BAB 5
Tampan Sekali.
Kiara hampir saja tidak bisa menutupi rasa kagumnya akan
ketampanan lelaki yang baru masuk itu. Luar biasa. Bahkan dia sebagai perempuan
merasa dirinya kalah cantik dibanding lelaki itu. Meskipun wajahnya cantik
tetapi tidak ada sikap yang mengarah ke arah feminim sama sekali dari
penampilan lelaki yang dipanggil Joshua dengan nama Jason itu. Jason tampak
maskulin dan sinar matanya tampak sedikit bandel, seperti anak lelaki kecil
yang nakal.
Detik ketika Jason masuk itulah dia menyadari kehadiran
Kiara di sana, duduk di sofa ruang tengah, lelaki itu langsung melemparkan
pandangan berganti-gani penuh arti ke Kiara dan Joshua,
"Ah, maaf, aku tidak tahu kau sedang ada tamu."
Jason tersenyum ramah, senyum yang mempesona kepada Kiara, "Johua biasanya
tidak pernah menerima tamu di apartmennya, kecuali tamu yang memaksa seperti
aku." Lelaki itu terkekeh sendiri, lalu melangkah mendekat, "Kau pasti
perempuan istimewa."
"Jangan ganggu dia, Jason. Dia pelayanku."
Jason langsung tertegun. Wajahnya tampak tak
percaya, dia melemparkan tatapan mencela ke arah Joshua,
"Kau memang tidak pandai bercanda. Mana
mungkin kau memakai pelayan di rumahmu? Kau dengan kehidupanmu yang introvert
itu?"
Jason melemparkan pandangan menyelidik kepada
Joshua, menunggu lelaki itu tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya sedang
bercanda, tetapi ekspresi wajah Joshua sama sekali tidak berubah, membuat Jason
akhirnya mengambil kesimpulan.
"Oh astaga, kau tidak sedang bercanda
ya?" jemarinya menunjuk ke arah Kiara, "Gadis ini pelayanmu?"
"Tentu saja." dengan santai Joshua
melangkah melalui Jason dan duduk kembali di sofa tempatnya duduk,
"Duduklah dan ceritakan pelan-pelan, apa yang terjadi padamu sampai kau
harus mengemis tempat tinggal kepadaku? bukankah kau punya apartemen sendiri di
tengah kota? kenapa kau tidak kesana?"
Jason ikut duduk, di dekat Kiara yang
terpaku, masih terpesona.
"Mereka akan bisa melacakku kalau aku ke
sana, kau tahu, ibu angkatku dan perempuan yang dijodohkan denganku itu
sangat gigih mengejarku." Tanpa dipersilahkan, Jason menuang teh di meja
dan menyesapnya, "Hmm enak sekali, kau yang buat yah?" lelaki
itu menoleh tiba-tiba ke arah Kiara, membuat Kiara gelagapan,
"Eh... iyaa... saya yang buat."
Sementara itu Joshua menatap ke arah Kiara
dan mengernyit, perempuan itu terpesona tentu saja. Semua perempuan pasti akan
terpesona kalau melihat Jason dan ketampanannya yang luar biasa. Tetapi
penampilan bisa menipu, di balik sikap ramah dan baik hatinya kepada perempuan,
Jason menyimpan racun yang menakutkan. Lelaki itu adalah penghancur perempuan,
dalam arti yang sebenarnya. Entah sudah berapa perempuan yang dipermainkannya,
diberi harapan, kasih saying dan perhatian dengan begitu indahnya, lalu
dilemparkan dan dibuang dengan kejam,
Ya. Jason cukup menakutkan kalau berhubungan
dengan perempuan, entah kenapa Joshua berpikir kalau Jason membenci perempuan,
tentu saja mama angkatnya dan adik kesayangannya yang baru dijumpainya setelah
sekian lama itu tidak termasuk kategori yang dibencinya.
