Tuesday, November 3, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 5



BAB 5

Tampan Sekali.

Kiara hampir saja tidak bisa menutupi rasa kagumnya akan ketampanan lelaki yang baru masuk itu. Luar biasa. Bahkan dia sebagai perempuan merasa dirinya kalah cantik dibanding lelaki itu. Meskipun wajahnya cantik tetapi tidak ada sikap yang mengarah ke arah feminim sama sekali dari penampilan lelaki yang dipanggil Joshua dengan nama Jason itu. Jason tampak maskulin dan sinar matanya tampak sedikit bandel, seperti anak lelaki kecil yang nakal.

Detik ketika Jason masuk itulah dia menyadari kehadiran Kiara di sana, duduk di sofa ruang tengah, lelaki itu langsung melemparkan pandangan berganti-gani penuh arti ke Kiara dan Joshua,

"Ah, maaf, aku tidak tahu kau sedang ada tamu." Jason tersenyum ramah, senyum yang mempesona kepada Kiara, "Johua biasanya tidak pernah menerima tamu di apartmennya, kecuali tamu yang memaksa seperti aku." Lelaki itu terkekeh sendiri, lalu melangkah mendekat, "Kau pasti perempuan istimewa."

"Jangan ganggu dia, Jason. Dia pelayanku."

Jason langsung tertegun. Wajahnya tampak tak percaya, dia melemparkan tatapan mencela ke arah Joshua,

"Kau memang tidak pandai bercanda. Mana mungkin kau memakai pelayan di rumahmu? Kau dengan kehidupanmu yang introvert itu?"

Jason melemparkan pandangan menyelidik kepada Joshua, menunggu lelaki itu tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya sedang bercanda, tetapi ekspresi wajah Joshua sama sekali tidak berubah, membuat Jason akhirnya mengambil kesimpulan.

"Oh astaga, kau tidak sedang bercanda ya?" jemarinya menunjuk ke arah Kiara, "Gadis ini pelayanmu?"

"Tentu saja." dengan santai Joshua melangkah melalui Jason dan duduk kembali di sofa tempatnya duduk, "Duduklah dan ceritakan pelan-pelan, apa yang terjadi padamu sampai kau harus mengemis tempat tinggal kepadaku? bukankah kau punya apartemen sendiri di tengah kota? kenapa kau tidak kesana?"

Jason ikut duduk, di dekat Kiara yang terpaku, masih terpesona.

"Mereka akan bisa melacakku kalau aku ke sana, kau tahu, ibu angkatku dan perempuan yang dijodohkan denganku itu sangat gigih mengejarku." Tanpa dipersilahkan, Jason menuang teh di meja dan  menyesapnya, "Hmm enak sekali, kau yang buat yah?" lelaki itu menoleh tiba-tiba ke arah Kiara, membuat Kiara gelagapan,

"Eh... iyaa... saya yang buat."

Sementara itu Joshua menatap ke arah Kiara dan mengernyit, perempuan itu terpesona tentu saja. Semua perempuan pasti akan terpesona kalau melihat Jason dan ketampanannya yang luar biasa. Tetapi penampilan bisa menipu, di balik sikap ramah dan baik hatinya kepada perempuan, Jason menyimpan racun yang menakutkan. Lelaki itu adalah penghancur perempuan, dalam arti yang sebenarnya. Entah sudah berapa perempuan yang dipermainkannya, diberi harapan, kasih saying dan perhatian dengan begitu indahnya, lalu dilemparkan dan dibuang dengan kejam,

Ya. Jason cukup menakutkan kalau berhubungan dengan perempuan, entah kenapa Joshua berpikir kalau Jason membenci perempuan, tentu saja mama angkatnya dan adik kesayangannya yang baru dijumpainya setelah sekian lama itu tidak termasuk kategori yang dibencinya.

Sekarang Kiara terpesona dengan Jason, dan Jason secara alami langsung menebarkan pesonanya pada Kiara. Joshua harus menghentikannya segera, sebelum semua berlanjut. Kiara adalah pelayan yang bekerja untuknya, dia harus menjaganya.

"Kau bisa masuk Kiara." gumam Joshua tiba-tiba.

Kiara merasa lega atas perintah Joshua itu, dia merasa canggung duduk di sofa di tengah percakapan kedua laki-laki yang sepertinya bersahaabat itu, dengan cepat dia berdiri dan mengucap salam,

"Saya permisi dulu." dengan tak kalah sopan dia mengangguk ke arah Jason kemudian melangkah tergesa meninggalkan ruang tengah itu, masuk ke kamarnya.

***

Jason terus mengamati sampai Kiara menghilang dari pandangan, kemudian melemparkan tatapan penuh ingin tahu ke arah Joshua,

"Kau? Membawa seorang pelayan untuk tinggal di rumahmu?" dia masih mengungkapkan pertanyaan yang sama, "Rasanya itu tidak mungkin terjadi Joshua, itu bukan Joshua yang kukenal."

