Tuesday, November 3, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 6


Jason berdiri disana dengan senyum lebarnya dan tatapan mata tidak berdosanya, sama sekali tidak menyadari kalau Irvan hampir saja melotot melihat penampilannya.

Tentu saja, Kiara yang dikenal oleh Irvan pastilah tidak mungkin dekat dengan pria-pria berpenampilan elegan semacam ini. Kiara yang dikenal irvan sangat sederhana lugu dan pemalu, sangat bertolak belakang dengan lelaki tampan itu, yang dengan santainya melingkarkan lengannya di pundak Kiara.

Apakah lelaki ini majikan Kiara yang diceritakan sebagai pemilik apartemen tempat Kiara bekerja? Tetapi seorang majikan mana mungkin merangkulkan lengannya dengan akrab seperti itu? atau jangan-jangan lelaki ini pacar baru Kiara? Kalau begitu beruntung sekali Kiara bisa mendapatkan pacar lelaki yang jelas-jelas berasal dari kalangan atas itu.... tapi kalau begitu kenapa Kiara masih bekerja sebagai pembantu? Kalau memang pacarnya kaya bukankah Kiara tidak perlu bekerja lagi?

Tiba-tiba pikiran buruk melintas di benak Irvan, berpikiran jangan-jangan Kiara berbohong padanya, Kiara pasti tinggal di apartemen itu bukan sebagai pembantu, mungkin dia bekerja sebagai simpanan!

Tiba-tiba Irvan merasa sedih dan tak yakin, merasa pedih kalau memang benar Kiara sampai jatuh di jurang kehinaan seperti itu... Yah bagaimanapun juga Irvan tahu hidup Kiara begitu pas-pasan sampai kadang Irvan merasa kasihan, dan godaan harta pastilah terasa begitu menarik....

***

Sementara itu Jason mengamati ekspresi Irvan yang berubah-ubah sambil menahan tawa. Ekspresi lelaki itu seperti buku yang terbuka, pertama-tama terlihat tercengang, lalu curiga, lalu marah dan terakhir sepertinya sedih. Jason berani bertaruh bahwa di benak lelaki ini pasti sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang aneh-aneh tentang dirinya dan Kiara.

“Temanmu, Kiara?” dengan sopan Jason mengulurkan tangannya ke arah Irvan, matanya masih tetap menatap Kiara, menunggu jawaban. Apakah lelaki ini teman biasa Kiara, ataukah pacarnya? Kalau lelaki ini pacar Kiara, mau tak mau Jason harus berusaha menjelaskan keadaan sebenarnya kepada lelaki ini dan mengusir seluruh pikiran buruk di benak lelaki ini. Jason terbiasa melakukannya, banyak sekali pria yang cemburu kepadanya, yah mau bagaimana lagi, keadaannya memang seperti ini, bukan salahnya kalau dia bertampang mempesona bukan?

“Iya ini teman saya.” Kiara bergumam cepat, tiba-tiba merasa canggung, apalagi melihat keterkejutan yang begitu  nyata di mata Irvan karena Jason bersikap akrab kepada Kiara. Kiara tidak tahu kenapa Jason begitu mudah bersikap akrab, mungkin memang sudah wataknya begitu meskipun mereka baru bertemu tadi pagi.

‘Jason langsung menyela Kiara, “Sudah kubilang jangan menyebut ‘saya’ dan ‘anda’.” Gumamnya dalam tawa, lalu mengalihkan kembali tatapannya ke arah Irvan yang masih ragu menerima uluran tangannya, “aku Jason.”

Irvan menyambut uluran tangan Jason dengan sopan, mencoba tersenyum meskipun tatapan curiga masih tampak di sana,

“Saya Irvan, teman Kiara di cafe tempat Kiara dulu bekerja, cafe di seberang situ.”

Jason tahu cafe itu, dia memang belum pernah kesana, tetapi setiap dia mengunjungi Joshua dia melewatinya, dan Joshua sering bilang kalau dia terbiasa menghabiskan paginya di sana.

