“Rahasia gelap yang paling menakutkan adalah kebencian yang disembunyikan di balik
senyuman penuh cinta.”
9
“Dia membangun rumah kaca untukmu?” reaksi pertama Andre ketika
Saira menceritakan apa
yang
dilakukan
Leo
adalah terkejut luar biasa, “Benarkah itu Saira ?”
“Sekarang rumah kaca itu sudah jadi, dan dia
menawarkan untuk mengantarkanku
membeli beberapa varietas unik untuk mengisi rumah kaca itu.” Saira menahan
napas ketika matanya melirik ke keindahan
rumah
kaca yang
sekarang berdiri dengan tegak dan mewah, memantulkan cahaya matahari sehingga membuatnya berkilauan.
Andre tampak termenung di seberang sana, “Kau yakin bahwa Leo melakukannya dengan tulus tanpa ada maksud
apapun di
baliknya?”
“Aku tidak tahu.” Saira sendiri merasa ragu, tetapi sejauh
ini, Leo benar-benar bersikap baik kepadanya. Lelaki itu
menjaganya, selalu menanyakan kondisinya, dan tidak ada lagi kata-kata kasar yang menyakitkan hati. Tiba-tiba Saira menyadari bahwa Leo serius dengan perkataannya
bahwa karena kehadiran calon bayi mereka, dia akan merubah sikap.
Meski sikapnya tidak kembali ke sikap penuh cinta yang ditunjukkannya
sebelum menikahi Saira, setidaknya Leo sudah menghargai Saira dan bersikap baik
kepadanya.
“Kau sudah tidak mencurigainya membakar rumah kacamu ya?” Andre bergumam,
memecah lamunan Saira.
Apakah dia mencurigai Leo? Saira berpikir, bertanya kepada dirinya sendiri.
Ah, bahkan dia sendiri tidak tahu jawabannya. Dia sungguh-sungguh tidak tahu.
“Aku tidak tahu, Andre.” Saira menjawab
jujur, sesuai dengan apa yang ada di benaknya.
Di seberang sana Andre mendesah keras, “Jangan jatuh lagi ke dalam tipuannya, Saira. Dia sudah pernah menipumu
satu
kali, jangan sampai dia melakukannya
untuk kedua
kalinya.”
***
Lelaki itu membawa
mobilnya memasuki pintu
gerbang rumah mewah itu. Petugas keamanan membiarkannya
karena
lelaki itu memang biasa datang untuk mengantarkan
tanaman dan memperbarui varietas tanaman dan bunga-bungaan
di rumah mereka.
Setelah memeriksa
taman belakang dan mencatat apa saja yang perlu diperbaiki, lelaki itu melangkah ke teras yang sudah sangat di kenalnya, di teras
itulah biasanya
Leanna
duduk dan memandang
taman dengan tatapan matanya yang
hampa, begitu
cantik, namun sekaligus begitu
rapuh.
Lelaki itu berlutut di depan Leanna
dan
meletakkan
sekuntum bunga lily yang harum ke genggaman
tangannya. Leanna langsung tersenyum, dan mengulurkan
tangannya dengan lembut, menyentuh pipi
lelaki itu,
“Andre....” bisiknya penuh kasih sayang yang nyata.
***
Usia kandungan Saira sudah empat bulan, dan dia
menjalani harinya dengan lebih baik. Sejak kehamilannya,
hidupnya
menjadi lebih mudah, karena Leo semakin
lama
semakin bersikap baik kepadanya.
Lelaki itu sudah tidak menyekapnya
di rumah dan mengawasinya
ketika berpergian, sepertinya
hari-hari Leanna sebagai tawanan sudah berakhir. Leo juga melakukan apa yang
dijanjikannya, dia mengantar Saira dengan sabar berburu
varietas tanamannya,
memenuhi rumah kaca barunya sedikit demi sedikit sehingga makin lama makin penuh dan sempurna,
Bahkan
lebih lengkap dan lebih indah daripada
rumah kacanya yang lama.
Sekarang mereka sedang menghabiskan
waktu di dalam rumah kaca, seharian ini Saira mengatur pot-pot kecil tanaman di susunan
rak, dengan
Leo
mengawasinya.
Lelaki itu
baru pulang kerja dan menyusul Saira ke dalam rumah kaca. Bahkan sekarang Leo selalu pulang kerja lebih awal, dan menghabiskan sorenya bersama Saira.
Saira sedang menyusun
potnya di rak yang tinggi dan
agak terhuyung ke belakang
ketika tubuhnya membentur dada
keras Leo yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya,
“Hati-hati.” Leo berbisik lembut di belakangnya.
Membuat Saira menolehkan kepalanya dengan gugup,
menyadari Leo sangat dekat dengannya, Saira mencoba melepaskan
diri, tetapi Leo
memegang kedua pundaknya
dengan lembut, lelaki itu menatapnya
dalam, sejenak tampak sulit berkata-kata, dia
kemudian
berdehem. “Lain
kali kalau
ingin memasang sesuatu di tempat yang tinggi minta tolonglah
kepadaku,
atau kepada pelayan di rumah ini, jangan melakukannya sendiri, ingat, kau sedang hamil.”
