“Kejujuran adalah penjaga untuk cahaya cintamu. Kalau kau menodainya dengan berbagai rahasia tersembunyi, kau akan membunuh cahaya itu.”
10
Mereka memasuki rumah besar berpagar tinggi itu. Saira
menatap rumah itu dan mengaguminya, bangunannya serupa bangunan kolonial belanda yang terawat dan mewah.
Dan
tamannya, taman depan
yang menghampar luas itu
sangat indah dan terawat.
Saira melirik Andre, kalau memang Andre
yang
bertanggung jawab merawat taman ini, dia pasti merawatnya
dengan sepenuh hati karena tamannya benar-
benar luar biasa indahnya.
“Ayo.” Andre setengah mendahuluinya
masuk ke rumah itu. Saira mengikuti dengan
pelan di belakangnya,
waspada. Benaknya berkecamuk. Seperti apakah perempuan bernama
Leanna itu? Apa reaksinya
ketika
melihat Saira? Apakah dia akan marah dan melukai
Saira? Ataukah
dia akan sedih dan
menangis
seperti reaksi Saira pertama kali ketika mengetahui keberadaan Leanna? Apakah Leanna sudah mengetahui tentang Saira sejak lama?
Atau dia
sama seperti Saira? Tidak mengetahui keberadaan satu sama lain?
Saira terlalu sibuk dengan pikirannya
sehingga tidak menyadari betapa nyamannya Andre bergerak di rumah itu,
seolah-olah lelaki itu sudah biasa
menaiki tangga dan
melangkah ke ujung lorong, menuju sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka.
Harusnya Saira merasa ragu karena bukankah Andre hanya ditugaskan mengurus taman di rumah ini? Kenapa dia
sepertinya
dengan mudahnya memasuki isi rumah, bahkan sampai menaiki tangga menuju area pribadi pemiliknya?
Andre membuka pintu dan senyumnya
tampak aneh
ketika menatap Saira, dia mempersilahkan
Saira memasuki
kamar itu,
“Silahkan Saira, temuilah Leanna.”
Apakah Leanna sudah menunggunya? Dia
mengernyit
menatap Andre, tetapi lelaki itu memasang
ekspresi tidak terbaca.
Saira melangkah masuk dan tertegun.
***
Leo menginjak gasnya kuat-kuat, mengumpat-umpat
ketika kemacetan menghalanginya, dengan panik dia memutar balik, mencari jalan lain lewat jalur-jalur
alternatif, dia harus
bisa segera mencapai
rumah pinggiran
kotanya sebelum
terlambat. Sebelum
Saira terluka!
Leo melakukan penyelidikan
singkat tadi mengenai Andre. Dan penyelidiknya
mengatakan
bahwa Andre dulu
sangat akrab dengan
Leanna sebelum
kejadian percobaan bunuh diri itu.
Bahkan penyelidiknya mempunyai dugaan kuat,
bahwa Andre adalah ayah
dari
bayi
yang sempat dikandung
oleh Leanna!
***
Perempuan
itu
duduk di sebuah kursi roda di sudut, tatapannya tampak kosong.
Tetapi selain
itu dia luar biasa cantiknya.
Rambutnya panjang terurai dan kulitnya putih bening, dia tampak seperti seorang
peri
yang muncul dari
negeeri khayalan, begitu
halus dan rapuh...
Saira memang
menduga
bahwa kekasih Leo secantik ini, tetapi dia tidak menduga bahwa Leanna duduk di kursi roda
dan.... buta? Menilik dari mata kosongnya, perempuan itu buta.
Oh astaga, teganya Leo menikahinya, menghamilinya dan
mengkhianati perempuan ini?
Andre berdiri di belakangnya, dan mengunci
pintu
kamar itu tanpa sepengetahuan
Saira. Dia
lalu berjalan
melewati Saira menuju ke arah Leanna.
