Friday, November 6, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 14


Bab 14

Kiara tidak ada di mana-mana!

Joshua langsung menghambur ke luar, memeriksa penjuru ruangan, tetapi Kiara tidak ada. Jason mengikutinya dan kemudian bergumam, menarik kesimpulannya,

“Kurasa Kiara pergi dari rumah ini setelah lewat tengah malam.”

Mata Joshua menggelap, “Tapi dia kabur kemana? Dia tidak punya rumah, tidak punya tempat tinggal, tidak punya uang. Dan tidak ada satupun orang yang dikenalnya. Bahkan dia meninggalkan ponselnya!” Joshua melirik frustrasi kepada ponsel yang diletakkan Kiara dengan rapi di atas meja ruang tengah, bagaikan sebuah pesan bahwa Kiara tidak membutuhkan apapun pemberian Joshua.


“Kita bisa bertanya kepada mantan rekan kerjanya di cafe, mungkin saja Kiara ke sana meminta pertolongan.”

Sebelum Joshua sempat menjawab, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia melirik nama yang ada di sana dan mengernyitkan dahinya, itu Carmila yang meneleponnya.

“Ya?” Joshua menjawab telpon itu dengan gusar,

“Sekedar mengingatkanmu sayang.” Carmila menjawab dengan suara lembutnya di seberang sana, “Aku akan siap kau jemput satu jam lagi, hari ini kita akan ke sebuah restoran yang direkomendasikan oleh pramutama hotelku, kau pasti akan menyukainya...”

Carmila terus berkata-kata tetapi Joshua sudah tidak mendengarkan lagi. Diakuinya bersama Carmila memang menyenangkan, tetapi Joshua menghabiskan waktunya bersama Karmila bukan karena menyukainya, sama sekali tidak tumbuh perasaan di hatinya menghabiskan waktu begitu lama bersama Carmila. Dia mendekati Carmila hanya untuk satu alasan khusus. Satu alasan yang kemudian malahan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

“Aku tidak bisa keluar bersamamu sekarang Carmila.”

“Kau sudah berjanji Joshua, satu minggu bersamaku, ingat?” suara Carmila agak meninggi, tetapi perempuan itu masih bisa menyembunyikan kegusarannya.

Joshua menghela napas panjang, “Memang. Tetapi sekarang aku sampai di satu titik dan menyadari bahwa aku tidak butuh waktu selama itu untuk tahu bahwa aku sama sekali tidak tertarik kepadamu. Dan tidak akan pernah tertarik!

Sebelum Carmila sempat bertanya lagi Joshua menutup teleponnya dan kemudian mengalihkan pandangannya kepada Jason yang berdiri di sana sambil bersedekap.

“Ayo kita ke cafe tempat Kiara dulu bekerja.” Gumamnya tergesa.

***

Ternyata sia-sia. Entah Irvan berkata jujur, atau dia melindungi Kiara, lelaki itu mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tahu dimana Kiara berada. Sejak pertemuan di supermarket itu, Irvan sama sekali belum pernah bertemu lagi dengan Kiara.

Joshua sudah bertanya dengan begitu serius, tetapi Irvan tetap menggeleng-gelengkan kepalanya, lelaki itu masih begitu terkejut karena didatangi oleh dua lelaki yang sangat tampan dan berpakaian elegan.

Yang satu tentu Irvan sudah pernah melihatnya ketika bertemu disupermarket beberapa waktu lalu.... lelaki yang sangat tampan hingga hampir bisa disebut cantik, sedangkan yang satunya lagi....itu adalah pelanggan tetap cafenya waktu itu yang sering datang ketika tengah malam hingga menjelang pagi. Yang secara kebetulan tidak pernah datang lagi setelah Kiara berhenti bekerja.... jadi ini semua bukanlah kebetulan?