Pipi Saira memerah entah kenapa mendengar
nasehat Leo. Dan hal
itu tidak lepas
dari pengamatan Leo, matanya melembut
mengamati Saira dan makin lembut ketika melihat
perut Saira yang sudah mulai menonjol,
“Perutmu sudah semakin besar ya.”
Saira menundukkan
kepalanya dan melihat
perutnya, lalu tersenyum tipis, “Ya... dan
akan semakin besar.”
Leo tampak ragu, tetapi
kemudian dia
menyentuhkan
jemarinya di perut Saira, lalu
mendongakkan kepalanya dan
menatap Saira dengan takjub, “Dan terasa keras.”
Senyum Saira makin melebar, “Memangnya
kau pikir
perutku akan seperti apa?”
Leo menyeringai bingung, “Aku tidak tahu, kupikir akan
lembek dan lembut.” Jemarinya mengusap lembut perut Saira, “Ternyata cukup keras untuk melindungi bayinya.”
Saira menganggukkan
kepalanya, tanpa sadar ikut
menggerakkan jemarinya menyentuh perutnya. Tetapi
kemudian jarinya bersentuhan dengan jari Leo, dan Leo
menggenggamnya.
Saira tertegun dan menatap mata Leo, lelaki itu tengah menatapnya dengan tajam, kemudian tanpa di sangka-
sangkanya, Leo menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Saira dengan sebuah ciuman yang lembut.
“Maafkan
aku atas semua yang pernah kulakukan
kepadamu.” Bisiknya serak, lalu tanpa memberikan kesempatan kepada Saira untuk berkata-kata, lelaki itu memeluknya erat-
erat.
Mereka berpelukan
dalam keheningan rumah kaca yang
penuh nuansa harum dan menyenangkan.
***
Saira berbaring miring di ranjangnya dan memikirkan kejadian tadi sore. Tanpa sadar jemarinya menyentuh bibirnya.
Bibir yang tadi sore dicium lembut oleh Leo tanpa disangka-
sangkanya.
Kenapa Leo menciumnya?
Leo bersikap lembut kepadanya,
penuh kasih sayang, bahkan sekarang
lelaki itu sudah bisa tertawa bersamanya,
sikapnya berubah makin lama... dan semakin
mirip dengan Leo yang itu, Leo yang dulu membuatnya jatuh cinta setengah mati.
Apakah Leo benar-benar telah berubah menjadi Leonya yang dulu? Apakah masih ada kesempatan
untuk pernikahan
mereka dan untuk masa depan mereka bersama bayi ini?
Saira mengelus perutnya
dengan lembut, kalau iya,
berarti anak ini memang ada untuk mempersatukan
kedua orangtuanya.
***
Siang itu, ketika Leo berangkat bekerja, seperti biasanya Saira menghabiskan
hari-harinya di rumah kacanya dan
merawat berbagai tanamannya, ketika dia sedang menggunting
daun
dari tanaman yang dia kembangkan
sebagai bonsai,
memberi kesempatan agar batangnya bisa tumbuh besar,
ponselnya berbunyi.
Saira melirik ke
arah ponselnya
dan mengernyit, itu
nama
Andre.... Saira baru
menyadari bahwa makin lama
dia
makin jarang berhubungan dengan Andre, apalagi sejak rumah kacanya hangus
terbakar
dan sikap Leo semakin
baik kepadanya.
Dia masih sempat berhubungan
intens dengan Andre ketika mengurus asuransi untuk rumah kacanya yang terbakar
karena hal itu menyangkut
bisnis mereka berdua. Andre masih
menjalankan
usaha tanaman hias dan bunga mereka, tetapi
sekarang sebagian besar dia menerima pasokan dari luar.
Lalu kemudian, seiring berlalunya waktu, ketika Saira
mulai sibuk dengan
rumah kaca barunya dan Andre sibuk
membangun bisnisnya kembali, mereka makin jarang berhubungan, telepon merekapun semakin jarang, biasanya
mereka selalu bercakap-cakap setiap malam, kemudian
berkurang
menjadi tiga hari sekali,
dan pada akhirnya,
seminggu sekali.
Dan sekarang ketika menatap ponselnya, Saira sadar bahwa sudah hampir dua minggu dia tidak bercakap-cakap
dengan Andre, jadi kalau Andre meneleponnya, pasti ada sesuatu yang penting.
“Hallo Andre?” Saira mengangkat
teleponnya dan
bergumam dengan ceria, berada di dalam rumah kaca memang
membuat hatinya selalu ceria.
“Tampaknya kau baik-baik saja,” suara Andre
di sana
terdengar penuh senyum, “Syukurlah.”
Ada sesuatu di dalam nada suara Andre yang membuat
Saira mengerutkan keningnya. “Ada apa Andre?”
Hening sejenak, kemudian Andre menghela napas panjang.
“Bagaimana hubunganmu dengan Leo?” tanyanya tiba-
tiba.
Saira tidak bisa untuk tidak tersenyum
ketika membayangkan tentang Leo, Leo yang semakin baik dan semakin lembut kepadanya.