“Saya teman majikan Kiara, kebetulan saya bosan, jadi saya menguntit Kiara berbelanja di supermarket.” Lelaki itu tersenyum sopan kepada Kiara. “Aku akan naik duluan, mungkin kau ingin bercakap-cakap dengan temanmu itu?”

Jason rupanya berbaik hati, lelaki itu melangkah menjauh, berpura-pura sangat tertarik pada botol-botol bumbu yang tertata rapi di rak.

Kiara mengalihkan pandangan ke arah Irvan dan tersenyum meminta maaf,

“Aku harus naik dan memasak.” Gumamnya lembut, “Mungkin kita bisa bertemu nanti di sini ya...kalau tidak aku akan ke cafe.”

“Aku akan menunggu.” Irvan menunjukkan belanjaannya, “Dan aku juga harus cepat-cepat kembali. Kabari aku ya kalau kau sudah punya ponsel atau sudah bisa dihubungi.”

“Pasti.” Kiara tersenyum, menganggukkan kepalanya, lalu melambai ketika Irvan menggumamkan ucapan perpisahan dan pergi.

Tiba-tiba saja Jason sudah berdiri di sampingnya lagi, mengamati sosok Irvan yang menjauh,

“Pacar?” tanyanya lagi, kali ini ada nada menggoda dalam suaranya.

“Bukan, kami bersahabat di tempat kerja yang dulu.” Pipi Kiara merah padam. Tentu saja Irvan adalah sahabatnya, Kiara selalu memandang Irvan sebagai orang yang baik, tidak pernah sedikitpun terlintas di benak Kiara untuk berpikiran lebih apalagi menyangkut asmara terhadap lelaki itu.

Jason melangkah menjajari langkah Kiara menuju kasir, dan kemudian bergumam lembut,

“Hati-hati Kiara, aku laki-laki, dan aku bisa membaca jika ada seorang laki-laki yang memendam cinta. Kalau kau memang tak bisa memberi lebih, jangan pernah memberi harapan kepada mereka.” Setelah berkata begitu, dengan santai Jason melenggang mendahului Kiara melewati kasir dan menunggu di depan supermarket, membuat Kiara mengernyitkan keningnya.

Apa maksud Jason berkata seperti itu? dan siapa yang dimaksud Jason dengan lelaki yang memendam cinta?

***

Apartemen masih tetap sepi ketika mereka pulang, dan kamar Joshua masih tertutup rapat. Ketika melangkah masuk, Jason dan Kiara saling melempar pandang, lalu mengangkat bahu. Yah bagaimanapun juga gaya hidup Joshua yang terbalik dan seperti vampir itu harus dimaklumi. Apalagi dia bosnya, pemilik apartemen ini, Kiaralah yang harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup Joshua.

Cuma dia tidak mengira akan ada lelaki lain yang tinggal di sini, dengan gaya hidup yang berbeda pula. Kiara menatap Jason,

“Anda ingin makan siang apa?”

Jason mengangkat bahunya lalu melangkah ke arah kamarnya, “Apa saja, aku pemakan segalanya. Aku akan berlatih dulu ya, panggil aku kalau makanan sudah siap.”

Berlatih? Kiara tiba-tiba teringat akan kotak biola dari bahan kulit keras yang dibawa Jason kemarin. Lelaki itu pasti pemain biola.

Setelah Jason masuk ke kamarnya, Kiara bergegas  ke dapur dan membongkar belanjaannya. Uang belanja yang diberikan oleh Joshua banyak sekali, dan dengan uang itu Kiara bahkan bisa membeli bahan makanan untuk satu minggu. Dia memenuhi kulkas dengan berbagai macam sayur mayur, buah dan berbagai bumbu. Untuk persediaan daging, ikan dan telur, Kiara meletakkannya di tempat khusus di atas.

Setelah selesai mengatur semuanya, Kiara menatap kulkas yang penuh itu sambil tersenyum puas. Ini benar-benar seperti di sinetron-sinetron yang pernah dilihatnya, kulkas yang penuh bahan makanan, tak perlu mencemaskan akan makan apa esok hari.

Sambil bersyukur, Kiara mulai mengambil bahan-bahan masakannya, dia akan menyiapkan makan siang untuk Jason sekaligus menyiapkan makan malam untuk Joshua. Untuk makan siang, dia akan membuat yang ringan saja, karena toh mereka akan makan tanpa Joshua. Kalau makan malam, Kiara akan membuat menu yang sedikit berat karena mereka semua akan makan malam.

Kiara memasak nasi, kemudian memutuskan untuk membuat ayam goreng saus inggris. Bumbunya sangat mudah dan tinggal menyiram ayam yang sudah digoreng renyah dengan saus inggris. Tiba-tiba Kiara merasa sangat bahagia, dia sangat suka memasak, di panti asuhan dulu, Kiara selalu kebagian tugas mengurusi dapur, memasak makanan untuk anak-anak panti. Mereka semua bilang masakan Kiara enak, dan memasak untuk anak-anak panti bukanlah suatu beban untuk Kiara, dia bahagia melakukannya. Bahkan dulu dia sempat membuat kliping dari berbagai resep masakan yang diambil di tabloid-tabloid langganan ibu panti. Dia akan menggunting setiap resep dengan hati-hati, dan menempelkannya di buku besar yang dia miliki, buku itu hampir penuh, seluruh isinya adalah resep makanan. Kiara suka membalik-balik kliping buku resep itu, membacanya dengan harapan dia akan bisa mempraktekkannya suatu saat nanti.

Tetapi ternyata takdir berkata lain, Kiara harus meninggalkan panti karena hal yang tidak menyenangkan itu, dan dia terpaksa meninggalkan kliping buku resepnya karena terlalu berat untuk dibawanya.

Ah... kenangan buruk itu. Dengan cepat Kiara mencoba menghapuskannya. Itu semua masa lalu. Pada akhirnya Tuhan telah begitu baik kepadanya, membuatnya sampai di titik ini.

Kiara menata ayam goreng yang tampak renyah keemasan itu di piring saji, dia lalu mengambil saus yang sudah dibuatnya dengan rempah-rempah dan tentu saja bahan utamanya saus inggris yang harum dan khas, lalu menuang saus itu ke atas ayam. Ayam itu akan menyerap saus itu sampai ke dalam, hingga rasanya khas.

Kiara menatap puas ke arah masakannya, lalu dia menengok nasi nya yang sudah matang.

Kiara lalu teringat kalau Jason minta dipanggil kalau masakan sudah siap. Dengan tenang, Kiara melangkah keluar kamar, hendak mengetuk kamar Jason dan memanggilnya.

***

”Bawakan aku oleh-oleh yang banyak.” Jason memasang wajah cemberut sambil memandang ke arah  layar, Adiknya yang sedang video chat bersamanya kini ada di belahan bumi yang lain, sedang menghabiskan masa bulan madunya bersama suaminya di sana.  wajah Keyna, adiknya di sana  sedang tertawa. Yah setelah menikah dengan Davin sahabatnya, Keyna makin tampak ceria dan bahagia, Jason sangat beryukur akan hal itu. Kebahagian adiknya membuatnya tenang, dan juga, adiknya telah dijaga oleh sahabatnya yang terbaik.

“Pasti kakak, kami baru akan pulang minggu depan.” Keyna menatap ke background gambar Jason yang sedang bercakap-cakap dengannya, “Itu bukan kamarmu, kau ada dimana kakak? Benarkah apa yang dikatakan mama kalau kau sedang pelatihan musik dan harus dikarantina?”

Jason terkekeh, mama yang mereka bicarakan ini adalah mama angkat mereka, meskipun begitu Jason dan Keyna sangat menghormati mama angkat yang ini, lebih daripada ibu kandung mereka yang telah membuang mereka, dan bersikap jahat kepada mereka yang menyebabkan sang ibu kandung dipenjara sampai sekarang.

“Aku melarikan diri dari mama.” Jason tertawa, “Kau tahu sendiri kan, sejak kau menikah dia mengejar-ngejarku untuk menyusulmu, dia bahkan sudah menyiapkan calon isteri untukku, anak dari nyonya Andrew sahabat mama.”

“Dia cantik.” Keyna tertawa di layar, “kenapa kau tidak mencobanya kakak?”

“Karena aku tahu pasti kalau hatinya tidak cantik.” Mata Jason tampak dingin, yah bukankah semua perempuan mau kepadanya karena wajahnya yang tampan dan kekayaannya?

Keyna menatap ekspresi Jason dan tiba-tiba merasa sedih menyadari bahwa  kakaknya ini belum lepas dari  kebencian dan prasangkanya terhadap perempuan. Ibu kandung mereka memang jahat, egois dan tega membuang mereka demi keuntungan pribadinya, tetapi seharunya Jason bisa menyadari bahwa tidak semua perempuan sejahat ibu mereka. Keyna tidak sabar menunggu saatnya ada perempuan yang bisa membuat kakanya tersadar.

Tiba-tiba layar di depan Jason tampak bergoyang, Jason mengerutkan keningnya ketika ada wajah Davin, suami Keyna sekaligus sahabatnya yang muncul di sana.  

“Minggir Davin, aku sedang bicara dengan adikku.” Gumamnya dengan ketus.

Davin mengangkat alisnya,

“Kau sudah berbicara terlalu lama dengannya. Ini bulan madu kami jadi maaf aku menginterupsi.” Mata Davin bersinar jahil dan penuh tawa, “Bye Jason.”

Lalu tiba-tiba saja layar gelap dan Keyna sudah log out.

Jason menatap layar komputer dengan kesal, tetapi kemudian merasa geli. Davin memang sangat posesif kepada Keyna... dan Jason memang sengaja mengganggu bulan madu mereka dengan sengaja mengajak Keyna mengobrol lama-lama.

Lama kemudian, Jason masih menatap layar komputer yang kosong itu. Dia lalu mengehela napas panjang dan berdiri, meraih biolanya.

Keyna memintanya mencoba memberi kesempatan kepada perempuan. Tetapi Jason tumbuh dengan kebenciannya yang luar biasa kepada perempuan. Dia sangat benci kepada ibu kandungnya, semua perempuan sama saja, semuanya penipu, jahat, licik dan hanya mengincar harta. Perempuan itu iblis, yang menggunakan kekuatan pesonanya untuk menjatuhkan lelaki ke dalam jeratnya sebelum kemudian melemparnya ke penderitaan. Well bukan semuanya mungkin, adiknya Keyna dan mama angkatnya masuk ke dalam pengecualian.

Jason tidak akan pernah jatuh ke dalam pesona perempuan manapun. Dia akan lebih dulu menyakiti dan menghancurkan perempuan sebelum mahluk itu menghancurkannya.

Diraihnya biolanya, dan setelah memejamkan mata dan menghela napas, dia memainkannya. Nada yang keluar adalah nada yang menyanyat sekaligus mengancam, ungkapan kebencian Jason kepada mahluk bernama perempuan di muka bumi ini.

Jason benci sekali, sangat benci!

***

Kiara mendengarkan musik itu ketika melangkah ke ruang tengah. Berarti betul dugaannya, Jason sedang berlatih memainkan biola.

Langkah Kiara mendekat ke arah kamar Jason, tiba-tiba merasa merinding mendengarkan lagu yang dimainkan di sana.

Ini bukanlah jenis musik romantis yang dimainkan orang direstoran ketika seorang lelaki memutuskan melamar kekasihnya, ini juga bukan musik yang menyayat hati dan penuh kesedihan..... ini lebih seperti... kemarahan...

Kiara mengerutkan keningnya dan melangkah ke arah kamar Jason yang setengah terbuka, musik itu terdengar makin jelas di sana. Dari pintu yang terbuka, Kiara melihat Jason yang sangat serius memainkan biolanya, matanya terpejam dan mulutnya merapat. Dan seperti nada musik yang dimainkannya, ekspresi Jason benar-benar penuh kemarahan, seolah-olah ada bara kemurkaan yang siap meledak di sana.

Kiara jadi ragu untuk mengetuk pintu dan memberitahukan keberadaannya... dia hanya berdiri mematung di situ, mengamati ekspresi Jason dan musiknya yang makin bergolak akan kemarahan... sampai kemudian mata Jason yang indah membuka dan kemudian langsung menatap Kiara dengan tajam.



CRUSH IN RUSH - BAB 7

No comments:

Post a Comment