Thursday, November 5, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 8



Bab 8

“Teganya kau memanfaatkan gadis sepolos itu sebagai tameng?” Jason mengernyitkan keningnya, “Dan tameng seperti apa maksudmu?”

Joshua mengangkat alisnya, menatap Jason setengah mencemooh, “Benarkah yang kudengar ini? Seorang Jason yang selalu menyakiti hati perempuan tanpa pandang bulu tiba-tiba mencemaskan kepolosan seorang perhempuan?”

Jason membalas tatapan mata Joshua dengan serius, “Aku sungguh-sungguh dengan perkataanku Joshua.... kau tahu semua perempuan yang pernah menjadi korbanku, mereka memang pantas mendapatkannya, tetapi Kiara.... dia benar-benar perempuan polos yang tidak tahu apa-apa, apapun yang kau rencanakan terhadapnya, kau akan bersikap kejam kepadanya.”

Joshua membeku, dia lalu mengangkat bahunya,

“Kiara adalah satu-satunya orang yang paling tepat untuk ini.”

Jason berdiri, menatap Joshua dengan tatapan tajam, “Terserah Joshua, aku sudah memperingatkanmu. Rasa berdosa itu akan semakin dalam kalau kau memanfaatkan perempuan polos yang tidak tahu apa-apa.” Jason lalu melangkah dan meninggalkan Joshua, masuk ke kamarnya, setelah beberapa langkah sampai di depan kamarnya, lelaki itu seolah teringat sesuatu dan menolehkan kepalanya sedikit, “Oh ya, aku lupa mengatakan kepadamu, tadi pagi aku berbelanja dengan Kiara, dan kami bertemu teman Kiara.”

“Teman Kiara?” Joshua mengernyitkan keningnya, langsung tertarik.

“Yah, dia bilang dia teman Kiara, salah satu rekan kerjanya di cafe tempat mereka bekerja sebelumnya.” Jason menatap Joshua penuh arti, “Tapi aku tahu lelaki itu tidak menganggap Kiara sebagai teman. Dan kalau kau mau menjalankan rencanamu, apapun itu kau harus mempertimbangkan keberadaan orang-orang yang menyukai Kiara lebih dari yang seharusnya.” Jason sepertinya menebak kalau Joshua akan menjadikan Kiara sebagai kekasih pura-puranya. Joshua memang akan melakukan hal yang hampir mirip seperti itu, tetapi tentu saja dengan cara yang jauh berbeda. Dia akan membuat ayah kandungnya pulang ke negaranya dengan bahu terkulai kalah dan sangat sangat kesal.

“Aku akan mempertimbangkannya.” Jawab Joshua datar, “Terimakasih Jason.”

“Dan satu lagi, Kiara tidak punya ponsel. Kasihan sekali di jaman sekarang tidak punya alat komunikasi yang begitu penting. Kau mungkin bisa membelikannya satu.”

“Akan kulakukan.” Joshua mengangguk, menyadari bahwa hal itu luput dari perhatiannya. Nanti dia akan memastikan kalau Kiara mempunyai ponsel, hal itu memberikan manfaat baginya juga untuk berkomunikasi dengan Kiara kapanpun dia jauh.

***

Ketika Kiara keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian, Joshua berdiri di sana dan menatap Kiara dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya. Tatapannya setengah mencemooh setengah kasihan.

“Kau hanya punya baju ini?” lelaki itu mengamati blouse Kiara yang dulunya pasti pernah berwarna putih meskipun sekarang hanya menyisakan warna krem kusam yang tidak jelas. Dan perempuan itu mengenakan rok panjang hitam sebetisnya.