Ya. Joshua yang dikenal Jason adalah seorang penyendiri. Lelaki itu selalu menghabiskan waktunya sendirian dan kebayankan menutup hatinya dari hubungan apapun. Bahkan Jason sempat ragu meminta pertolongan Joshua agar mau menampungnya sementara, mengingat sikap Joshua yang cenderung introvert itu.

"Aku menolongnya, karena dia butuh pertolongan, sama sekali tidak ada alasan lain." Mata Joshua menyipit, "Dan jika kau memang akan tinggal di sini, kau tidak boleh mengganggunya."

Jason terkekeh mendengar nada ancaman di balik suara Joshua itu, "Oke. Sepakat, aku tidak akan mengganggunya, tetapi aku tidak bisa mencegah kalau dia yang menggangguku." Tawanya malahan makin keras ketika menerima tatapan membunuh yang langsung dilemparkan Joshua kepadanya, "Aku bercanda Joshua, gadis itu aman. Jadi kesimpulannya, kau mengizinkan aku tinggal di sini sementara?"

***

Keesokan paginya, Kiara bangun pagi-pagi sekali, dia ingin menyiapkan makanan untuk Joshua, lelaki itu bilang dia bekerja larut malam dan kemudian sarapan dulu di pagi hari sebelum tidur.

Ruang tengah tampak terang benderang, dan Joshua sedang duduk, berkutat dengan wajah serius menggambar sesuatu seperti denah atau entahlah, di sebuah meja khusus di sudut ruangan, Kiara mengamati dalam diam dan kemudian menebak-nebak... meja itu adalah meja khusus arsitek. Jadi, Joshua seorang arsitek?

Rupanya Joshua menyadari keberadaan Kiara, dia menolehkan kepalanya dan mengerutkan keningnya,

"Kenapa kau bangun pagi-pagi sekali?" dilemparkannya pandangannya ke jam dinding, masih jam lima pagi.

Kiara berdiri dengan gugup, "Aku... aku ingin membuat sarapan, kau bilang kau sarapan setiap pagi, baru setelah itu tidur."

"Oh itu." Joshua tidak tega mengatakan kalau dia hanya sarapan roti tawar setiap pagi dan sebenarnya dia bisa menyiapkannya sendiri tanpa Kiara repot-repot. Tetapi dia mempekerjakan Kiara sebagai pelayannya, dan Joshua sendiri harus membiasakan diri untuk dilayani.  "Oke... terimakasih. Ada roti tawar di atas kulkas dan jeruk segar kalau kau ingin membuat jus jeruk. Nanti panggil aku kalau sarapannya sudah siap." gumamnya kemudian.

Setelah melihat Joshua membalikkan badan dan sibuk kembali dengan pekerjaannya, Kiara melangkah ke dapur, dia melihat roti tawar itu, mengisinya dengan keju dan saus kacang yang sudah tersedia dan memanggangnya.

Jeruk besar berwarna orange cerah itu menarik perhatiannya, Kiara mengambil beberapa buah dan memasukkannya ke juicer. Setelah itu dia mengatur makanan yang sudah siap di meja dapur. Biasanya untuk sarapan, Kiara selalu meminum susu satu gelas, tetapi dia ingat kemarin Joshua bilang dia tidak suka susu, dan sepertinya lelaki itu tidak punya susu di dapurnya.

Setelah makanan siap, Kiara memanggil Joshua dengan canggung dari ambang pintu dapur, dan diberikan jawaban singkat oleh Joshua.

Tak lama lelaki itu muncul di dapur, masih dengan pakaiannya yang sama, celana panjang dan tidak berkemeja. Kiara sepertinya harus membiasakan diri dengan penampilan Joshua yang indah ini.

"Terimakasih Kiara." Joshua menyesap jus jeruknya, lalu mengunyah roti bakarnya dengan tenang, lelaki itu menyelesaikan makannya dengan cepat, lalu menyesap jus jeruknya lagi, setelah itu menguap, "Aku akan tidur. Kau bisa siapkan satu sarapan lagi, Jason untuk sementara akan tinggal di sini. dan oh ya, uang belanjamu ada di meja."

Kiara tertegun sambil menatap punggung Joshua yang berlalu. Jadi Jason, lelaki yang luar biasa tampan itu juga tinggal di apartemen ini?

Kiara sepertinya harus menguatkan hatinya untuk tinggal bersama dua lelaki yang sangat mempesona itu.

***

Pintu kamar Joshua masih tertutup rapat ketika giliran Jason yang bangun dari tidurnya. Lelaki itu ternyata tidak pernah tampil berantakan dan tidak pedulian seperti Joshua, Jason keluar kamar sudah mandi dengan aroma harum dan pakaian rapi.

