepada Joshua, tahu bahwa ego seorang lelaki akan tertantang jika dipancing seperti itu, “Aku ingin kau mencoba mengenalku dengan intens selama seminggu penuh... dan kalau setelah itu tidak ada ketertarikan yang tumbuh darimu untukku, aku akan pergi dengan kepala tegak, puas karena sudah mencoba.”

Joshua terdiam, menatap perempuan di depannya. Oh ya. Joshua tahu persis Carmila bukan perempuan biasa, dia bukanlah perempuan bangsawan inggris yang lemah dan lembek, bisa diusir dengan mudahnya.

Satu-satunya jalan adalah dengan cara menerima tantangan Carmila. Setelah itu perempuan itu pasti akan pergi dengan terhormat dan tidak mengganggu mereka lagi. Itu juga merupakan salah satu cara untuk membuat ayahnya kalah karena tidak punya senjata lagi untuk mencoba menguasainya.

“Oke. Satu minggu.” Joshua tersenyum, “Dan setelah itu, kau bisa mengemasi barang-barangmu, Carmila.”

Carmila mengulurkan tangannya dan Joshua menjabatnya, lalu perempuan itu terkekeh,

“Jangan yakin dulu Joshua, jangan-jangan kau yang akan berkemas nanti dan mengikutiku pulang ke London.” Mata Carmila beralih ke Kiara, “Kau dengar sendiri Kiara? Kekasihmu setuju untuk menjadi milikku selama seminggu penuh.” Gumamnya dalam bahasa inggris yang sekali lagi dilambat-lambatkan seolah mengejek kemampuan bahasa inggris Kiara.

***

Sepeninggal kedua orang itu, Joshua menutup pintu dan kemudian tersenyum kepada Kiara.

“Kalimat yang sangat hebat, aku tidak menyangka kau bisa menggunakan kosakata ‘mencemari’ dengan begitu baiknya.” Mata Joshua tampak menggoda, “Membuatku bertanya-tanya darimana kau belajar tentang hal itu.”

Pipi Kiara merah padam. Mengingat ulang kata-katanya dan menyadari bahwa kata-katanya begitu vulgar,

“Aku mempelajarinya di sinetron yang aku tonton.” Jawab Kiara seadanya, dan langsung membuat Joshua mengerutkan keningnya,

“Sudah kubilang Kiara, jangan terlalu suka melihat sinetron, itu akan menenggelamkanmu dari dunia nyata.” Lelaki itu lalu terkekeh, “Lagipula apa gunanya aku memasang TV kabel di kamarmu kalau kau hanya memakainya untuk menonton sinetron?”

Joshua berhasil membuat Kiara merasa malu, tetapi perempuan itu memilih tidak menanggapinya, dia malahan teringat akan tantangan Carmila yang diterima oleh Joshua tadi dan seketika merasa cemas,

“Apakah menurutmu bijaksana memberi kesempatan kepada Carmila selama seminggu? Siapa yang tahu apa yang akan dilakukannya?”

“Dia memintanya dengan begitu baik, dengan tantangan yang membuatku mau tak mau harus menerimanya, Kiara. Kalau tidak aku akan tampak seperti pengecut.” Jawab Joshua cepat, “Jangan kuatir, aku tidak akan dikalahkan olehnya.”

Tetapi walaupun Joshua bicara begitu, tetap saja Kiara merasa luar biasa cemas. Ada perasan takut dibenaknya, takut kalau perempuan itu akan mengambil Joshua....

Ah, Kiara menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran itu dari benaknya. Dia tidak boleh berpikiran seperti itu, mungkin dia hanya terlalu terbawa peran yang dimainkannya....

***

“Seharusnya kau tidak menerima tantangannya.” Jason bersandar santai di sofa, dia tentu saja mendengar semua adegan itu dari kamarnya dan mengintip sekilas penampilan Carmila, “Perempuan itu penggilas perempuan, dia terbiasa membuat laki-laki berlutut di bawah kakinya, dan dia sangat licik. Dia akan menggunakan segala cara Joshua, dan alih-alih mengusirnya, kau malahan memberi kesempatan kepadanya untuk menguasaimu.”

Joshua menyesap kopinya dan mengernyit karena rasa pahit yang kental di sana. Jenis kopi kesukaannya, tanpa gula, tanpa campuran apapun.

“Apakah kau tidak percaya pada kemampuanku, Jason?” gumamnya setengah terhina.

Jason tertawa, “Tentu saja aku percaya, kau telah menaklukkan berpuluh-puluh perempuan, tetapi mereka semua tipe yang sama Joshua, kau harus ingat itu, semua perempuan yang kau pacari, mereka semua tergila-gila kepadamu, bersedia melakukan apa saja supaya bisa mencium kakimu.” Jason menatap Joshua dengan serius, “Perempuan yang ini beda, dia memang tergila-gila padamu, tetapi dia akan melakukan apa saja, supaya kau mencium kakinya. Hati-hati Joshua.”