Blouse putih dan rok hitam! Demi Tuhan.... apakah perempuan ini tidak punya selera berpakaian yang lebih baik? Pakaiannya mengingatkan Joshua pada anak training di toko-toko. Padahal Joshua akan membawa Kiara ke butik kelas atas. Dia sendiri sebenarnya tidak peduli, tetapi dia tahu orang-orang di sana akan mencemooh Kiara, memandang Kiara seperti pertunjukan sirkus mahluk aneh yang salah tempat, dan dia tidak mau Kiara mengalami itu, dipermalukan seperti itu sementara Kiara berjalan di sisinya. Tidak boleh ada orang yang mempermalukan perempuan yang sedang bersama Joshua.

Pipi Kiara sendiri tampak merah padam. Malu. Dia tahu bahwa pakaiannya yang sederhana itu pasti tidak akan cocok dengan selera Joshua, pasti akan membuat lelaki itu malu. Tetapi mau bagaimana lagi, pakaian yang dikenakannya ini adalah pakaian terbaiknya.

“Aku... aku hanya punya pakaian ini.” Jawab Kiara menahan malu, sepertinya dia lebih baik mengurung diri di kamarnya saja daripada nanti mempermalukan Joshua, dengan sangat dia berdoa dalam hati supaya Joshua membatalkan acara keluar mereka.

Tetapi rupanya Joshua punya pikiran lain, lelaki itu menghela napas, tampak kesal, lalu meraih kunci mobilnya di gantungan dan melangkah mendahului Kiara ke pintu,

“Ayo.” Gumamnya, membuka pintu dan melangkah pergi, membuat Kiara terbirit-birit mengikutinya.

***

Mereka berkendara melalui kawasan elite di pusat kota, dan Joshua tiba-tiba berhenti di sebuah tempat yang dari papan nama di sana, merupakan sebuah butik, butik itu berupa rumah bercat putih dengan gaya belanda, dikelilingi pepohonan yang rimbun dan suasana yang asri

“Ayo turun, pemilik butik ini temanku, jadi kita bisa mencari pakaian yang lebih tepat untukmu sebelum kita pergi ke mall dan butik-butik di sana.” Joshua membuka pintu dan melangkah memutari mobil, lalu membukakan mobil untuk Kiara dengan sopan.

Mereka lalu berjalan setengah bersisian, dengan Joshua di depan dan Kiara di belakangnya. Mereka memasuki butik elegan bergaya lama itu melalui sebuah pintu putar kuno yang berlapiskan krom dan kaca.

Suasana di dalam butik itu sangat elegan, dengan lampu berwarna kuning terang yang menciptakan keindahan tersendiri terhadap pakaian berbagai warna yang digantung di berbagai sudut. Kiara tidak pernah masuk ke tempat seperti ini tentu saja, matanya melahap seluruh sisi dengan penuh ingin tahu, menahan keinginan untuk bergumam “oooh”, “waaaah”, atau “wooow”

Seseorang keluar dari bagian belakang butik dan bergumam,

“Mohon maaf, tidakkah anda melihat tanda di depan pintu? Kami baru buka pukul lima sore....” seseorang itu adalah perempuan yang sangat cantik, dengan kaos ketat berwarna biru gemerlap yang menunjukkan keseksiannya tubuhnya yang berkulit seputih susu, berkilauan bagaikan porselen. “Joshua?” perempuan itu memekik kesenangan, “Joshua!!” lalu perempuan itu menghambur, memeluk Joshua dengan erat, “Kemana saja kau sayangku? Lama sekali kau tidak kemari.”

Joshua membalas pelukan perempuan itu dengan canggung, “Aku sangat sibuk dengan pekerjaan akhir-akhir ini.” Lelaki itu memundurkan langkah dan dengan halus melepaskan diri dari pelukan perempuan itu, “Bagaimana kabarmu, Deliah?”