Leanna yang menyadari kedatangan Andre yang
mendekatinya langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya,
“Andre,” senyumnya
lembut. Dan Andre menyambut uluran tangan itu, lalu mengecup jemari yang rapuh itu dengan penuh sayang,
Sementara itu Saira mengamati kejadian di depannya itu
dengan terkejut. Dia memandang
Leanna dan Andre berganti
ganti dengan pertanyaan berkecamuk di dadanya. Andre
mengenal Leanna? Dan kenapa bahasa tubuh mereka berdua
selayaknya sepasang kekasih?
“Aku datang membawa
dia untukmu, sayangku...seperti janjiku kepadamu.” Andre menatap Saira dengan kejam, “Dia
ada
di depanmu, perempuan
yang
membunuh anak kita, yang membunuh cahaya indah di
matamu...”
Saira menatap Andre dengan bingung, tatapan Andre
yang
penuh kebencian
kepadanya membuatnya
memundurkan
langkahnya secara reflek,
“Apa maksudnya ini Andre?”
Andre tersenyum sinis
kepadanya, dia berdiri di sebelah
Leanna dan dengan sayang meremas pundak perempuan
itu, “Kasihan sekali Saira yang ternyata tidak tahu apa-apa.”
Andre
menunduk lembut dan menatap Leanna, “Kita jelaskan saja
kepadanya sayang?”
Leanna menganggukkan kepalanya,
“Kau adalah anak yang dilahirkan tanpa ayah... dan kau merenggut ayah Leanna, membuatnya menderita.”
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
Saira merasa bingung dan tiba-tiba merasa takut, Andre yang ada di depannya tampak aneh, dia sangat berbeda dengan Andre yang dikenalnya
sejak kecil, Andre yang
baik
dan seperti kakak
baginya, apa yang
terjadi?
Dan Andre bilang kepada Leanna ‘anak kita’? bukankah
Andre seorang gay?
“Mungkin aku tidak perlu menjelaskan
panjang lebar kepadamu,
yang
pasti aku membawamu kemari untuk membalaskan
dendam
Leanna... dendam kami berdua... kau adalah pembunuh cahaya hidup kami,
kau membunuh calon anak kami dan juga membunuh cahaya di mata Leanna...” Andre mengeluarkan pistol di
tangannya dan menodongkannya kepada Saira, “Aku akan membuatmu terjun dari balkon ini, dan
kehilangan bayimu... sama
seperti
yang terjadi kepada Leanna...”
“Oh Tuhan! Andre! Apa
yang kau pikirkan?”
Saira mundur ketakutan karena todongan pistol
itu sekaligus akan
kata-kata Andre.
Ketika dia hendak memikirkan cara menyelamatkan
dirinya dan bayinya, pintu kamar itu digedor dengan kuat,
“Andre!! Apapun rencanamu,
lepaskan Saira! Aku membawa polisi di luar, mereka sudah mengepung rumah ini,
kau tak akan bisa lolos!”
Itu
suara Leo, ada kecemasan
dan kepanikan di dalamnya, dia menggedor- gedor pintu itu sekuat tenaganya,
Andre melirik ke arah pintu dan tersenyum
sinis, menatap ke
arah
Leanna,
“Dengarkan
itu
Leanna, kakakmu yang pengecut dan
pengkhianat....
dia meninggalkanmu demi perempuan ini, sama seperti ayahmu.. dia juga harus mendapatkan ganjarannya.”
Saira tertegun. Semua terjawab sudah. Andre bilang
bahwa Leo adalah
kakak Leanna. Jadi Leo tidak pernah
menduaka dirinya, tidak pernah ada perempuan
lain. Semua ini
adalah
manipulasi Andre untuk
membawanya ke
rumah ini. Hati Saira terasa nyeri memikirkan semua tuduhan-tuduhannya
kepada Leo.
Dia bersalah kepada Leo... akankah
dia
mempunyai kesempatan
untuk meminta maaf kepada Leo? Diliriknya pistol
yang masih diacungkan oleh
Andre
kepadanya, dan merasa ragu.