***

Kiara menatap Joshua yang sudah berpakaian rapi di ruang tengah, dia tidak mengeluarkan pertanyaan, tetapi matanya sudah cukup mewakilinya, hingga Joshua tersenyum masam dan berkata,

“Aku akan pergi makan siang dengan Carmila. Kau ingat kan kesepakatan kemarin?”

Kiara menganggukkan kepalanya, tidak berkata apa-apa.

“Aku harus pergi dengannya.” Joshua bergumam lagi, mencoba menjelaskan, “Dia menantangku, Kiara dan aku harus menunjukkan siapa yang akan kalah di antara kami.”

Sekali lagi Kiara menganggukkan kepalanya. Toh dia harus bilang apa? Hak Joshua untuk pergi dengan perempuan manapun, dia kan hanya berakting menjadi kekasih Joshua kalau ada William dan Carmila. Selain itu dia kembali ke pangkat aslinya, pelayan Joshua.

“Kenapa kau hanya menganggukkan kepalamu?” Joshua tampak gusar, “Kenapa kau tidak mengatakan sesuatu?”

Kiara mengerutkan kening, bingung dengan sikap Joshua, kenapa lelaki itu mendadak merasa terganggu dengan sikapnya? Salah apakah dia?

“Kau ingin aku mengatakan apa?” tanya Kiara akhirnya, menatap Joshua dengan mata besarnya yang polos.

Seketika itu juga Joshua tertegun, ekspresinya tampak marah, “Ah sudah, lupakanlah.” Dengan langkah-langkah marah, dia meraih kunci mobilnya dan melangkah pergi.

***

Di jalan Joshua masih saja berpikir keras, menahan bingungnya. Bahkan dia sendiri tidak bisa memahami sikapnya tadi. Kenapa dia merasa perlu menjelaskan segala sesuatunya kepada Kiara, sebelum dia pergi berkencan dengan perempuan lain?

Kiara bukan kekasihnya kan? Dia tidak wajib menjelaskan segalanya kepada perempuan itu. Joshua mendesah, tetapi dia tetap saja menjelaskannya, entah kenapa. Dan kemudian, ketika reaksi Kiara tidak seperti yang diharapkannya, Joshua marah.

Ya. Dia marah, amat sangat marah ketika Kiara hanya menganggukkan kepalanya tanpa ekspresi ketika Joshua bilang bahwa dia akan pergi berkencan dengan lelaki lain.

Seharusnya perempuan itu...... Joshua langsung tertegun dengan pikirannya sendiri, astaga....apakah dia ingin Kiara bersikap berbeda terhadapnya? Apakah dia ingin Kiara merajuk, cemburu atau bahkan membujuknya supaya tidak pergi?

Entahlah, Joshua bahkan tidak bisa menelaah perasaannya sendiri. Yang dia tahu, sikap apatis Kara membuatnya amat sangat kecewa.

***

Carmila sudah menunggu di lobby hotel untuk acara makan siang mereka. Perempuan itu meminta waktunya di siang sampai malam hari, menghabiskan waktu bersama-sama untuk saling mengenal,dan Joshua setuju.

Dan rupanya Carmila memang ingin mempesonanya dengan kekuatan penuh. Perempuan itu berdandan lengkap dengan gaun warna sampanye yang elegan dan indah, dan juga rambut yang diikat tingi di atas kepalanya, membuatnya tampak segar dan luar biasa cantik.

Carmila menghampiri Joshua dan tersenyum mesra,

“Terimakasih untuk tidak terlambat menjemputku, Joshua.” Gumamnya lembut, “Kita akan makan siang di mana?”

“Di tempatku biasanya makan siang.” Joshua sengaja memilihkan sebuah restoran biasa, bukan restoran kelas atas untuk Carmila, sambil berusaha melihat reaksi perempuan itu. Bangsawan wanita seperti Carmila pasti terbiasa makan di restoran kelas atas, dan akan jijik ketika diajak makan ke tempat biasa.

Tetapi rupanya dugaan Joshua salah, Carmilla sama sekali tidak protes ketika Joshua mengajaknya masuk ke restoran yang sederhana itu, perempuan itu malah memesan makanan dengan bersemangat, dan ketika makanan datang, dia melahapnya sampai habis.

Joshua tidak bisa mengalihkan pandangan dari Carmila ketika makan, menyadari bahwa perempuan itu adalah perempuan tangguh yang tidak akan menyerah dengan perlakukan sengaja Joshua.