“Aku baik-baik saja.” Delilah bergumam ceria sambil mengedipkan sebelah matanya, “Dan aku sangat merindukanmu, Joshua. Dulu kau sering kemari sambil membawa pacar-pacar cantikmu itu..... jadi karena kau lama tidak kemari, aku pikir mungkin kau sedang tidak berpacaran?”, mata perempuan itu melirik ke arah Kiara yang berdiri gugup di belakang Joshua dan langsung mengangkat alisnya, “Atau kau berpacaran tapi sepertinya sudah merubah seleramu?” matanya mengamati Kiara dari ujung kaki ke ujung kepala, membuat Kiara malu setengah mati. Perempuan itu sangat modis dan sangat bergaya, dan sekarang mengamati Kiara dengan secercah rasa kasihan di matanya,

“Di mana kau menemukan gembel kecil ini?” gumamnya mendekati Kiara, dan kemudian menyentuh pundak Kiara tanpa permisi, lalu membalikkan tubuh Kiara yang sepertinya dianggapnya bagai boneka, dia mengamati tubuh Kiara dan kemudian menoleh ke arah Joshua lagi, “Kekasih terbarumu?” gumamnya tak percaya.

Joshua terkekeh, “Jangan terlalu mendekatinya Deliah, Kiara akan ketakutan kepadamu. Tidak. Dia bukan kekasihku. Tetapi segera, dia akan berperan sebagai kekasihku, dan aku ingin bantuanmu untuk melatihnya.”

“Apa?” Deliah dan Kiara berseru bersamaan, yang satu bersemangat dan penuh ingin tahu, sementara yang lain kaget luar biasa.

“Ya. Aku ingin kau mengajari Kiara semuanya, seluruh caranya. Aku ingin dia berperan sebagai kekasih yang jalang, mata duitan, pokoknya jenis perempuan yang paling menyebalkan di muka bumi ini.” Joshua menatap Deliah dan tersenyum manis, “Aku tahu dari pengalamanmu di butik ini, kau banyak pengalaman dengan jenis-jenis perempuan seperti itu.’

Deliah tertawa, tawa merdu yang enak di dengar, dia menepuk pundak Kiara lembut,

“Hai aku Deliah, dan sepertinya sahabatku yang tiba-tiba datang setelah sekian lama menghilang ini tanpa tahu malu langsung meminta bantuanku.” Sapanya lembut, membuat Kaira tersenyum malu-malu. Sepertinya memang Deliah sering mengucapkan kata-kata cemoohan, tetapi kemudian Kiara menyadari bahwa perempuan itu hanya menggunakan sebagai candaan, tidak ada maksud sama sekali dari Deliah untuk merendahkan lawan bicaranya. Mungkin memang gaya bicaranya seperti itu...

Tetapi Kiara sendiri masih bingung dengan maksud perkataan Joshua tadi. Apa maksudnya lelaki itu akan menjadikannya kekasihnya, atau berperan sebagai kekasih Joshua tetapi – kalau Kiara tidak salah dengar – harus bisa membawakan peran sebagai perempuan jahat?

“Aku bisa saja melakukannya, Joshua, meskipun tampaknya misi ini begitu berat.” Deliah menatap Kiara penuh arti, “tetapi kau harus menjelaskan semuanya kepadaku dari A sampai Z jadi aku tahu apa maksud semua rencanamu ini.” Deliah lalu memanggil pelayannya yang segera datang dari pintu belakang, “Buatkan minuman untuk kedua tamuku, kita akan bercakap-cakap sebentar.”

“Aku akan menjelaskannya kepadamu Deliah.” Joshua menganggukkan kepalanya setuju, lalu menatap Kiara, “Kiara, kau bisa menunggu di sini? Aku akan bicara dengan Deliah sebentar di dalam.’

Meskipun merasa sangat ingin tahu hingga mendorongnya memaksa ikut, Kiara tidak berani. Yang biasa dia lakukan hanyalah menganggukkan kepalanya, meskipun benaknya masih didera oleh semua pertanyaan.