“Kami baik-baik
saja. Leo
memperlakukanku
dengan baik dan lembut Andre,
kurasa kami bisa memperbaiki perkawinan ini.”Andre mendesah
di
seberang
sana,
“Aku
minta
maaf kalau harus memberitahumu hal ini dan mengecewakanmu.” “Ada apa Andre?” Saira tiba-tiba
merasa cemas ketika
mendengar nada serius di dalam kata-kata Andre,
“Ini tentang Leo, aku mendapatkan informasi dari
pemasok tanaman baruku. Dia mempunyai langganan menghias bunga untuk sebuah rumah
mewah di pinggiran kota dan melimpahkan pelangannya itu untukku. Aku ke sana Saira,
dan barulah aku mengetahui bahwa rumah itu adalah atas nama Leo.”
“Apa?” Saira tertegun,
Leo punya rumah di pinggiran kota? Saira
tidak
pernah
mendengarnya, tetapi... bukankah wajar orang sekaya Leo memiliki rumah banyak?
“Ya Saira, dan bukan masalah rumahnya yang ingin kuberitahukan kepadamu.
Ini tentang penghuni rumahnya.”
Penghuni rumahnya? Rumah Leo di pinggiran kota ada penghuninya? Tiba-tiba
jantungnya berdenyut oleh firasat buruk,
“Penghuninya seorang perempuan muda bernama Leanna.” Andre menghela napas
panjang, “Untuk apa Leo memelihara perempuan muda di rumah pinggiran kota dan
disembunyikan darimu, Saira? Aku ... maafkan aku, tetapi aku berpikir bahwa perempuan
bernama Leanna itu adalah simpanan Leo.”
Saira terperangah, dunia
seolah berguncang dan
berputar keras seketika di sekelilingnya, membuatnya limbung dan harus berpegangan pada salah satu rak besi di sebelahnya.
Apa? Leo memiliki perempuan simpanan yang
disembunyikannya di sebuah rumah rahasia? Benarkah itu?
Saira ingin tidak mempercayai
info itu, tetapi info ini berasal dari Andre dan Andre tidak mungkin membohonginya.
Dan tiba-tiba Saira teringat tentang kunjungan
mama Leo waktu itu, mama Leo sepertinya sempat menanyakan apakah Leo pernah mengenalkannya dengan Leanna, atau
sesuatu seperti itu. Ingatannya
samar, tetapi dia merasa nama
Leanna familiar ketika Andre mengucapkannya, dan dia yakin itu berasal dari mama Leo. Dan dia juga ingat betapa mama
Leo
berusaha mengalihkan pembicaraan
dan
tampak gugup ketika menyadari bahwa Saira tidak tahu apa-apa tentang Leanna.
Napas Saira terasa sesak
oleh air mata. Teganya Leo
kepadanya!
“Apakah kau bisa mencuri waktu untuk menemuiku, Saira? Kalau
bisa
mungkin aku bisa lebih enak menjelaskan semua informasi yang kuperoleh kepadamu.”
Saira tercenung, masih bingung, tetapi kemudian dia mengambil
keputusan. Dia harus bisa mengetahui kebenaran tentang perempuan
bernama Leanna itu. Setidaknya dengan
begitu dia bisa mengetahui posisi
dirinya di dalam kehidupan
perkawinannya
bersama Leo.
Apa
maksud
Leo dengan perkawinan ini? Apa pula maksud Leo ketika dia berubah
sikap menjadi begitu baik dan perhatian kepadanya? Membuatnya berpikir bahwa mungkin saja masih ada harapan untuk pernikahan mereka?
“Aku
akan mencoba mencari cara untuk menemuimu,
Andre.” Gumam
Saira akhirnya, menyadari bahwa Andre masih menunggu jawabannya
di sana.
“Bagus. Kabari
aku secepatnya. Kau
tidak boleh
membiarkan masalah ini terus berlarut-larut, Saira.”
***
Saira masih
merenung dengan hati pilu
ketika mendengar suara mobil Leo diparkir di depan. Akhir-akhir ini Leo sering pulang cepat, menghabiskan waktu bersamanya. Itu dimulai sejak dia hamil, sedangkan pada masa-masa sebelumnya,
Saira masih ingat ketika Leo sering pulang larut, bahkan
tidak pulang. Apakah waktu itu Leo menginap
bersama
Leanna di rumahnya yang lain?
Air mata merembes di matanya. Dia masih bisa
menoleransi seluruh kekasaran sikap Leo kepadanya, apapun
itu,
dia masih bisa menerima,
karena jauh di dalam hatinya, cintanya
kepada Leo begitu besar dan tidak bisa dimusnahkan begitu
saja dengan sikap kasarnya.
Tetapi..... kalau menyangkut
perempuan kedua, Saira
tidak
bisa
terima.
Bukan
karena kecemburuan, tetapi lebih
karena
dia berpikir bahwa ketika Leo sudah membagi cintanya maka sudah tidak ada harapan lagi untuknya. Saira selalu berpikir bahwa cinta sejati tidak bisa
dibagi, cinta sejati selalu utuh, satu dan hanya ditujukan
untuk
satu
belahan jiwa.
Dan kalau perempuan bernama Leanna ini benar-benar
kekasih atau simpanan Leo... maka Saira membulatkan tekadnya untuk pergi, jauh dari kehidupan
Leo. Selamanya dan
mengubur semua harapannya untuk memperbaiki
kehidupan pernikahan mereka.
Leo memasuki teras dan mengangkat alis ketika melihat Saira, dia tersenyum
lembut, senyum yang
akhir-akhir ini sering sekali muncul di bibirnya,
“Hai.” Leo mendekati Saira dan duduk di depannya, “Tidak di rumah kaca?”
Saira menggelengkan kepalanya lemah, membuat Leo mengerutkan keningnya
dan menatap cemas,
“Kenapa? Kau sakit Saira?” Leo bertanya lembut, dan hal itu membuat hati Saira terasa sakit. Kenapa Leo begitu baik
sekarang kepadanya? Kenapa Leo membuat Saira berharap bahwa mungkin masih ada cinta
di antara mereka? Hal itu membuat semuanya terasa sulit bagi Saira.
“Siapakah Leanna itu?” Akhirnya Saira memberanikan
diri bertanya, mengawasi Leo dalam-dalam dan melihat bahwa Leo terperanjat.
Lelaki itu menatap Saira dengan kaget, dan ketika kemudian dia berkata,
suaranya tercekat di tenggorkan,
“Darimana kau tahu tentang dia?” tanyanya tajam.
Saira menghela napas panjang, “Tidak penting darimana aku tahu tentang Leanna. Yang aku tahu, kau
punya sebuah rumah yang dihuni oleh seorang perempuan bernama Leanna, siapakah
dia, Leo? Apakah dia .... apakah dia perempuan lain? Perempuan lain dalam pernikahan
kita?”
“Sudah kubilang tidak ada perempuan lain.” Leo mengerutkan keningnya
lalu menyadari bahwa kata-katanya
salah. Leanna memang adik
kembarnya,
bukan
kekasihnya,
tetapi
bisa
dibilang
bahwa Leanna adalah perempuan lain
dalam pernikahannya dengan Saira, dan akan selalu menjadi
perempuan lain.
Saira sendiri mengawasi perubahan ekspresi Leo yang menentang
kata-katanya sendiri, membuat air mata turun dari
sudut matanya,
“Aku berusaha menahan
diri
biarpun kau
memperlakukanku dengan buruk, juga membenciku dengan
alasan yang aku tidak tahu.” Diusapnya air
matanya dengan sedih, “Tetapi aku tidak
bisa tahan kalau kau memiliki perempuan
lain, Leo. Bagiku itu adalah tindakan paling kejam yang pernah kau lakukan atas pernikahan
ini. Aku menyerah atasmu Leo, aku tidak sanggup
lagi.” Saira membalikkan
tubuhnya, berlari cepat, dan tidak peduli akan suara Leo yang memanggil-manggil namanya.
Cukup sudah! Pernikahan ini sudah berakhir!
***
Saira mengunci pintunya dan mencoba menulikan telinganya dari Leo yang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dan memanggil namanya,
membujuknya untuk berbicara
dengannya. Di tutupnya kedua telinganya dengan bantal.
Mengeraskan hati. Sampai lama kemudian, dia membuka
bantalnya dan menyadari
suasana sudah hening. Leo rupanya sudah menyerah untuk mengajaknya berbicara.Lama Saira
menunggu sampai suasana benar-benar
hening dan dia yakin bahwa Leo sudah masuk ke kamarnya. Lalu dia menelepon Andre,
“Aku akan mencoba
keluar besok pagi setelah Leo
berangkat ke kantor dan menemuimu.” Gumam Saira setengah
berbisik di telepon.
Andre tampak puas di seberang sana,“Bagus aku akan menunggumu.” Jawabnya.
Lama kemudian,
Saira berbaring dengan mata nyalang menatap ke kegelapan, menahankan air mata yang meleleh di pipinya.
***
Pagi harinya Leo
terbangun,
mandi dan bersiap ke
kantor. Dia tertegun di depan kamar Saira yang tertutup rapat.
Dia ada meeting
penting hari
ini
yang tidak bisa ditinggalkannya, padahal jauh di dalam hatinya, dia sangat ingin menunggu di sini, menunggu pintu
Saira terbuka dan
kemudian
dia bisa menjelaskan semuanya kepadanya.
Tidak ada perempuan lain, dalam arti kisah asmara. Leo memang menyayangi adiknya, dia sangat mencintai Leanna dan menanggung rasa
bersalah seumur hidupnya karena kondisi
Leanna yang begitu menyedihkan
sekarang, tetapi bahkan dengan perasaannya itu, Leo tetap tidak bisa menahan dirinya untuk mencintai Saira.
Ya. Dia mencintai Saira dengan sepenuh hatinya, jauh di
masa
lalu, bahkan sebelum dia menyadarinya.
Cintanya kepada Saira membuatnya memutuskan
untuk
menghilangkan
seluruh dendamnya, dan menjaga Saira. Memutuskan untuk memohon ampun kepada Leanna karena
dia tidak bisa menyakiti Saira lagi, karena dia sudah
mengkhianati adiknya demi Saira, persis seperti yang dilakukan ayah mereka.
Leo menatap pintu kamar Saira dan menghela napas panjang,
ditahannya keinginan
untuk menggedor pintu
kamar itu. Saira mungkin butuh waktu untuk menenangkan dirinya, sementara itu dia akan
ke kantor,
menjalani meeting
pentingnya sekaligus mencari tahu darimana Saira mendapatkan informasi tentang Leanna.
Ada seseorang yang mengkhianatinya
dengan memberikan
informasi tentang Leanna kepada Saira. Leo
mengerutkan
keningnya, tetapi siapa? Seluruh pegawainya di
rumah
Leanna
adalah
pegawai kepercayaannya
yang sudah tahu bahwa menjaga kerahasiaan tentang keberadaan Leanna
sangatlah penting.
Kenapa informasi
tentang
Leanna
bisa bocor ke telinga Saira?
Leo harus membereskan
semuanya dulu, mencari tahu siapa yang melakukan
itu.
Setelah itu dia akan menemui Saira,
berharap perempuan itu sudah bisa menenangkan
pikirannya dan bisa mendengarkan
seluruh penjelasan,
pengungkapan
seluruh rahasia yang akan diungkapkan oleh Leo. Dan semoga setelah Saira mendengarkan semuanya, dia akan mengerti.
***
Segera setelah mobil Leo keluar rumah, Saira menelepon Andre,
“Leo sudah pergi, aku akan keluar dengan supir pribadi dengan alasan membeli
beberapa varietas tanaman untuk rumah kaca, kau bisa menemuiku di garden
cafe.”
“Oke. Hati-hati Saira,” Andre bergumam
singkat lalu menutup teleponnya.
***
Saira membeli beberapa varietas tanaman, lalu meminta
diantarkan ke garden cafe,
“Kau bisa meninggalkanku
sebentar, aku mungkin akan duduk-duduk lama di cafe ini,
sementara itu
kau
bisa pergi
beristirahat dan
makan siang.” Saira bergumam, berharap supir itu akan menerima sarannya.
Supir itu tercenung. Dulu di awal-awal
pernikahan
Tuan Leo dengan
nyonya Saira, tuan Leo dengan keras mengatakan bahwa dia harus mengawasi
dan mengikuti kemanapun nyonya
Saira pergi. Tetapi sejak kehamilan
nyonya Saira, tuan Leo
benar-benar melonggarkan peraturan yang dibuatnya, bahkan
tuan Leo pernah berpesan agar
dia
membiarkan nona Saira
bersantai, menikmati waktunya sendirian. Satu-satunya
pesan tuan Leo adalah bahwa dia harus melaporkannya kepada tuan
Leo
kalau-kalau Saira
bertemu dengan
Andre.
Tetapi tampaknya tidak ada tanda-tanda
tuan Andre di sini, dia
mungkin hanya akan berkeliling
sebentar dan kemudian
kembali mengawasi nyonya
Saira di cafe ini,
“Baiklah nyonya, saya akan meninggalkan nyonya
sebentar untuk bersantai,
mohon telepon saja
jika nyonya sudah membutuhkan
saya. Saya akan berada di sekitar-sekitar sini.”
Gumamnya kemudian.
Saira menganggukkan kepalanya dan tersenyum, lalu
melangkah memasuki cafe itu.
Albert
yang
tengah berdiri di sana langsung menyambutnya,
“Wah ... lama sekali anda tidak datang
kemari.” Matanya melirik ke arah perut Saira yang sedikit membuncit, kemudian senyumnya melebar, “Dan sepertinya
anda
datang membawa
kabar bahagia.”
Saira tertawa dan mengusap
perutnya dengan senang, “Ya... kabar bahagia karena sekarang ada si kecil di perutku.”
Disingkirkannya
kepedihan yang mengusik, membisikkan bahwa sebentar lagi akan
berakhir karena keberadaan perempuan lain bernama Leanna
itu. “Kupikir secangkir
teh hijau di
siang hari tidak akan mengganggu kehamilanku
bukan?”
Albert tertawa,
“Kalau hanya secangkir dan tidak diminum setiap hari, kurasa itu
tidak akan
berbahaya, saya
akan siapkan
teh hijau kesukaan anda
beserta kue pastri
sebagai pendamping.” Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum sebelum melangkah pergi.
Saira duduk dan menunggu,
dia sudah mengirim pesan kepada Andre, dan Andre bilang akan datang
dalam hitungan menit, dan rupanya itu memang benar, kurang dari lima menit kemudian lelaki
itu datang, tersenyum lebar
ketika melihat Saira dan duduk di depannya,
“Hai Saira.” Matanya
melirik ke arah perut Saira yang
buncit, “Kau tampak
sehat dan bahagia, apakah karena Leo
memperlakukanmu dengan baik?”
Saira tersenyum sedih, “Kebaikan
yang
ternyata semu.”
Dia
mendesah dengan sedih, “Apakah benar yang kau katakan,
Andre? Tentang wanita lain itu? Seorang perempuan
yang
tinggal di rumah Leo di pinggiran kota dan ditemui Leo diam- diam?”
“Kau masih mencintai Leo ya.” Andre menatap Saira dengan sedih, “Maafkan aku memberikan informasi ini kepadamu, tetapi kupikir kau harus tahu bukan? Daripada nanti kau tahu belakangan saat semua sudah terlambat?”
Saira menganggukkan kepalanya, “Terimakasih Andre.” Bisiknya lemah, “Aku sudah menduga
ada
sesuatu yang dirahasiakan
Leo, sesuatu yang salah.... sesuatu yang tersembunyi
jauh.... tetapi aku sama
sekali
tidak menyangka bahwa sesuatu itu adalah keberadaan perempuan lain yang dirahasiakan dariku.” Saira menyusut air matanya, “Aku... padahal aku sudah berharap bahwa kami berdua
bisa memperbaiki semuanya dan menjalankan pernikahan
ini dengan baik...”
Andre menggenggam jemari Saira
lembut, “Aku
yakin
perempuan bernama Leanna itu
adalah simpanan Leo.... aku mengobrol
dengan pelayan rumah itu ketika aku memasok bunga-bunga dan tanaman untuk taman di sana, katanya Leo sering
mengunjungi
nona Leanna siang-siang, bahkan sering menginap di malam-malam sepulang dia kerja... dan aku
mencocokkan tanggal.... beberapa saat sebelum kau menikah
dengan Leo, dia masih tinggal
bersama perempuan bernama
Leanna di rumah itu
... kemudian Leo membeli rumah baru, yang ditempatinya bersamamu. Leo membohongimu sejak awal Saira, dia mengejar dan mendekatimu padahal waktu itu dia
menjalin hubungan dan tinggal bersama Leanna ...”
Saira merasa
dadanya sesak.
Pernikahannya
benar-
benar sudah berakhir. Dia masih ingat ekspresi
wajah Leo yang tidak bisa menyangkal
bahwa ada perempuan lain dalam pernikahan mereka.
Andre menatap Saira tajam,
mengamati kesedihan di wajah Saira, “Aku bisa mengantarmu ke rumah
itu.”
Saira langsung menoleh dan menatap
Andre dengan terkejut, “Apa?”
“Aku bisa mengantarmu ke rumah itu, rumah Leo tempat perempuan bernama
Leanna itu tinggal. “
“Aku tidak ingin menemui perempuan Leanna itu.” Bagaimana mungkin Saira
bisa menemui Leanna? Hatinya pasti akan hancur lebur ketika bertatapan
dengan perempuan dimana Leo membagi cintanya.
“Kau harus
menemui perempuan bernama Leanna
itu dan menjelaskan semuanya, kalian bisa bercakap-cakap.
Mungkin kau
jadi bisa menyibak rahasia
apa yang disimpan oleh Leo selama ini. Apakah kau tidak ingin tahu?”
Saira ingin tahu. Sangat ingin tahu. Dia selalu bertanya- tanya, kenapa pada awalnya Leo mengejarnya dan melamarnya, lalu berubah sikap menjadi begitu jahat.... dan kemudian setelah dia hamil, lelaki itu berubah sikap menjadi lembut kembali,
seperti Leo-nya yang dulu... seakan lelaki itu ingin memperbaiki semuanya, memulai semuanya dari awal...
***
Ketika Albert datang mengantarkan
teh
hijau dan
kudapan
pesanan Saira,
dia
termenung.
Uang pembayaran sudah diletakkan di
meja itu, tetapi tidak ada
Saira di sana,
kursinya kosong, seolah perempuan itu tidak pernah duduk di
sana.
Tadi dia sempat
melihat
Andre,
rekan bisnis Saira di usaha bunga dan
pertamanan
itu menghampiri,
tetapi kemudian dia sibuk di lantai atas dan ketika kembali, meja itu
sudah kosong. Albert mengerutkan keningnya dengan bingung.
Tidak biasanya Saira langsung pergi begitu saja. Apakah
Saira sedang sangat terburu-buru?
***
Leo menelepon mamanya dan
memintanya datang
ke kantor,
dan karena mamanya sedang berada di dekat-dekat situ,
dia
bisa
menemui
Leo. Leo mengamati
mamanya yang cantik dan tampak elegan, tentu saja. Kalau tidak bisa tampil
cantik, akan sia-sia mamanya merawat diri seperti itu.
“Salah seorang pegawaiku mengatakan bahwa mama
sempat mengunjungi Saira beberapa bulan yang lalu.”
Clara mengangkat alisnya
mendengar pertanyaan Leo, “Kupikir kau sudah tahu itu sejak lama, kenapa kau baru
menanyakannya sekarang?”
“Dulu aku tidak berpikir hal itu penting.” Leo menatap
tajam
ke arah
Clara,
“Apakah
mama menemui atau berhubungan dengan Saira sesudahnya, akhir-akhir ini?”
Clara menatap Leo dengan bingung, “Aku tidak
melakukannya.... aku memang berniat ingin menghubungi Saira
di waktu-waktu
dekat ini... tetapi belum punya waktu, kenapa kau menanyakan itu?”
Tatapan Leo masih sama tajamnya,
“Apakah mama memberitahu tentang Leanna kepada Saira?”
Clara tampak terperanjat, “Tidak.. aku tidak pernah
memberitahukannya.”
Dia
tampak berpikir sejenak, “Tetapi aku sempat
tidak sengaja menyebut nama Leanna dalam
percakapan kami di kunjungan pertama.”
“Mama menyebut nama Leanna?”
Leo langsung menyipitkan matanya.
“Aku tidak sengaja, aku pikir Saira mengetahui tentang Leanna, aku bertanya
apakah kau sudah mengenalkannya kepada Leanna, tetapi ketika melihat ekspresi bingungnya,
aku sadar bahwa Saira sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Leanna, jadi aku mengalihkan
pembicaraan dengan mulus sehingga Saira tidak curiga.” Kali ini Clara yang menatap
Leo dengan tajam, “Kenapa kau merahasiakan tentang adikmu, Leo? Apakah kau malu
akan keberadaannya?”
“Tidak.” Leo memalingkan muka, mamanya memang sama sekali tidak tahu tentang
rencana balas dendamnya, semuanya dia rahasiakan.
Tetapi Leo lelah menanggung rahasia, dia memutuskan untuk menceritakan
semuanya.
“Dia adalah putri dari Sarah, aku tahu nama itu punya arti untuk mama.”
Clara terperangah, wajahnya memucat. “Maksudmu Sarah yang itu?” Ya. Leo
benar, nama Sarah sangat berarti baginya, Sarah adalah perempuan yang sangat dicintai
oleh suaminya. Amat sangat cinta dan perempuan itu tidak pernah lepas dari pikiran
suaminya. Hal itu sebenarnya tidak mengganggu Clara, karena dia juga tidak mencintai
suaminya, pernikahan mereka adalah karena perjodohan dan Clara sendiripun memiliki
kekasih sendiri... seorang kekasih yang pada akhirnya menanamkan benih di tubuhnya....
membuahkan anak kembar, Leo dan Leanna.
“Jadi
apa maksudmu menikahi Saira? Untuk membalas dendam demi Leanna?”
Leo menganggukkan
kepalanya, “Itu yang ingin kulakukan pada awalnya, keberadaan
Saira membuat Leanna
menderita,
karena ayah sama sekali tidak pernah menoleh
kepadanya
dan hanya terpusat kepada Saira. Hal itulah yang membuat Leanna menderita dan menghancurkannya
hingga
kondisinya seperti itu.”
“Itu bukan sepenuhnya kesalahan Saira.” Clara tampak
sedih. “Aku menduga, kau pasti sudah tahu tentang test DNA itu,
yang menyatakan bahwa kalian bukanlah anak
kandung
ayah kalian.” Clara menghela napas panjang,
“Kami berdua
menikah bukan atas nama cinta, itu bisa dikatakan
perkawinan
bisnis keluarga
kami, kami sama-sama tidak bisa lepas
dari cinta masa lalu kami, terutama aku... hubunganku
dengan
kekasihku sudah jauh dan aku mengandung
kalian, semula aku tidak mengaku kepada ayah kalian, karena kupkir aku tidak
akan ketahuan, apalagi usia kandunganku pas dengan usia
perkawinanku. Tetapi ternyata setelah kalian lahir, ayah kalian menyimpan rasa curiga yang ditahannya.
Karena dari garis
keluarga kami, tidak pernah ada anak kembar. Kau pasti tahu kalau kembar alami itu diturunkan
secara genetika....
dan
itu berasal dari ayah kandungmu. Diam-diam ayahmu melakukan
test DNA dan
mengetahui bahwa
dia
bukan
ayah
kandung
kalian, dia marah besar, menganggapku
tidak menghormati perkawinan
ini, sementara dari sisi dirinya, dia rela
meninggalkan Sarah kekasih yang sangat dicintainya demi
menghormati perkawinannya
denganku. Aku sangat menyesal, kau tahu, apalagi kemudian ayah kandung kalian ternyata lelaki
brengsek yang hanya memanfaatkan
tubuh dan uangku. Aku berusaha memperbaiki
semuanya, karena toh kami tidak bisa
bercerai,
ayahmu seorang pejabat yang cukup terkenal dan
perceraian bisa merusak reputasinya....
Sayangnya ayahmu kemudian melampiaskan kekecewaannya
kepada kalian berdua, dia tidak bisa menutupi kebenciannya kepada kalian berdua.” Clara
menghela napas, “Pada
akhirnya dia bertemu lagi dengan Sarah dan menjalin hubungan singkat yang membuahkan Saira, aku mengetahui itu semua tetapi aku tidak
bisa berbuat apa-apa....
tetapi Sarah kemudian meninggalkan ayahmu dan memilih memulai hidup dengan lelaki lain yang bisa menerimanya bersama Saira, membuat ayahmu menderita karena patah hati. Ayahmu tidak pernah bisa membuka hatinya
untukku... dia hanya mencintai Sarah sampai mati.”
Leo termenung
mendengarkan penjelasan
Clara,
baru kali
ini
dia
punya kesempatan
untuk menanyakan semua kepada Clara dan mendengarkan kisah dari sisi mamanya.
Selama ini
mamanya lebih sering berada di luar negeri dari
pada
di rumah. Leo sebenarnya sudah menyelidiki
keberadaan
ayah kandungnya, dan menemukan bahwa lelaki itu sudah
meninggal.
“Leanna..... dia terlalu memuja ayahmu entah kenapa
padahal ayahmu sama sekali tidak menunjukkan perhatian kepadanya.. dan
hal
itu mengganggu ayahmu, kami pernah membawa Leanna ke psikiater di waktu kecil dan
kata psikiater
dia mungkin menderita “oedipus complex” atau karena dalam
kasus Leanna dia terlalu memuja ayahnya, maka psikiater
menyebutnya “father complex”
“Apa
itu?” Leo tentu saja pernah mendengarnya, tetapi dia
masih tidak yakin.
Clara menghela napas, “Kau tahu kisah oedipus dalam
mitologi?
Dia
jatuh cinta kepada ibunya sendiri.... kasus hampir sama terjadi kepada Leanna,
dia menderita gangguan psikologi sehingga memuja dan terobsesi kepada ayahnya....”
“Leanna tidak mungkin
sakit jiwa!” Leo menyangkal
dengan keras, “Dia memuja ayah karena ayah sama sekali tidak pernah memperhatikannya,
dia
hanya seorang anak yang haus
kasih sayang orang tua!”
Clara mengusap lengannya
dengan lelah, “Tetapi itu
yang
dikatakan psikiaternya...
dan
memang itu semua juga karena
kesalahan ayahmu, perlakuan buruk ayahmu kepada Leanna
membuatnya tertekan dan pada akhirnya menumbuhkan
penyimpangan pemikiran seperti itu... kami sudah berusaha menyembuhkannya
dengan terapi-terapi.. tetapi tetap tidak
berhasil.” Clara menatap Leo dengan sedih, “Apa yang terjadi
kepada Leanna, itu bukan hanya kesalahan Saira, Leo.
Kau
tidak bisa menimpakan semua ini kepada Saira. Dia hanya seorang anak yang tidak tahu apa-apa.”
Leo mengernyit dengan pedih. Selama ini dia menimpakan semua kesalahan kepada Saira. Dan hal itu lebih
untuk
melindungi dirinya
sendiri
karena
dia
sendiri
menyimpan rasa bersalahnya... Leanna waktu
itu bunuh diri karena dia berkata kepada
Leanna, bahwa sampai matipun
Leanna tidak akan bisa mendapatkan
cinta ayahnya.Kalau memang Leanna menderita ‘father complex’ Hal itu pasti akan membuatnya terguncang luar biasa. Karena cinta dari sang ayah
adalah pusat hidup sang penderita.
Sekarang Leo mengerti
kenapa Leanna bisa senekad itu
melakukan tindakan bunuh diri.
Tetapi siapa
yang
mengatakan kepada Saira informasi
tentang Leanna? Apalagi informasi itu sangat spesifik... Itu masih
menjadi pertanyaan untuknya,
karena
jelas-jelas
mamanya tidak memberikan informasi kepada Saira.
Jadi siapa?
“Aku dengar peristiwa kebakaran
itu...aku membacanya
di berita, pertama
kali aku tidak tahu bahwa itu adalah rumah kaca milik Saira.... tetapi kemudian namanya tertulis di
berita...”
“Ya, itu rumah kaca milik Saira, dia menjalankan
bisnisnya dengan seorang temannya, tetangganya.” “Ah
ya. Andre pria yang baik dan ramah.” Leo langsung tersentak dari duduknya, “Mama
mengenal Andre?”
“Tentu saja. Lho memangnya kau tidak kenal?
Andre kan pengurus taman untuk rumahmu yang ditempati
oleh Leanna,
mama
beberapa kali bertemu dengannya ketika menengok
Leanna.”
Leo menatap mamanya dengan kaget. Andre mengetahui
tentang rumahnya dan Leanna? Dia pasti mengetahui tentang
Leo juga bukan?
Tetapi kenapa lelaki itu tidak mengatakan apa-
apa? Sementara
itu
Leo bahkan tidak tahu bahwa Andre
menangani taman rumahnya.... selama ini para asistennya
yang mengurus hal-hal
seperti
itu seperti perawatan dan pemeliharaan rumahnya...
Leo hendak meraih teleponnya dan menanyakan perihal Andre kepada salah seorang asistennya,
ketika ponselnya tiba-
tiba berbunyi.
“Halo?” Leo mengerutkan
keningnya ketika mengetahui bahwa supirnya yang menelepon. Dia menugaskan supirnya untuk menjaga dan mengawasi Saira ketika keluar rumah,
dan selama ini supirnya tidak pernah menelepon.
“Saya
kehilangan nyonya
Saira, Tuan Leo.”
“Apa?” Leo hampir berteriak mendengar kata-kata
supirnya, “Bagaimana bisa?”
Supirnya itu tampak gugup, “Nyonya Saira meminta saya
meninggalkannya di sebuah cafe dan saya pergi untuk makan
siang. Ketika saya kembali
nona
Saira sudah tidak ada. Kata pelayan cafe dia pergi dengan Andre...”
***
“Kau baik-baik saja Andre?” Saira menoleh dan menatap Andre yang sedang menyetir
dengan cemas, dia mengawasi
Andre daritadi dan lelaki itu tampak tegang, tak ada senyum di
wajahnya seperti biasa.
Andre menoleh menatap Saira, tatapannya
tampak
nyalang, “Aku tidak apa-apa Saira.” Lelaki itu tersenyum,
tetapi lebih tampak sebagai seringai.
Saira tiba-tiba merasa
agak
cemas, apakah Andre baik-
baik saja? Kenapa lelaki itu tampak berbeda?
PEMBUNUH CAHAYA - SANTHY AGATHA - BAB 10
No comments:
Post a Comment