Jason menatap Irvan yang kebingungan lalu mengernyit,

“Sudahlah Joshua, sepertinya dia  benar-benar tidak tahu di mana Kiara, kita harus berpikir ulang. Siapa kira-kira yang akan didatangi Kiara di saat dia butuh bantuan. Dan siapa kira-kira yang menginginkan Kiara menghilang.”

***

Carmila langsung menemui William yang kebetulan suite hotelnya ada di sebelahnya, dia mengetuk pintu kamar itu dengan marah dan kesal. William yang baru bersantai sehabis mandi, membuka pintu dan menatap terkejut ke arah Camilla, yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah gusar.

“Hai Carmila, kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kau ada acara dengan Joshua?” William tersenyum senang, “Aku lihat kau telah berhasil menjeratnya, kalian pasti melewatkan banyak waktu bersama untuk bersenang-senang. Dan aku yakin apa yang kau katakan akan terwujud, Joshua akan mengepak kopernya dan mengikuti kita pulang ke London dalam seminggu ke depan, dan kita akan merencanakan pernikahan mewah dan besar-besaran.”

Wajah Carmila merah padam, teringat kembali di benaknya kata-kata Joshua ketika menolaknya tadi. Kurang ajar. Lelaki itu berkata akan memenuhi tantangannya selama satu minggu, membuat Carmila merasa dia punya banyak kesempatan dan waktu, tetapi kemudian Joshua mencampakkannya begitu saja. Tidak pernah ada laki-laki yang mencampakkan Carmila sebelumnya, tidak akan pernah!

“Perempuan jalang itu, perempuan murahan yang tinggal bersama Joshua, dia benar-benar pengganggu.” Carmila mendengus menahan marah, “Pagi ini Joshua menolakku, pasti ada hubungannya dengan perempuan itu. Aku tidak akan pernah bisa mendapatkan Joshua kalau perempuan itu masih ada, Papa.”

Ada senyum misterius muncul di wajah William, dan lama kelamaan senyumannya berubah menjadi seringai,

“Tenang saja Carmila, mulai hari ini perempuan itu sudah dibereskan.” Suaranya begitu misterius, membuat Carmila menatap William penuh tanda tanya,

“Apa maksud papa?”

William membuka pintunya lebar dan mempersilahkan Carmila masuk, kemudian menutup pintu suitenya dan menatap Carmila yang sudah duduk di sofa dengan senyuman bangga,

“Well aku sudah bergerak duluan untuk menyingkirkan perempuan itu, aku sudah menduga sejak lama perempuan rendahan itu hanya akan menjadi pengganggu rencana kita. Jadi kemarin aku menyuap salah satu petugas teknisi listrik di apartemen, dia berhasil menyusup masuk ke apartemen itu di malam hari dan menculik perempuan murahan itu. Dan sesuai instruksiku, perempuan itu mungkin sudah diselundupkan ke luar negeri sebagai pelacur. Cocok dengan profesinya sekarang ini.”

“Oh ya?” mata Carmila melebar indah, kemudian dia tersenyum lebar, “Kalau begitu sudah tidak ada lagi yang menghalangi kita?”

William menuangkan anggur ke gelasnya, semuanya berjalan lancar. Joshua akan dengan segera melupakan perempuan rendahan itu dan berpaling kepada Carmila. Carmila ada di pihaknya, dan dengan begitu dia bisa dengan mudah menguasai Joshua, anaknya itu memang sulit  dikendalikan dan membencinya. Tetapi dengan adanya Carmila, William yakin, Joshua akan menurut padanya, seperti seharusnya seorang anak menurut kepada ayahnya.

***
Kiara membuka matanya dengan terkejut, mengetahui bahwa dia berada di ruang sempit yang gelap. Dia langsung panik mengetahui getaran-getaran yang ada di bawahnya.

Astaga! Dia ada di dalam bagasi mobil!

Tangannya diikat di belakang punggungnya, membuatnya pegal, tetapi kakinya tidak. Kiara berguling, megap-megap mencari napas, bagasi itu sempit dan gelap, dan Kiara merasa sesak napas. Dia memukul-mukul bagasi itu sekuat tenaga, menendang-nendangnya sekencang mungkin, tetapi percuma, mobil itu tetap melaju kencang, tak peduli dengan semua usahanya. Sampai akhirnya Kiara terdiam, dengan napas makin terengah dan lemas kelelahan.

Oh Tuhan! Dia langsung teringat tatapan kebencian William, ayah kandung Joshua kepadanya. Apakah ini direncanakan oleh William untuk menjauhkan dirinya dari Joshua?

Joshua... tiba-tiba air mata Kiara mengalis, dia megap-megap lagi berusaha mencari napas, tiba-tiba kepalanya terasa pening. Lalu semuanya gelap, dan sebelum kesadarannya hilang, Kiara sempat berpikir bahwa mungkin dia tidak punya kesempatan untuk bertemu Joshua lagi.

***
“Petugas apartemen mengatakan melihat sesuatu yang mencurigakan tadi dini hari, dia melihat salah seorang teknisi membawa kotak yang sangat besar......dia sempat curiga, tetapi karena teknisi itu adalah petugas apartemen ini yang sudah bekerja cukup lama, dia menghapus kecurigaannya.”

“Apakah kau curiga kotak itu berisi Kiara?” Jason duduk di depan Joshua, sementara petugas polisi ada di belakang mereka. Ya. Mereka sekarang ada di kantor polisi, melaporkan hilangnya Kiara.

Joshua mengangguk, “Tidak ada lagi yang mencurigakan setelah lewat tengah malam selain kejadian itu. Kiara pasti dibawa keluar di dalam kotak besar itu.”

Untunglah kesaksian petugas apartemen sangat membantu. Teknisi itu memiliki mobil yang tercatat, dan sekarang polisi sedang berusaha melacaknya,

“Sepertinya itu penculikan amatiran. Karena kalau benar pelakunya teknisi itu, dia bertindak gegabah dan bodoh, dan tidak berusaha menutup-nutupi jejaknya.” Jason mengerutkan keningnya, ingatannya melayang di masa itu, ketika adiknya diculik. Suasananya hampir sama, para polisi bergerak, mencoba mencari titik terang. Tanpa sadar Jason mengernyit, apakah perempuan-perempuan baik yang ada di sisinya haruslah selalu mengalami penculikan?

Kali ini Jason tidak mengetahui bagaimana kondisi Kiara. Dia hanya bisa berharap bahwa Kiara baik-baik saja. Diliriknya Joshua, lelaki itu tampak tenang dan memasang wajah datar, tetapi Jason tahu, Joshua gelisah dan ketakutan setengah mati.

Ada perasaan yang tanpa sadar ditumbuhkan Joshua kepada Kiara. Itu sudah pasti, dulu mungkin Joshua tidak menyadarinya, tetapi sepertinya lelaki itu sudah menyadarinya... Jason tersenyum sedih, dan jangan sampai Joshua terlambat... bagaimanapun juga mereka harus menemukan Kiara.

Seorang petugas polisi menghampiri mereka, mengatakan sesuatu kepada Joshua langsung berdiri, Jason menatap Joshua dengan bingung,

“Ada apa?”

“Polisi bisa melacak mobil itu, sekarang sedang mengarah ke pelabuhan. Sepertinya si penculik ingin menghilangkan jejak dengan menaiki kapal.” Joshua mengambil jaketnya dan mengenakannya, “Ayo, kata petugas kita bisa ikut salah satu mobil polisi, asal saat penyergapan nanti kita tidak keluar dan membahayakan misi, kita boleh ikut.”