“Pelayan akan membawakanmu minuman dan kue, kau boleh melihat-lihat pakaian di sini dan mencobanya, kalau ada yang menarik untukmu bilang saja, aku yakin Joshua dengan senang hati akan membelikannya untukmu.” Deliah mengedipkan sebelah matanya, lalu dengan genit menggandeng lengan Joshua, dan dua anak manusia itu kemudian masuk ke ruang dalam yang sepertinya bagian kantor dari butik tersebut.

***

Kiara menghabiskan beberapa menit dengan hanya berdiri terpaku dan kebingungan harus berbuat apa. Matanya mengamati seluruh ruangan dan mengagumi interiornya yang indah. Mereka seperti berada di rumah-rumah bangsawan eropa dari jaman dahulu kala. Sepertinya memang Deliah sengaja membuat nuansa butiknya kuno tetapi elegan. Kursi-kursinya berukir dengan warna cokelat gelap, berpadu dengan tirai merah yang bersemburat emas, tampak sangat kontras dengan tembok yang dicat putih bersih dan atap plafon dengan ukiran indah yang semuanya berwarna putih bersih. Sementara itu di bawah kakinya, karpet mahal yang sangat tebal berwarna cokelat tua tampak sangat berpadu dengan keseluruhan ruangan.

Setelah lama berdiri, Kiara sadar, sepertinya Joshua akan lama di dalam sana. Seorang pelayan muncul dari dalam, membawa nampan, ada teko sepertinya berisi teh dan juga cangkir-cangkir indah bergambar bunga dengan gaya victorian. Lalu ada sepiring kue cokelat yang tampak lezat dengan krim di atasnya. Pelayan itu meletakkan nampan di meja, dan Kiara menyadari ada tatapan kaget di matanya ketika melihat penampilan Kiara yang sangat sederhana, tetapi pelayan itu berhasil menutupinya dengan cepat, dengan sopan dia mempersilahkan Kiara untuk menikmati hidangannya selama menunggu.

Dengan hati-hati Kiara duduk di kursi di samping meja kecil yang telah disediakan, dia menuang teh yang harum itu, dan kemudian menyesapnya pelan-pelan. Enak. Ada rasa pedas yang khas, aroma daun mint yang membuat rasa teh itu istimewa. Kiara lalu mengicipi kue yang sangat menggugah selera itu, dan kemudian mengunyahnya dengan nikmat. Kue itu enak sekali!

Mata Kiara melirik dengan penuh rasa bersalah ke beberapa kue yang masih tersisa di piring, pasti akan sangat memalukan kalau Kiara menghabiskan kue itu.... tetapi kue itu enak sekali.....

Mata Kiara memandang ke sekeliling, berusaha mengalahkan dorongan untuk menghabiskan kue yang enak itu, demi kesopanan. Akhirnya Kiara berdiri dan dengan hati-hati mendekat ke arah rak gaun –gaun itu.

Jemarinya menyentuh bahan sebuah gaun dari sutera halus yang begitu indah, warna gaun itu hijau yang teduh, dengan bros berwarna perak sebagai aksen di dadanya, iseng-iseng karena ingin tahu, Kiara melihat price tag yang menempel di gaun itu, dan kemudian membelalakkan matanya kaget.

Dua puluh juta rupiah untuk sebuah gaun?

Dengan ketakutan, Kiara melangkah mundur dari rak gaun berisi gaun-gaun indah yang digantung, Astaga, harga gaun itu mungkin cukup untuk Kiara hidup beberapa bulan.....

Dengan gugup, Kiara dudul lagi di kursinya, dia tidak berani memegang gaun-gaun itu setelah mengetahui harganya. Kalau sampai sentuhan tangannya membuat gaun itu rusak, bisa gawat, karena Kiara tidak mampu menggantinya.

Dengan cemas dan penuh rasa ingin tahu, Kiara menatap ke arah pintu kantor tempat Joshua dan Deliah menghilang tadi.