Sekarang Kiara terpesona dengan Jason, dan
Jason secara alami langsung menebarkan pesonanya pada Kiara. Joshua harus
menghentikannya segera, sebelum semua berlanjut. Kiara adalah pelayan yang
bekerja untuknya, dia harus menjaganya.
"Kau bisa masuk Kiara." gumam
Joshua tiba-tiba.
Kiara merasa lega atas perintah Joshua itu,
dia merasa canggung duduk di sofa di tengah percakapan kedua laki-laki yang
sepertinya bersahaabat itu, dengan cepat dia berdiri dan mengucap salam,
"Saya permisi dulu." dengan tak
kalah sopan dia mengangguk ke arah Jason kemudian melangkah tergesa
meninggalkan ruang tengah itu, masuk ke kamarnya.
***
Jason terus mengamati sampai Kiara menghilang
dari pandangan, kemudian melemparkan tatapan penuh ingin tahu ke arah Joshua,
"Kau? Membawa seorang pelayan untuk
tinggal di rumahmu?" dia masih mengungkapkan pertanyaan yang sama,
"Rasanya itu tidak mungkin terjadi Joshua, itu bukan Joshua yang
kukenal."
Ya. Joshua yang dikenal Jason adalah seorang
penyendiri. Lelaki itu selalu menghabiskan waktunya sendirian dan kebayankan
menutup hatinya dari hubungan apapun. Bahkan Jason sempat ragu meminta
pertolongan Joshua agar mau menampungnya sementara, mengingat sikap Joshua yang
cenderung introvert itu.
"Aku menolongnya, karena dia butuh
pertolongan, sama sekali tidak ada alasan lain." Mata Joshua menyipit,
"Dan jika kau memang akan tinggal di sini, kau tidak boleh
mengganggunya."
Jason terkekeh mendengar nada ancaman di
balik suara Joshua itu, "Oke. Sepakat, aku tidak akan mengganggunya,
tetapi aku tidak bisa mencegah kalau dia yang menggangguku." Tawanya
malahan makin keras ketika menerima tatapan membunuh yang langsung dilemparkan
Joshua kepadanya, "Aku bercanda Joshua, gadis itu aman. Jadi
kesimpulannya, kau mengizinkan aku tinggal di sini sementara?"
***
Keesokan paginya, Kiara bangun pagi-pagi
sekali, dia ingin menyiapkan makanan untuk Joshua, lelaki itu bilang dia
bekerja larut malam dan kemudian sarapan dulu di pagi hari sebelum tidur.
Ruang tengah tampak terang benderang, dan
Joshua sedang duduk, berkutat dengan wajah serius menggambar sesuatu seperti
denah atau entahlah, di sebuah meja khusus di sudut ruangan, Kiara mengamati
dalam diam dan kemudian menebak-nebak... meja itu adalah meja khusus arsitek.
Jadi, Joshua seorang arsitek?
Rupanya Joshua menyadari keberadaan Kiara,
dia menolehkan kepalanya dan mengerutkan keningnya,
"Kenapa kau bangun pagi-pagi
sekali?" dilemparkannya pandangannya ke jam dinding, masih jam lima
pagi.
Kiara berdiri dengan gugup, "Aku... aku
ingin membuat sarapan, kau bilang kau sarapan setiap pagi, baru setelah itu
tidur."
"Oh itu." Joshua tidak tega
mengatakan kalau dia hanya sarapan roti tawar setiap pagi dan sebenarnya dia
bisa menyiapkannya sendiri tanpa Kiara repot-repot. Tetapi dia mempekerjakan
Kiara sebagai pelayannya, dan Joshua sendiri harus membiasakan diri untuk
dilayani. "Oke... terimakasih. Ada roti tawar di atas kulkas dan
jeruk segar kalau kau ingin membuat jus jeruk. Nanti panggil aku kalau
sarapannya sudah siap." gumamnya kemudian.
Setelah melihat Joshua membalikkan badan dan
sibuk kembali dengan pekerjaannya, Kiara melangkah ke dapur, dia melihat roti
tawar itu, mengisinya dengan keju dan saus kacang yang sudah tersedia dan
memanggangnya.
Jeruk besar berwarna orange cerah itu menarik
perhatiannya, Kiara mengambil beberapa buah dan memasukkannya ke juicer.
Setelah itu dia mengatur makanan yang sudah siap di meja dapur. Biasanya untuk
sarapan, Kiara selalu meminum susu satu gelas, tetapi dia ingat kemarin Joshua
bilang dia tidak suka susu, dan sepertinya lelaki itu tidak punya susu di
dapurnya.
Setelah makanan siap, Kiara memanggil Joshua
dengan canggung dari ambang pintu dapur, dan diberikan jawaban singkat oleh
Joshua.
Tak lama lelaki itu muncul di dapur, masih
dengan pakaiannya yang sama, celana panjang dan tidak berkemeja. Kiara
sepertinya harus membiasakan diri dengan penampilan Joshua yang indah ini.
"Terimakasih Kiara." Joshua
menyesap jus jeruknya, lalu mengunyah roti bakarnya dengan tenang, lelaki itu
menyelesaikan makannya dengan cepat, lalu menyesap jus jeruknya lagi, setelah
itu menguap, "Aku akan tidur. Kau bisa siapkan satu sarapan lagi, Jason
untuk sementara akan tinggal di sini. dan oh ya, uang belanjamu ada di
meja."
Kiara tertegun sambil menatap punggung Joshua
yang berlalu. Jadi Jason, lelaki yang luar biasa tampan itu juga tinggal di
apartemen ini?
Kiara sepertinya harus menguatkan hatinya
untuk tinggal bersama dua lelaki yang sangat mempesona itu.
***
Pintu kamar Joshua masih tertutup rapat
ketika giliran Jason yang bangun dari tidurnya. Lelaki itu ternyata tidak
pernah tampil berantakan dan tidak pedulian seperti Joshua, Jason keluar kamar
sudah mandi dengan aroma harum dan pakaian rapi.
Dia melongok ke dapur, ke tempat Kiara sedang
mencuci gelas dan piring kopi sisa Joshua,
"Wah aromanya enak." lelaki itu
tersenyum dan duduk di meja dapur, kemudian mencomot satu roti bakar dan
memakannya, "Mungkin keputusan Joshua menerima seorang pelayan di rumahnya
sungguh tepat, dan aku juga ikut mendapatkan keuntungan." lelaki itu
mengedipkan sebelah matanya menggoda, mau tak mau membuat Kiara tersenyum,
"Semoga anda suka." gumamnya
canggung, "Saya.. eh saya pamit dulu." setengah tergesa Kiara
berjalan hendak keluar pintu dapur.
"Mau kemana?" suara Jason
mencegahnya, lelaki itu mengerutkan keningnya.
"Saya hendak berbelanja bahan makanan di
supermarket di basement.'
"Aku ikut." dengan tak terduga
Jason berdiri, meneguk gelas jus jeruknya dan tersenyum ke arah Kiara,
"Aku bosan di sini, biarkan aku menemanimu berbelanja."
***
Berbelanja bersama Jason berarti harus kuat
menerima tatapan orang-orang ke arah mereka. Yah, ketampanan Jason terlalu
mencolok, hingga membuat semua orang yang berjenis kelamin perempuan hampir
pasti menoleh dua kali ke arah mereka,
Beberapa orang malahan memandang
terang-terangan sambil mengangkat alis ke arah Kiara, seolah-olah mengatakan
betapa tidak pantasnya Kiara bersanding di sebelah Jason, dan betapa
beruntungnya Kiara karena bisa mendapatkan kesempatan itu.
Jason sendiri tampaknya tidak peduli, lelaki
itu sepertinya sudah biasa menerima tatapan kekaguman dari orang-orang, dia
menoleh dan tersenyum ke arah Kiara dengan ceria,
"Jadi, kita akan masak apa hari
ini?"
Kiara mengangkat bahunya, "Saya masih
bingung... saya lupa menanyakan apa yang disukai dan tidak disukai oleh
Joshua."
"Hmmm", Jason mengerutkan
keningnya, "Kau jangan menggunakan 'saya' dan 'anda' kepadaku, pakailah
'aku' dan 'kamu, oke?" tatapannya menggoda, membuat Kiara mau tak mau
menganggukkan kepalanya, "Dan mengenai Joshua sepertinya kau tidak perlu
cemas, dia menyukai semua jenis makanan, setahuku yang tidak disukainya cuma
susu putih." Jason melirik ke arah rak buah-buahan, "Aku akan
mengambil buah pir itu, kau tunggu di sini saja ya," lelaki itu lalu
melangkah sedikit menjauh dari Kiara.
Sementara itu, Kiara langsung berpikir untuk
membuat masakan laut, dia akan membeli udang dan cumi lalu membuat masakan
bersaus dan lezat, semoga saja Joshua menyukainya.
"Kiara?" suara lelaki yang familiar
memanggilnya, membuat Kiara menolehkan kepalanya, dan melihat sosok yang
dikenalnya berdiri di sana, sedang berbelanja,
"Irvan?" Irvan adalah mantan rekan
kerjanya di café tempatnya bekerja, lelaki itu satu-satunya rekan kerja yang
bersikap baik kepada Kiara. "Kenapa kau ada di sini?"
Lelaki itu menunjukkan keranjang belanjaannya
yang berisi gula dan sirup, "Berbelanja untuk café, stok belanjaan belum
datang dan ada beberapa barang yang habis, jadi aku disuruh berbelanja kemari,
ini supermarket yang paling dekat dengan café, Kau sendiri, apa yang kau
lakukan di sini? Bos bilang kau sudah tidak bekerja lagi di café, aku berusaha
mencari tahu tentangmu tapi aku kehilangan jejak, apalagi kau tidak punya
ponsel untuk dihubungi."
Kiara menatap Irvan dengan tatapan menyesal,
"Maafkan aku Irvan semua terjadi begitu cepat, tetapi aku baik-baik saja,
sekarang aku bekerja sebagai pelayan di sebuah apartemen, yah kau tahu mirip
pembantu rumah tangga." Senyumnya melebar, "Setidaknya aku dapat
tempat tinggal dan makanan gratis."
"Aku senang mendengarnya." Irvan
menatap Kiara dengan tatapan mata lembut, "Kalau aku ingin bertemu
denganmu lagi bagaimana caranya ya?"
Kiara juga tampak bingung, "Aku juga
tidak tahu caranya, aku tidak punya ponsel."
"Hmm...kau bekerja di salah satu
apartemen ini?"
"Iya."
"Apartemen nomor berapa? dengan tahu
nomornya setidaknya aku tahu kau ada di mana."
Kiara hendak membuka mulutnya ketika sosok
lelaki tampan itu tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya, merangkul Kiara dengan
akrab,
"Joshua akan sangat marah kalau kau
sembarangan memberikan nomor apartemennya ke orang lain." Jason bergumam
tiba-tiba, melemparkan senyum manis ke arah Kiara
Sementara itu Irvan berdiri menatap mereka
berdua, Kiara dan sosok Joshua yang penampilannya sangat luar biasa, lelaki itu
terperangah, sekaligus bingung...
CRUSH IN RUSH - BAB 6
Ahahahaha, abang jason sama aku aja hahahahaaha...
ReplyDeleteMana lanjutannya nihh???
ReplyDeletePenasaran gimana kelanjutannya
ReplyDeleteBab 6 nya mana ?
ReplyDelete😭😭😭😭😭😭😭
ReplyDelete😍
ReplyDelete