Sementara
itu
ekspresi Leanna tampak berubah,
dia mengenali suara Leo yang sedang berteriak-teriak di luar pintu,
“Leo...?
kakak....?” dia tampak bingung dan menggapai-gapai,
tetapi Andre memegang tangannya dan bergumam tegas, “Kau
harus kuat
Leanna,
dia
pengkhianat, dia
bilang
akan
membalaskan dendam demi dirimu, tetapi kemudian dia jatuh
cinta kepada Saira dan tidak bisa menahannya...”
Leo jatuh
cinta
kepadanya? Saira merasakan rasa
bersalah menghujamnya....
“Kita harus membunuh Saira demi dendam anak kita,
Leanna...” Andre terus bergumam untuk membunuh
keraguan
Leanna, ketika Leanna tampak tenang dan tidak panik lagi mendengar suara gedoran Leo di luar, Andre menatap dingin ke arah Saira, “Kau... melangkah ke sana.”
Saira mengikuti arah kepala Andre menoleh dan tiba- tiba gemetar, Andre menyuruhnya melangkah ke balkon..
apakah lelaki itu akan melaksanakan
ancamannya untuk
menyuruhnya
terjun dari balkon? Setega itukah Andre
kepadanya?
“Kau tidak benar-benar akan menyuruhku terjun bukan Andre?” Saira menatap Andre ragu dan ketakutan.
“Tentu saja aku akan melakukannya, aku bisa
membalasmu dan Leo... kalian berdua harus menanggung
penderitaan, sama seperti yang kami tanggung...” Ande
menggerakkan pistolnya
dan menyuruh Saira
melangkah ke arah balkon, Saira melirik ke arah suara berdebum di pintu,
tahu bahwa Leo dan
beberapa
polisi mencoba
mendobrak pintu, dan dia berharap semoga Leo tidak terlambat.
Saira melangkah ke balkon dengan jantung berdebar, dia menghela
napas
ketika
Andre
terus
menodongkan pistolnya dan menyuruhnya
sampai ke pinggir. Andre tampaknya
terpusat pada Saira dan tidak terpengaruh dengan suara dobrakan-dobrakan
di pintu, dia menoleh ke arah Leanna dan
tersenyum,
“Sayang kau tidak bisa melihatnya Leanna,
saat-saat
kemenangan kita tetapi aku akan menceritakan
kepadamu
bagaimana Saira melompat
dan
kehilangan bayinya,
sama sepertimu...”
Tiba-tiba terdengar suara dentuman
keras dan pintu itu didobrak dengan kencang sampai terjatuh. Leo berdiri di sana terengah-engah dengan beberapa polisi di belakangnya.
“Lepaskan
isteriku, Andre!” Leo berseru dengan suara keras bercampur kecemasan,
dia melangkah maju, tapi Andre melirik ke arahnya dengan benci,
“Tahan!
Kalau kau maju sedikit
lagi, aku
akan
menembakmu!” serunya, menodongkan pistolnya ke arah Leo.
Leo menatap Saira yang berdiri di balkon dengan
cemas,
kecemasan murni dari seorang lelaki yang mencintai. Kenapa Saira tidak menyadarinya?
“Tembak saja aku kalau itu memuaskanmu, tetapi jangan
lukai Saira.”
Andre tertawa, “Tidak melukai Saira? Dia
adalah
tujuanku selama ini. Aku mencintai
Leanna kau tahu?
Aku mengenalnya
ketika dia mencari-cari informasi tentang Saira.
Aku
yang memeluknya
ketika dia menangis sedih ketika
menyadari bahwa ayahnya lebih memilih Saira daripada
dirinya.... sementara
kau sebagai kakaknya malahan sibuk dengan urusanmu sendiri. Aku adalah ayah dari anak yang
dikandung Leanna...dan karena ketidakbecusanmu menjaga
Leanna, kau membuat kami kehilangan calon
buah hati kami!”, napas Andre terengah, “Sekarang
kami akan membalaskan dendam kepada kalian!”
Leo mengalihkan tatapannya kepada Leanna yang tampak bingung, dia tahu adiknya itu tidak bisa berpikir dengan
sempurna dan Andre sedang memanfaatkan kelabilannya,
“Kalau kau mau membalas
dendam, balas dendamlah kepadaku.... aku yang
bersalah.”