***

“Itu rencana yang sangat licik Joshua, dan murni kejam.” Deliah tidak bisa menahan diri mengucapkan kata-kata itu setelah Joshua selesai bercerita, perempuan itu lalu menatap ke arah butik tempat Kiara masih menunggu di sana, “Dan kalaupun aku mau membantumu, dari semua perempuan di dunia ini, kau bisa memilih perempuan yang berpengalaman, dengan sedikit polesan, dia akan lebih mudah dimasukkan dalam rencanamu, dan kenapa kau malahan memilih perempuan lugu, polos dan tidak tahu apa-apa itu?”

Joshua menyandarkan tubuhnya ke kursi dan tersenyum tenang, “Perempuan yang berpengalaman akan berbahaya karena kadang kala mereka memberontak, menginginkan lebih, atau bahkan menggigit balik.” Mata Joshua ikut melirik ke arah butik, “Kiara tidak akan mengkhianatiku.”

Deliah menatap Joshua, mereka memang bersahabat sejak lama, sejak masa kuliah..... Joshua dulu pernah membantu Deliah melalui masa-masa sulitnya. Deliah pernah jatuh dan hancur, menerima semua cemoohan orang, dan dia kehilangan banyak orang yang semula dikiranya sebagai sahabat baiknya. Hanya Joshua yang tetap disisinya dan mendukungnya, bagi Joshua tidak peduli Deliah akan jatuh dan mempermalukan diri seperti apa, mereka berdua tetap bersahabat.

Dan kalau Joshua meminta pertolongan kepadanya, bagaimana dia bisa menolaknya?

“Aku akan melakukannya untukmu Joshua, meskipun sepertinya sulit, aku akan mengubah perempuan polos yang ada di depan itu menjadi seperti yang kau mau, mulai besok bawalah dia kesini setiap pagi, kau bisa menjemputnya di sore hari, dan aku akan melatihnya dengan intensif, gaya berjalan, gaya berpakaian bahkan gaya berbicaranya.”

Joshua tersenyum puas, “Aku tahu aku akan selalu bisa mengandalkanmu, Deliah.”

***

Joshua dan Deliah keluar dari ruangan itu beberapa saat kemudian, dan Kiara langsung berdiri. Deliah tersenyum manis kepada Kiara, lalu melemparkan tatapan bertanya kepada Joshua,

“Kalian akan kemana hari ini?”

Joshua mengangkat bahu, “Kami akan ke mall, memberi beberapa gaun dan perlengkapan. Dan tentu saja kami akan berbelanja di butikmu ini Deliah....” mata Joshua menatap penampilan Kiara, “Dia tidak boleh berjalan-jalan denganku dengan penampilan seperti itu.”

“Tentu saja tidak boleh.” Deliah berseru ceria, lalu menghampiri Kiara dan merangkulnya,

“Mari, akan kupilihkan pakaian yang pantas untukmu, kau pasti akan menyukainya.”

***

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Kiara menurut saja ketika Deliah menyerahkan pakain untuknya dan menyuruhnya berganti baju. Di dalam ruang ganti, Kiara mengintip kembali price tag baju yang ada di tangannya, dan mengerutkan keningnya. Harganya cukup tinggu untuk sebuah gaun terusan berwarna pink gelap.

Jemari Kiara bergetar ketika mencobanya, tetapi dia berusaha melakukannya. Setelah mengenakan gaun itu, Kiara bercermin dan mengagumi betapa pas gaun itu di tubuhnya, Deliah sepertinya punya insting bagus mengenai gaun. Kiara juga mengagumi betapa ringannya bahan gaun itu, menempel di tubuhnya. Tampak pas dan tampak cantik...

Ketikan di pintu ruang ganti membuat Kiara sedikit terperanjat,

“Apakah kau sudah selesai di sana?” suara Deliah terdengar dari depan pintu.

“Sudah...” Kiara buru-buru membuka pintu ruang ganti itu dan berhadapan dengan Deliah.

Deliah berdiri di sana dan tampak puas dengan penampilan Kiara, dia membawa sepatu berhak datar berwarna peach gelap yang sangat indah dan meletakkannya di lantai,

“Ini, pakailah ini, gaun itu seharusnya memang dipakai dengan sepatu ini.”

Kiara menurutinya dan sekali lagi merasa takjub dengan betapa pasnya sepatu itu di kakinya. Deliah menepuk pundak Kiara dan mengedipkan sebelah matanya,

“Bagus. Kau sudah siap untuk berjalan-jalan dengan Joshua.”

***

Reaksi Joshua melihat penampilan baru Kiara tidak terbaca, lelaki itu hanya mengangkat alisnya, dan kemudian mengamati Kiara dari ujung kepala sampai ujung kaki, kemudian menganggukkan kepalanya,

“Bagus Deliah. Aku ingin kau menyiapkan lagi beberapa gaun, sebanyak mungkin dari koleksimu yang cocok dengan tubuh Kiara, juga sepatunya, dan aksesorisnya. Aku tahu butikmu ini lebih banyak menjual gaun-gaun formal, karena itu aku akan ke mall dan memberi gaun-gaun untuk keperluan lainnya.”

“Hati-hati ya.” Deliah melepas kepergian mereka dalam senyum ramah, “Dan Joshua, jangan lupa membawa Kiara ke salon.” Serunya setelah Joshua dan Kiara dekat dengan mobil mereka.

Joshua hanya memnganggukkan kepalanya dan melambai kepada Deliah, dengan sopan dia membukakan pintu untuk Kiara dan kemudian memutari mobilnya, duduk di balik kemudi dan menjalankan mobilnya keluar dari butik itu.

Sepanjang jalan mereka terdiam, meskipun Kiara berkali-kali mencuri pandang ke arah Joshua, penuh pertanyaan. Kapan Joshua akan menjelaskan semuanya kepadanya?

Joshua sendiri tampaknya menyadari apa yang ada di benak Kiara, dia melirik sedikit dan tersenyum.

“Kau pasti bertanya-tanya ya. Nanti setelah di rumah aku akan menjelaskan semuanya. Sekarang kau ikuti saja aku. Yang pasti kau bisa tenang, aku tidak akan menyakitimu.”

Mau tak mau Kiara menganggukkan kepalanya dan kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan, kalau tidak dia akan tersiksa akan rasa penasaran yang menderanya ketika harus menunggu Joshua menjelaskan segalanya ketika mereka pulang nanti.

“Butik yang sangat indah, dan Deliah... pemiliknya sangat cantik.”

Joshua tersenyum simpul, “Tentu saja, Deliah sangat cantik, dia sangat menjaga kecantikannya itu setelah dia mendapatkannya hampir lima tahun yang lalu.”

Mendapatkan kecantikan? Apa maksud Joshua?

Joshua sendiri terkekeh, “Semoga kau tidak menganggapku mantan pacarnya atau apa, kami bersahabat akrab sejak kuliah arsitek. Tetapi kemudian dia drop out karena mengejar hasrat sebenarnya di bidang desain pakaian, dan terbukti dia tidak sia-sia karena sekarang dia menjadi salah seorang perancang yang sukses dengan butik kelas satu yang sangat diminati.” Mata Joshua tampak geli ketika melempar kebenaran itu kepada Kiara. “Jangan tertipu dengan kecantikan dan sikap feminimnya Kiara, lima tahun yang lalu, Deliah adalah seorang lelaki, sampai kemudian dia memutuskan untuk mengikuti hasratnya untuk menjadi seorang perempuan.”


Apa? Kiara ternganga.... kaget sekaligus bingung. Astaga, jadi Deliah bukanlah perempuan tulen?


CRUSH IN RUSH - BAB 9

1 comment:

  1. Hahahahah ternyata deliah berubah gendernyaa hihihihi ..

    ReplyDelete