***

Sepanjang jalan begitu menegangkan bagi Joshua, dia dan Jason duduk di jok belakang mobil polisi itu. Informasi yang didapat dari radio polisi, mobil yang menculik Kiara ditengarai masih ada di jalan tol, belum keluar menuju arah pelabuhan. Sepanjang jalan mereka melewati truk-truk besar pengangkut barang. Dan benak Joshua bergetar ngeri... kalau mereka tidak bisa menyelamatkan Kiara dengan cepat, akankah perempuan itu diselundupkan seperti ini? Di dalam truk yang penuh barang kemudian di bawa menyeberang pulau seperti ternak?

Joshua makin geram kepada William, dia merasa malu, berasal dari benih lelaki sombong dan licik itu. Penculikan ini, meskipun mereka belum bisa membuktikannya, sudah pasti didalangi oleh ayah kandungnya yang jahat itu. Dia sudah curiga. Dia sebenarnya sudah cemas ayahnya yang licik akan berbuat jahat untuk menyingkirkan Kiara. Dan semalam dia lengah, lengah karena kemarahannya sendiri. Joshua menghela napas dengan sedih. Kalau sampai Kiara tidak dapat diselamatkan, Joshua tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Lalu tiba-tiba sirene polisi dibunyikan, lima mobil polisi mengerubuti sebuah sedan warna hitam yang langsung mengebut kencang, tidak mau berhenti. Mobil itu tancap gas, setengah zig zag, benar-benar nekat dan tetap tidak mau berhenti meskipun lima mobil polisi mengejarnya.

Kejar-kejaran berlangsung menegangkan. Yang ditakutkan Joshua adalah sedan hitam itu, yang mungkin ada Kiara di dalamnya, terlalu mengebut dan kehilangan kendali, membuat Kiara celaka. Joshua mengikuti pengejaran itu sambil berdoa dalam hati, berdoa semoga Kiara selamat.

Setelah pengejaran selama beberapa kilometer, sebuah mobil polisi berhasil menjajari sedan hitam itu dan memepetnya ke bahu jalan tol. Mobil yang lain mendahului dan menghadang tepat di depan. Membuat sedan itu terpaksa berhenti, dengan suara berdecit keras dan ban yang berasap.

Beberapa petugas polisi langsung keluar, menodongkan senjatanya dan memerintahkan supir sedan hitam itu turun. Sopir mobil itupun turun dengan tangan di atas kepala, kemudian dipaksa berlutut.

Setelah kondisi dipastikan aman, Joshua dan Jason boleh keluar dari mobil. Hati Joshua mencelos ketika polisi itu memeriksa tempat duduk dan memastikan tidak ada penumpang lain di sana.

Jadi di mana Kiara?

Lalu seorang polisi mencongkel bagasi dengan linggis, dan di sanalah, di dalam bagasi itu, terbaring  Kiara yang sudah pingsan kehabisan udara.

***

Shit!” William mengumpat ketika membaca berita di televisi berita tentang sebuah penculikan yang berhasil di gagalkan oleh polisi. Dan berdasarkan pengakuan si penculik amatir, dia dibayar oleh orang asing yang menyuruhnya menculik dan menjual perempuan itu ke sindikat perdagangan manusia untuk dijadikan pelacur.

Dengan marah William mengemas pakaiannya, dan kemudian menelepon untuk mendapatkan tiket penerbangan dengan jadwal yang paling cepat. Sayangnya semua penerbangan penuh dan harus menunggu enam jam lagi paling cepat.

Carmila juga sama paniknya setelah melihat berita itu, dia bolak-balik ke kamar William, ketakutan dan bingung. William menyuruh perempuan itu untuk diam, tetapi Carmila tetap mengomel-ngomel, menyalahkan William.

“Seharusnya papa memilih penculik yang lebih ahli, bukannya teknisi bodoh gila uang yang baru pertama kali menculik, pantas saja dia tertangkap dengan begitu mudahnya.” Sambil mondar mandir di dalam kamar William, membuatnya gila, Carmila terus menerus mengomel, “Kalau begini jadinya bisa gawat, nama kita bisa tercoreng....”