Carmila mengelap mulutnya dengan tissue dengan  gaya yang elegan, lalu tersenyum manis menatap Joshua,

“Enak sekali Joshua, tak heran kau sering makan siang di sini, kalau aku tinggal di Indonesia aku juga pasti akan sering kemari untuk makan siang.” Gumamnya puas.

Dan Joshuapun tertegun, mengetahui bahwa rencanaya untuk mempermalukan dan membuat Carmila tak nyaman gagal total.

***

Kiara merenung sendirian di ruang tamu. Alunan biola terdengar dari kamar Jason, kali ini bukanlah alunan penuh kemarahan, melainkan sebuah lagu romantis nan syahdu. Yah. Mungkin Jason sedang melankolis. Batin Kiara dalam hati, sambil mengaduk-aduk teh di tangannya.

Lalu dia membayangkan Joshua. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Joshua belum pulang. Mungkinkah dia sedang bersenang-senang dengan perempuan itu? Mungkinkah Joshua pada akhirnya menyadari pesona Carmila selain kecantikannya yang luar biasa dan memutuskan bahwa ayahnya benar? Bahwa Joshua harusnya menikahi perempuan sesempurna Carmila?

Kiara merasakan dadanya berdenyut sakit. Sekali lagi dia menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya. Gawat. Sepertinya Kiara benar-benar terbawa oleh perannya.

***

Pukul sebelas malam, Joshua membuka pintu apartemen dengan hati-hati. Carmila memintanya mengantarkannya ke sebuah club malam yang terkenal di Jakarta. Dan Joshua tidak menolaknya, dia butuh sedikit minum malam ini.

Tetapi kemudian Joshua sadar bahwa ini sudah terlalu larut, pada akhirnya dia bisa memaksa Carmila mengikutinya meninggalkan club dan mengantarkannya kembali ke hotel

Yah, diakuinya, perempuan itu memang tidak sedangkal yang dia duga. Carmila ternyata adalah wanita karier dengan posisi tinggi di perusahaannya, meraih nilai sempurna di dua jenjang pendidikannya dan merupakan salah satu figur wanita sukses modern yang tidak terikat oleh tradisi. Percakapan mereka sangat cocok, mereka bisa membahas apa saja, seolah-olah kotak pengetahuan mereka tak pernah habis. Carmila memang teman yang menyenangkan untuk menghabiskan hari.

Joshua mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan diri dengan ruangan apartemen yang gelap. Matanya menelusuri seluruh penjuru ruangan yang sepi. Semuanya pasti sudah tidur.

Joshua melangkah melewati ruang tengah, hendak masuk ke kamarnya, tetapi kemudian di tertegun mendapati sesosok tubuh di atas sofa, berbaring meringkuk dengan posisi seperti janjin yang baru lahir...

Joshua mendekat, dan menyadari bahwa Kiara ada di sana, tertidur meringkuk di atas sofa. Segelas teh yang masih setengah nampak di meja. Membuat Joshua menyadari bahwa Kiara ketiduran di sini.

Apakah perempuan itu menunggunya? Apakah ketidak pedulian yang ditampilkannya tadi sebenarnya palsu? Apakah Kiara mencemaskannya yang pergi seharian bersama Carmila?

Perasaan itu tiba-tiba saja membuat dada Joshua terasa hangat, dia lalu membungkukkan tubuhnya, melingkarkan tangannya di punggung dan belakang lutut Kiara, lalu mengangkat tubuh mungil Kiara ke dalam gendongannya.

Kiara menggeliat, sedikit terganggu dari tidur pulasnya, membuat Joshua tersenyum sedikit,

“Bangun tukang tidur.” Bisiknya lembut. Tetapi kemudian yang dilakukan Kiara adalah menenggelamkan kepalanya dengan nyaman di dadanya. Membuat jantung Joshua tiba-tiba bergetar, dipenuhi oleh perasaan hangat.

Dengan langkah hati-hati dia menuju kamar Kiara, dan membuka pintunya, kemudian dia melangkah menuju ranjang, dan membaringkan tubuh Kiara dengan lembut di atas tempat tidur. Kiara langsung bergelung dengan nyaman ke arah Joshua.

Joshua sendiri duduk di pinggir ranjang, mengamati wajah damai Kiara yang tertidur pulas, jemarinya bergerak lembut, membelai dahi Kiara yang tertutup rambutnya. Dan kemudian didorong oleh perasaan yang tidak dimengertinya, Joshua menundukkan kepalanya dan mengecup dahi Kiara dengan lembut.

Setelah itu. Joshua melangkah keluar, menutup pintu kamar Kiara pelan-pelan.


CRUSH IN RUSH - BAB 13

No comments:

Post a Comment