Bab 8
“Teganya kau memanfaatkan gadis sepolos itu sebagai
tameng?” Jason mengernyitkan keningnya, “Dan tameng seperti apa maksudmu?”
Joshua mengangkat alisnya, menatap Jason setengah
mencemooh, “Benarkah yang kudengar ini? Seorang Jason yang selalu menyakiti
hati perempuan tanpa pandang bulu tiba-tiba mencemaskan kepolosan seorang
perhempuan?”
Jason membalas tatapan mata Joshua dengan serius,
“Aku sungguh-sungguh dengan perkataanku Joshua.... kau tahu semua perempuan
yang pernah menjadi korbanku, mereka memang pantas mendapatkannya, tetapi
Kiara.... dia benar-benar perempuan polos yang tidak tahu apa-apa, apapun yang
kau rencanakan terhadapnya, kau akan bersikap kejam kepadanya.”
Joshua membeku, dia lalu mengangkat bahunya,
“Kiara adalah satu-satunya orang yang paling tepat
untuk ini.”
Jason berdiri, menatap Joshua dengan tatapan tajam,
“Terserah Joshua, aku sudah memperingatkanmu. Rasa berdosa itu akan semakin
dalam kalau kau memanfaatkan perempuan polos yang tidak tahu apa-apa.” Jason
lalu melangkah dan meninggalkan Joshua, masuk ke kamarnya, setelah beberapa
langkah sampai di depan kamarnya, lelaki itu seolah teringat sesuatu dan
menolehkan kepalanya sedikit, “Oh ya, aku lupa mengatakan kepadamu, tadi pagi
aku berbelanja dengan Kiara, dan kami bertemu teman Kiara.”
“Teman Kiara?” Joshua mengernyitkan keningnya,
langsung tertarik.
“Yah, dia bilang dia teman Kiara, salah satu rekan
kerjanya di cafe tempat mereka bekerja sebelumnya.” Jason menatap Joshua penuh
arti, “Tapi aku tahu lelaki itu tidak menganggap Kiara sebagai teman. Dan kalau
kau mau menjalankan rencanamu, apapun itu kau harus mempertimbangkan keberadaan
orang-orang yang menyukai Kiara lebih dari yang seharusnya.” Jason sepertinya
menebak kalau Joshua akan menjadikan Kiara sebagai kekasih pura-puranya. Joshua
memang akan melakukan hal yang hampir mirip seperti itu, tetapi tentu saja
dengan cara yang jauh berbeda. Dia akan membuat ayah kandungnya pulang ke
negaranya dengan bahu terkulai kalah dan sangat sangat kesal.
“Aku akan mempertimbangkannya.” Jawab Joshua datar,
“Terimakasih Jason.”
“Dan satu lagi, Kiara tidak punya ponsel. Kasihan
sekali di jaman sekarang tidak punya alat komunikasi yang begitu penting. Kau
mungkin bisa membelikannya satu.”
“Akan kulakukan.” Joshua mengangguk, menyadari
bahwa hal itu luput dari perhatiannya. Nanti dia akan memastikan kalau Kiara
mempunyai ponsel, hal itu memberikan manfaat baginya juga untuk berkomunikasi
dengan Kiara kapanpun dia jauh.
***
Ketika Kiara keluar dari kamarnya setelah berganti
pakaian, Joshua berdiri di sana dan menatap Kiara dari ujung kepala sampai ke
ujung kakinya. Tatapannya setengah mencemooh setengah kasihan.
“Kau hanya punya baju ini?” lelaki itu mengamati
blouse Kiara yang dulunya pasti pernah berwarna putih meskipun sekarang hanya
menyisakan warna krem kusam yang tidak jelas. Dan perempuan itu mengenakan rok
panjang hitam sebetisnya.
Blouse putih dan rok hitam! Demi Tuhan.... apakah perempuan
ini tidak punya selera berpakaian yang lebih baik? Pakaiannya mengingatkan
Joshua pada anak training di toko-toko. Padahal Joshua akan membawa Kiara ke
butik kelas atas. Dia sendiri sebenarnya tidak peduli, tetapi dia tahu
orang-orang di sana akan mencemooh Kiara, memandang Kiara seperti pertunjukan
sirkus mahluk aneh yang salah tempat, dan dia tidak mau Kiara mengalami itu,
dipermalukan seperti itu sementara Kiara berjalan di sisinya. Tidak boleh ada
orang yang mempermalukan perempuan yang sedang bersama Joshua.
Pipi Kiara sendiri tampak merah padam. Malu. Dia
tahu bahwa pakaiannya yang sederhana itu pasti tidak akan cocok dengan selera
Joshua, pasti akan membuat lelaki itu malu. Tetapi mau bagaimana lagi, pakaian
yang dikenakannya ini adalah pakaian terbaiknya.
“Aku... aku hanya punya pakaian ini.” Jawab Kiara
menahan malu, sepertinya dia lebih baik mengurung diri di kamarnya saja
daripada nanti mempermalukan Joshua, dengan sangat dia berdoa dalam hati supaya
Joshua membatalkan acara keluar mereka.
Tetapi rupanya Joshua punya pikiran lain, lelaki
itu menghela napas, tampak kesal, lalu meraih kunci mobilnya di gantungan dan
melangkah mendahului Kiara ke pintu,
“Ayo.” Gumamnya, membuka pintu dan melangkah pergi,
membuat Kiara terbirit-birit mengikutinya.
***
Mereka berkendara melalui kawasan elite di pusat
kota, dan Joshua tiba-tiba berhenti di sebuah tempat yang dari papan nama di
sana, merupakan sebuah butik, butik itu berupa rumah bercat putih dengan gaya
belanda, dikelilingi pepohonan yang rimbun dan suasana yang asri
“Ayo turun, pemilik butik ini temanku, jadi kita
bisa mencari pakaian yang lebih tepat untukmu sebelum kita pergi ke mall dan
butik-butik di sana.” Joshua membuka pintu dan melangkah memutari mobil, lalu
membukakan mobil untuk Kiara dengan sopan.
Mereka lalu berjalan setengah bersisian, dengan
Joshua di depan dan Kiara di belakangnya. Mereka memasuki butik elegan bergaya
lama itu melalui sebuah pintu putar kuno yang berlapiskan krom dan kaca.
Suasana di dalam butik itu sangat elegan, dengan
lampu berwarna kuning terang yang menciptakan keindahan tersendiri terhadap
pakaian berbagai warna yang digantung di berbagai sudut. Kiara tidak pernah
masuk ke tempat seperti ini tentu saja, matanya melahap seluruh sisi dengan
penuh ingin tahu, menahan keinginan untuk bergumam “oooh”, “waaaah”, atau
“wooow”
Seseorang keluar dari bagian belakang butik dan
bergumam,
“Mohon maaf, tidakkah anda melihat tanda di depan
pintu? Kami baru buka pukul lima sore....” seseorang itu adalah perempuan yang
sangat cantik, dengan kaos ketat berwarna biru gemerlap yang menunjukkan
keseksiannya tubuhnya yang berkulit seputih susu, berkilauan bagaikan porselen.
“Joshua?” perempuan itu memekik kesenangan, “Joshua!!” lalu perempuan itu
menghambur, memeluk Joshua dengan erat, “Kemana saja kau sayangku? Lama sekali
kau tidak kemari.”
Joshua membalas pelukan perempuan itu dengan
canggung, “Aku sangat sibuk dengan pekerjaan akhir-akhir ini.” Lelaki itu
memundurkan langkah dan dengan halus melepaskan diri dari pelukan perempuan
itu, “Bagaimana kabarmu, Deliah?”
“Aku baik-baik saja.” Delilah bergumam ceria sambil
mengedipkan sebelah matanya, “Dan aku sangat merindukanmu, Joshua. Dulu kau
sering kemari sambil membawa pacar-pacar cantikmu itu..... jadi karena kau lama
tidak kemari, aku pikir mungkin kau sedang tidak berpacaran?”, mata perempuan
itu melirik ke arah Kiara yang berdiri gugup di belakang Joshua dan langsung
mengangkat alisnya, “Atau kau berpacaran tapi sepertinya sudah merubah
seleramu?” matanya mengamati Kiara dari ujung kaki ke ujung kepala, membuat
Kiara malu setengah mati. Perempuan itu sangat modis dan sangat bergaya, dan
sekarang mengamati Kiara dengan secercah rasa kasihan di matanya,
“Di mana kau menemukan gembel kecil ini?” gumamnya
mendekati Kiara, dan kemudian menyentuh pundak Kiara tanpa permisi, lalu
membalikkan tubuh Kiara yang sepertinya dianggapnya bagai boneka, dia mengamati
tubuh Kiara dan kemudian menoleh ke arah Joshua lagi, “Kekasih terbarumu?”
gumamnya tak percaya.
Joshua terkekeh, “Jangan terlalu mendekatinya
Deliah, Kiara akan ketakutan kepadamu. Tidak. Dia bukan kekasihku. Tetapi
segera, dia akan berperan sebagai kekasihku, dan aku ingin bantuanmu untuk
melatihnya.”
“Apa?” Deliah dan Kiara berseru bersamaan, yang
satu bersemangat dan penuh ingin tahu, sementara yang lain kaget luar biasa.
“Ya. Aku ingin kau mengajari Kiara semuanya,
seluruh caranya. Aku ingin dia berperan sebagai kekasih yang jalang, mata
duitan, pokoknya jenis perempuan yang paling menyebalkan di muka bumi ini.”
Joshua menatap Deliah dan tersenyum manis, “Aku tahu dari pengalamanmu di butik
ini, kau banyak pengalaman dengan jenis-jenis perempuan seperti itu.’
Deliah tertawa, tawa merdu yang enak di dengar, dia
menepuk pundak Kiara lembut,
“Hai aku Deliah, dan sepertinya sahabatku yang
tiba-tiba datang setelah sekian lama menghilang ini tanpa tahu malu langsung
meminta bantuanku.” Sapanya lembut, membuat Kaira tersenyum malu-malu.
Sepertinya memang Deliah sering mengucapkan kata-kata cemoohan, tetapi kemudian
Kiara menyadari bahwa perempuan itu hanya menggunakan sebagai candaan, tidak
ada maksud sama sekali dari Deliah untuk merendahkan lawan bicaranya. Mungkin
memang gaya bicaranya seperti itu...
Tetapi Kiara sendiri masih bingung dengan maksud
perkataan Joshua tadi. Apa maksudnya lelaki itu akan menjadikannya kekasihnya,
atau berperan sebagai kekasih Joshua tetapi – kalau Kiara tidak salah dengar –
harus bisa membawakan peran sebagai perempuan jahat?
“Aku bisa saja melakukannya, Joshua, meskipun
tampaknya misi ini begitu berat.” Deliah menatap Kiara penuh arti, “tetapi kau
harus menjelaskan semuanya kepadaku dari A sampai Z jadi aku tahu apa maksud
semua rencanamu ini.” Deliah lalu memanggil pelayannya yang segera datang dari
pintu belakang, “Buatkan minuman untuk kedua tamuku, kita akan bercakap-cakap
sebentar.”
“Aku akan menjelaskannya kepadamu Deliah.” Joshua
menganggukkan kepalanya setuju, lalu menatap Kiara, “Kiara, kau bisa menunggu
di sini? Aku akan bicara dengan Deliah sebentar di dalam.’
Meskipun merasa sangat ingin tahu hingga mendorongnya
memaksa ikut, Kiara tidak berani. Yang biasa dia lakukan hanyalah menganggukkan
kepalanya, meskipun benaknya masih didera oleh semua pertanyaan.
“Pelayan akan membawakanmu minuman dan kue, kau
boleh melihat-lihat pakaian di sini dan mencobanya, kalau ada yang menarik
untukmu bilang saja, aku yakin Joshua dengan senang hati akan membelikannya
untukmu.” Deliah mengedipkan sebelah matanya, lalu dengan genit menggandeng
lengan Joshua, dan dua anak manusia itu kemudian masuk ke ruang dalam yang
sepertinya bagian kantor dari butik tersebut.
***
Kiara menghabiskan beberapa menit dengan hanya
berdiri terpaku dan kebingungan harus berbuat apa. Matanya mengamati seluruh
ruangan dan mengagumi interiornya yang indah. Mereka seperti berada di
rumah-rumah bangsawan eropa dari jaman dahulu kala. Sepertinya memang Deliah
sengaja membuat nuansa butiknya kuno tetapi elegan. Kursi-kursinya berukir
dengan warna cokelat gelap, berpadu dengan tirai merah yang bersemburat emas,
tampak sangat kontras dengan tembok yang dicat putih bersih dan atap plafon
dengan ukiran indah yang semuanya berwarna putih bersih. Sementara itu di bawah
kakinya, karpet mahal yang sangat tebal berwarna cokelat tua tampak sangat
berpadu dengan keseluruhan ruangan.
Setelah lama berdiri, Kiara sadar, sepertinya
Joshua akan lama di dalam sana. Seorang pelayan muncul dari dalam, membawa
nampan, ada teko sepertinya berisi teh dan juga cangkir-cangkir indah bergambar
bunga dengan gaya victorian. Lalu ada sepiring kue cokelat yang tampak lezat
dengan krim di atasnya. Pelayan itu meletakkan nampan di meja, dan Kiara
menyadari ada tatapan kaget di matanya ketika melihat penampilan Kiara yang
sangat sederhana, tetapi pelayan itu berhasil menutupinya dengan cepat, dengan
sopan dia mempersilahkan Kiara untuk menikmati hidangannya selama menunggu.
Dengan hati-hati Kiara duduk di kursi di samping
meja kecil yang telah disediakan, dia menuang teh yang harum itu, dan kemudian
menyesapnya pelan-pelan. Enak. Ada rasa pedas yang khas, aroma daun mint yang
membuat rasa teh itu istimewa. Kiara lalu mengicipi kue yang sangat menggugah
selera itu, dan kemudian mengunyahnya dengan nikmat. Kue itu enak sekali!
Mata Kiara melirik dengan penuh rasa bersalah ke
beberapa kue yang masih tersisa di piring, pasti akan sangat memalukan kalau
Kiara menghabiskan kue itu.... tetapi kue itu enak sekali.....
Mata Kiara memandang ke sekeliling, berusaha
mengalahkan dorongan untuk menghabiskan kue yang enak itu, demi kesopanan.
Akhirnya Kiara berdiri dan dengan hati-hati mendekat ke arah rak gaun –gaun
itu.
Jemarinya menyentuh bahan sebuah gaun dari sutera
halus yang begitu indah, warna gaun itu hijau yang teduh, dengan bros berwarna
perak sebagai aksen di dadanya, iseng-iseng karena ingin tahu, Kiara
melihat price tag yang menempel di gaun itu, dan kemudian
membelalakkan matanya kaget.
Dua puluh juta rupiah untuk sebuah gaun?
Dengan ketakutan, Kiara melangkah mundur dari rak
gaun berisi gaun-gaun indah yang digantung, Astaga, harga gaun itu mungkin
cukup untuk Kiara hidup beberapa bulan.....
Dengan gugup, Kiara dudul lagi di kursinya, dia
tidak berani memegang gaun-gaun itu setelah mengetahui harganya. Kalau sampai
sentuhan tangannya membuat gaun itu rusak, bisa gawat, karena Kiara tidak mampu
menggantinya.
Dengan cemas dan penuh rasa ingin tahu, Kiara
menatap ke arah pintu kantor tempat Joshua dan Deliah menghilang tadi.
***
“Itu rencana yang sangat licik Joshua, dan murni
kejam.” Deliah tidak bisa menahan diri mengucapkan kata-kata itu setelah Joshua
selesai bercerita, perempuan itu lalu menatap ke arah butik tempat Kiara masih
menunggu di sana, “Dan kalaupun aku mau membantumu, dari semua perempuan di
dunia ini, kau bisa memilih perempuan yang berpengalaman, dengan sedikit
polesan, dia akan lebih mudah dimasukkan dalam rencanamu, dan kenapa kau
malahan memilih perempuan lugu, polos dan tidak tahu apa-apa itu?”
Joshua menyandarkan tubuhnya ke kursi dan tersenyum
tenang, “Perempuan yang berpengalaman akan berbahaya karena kadang kala mereka
memberontak, menginginkan lebih, atau bahkan menggigit balik.” Mata Joshua ikut
melirik ke arah butik, “Kiara tidak akan mengkhianatiku.”
Deliah menatap Joshua, mereka memang bersahabat
sejak lama, sejak masa kuliah..... Joshua dulu pernah membantu Deliah melalui
masa-masa sulitnya. Deliah pernah jatuh dan hancur, menerima semua cemoohan
orang, dan dia kehilangan banyak orang yang semula dikiranya sebagai sahabat
baiknya. Hanya Joshua yang tetap disisinya dan mendukungnya, bagi Joshua tidak
peduli Deliah akan jatuh dan mempermalukan diri seperti apa, mereka berdua
tetap bersahabat.
Dan kalau Joshua meminta pertolongan kepadanya,
bagaimana dia bisa menolaknya?
“Aku akan melakukannya untukmu Joshua, meskipun
sepertinya sulit, aku akan mengubah perempuan polos yang ada di depan itu
menjadi seperti yang kau mau, mulai besok bawalah dia kesini setiap pagi, kau
bisa menjemputnya di sore hari, dan aku akan melatihnya dengan intensif, gaya
berjalan, gaya berpakaian bahkan gaya berbicaranya.”
Joshua tersenyum puas, “Aku tahu aku akan selalu
bisa mengandalkanmu, Deliah.”
***
Joshua dan Deliah keluar dari ruangan itu beberapa
saat kemudian, dan Kiara langsung berdiri. Deliah tersenyum manis kepada Kiara,
lalu melemparkan tatapan bertanya kepada Joshua,
“Kalian akan kemana hari ini?”
Joshua mengangkat bahu, “Kami akan ke mall, memberi
beberapa gaun dan perlengkapan. Dan tentu saja kami akan berbelanja di butikmu
ini Deliah....” mata Joshua menatap penampilan Kiara, “Dia tidak boleh
berjalan-jalan denganku dengan penampilan seperti itu.”
“Tentu saja tidak boleh.” Deliah berseru ceria,
lalu menghampiri Kiara dan merangkulnya,
“Mari, akan kupilihkan pakaian yang pantas untukmu,
kau pasti akan menyukainya.”
***
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Kiara
menurut saja ketika Deliah menyerahkan pakain untuknya dan menyuruhnya berganti
baju. Di dalam ruang ganti, Kiara mengintip kembali price tag baju yang ada di
tangannya, dan mengerutkan keningnya. Harganya cukup tinggu untuk sebuah gaun
terusan berwarna pink gelap.
Jemari Kiara bergetar ketika mencobanya, tetapi dia
berusaha melakukannya. Setelah mengenakan gaun itu, Kiara bercermin dan
mengagumi betapa pas gaun itu di tubuhnya, Deliah sepertinya punya insting
bagus mengenai gaun. Kiara juga mengagumi betapa ringannya bahan gaun itu,
menempel di tubuhnya. Tampak pas dan tampak cantik...
Ketikan di pintu ruang ganti membuat Kiara sedikit
terperanjat,
“Apakah kau sudah selesai di sana?” suara Deliah
terdengar dari depan pintu.
“Sudah...” Kiara buru-buru membuka pintu ruang
ganti itu dan berhadapan dengan Deliah.
Deliah berdiri di sana dan tampak puas dengan
penampilan Kiara, dia membawa sepatu berhak datar berwarna peach gelap yang
sangat indah dan meletakkannya di lantai,
“Ini, pakailah ini, gaun itu seharusnya memang
dipakai dengan sepatu ini.”
Kiara menurutinya dan sekali lagi merasa takjub
dengan betapa pasnya sepatu itu di kakinya. Deliah menepuk pundak Kiara dan
mengedipkan sebelah matanya,
“Bagus. Kau sudah siap untuk berjalan-jalan dengan
Joshua.”
***
Reaksi Joshua melihat penampilan baru Kiara tidak
terbaca, lelaki itu hanya mengangkat alisnya, dan kemudian mengamati Kiara dari
ujung kepala sampai ujung kaki, kemudian menganggukkan kepalanya,
“Bagus Deliah. Aku ingin kau menyiapkan lagi
beberapa gaun, sebanyak mungkin dari koleksimu yang cocok dengan tubuh Kiara,
juga sepatunya, dan aksesorisnya. Aku tahu butikmu ini lebih banyak menjual
gaun-gaun formal, karena itu aku akan ke mall dan memberi gaun-gaun untuk
keperluan lainnya.”
“Hati-hati ya.” Deliah melepas kepergian mereka
dalam senyum ramah, “Dan Joshua, jangan lupa membawa Kiara ke salon.” Serunya
setelah Joshua dan Kiara dekat dengan mobil mereka.
Joshua hanya memnganggukkan kepalanya dan melambai
kepada Deliah, dengan sopan dia membukakan pintu untuk Kiara dan kemudian
memutari mobilnya, duduk di balik kemudi dan menjalankan mobilnya keluar dari
butik itu.
Sepanjang jalan mereka terdiam, meskipun Kiara
berkali-kali mencuri pandang ke arah Joshua, penuh pertanyaan. Kapan Joshua
akan menjelaskan semuanya kepadanya?
Joshua sendiri tampaknya menyadari apa yang ada di
benak Kiara, dia melirik sedikit dan tersenyum.
“Kau pasti bertanya-tanya ya. Nanti setelah di
rumah aku akan menjelaskan semuanya. Sekarang kau ikuti saja aku. Yang pasti
kau bisa tenang, aku tidak akan menyakitimu.”
Mau tak mau Kiara menganggukkan kepalanya dan
kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan, kalau tidak dia akan tersiksa akan
rasa penasaran yang menderanya ketika harus menunggu Joshua menjelaskan
segalanya ketika mereka pulang nanti.
“Butik yang sangat indah, dan Deliah... pemiliknya
sangat cantik.”
Joshua tersenyum simpul, “Tentu saja, Deliah sangat
cantik, dia sangat menjaga kecantikannya itu setelah dia mendapatkannya hampir
lima tahun yang lalu.”
Mendapatkan kecantikan? Apa maksud Joshua?
Joshua sendiri terkekeh, “Semoga kau tidak
menganggapku mantan pacarnya atau apa, kami bersahabat akrab sejak kuliah
arsitek. Tetapi kemudian dia drop out karena mengejar hasrat sebenarnya di
bidang desain pakaian, dan terbukti dia tidak sia-sia karena sekarang dia
menjadi salah seorang perancang yang sukses dengan butik kelas satu yang sangat
diminati.” Mata Joshua tampak geli ketika melempar kebenaran itu kepada Kiara.
“Jangan tertipu dengan kecantikan dan sikap feminimnya Kiara, lima tahun yang
lalu, Deliah adalah seorang lelaki, sampai kemudian dia memutuskan untuk
mengikuti hasratnya untuk menjadi seorang perempuan.”
Apa? Kiara ternganga.... kaget sekaligus bingung.
Astaga, jadi Deliah bukanlah perempuan tulen?
CRUSH IN RUSH - BAB 9
Hahahahah ternyata deliah berubah gendernyaa hihihihi ..
ReplyDelete