“Diam Carmila!” William membentak pada akhirnya, merasa frustrasi karena disalahkan.

Carmila terkejut dibentak sedemikian keras oleh calon papa mertuanya. Matanya melebar dan kemudian wajahnya merah padam penuh kemarahan,

“Aku tidak mau berurusan lagi denganmu!” teriak Carmila marah, “Aku tidak ada hubungannya dengan penculikan itu jadi kau tidak bisa melibatkanku, silahkan saja polisi menangkapmu, tapi aku tidak mau nama baikku cemar! Mulai hari ini tidak ada urusan di antara kita. Aku akan pulang ke London besok, aku telah membuang-buang waktuku dengan mencoba mengejar anak harammu yang berdarah separuh pelacur!”

Setelah meneriakkan kemarahannya, Carmila membalikkan badan dan pergi, tidak peduli William memanggil-manggil namanya.

William layak cemas, Papa Carmila adalah rekan bisnis sekaligus teman bangsawannya yang paling penting, kalau sampai masalah ini sampai ke telinga papa Carmila, William akan kehilangan banyak sekali keuntungan bisnisnya. William tidak akan bisa melibatkan Carmila dalam hal ini, sebagai gantinya, William berharap Carmila bijaksana dan tidak mengadu kepada ayahnya.

Sekarang dia hanya harus pergi dari negara ini secepatnya. Penerbangan ke London paling cepat enam jam lagi. Dia sudah selesai berkemas dan menenteng tas-nya untuk check out.

Sayangnya, Ketika dia membuka pintu, beberapa polisi berpakaian preman sudah berdiri di sana, siap menangkapnya, membuat wajahnya pucat pasi.

***

Di kantor polisi, William bertatapan dengan Joshua yang sedang membuat laporan di kepolisian. Mata mereka bertatapan. Dan terptri jelas kebencian dan rasa muak Joshua kepada ayah kandungnya.

Ketika William berada di dekatnya, Joshua berbisik puas.

“Aku akan menikahi Kiara segera. Dia akan menjadi istriku, dan kau tidak akan diundang ke pernikahan. Pergilah ke neraka bersama gelar, harta dan darah bangsawanmu itu.”

Kata-kata itu membuat wajah William pucat pasi, tetapi lelaki itu tidak bisa berkata apa-apa. Joshua sudah mengalahkannya, dia sudah kalah sepenuhnya.

Anaknya itu tidak akan pernah mau kembali kepadanya dan melanjutkan warisan gelarnya. Dan mungkin William tidak akan pernah bisa datang ke negara ini lagi.

Joshua dan Jason sama-sama menatap kepergian William ke ruang pemeriksaan.

“Begitu pengacaranya datang, dia akan dibebaskan dengan jaminan.... paling buruk dia akan dideportasi, tidak akan menerima hukuman setimpal.” Gumam Jason pahit, “Dia bangsawan dan orang kaya yang punya banyak koneksi.”

Joshua mengangkat bahunya, “Memang.” Gumamnya, “Tetapi setidaknya aku bisa memastikan dia tidak akan pernah kembali lagi ke negara ini.”

“Apakah sama sekali tidak ada rasa tersentuh di hatimu melihatnya?” Jason bertanya ingin tahu, “Bagaimanapun juga dia adalah ayah kandungmu?”


“Dia bukan ayah kandungku. Bagiku ayahku adalah Nathan yang merawat dan menyayangiku sampai aku dewasa.” Joshua menggelengkan kepalanya, “Mungkin benihnya memang menghasilkanku, tetapi selebihnya aku tidak mau punya ayah seperti dia.” Lelaki itu menandatangani laporannya dan menyerahkan kepada petugas polisi, “Ayo, aku harus ke rumah sakit, aku takut Kiara sadar dan aku tidak ada di sana.”



CRUSH IN RUSH - BAB 15

No comments:

Post a Comment