Dia melongok ke dapur, ke tempat Kiara sedang mencuci gelas dan piring kopi sisa Joshua,

"Wah aromanya enak." lelaki itu tersenyum dan duduk di meja dapur, kemudian mencomot satu roti bakar dan memakannya, "Mungkin keputusan Joshua menerima seorang pelayan di rumahnya sungguh tepat, dan aku juga ikut mendapatkan keuntungan." lelaki itu mengedipkan sebelah matanya menggoda, mau tak mau membuat Kiara tersenyum,

"Semoga anda suka." gumamnya canggung, "Saya.. eh saya pamit dulu." setengah tergesa Kiara berjalan hendak keluar pintu dapur.

"Mau kemana?" suara Jason mencegahnya, lelaki itu mengerutkan keningnya.

"Saya hendak berbelanja bahan makanan di supermarket di basement.'

"Aku ikut." dengan tak terduga Jason berdiri, meneguk gelas jus jeruknya dan tersenyum ke arah Kiara, "Aku bosan di sini, biarkan aku menemanimu berbelanja."

***

Berbelanja bersama Jason berarti harus kuat menerima tatapan orang-orang ke arah mereka. Yah, ketampanan Jason terlalu mencolok, hingga membuat semua orang yang berjenis kelamin perempuan hampir pasti menoleh dua kali ke arah mereka,

Beberapa orang malahan memandang terang-terangan sambil mengangkat alis ke arah Kiara, seolah-olah mengatakan betapa tidak pantasnya Kiara bersanding di sebelah Jason, dan betapa beruntungnya Kiara karena bisa mendapatkan kesempatan itu.

Jason sendiri tampaknya tidak peduli, lelaki itu sepertinya sudah biasa menerima tatapan kekaguman dari orang-orang, dia menoleh dan tersenyum ke arah Kiara dengan ceria,

"Jadi, kita akan masak apa hari ini?"

Kiara mengangkat bahunya, "Saya masih bingung... saya lupa menanyakan apa yang disukai dan tidak disukai oleh Joshua."

"Hmmm", Jason mengerutkan keningnya, "Kau jangan menggunakan 'saya' dan 'anda' kepadaku, pakailah 'aku' dan 'kamu, oke?" tatapannya menggoda, membuat Kiara mau tak mau menganggukkan kepalanya, "Dan mengenai Joshua sepertinya kau tidak perlu cemas, dia menyukai semua jenis makanan, setahuku yang tidak disukainya cuma susu putih." Jason melirik ke arah rak buah-buahan, "Aku akan mengambil buah pir itu, kau tunggu di sini saja ya," lelaki itu lalu melangkah sedikit menjauh dari Kiara.

Sementara itu, Kiara langsung berpikir untuk membuat masakan laut, dia akan membeli udang dan cumi lalu membuat masakan bersaus dan lezat, semoga saja Joshua menyukainya.

"Kiara?" suara lelaki yang familiar memanggilnya, membuat Kiara menolehkan kepalanya, dan melihat sosok yang dikenalnya berdiri di sana, sedang berbelanja,

"Irvan?" Irvan adalah mantan rekan kerjanya di café tempatnya bekerja, lelaki itu satu-satunya rekan kerja yang bersikap baik kepada Kiara. "Kenapa kau ada di sini?"

Lelaki itu menunjukkan keranjang belanjaannya yang berisi gula dan sirup, "Berbelanja untuk café, stok belanjaan belum datang dan ada beberapa barang yang habis, jadi aku disuruh berbelanja kemari, ini supermarket yang paling dekat dengan café, Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Bos bilang kau sudah tidak bekerja lagi di café, aku berusaha mencari tahu tentangmu tapi aku kehilangan jejak, apalagi kau tidak punya ponsel untuk dihubungi."

Kiara menatap Irvan dengan tatapan menyesal, "Maafkan aku Irvan semua terjadi begitu cepat, tetapi aku baik-baik saja, sekarang aku bekerja sebagai pelayan di sebuah apartemen, yah kau tahu mirip pembantu rumah tangga." Senyumnya melebar, "Setidaknya aku dapat tempat tinggal dan makanan gratis."

"Aku senang mendengarnya." Irvan menatap Kiara dengan tatapan mata lembut, "Kalau aku ingin bertemu denganmu lagi bagaimana caranya ya?"

Kiara juga tampak bingung, "Aku juga tidak tahu caranya, aku tidak punya ponsel."

"Hmm...kau bekerja di salah satu apartemen ini?"

"Iya."

"Apartemen nomor berapa? dengan tahu nomornya setidaknya aku tahu kau ada di mana."

Kiara hendak membuka mulutnya ketika sosok lelaki tampan itu tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya, merangkul Kiara dengan akrab,

"Joshua akan sangat marah kalau kau sembarangan memberikan nomor apartemennya ke orang lain." Jason bergumam tiba-tiba, melemparkan senyum manis ke arah Kiara

Sementara itu Irvan berdiri menatap mereka berdua, Kiara dan sosok Joshua yang penampilannya sangat luar biasa, lelaki itu terperangah, sekaligus bingung...



CRUSH IN RUSH - BAB 6

6 comments: