Friday, November 6, 2015

CRUSH IN RUSH - BAB 15



BAB 15

Ketika Kiara membuka matanya, Joshua ada di sana menatapnya. Semula Kiara membelalak ketakutan, merasa bahwa dirinya ada di dalam bagasi yang gelap, sesak dan tanpa udara. Tetapi kemudian Joshua memegang tangan Kiara yang panik dan menekannya lembut. Membuat Kiara menoleh kepadanya, menyadarkan dia ada di mana.

“Kemarin kau diculik Kiara, tetapi polisi menyelamatkanmu sebelum kau di bawa lebih jauh. Kau sekarang ada di rumah sakit, kau sudah selamat.” Joshua berbisik lembut, berusaha meredakan ketakutan Kiara, “Kau baik-baik saja Kiara.”

Kiara menatap Joshua dalam-dalam. Ingin rasanya dia menghambur ke pelukan lelaki itu dan menangis, tetapi kemudian seketika dia teringat akan kata-kata kejam Joshua kepadanya. Sebelum Kiara diculik, Joshua telah melecehkan dan merendahkannya. Dan sekarang apa yang dilakukan lelaki itu di sini? Akankah dia merendahkan Kiara lagi?

“Aku tahu kata-kataku malam itu menyakitkan.” Gumam Joshua ketika Kiara berusaha menarik tangannya, membuat Joshua harus menahannya, “Maafkan aku Kiara. Aku menyesal, aku mengucapkannya karena aku marah...dan cemburu...”

Cemburu? Kali ini Kiara tertarik dengan perkataan Joshua, dia mengangkat matanya dan menatap Joshua dengan bingung. Cemburu? Joshua cemburu? Kepada siapa? Kepadanya?

“Ya. Aku cemburu kepadamu dan Jason... Aku...” Lelaki itu tampak salah tingkah dan kesulitan berkata-kata, “Aku sebenarnya menyimpan perasaan lebih kepadamu, entah sejak kapan yang pasti aku sadar ketika aku merasa tidak suka saat kau biasa-biasa saja ketika mengetahui aku akan keluar bersama Carmila.” Senyum Joshua tampak pahit, “Aku ingin kau marah, aku ingin kau setidaknya mengungkapkan kecemburuanmu. Tetapi kau bersikap datar kepadaku, membuatku sulit menebak apa yang sebenarnya kau rasakan.”

Bagaimana mungkin Kiara menunjukkan kecemburuannya kepada Joshua? Bagaimana mungkin dia berani? Joshua adalah majikannya, penolongnya, bagaimana boleh dia yang hanya seorang pelayan menunjukkan perasaan lebih kepada majikannya?

“Dan kemudian itu mendorongku untuk bersikap sedikit kekanak-kanakan.” Pipi Joshua tampak sedikit merona, laki-laki itu jelas-jelas merasa malu, “Tujuanku pergi bersama Carmila, menghabiskan waktu dengannya dan memperlihatkan ketertarikan kepada Carmila adalah untuk memancing rasa  cemburumu, aku ingin kau merasa cemas aku pergi dengan perempuan lain, aku ingin bisa menebak perasaanmu.” Joshua mengacak rambutnya dengan frustrasi, “Pada akhirnya, aku malahan yang menjadi korban kecemburuanku sendiri. Aku pulang mendapati rumah kosong, mencemaskanmu setengah mati hanya untuk mendapati kau pulang bersama Jason, tertawa-tawa dan berangkulan. Nampak begitu gembira, aku langsung menarik kesimpulan bahwa usahaku sia-sia. Aku pergi dengan Carmila seharian dan kau bahkan tidak memikirkanku sama sekali, malahan pergi bersenang-senang dengan Jason, hal itulah yang memancing kemarahanku.” Joshua menatap Kiara sungguh-sungguh.

“Kata-kataku kasar Kiara, dan yang pasti sangat menyakitkan, aku tahu kau akan sulit memaafkanku.” Joshua melanjutkan sambil menghela napas panjang, “Tapi satu yang harus kau tahu Kiara, semua perkataan itu hanyalah manifestasi kemarahanku, tidak ada satupun yang berasal dari hatiku. Bagiku kau adalah perempuan sempurna, lugu, polos, pekerja keras, mandiri, bisa bertahan dalam kesulitan dan terlebih lagi kau telah menyentuh hatiku yang paling dalam.” Dengan lembut Joshua mengecup jemari Kiara, “Mungkin ini akan terdengar sangat klise, dan mungkin kau tidak akan mempercayainya, tetapi aku mencintaimu Kiara.”

Kiara ternganga, kaget dan tak percaya. Joshua mencintainya? Mencintainya?

Apakah dia bermimpi? Kiara menyentuh pipinya yang terasa hangat, tiba-tiba merasa malu, bagian mana dari dirinya yang bisa dicintai oleh lelaki sesempurna Joshua? Bagaimana  mungkin Joshua bisa jatuh cinta kepadanya? Seorang pelayan udik yang kadang-kadang mempermalukannya?

“Dan aku tidak pernah bisa membaca perasaanmu.” Gumam Joshua lembut, “Matamu begitu polos dan aku berusaha mencari-cari makna cinta di baliknya, yang tidak pernah aku temukan.” Joshua menghela napas panjang, “Maka katakanlah padaku Kiara, bagaimana perasaanmu kepadaku?”

Wajah Kiara merona, memerah karena malu atas pertanyaan Joshua, atas tatapan matanya yang begitu intens kepadanya. Bibirnya gemetar ketika mencoba berbicara, sementara benaknya menelaah dirinya sendiri.

Bagaimanakah perasaannya kepada Joshua?

Kiara mulai sering membayangkan Joshua di malam-malam sebelum tidurnya, mulai merasa rindu jika lama tidak melihat Joshua, dan dia selalu merasa bahagia jika ada Joshua di dekatnya.

“Aku... Ketika kau pergi bersama Carmila, aku sebenarnya merasa sedih...dan murung, karena itulah Jason berbaik hati mengajakku ke taman hiburan.” Kiara bergumam pelan. Bingung bagaimana menjelaskan perasaannya.

Tetapi sepertinya itu sudah cukup untuk Joshua, lelaki itu mengangkat alisnya dan menatap Kiara tajam.

“Apa maksudmu kau merasa sedih ketika aku pergi bersama perempuan lain? Apakah kau...cemburu?”

Apakah Kiara cemburu? Apakah perasaan sakit seperti jantung diremas ketika membayangkan Joshua berdekatan dengan Carmila, menggenggam  tangannya dan merangkulnya itu adalah perasaan cemburu? Tiba-tiba Kiara menyadari kebenaran perasaannya, dia menganggukkan kepalanya.

Seketika itu juga Joshua bangkit dan memeluknya yang sedang terduduk di ranjang, lelaki itu duduk di tepi ranjang, tepat di hadapannya.

“Kalau begitu apakah kau mencintaiku?”

Lama, Kiara mengerutkan kening dan berpikir, menyiksa Joshua, membuat lelaki itu ingin mengguncangkan bahu Kiara, membuatnya berkata ‘ya’.

Tetapi kemudian bibir indah Kiara tersenyum dan perempuan itu menatap Joshua dengan lembut.

“Ya Joshua.”

“Ya apa?” Joshua masih tidak puas rupanya.

Kiara menelan ludahnya, “Ya Joshua, aku mencintaimu.”

Senyum lebar merekah di bibir Joshua membuat wajahnya berseri dan tampak begitu tampan.

“Dan aku juga mencintaimu Kiara.” Tatapan Joshua tampak mesra, “Dan kita akan menikah jadi kau bisa tinggal di apartment itu tanpa masalah?”

“Menikah?”

“Ya. Menikah. Kau mencintaiku, aku mencintaimu. Harus menunggu apa lagi? Kita harus segera menikah.”

Kiara tersenyum, “Lalu bagaimana dengan menjadi pelayanmu?”

Joshua menatap Kiara mesra, lalu mengerutkan keningnya menggoda, “Kau masih tetap menjadi pelayanku, tapi perkerjaanmu akan bertambah, karena kau juga akan melayaniku di kamar.”

Pipi Kiara langsung merah padam mendengar godaan Joshua itu, membuat Joshua terkekeh geli, dan kemudian meletakkan kepala Kiara ke dadanya.

Kiara memejamkan matanya, menenggelamkan diri di kenikmatan aroma Joshua yang maskulin dan menyenangkan. Mensyukuri diri bahwa lelaki yang memeluknya ini adalah lelaki yang mencintai dan dicintainya.

Kiara mengawali kehidupannya dengan pahit, menjadi anak yatim piatu yang tidak tahu asal usulnya, kemudian kejahatan orang lain membuatnya melarikan diri, mencoba hidup mandiri, memulai dari bawah dengan gigih dan mencoba bertahan di antara semua kesulitan. Sampai kemudian Tuhan mempertemukannya dengan Joshua, lelaki penyendiri yang baik hati dan menolongnya. Lelaki penyendiri yang kemudian membuatnya jatuh cinta.

Kiara tidak pernah menduga kehidupannya akan menemui jalan yang begitu membahagiakannya, pasti Tuhan begitu menyayanginya sehingga memberikan kekasih yang begitu sempurna, kekasih yang tidak pernah berani dibayangkannya sebelumnya.

Jemari mungil Kiara melingkari pinggang Joshua, dan lelaki itu makin mempererat pelukannya yang penuh cinta kepada Kiara.

Nanti, pada saatnya nanti masih ada banyak waktu terbentang di depan mereka untuk berpelukan setiap saat. Joshua akan memiliki Kiara di rumahnya, menjadi milik pribadinya, saling memiliki dengannya.

***

Jason yang berdiri diam di depan pintu hanya tersenyum melihat kedua sejoli itu berpelukan. Dia menghela napas panjang. Setidaknya, sahabat-sahabatnya telah bertemu dengan perempuan yang benar-benar baik.

Tiba-tiba benaknya bertanya-tanya kapan saat itu tiba untuknya? Akankah dia menemukan perempuan yang benar-benar baik? Ataukah dia akan selalu terkalahkan rasa takut dan traumanya yang membuatnya membenci dan berprasangka kepada perempuan?

Matanya melirik kearah Joshua yang sekarang mengecup dahi Kiara lembut dan mengernyit.

Dan kenapa setiap perempuan baik, yang tidak menyalakan alarm Jason selalu diambil oleh sahabatnya?

“Cemburu?” Sebuah suara lembut dan feminim membuat Jason tersadar dari lamunannya. Jason mengangkat kepalanya dan makin mengerutkan keningnya ketika melihat Deliah berdiri di depannya. Jason memang masih menganut aliran konvesional, dia masih belum bisa menerima ada seseorang yang tidak menerima apa yang sudah diberikan Tuhan kepadanya dan kemudian mengubahnya, dengan kekuatan manusia. Itu hampir-hampir seperti bentuk kesombongan manusia kepada Tuhannya...

“Deliah.” Jason menyapa kaku, kemudian menegakkan tubuhnya, “Tentu saja aku tidak cemburu. Apa yang kau lakukan di sini?’

“Aku segera kemari setelah melihat berita televisi, bagaimanapun juga, meskipun baru sebentar bersama Kiara, aku peduli kepadanya.” Deliah mengintip hendak masuk, tetapi kemudian tidak jadi ketika melihat Joshua sedang tertawa dan bergumam mesra kepada Kiara, dia mengangkat alisnya dan bergumam kepada Jason, “Akhirnya Joshua kita mengakui perasaannya eh?”

Jason mengangkat alisnya, “Kau sudah tahu sejak lama perasaan Joshua kepada Kiara?”

“Aku sudah tahu bahkan sebelum Joshua menyadari perasaannya sendiri.” Deliah terkekeh, “Ketika dia membawa Kiara ke butik, tanpa sadar dia bersikap begitu posesif, matanya mengawasi Kiara seperti elang menunggu mangsa. Ketika itu aku sadar bahwa tinggal menunggu waktu saja sampai Joshua mengakui perasaannya.”

“Dan mereka pun bahagia bersama.” Jason tersenyum.

Deliah mengangguk, “Kapan giliranmu Jason?”

“Apa?”

“Aku dengar kau pembenci wanita. Bagaimana kalau dengan wanita yang ini?” Deliah menyulurkan jemarinya menyentuh lengan Jason.

Seketika itu juga Jason berjingkat mundur, menatap Deliah dengan wajah shock.

“Kau tidak sungguh-sungguh dengan rayuanmu bukan?” Jason bergidik.

Deliah tergelak melihat reaksi Jason.

“Tentu saja aku tidak sungguh-sungguh.” Matanya menelusuri Joshua dan mencibir, “Aku sudah tentu akan menghindari lelaki yang wajahnya lebih cantik dariku.” Dan kemudian, sambil menebarkan aroma parfumnya yang wangi, Deliah berlalu meninggalkan Jason yang masih tertegun bingung.

Lama kemudian, Jason menyadari candaan Deliah dan tertawa. Dasar! Makhluk ajaib yang satu itu ternyata menggodanya.

Mata Jason melirik lagi ke arah dua sejoli yang tampaknya begitu diliputi cinta itu, lalu tersenyum simpul.

Waktunya sendiri akan tiba. Dia percaya akan menemukan perempuan baik hati, yang tidak jahat dan hanya menginginkan materi dan fisiknya, yang hanya diciptakan untuknya.

Keyna dan Kiara telah menyadarkannya bahwa tidak semua perempuan berhati jahat, masih ada di sana, tersembunyi di antara semua yang mencolok, perempuan berhati baik yang menunggu untuk ditemukan.


Saat untuk kisah cintanya sendiri pasti akan segera tiba. Jason hanya perlu mencari perempuan itu. Perempuan baik hati yang akan menyentuh hatinya yang kelam ini.



CRUSH IN RUSH - EPILOG

1 comment:

  1. Huwaaaa akhirnyaaaaa..ciyee, dua sshaabatnya sama2 punya istri dengan nama depan k dan sifat yg sebagian sama ahahaha...aihhhhh jasonnn sama deliah hahaahahahahaa..kocakkkk

    ReplyDelete