Ditatapnya
Andre
dengan
tajam, “Kau bukan? Yang membakar
rumah dan rumah
kaca
Saira?”
Saira tersentak kaget, jadi Andre pelakuknya? Bukan Leo?
Andre sendiri tertawa keras mendengarkan
kata-kata Leo, “Ya, aku yang melakukannya,
karena dari Saira aku tahu bahwa kau mulai lembek, lemah dan mulai mengkhianati rencana balas dendammu...
aku melakukannya
supaya Saira
menuduhmu sebagai pelakunya.”
Leo tampak jijik, tetapi dia lalu menatap Andre setengah
membujuk, “Lepaskan Saira oke? Aku yakin bahwa Leanna juga
tidak menginginkan semua ini... benar kan Leanna?”
Rupanya strategi Leo untuk menarik Leanna berhasil,
perempuan itu tampak goyah lagi,
“Kakak...?”
“Aku disini sayang..” Leo menjawab
lembut, “Kau tidak
menginginkan semua ini kan sayang? Kau tidak menginginkan
pembalasan sekejam ini kan Leanna?”
“Diam!” Andre menghardik dengan
marah, “Jangan coba- coba mempengaruhi Leanna! Kau juga mengkhianatinya seperti yang lain! Kau tidak tahu apa yang diinginkan
Leanna,
akulah yang paling tahu!”
“Aku kakak Leanna, akulah yang bisa
menjaganya!”
“Akulah penjaga sejati Leanna, karena aku satu-satnya yang tidak
mengkhianatinya!” Andre menodongkan pistolnya dengan mengancam ketika melihat gerakan
maju Leo, “Jangan maju lagi, aku akan menembakmu!”
“Kau tidak akan bisa, kalau kau menembakku polisi dibelakang akan menembakmu juga dan membunuhmu!”
Leo
tetap menerjang maju,
Membuat Saira menjerit, dan Leanna tampak bingung.
Andre sendiri tidak mengira
bahwa Leo akan maju dan menerjangnya, dia dengan reflek menarik pelatuknya dan
menembak.
Suara tembakan keras terdengar,
diiringi dengan tubuh
Leo yang rubuh. Para polisi di belakang langsung menembak tangan Andre, membuat pistol itu terjatuh dari tangannya.
Saira menjerit keras, begitupun
Leanna yang berteriak-
teriak histeris.
Semua kejadian berlangsung begitu
cepat setelahnya,
semuanya
tampak kacau balau dan membuat Saira seketika itu juga kehilangan kesadarannya.
***
Ketika Saira membuka matanya, dia sudah berada di rumah sakit, ruangan
itu serba putih dan bau obat, dia meraba perutnya dan langsung terduduk dengan cemas.
Sebuah tangan kuat menahannya,
“Tenang, Saira. Bayimu tidak apa-apa..”
Saira menoleh dan melihat Leo menahannya
dengan
sebelah tangannya, lelaki
itu tampak pucat, dan sebelah ada perban di lengannya, rupanya tembakan Andre mengenai lengannya.
Leo mengikuti tatapan Saira ke lengannya dan meringis,
“Tidak fatal kok, hanya menyerempet lengan...”
Saira menatap Leo dengan cemas, “Andre?
Leanna?” “Andre tertembak
tangannya juga, oleh polisi. Dia sekarang
di rawat dalam penjagaan
polisi. Leanna baik-baik saja, dia di dalam bimbingan psikiaternya.”
Saira memikirkan tentang ibu dan adik-adik Andre dan
tiba-tiba merasa cemas, “Bagaimana dengan keluarga Andre?”
“Polisi sudah menginformasikannya kepada mereka,
mereka sekarang ada di kantor polisi.”
“Mereka pasti bingung...” Saira meringis sedih.
“Sama
bingungnya seperti dirimu kan Saira? Aku juga
tidak menyangka, aku terlambat mendapatkan informasi, maafkan
aku seandainya aku lebih teliti, pasti insiden ini tidak
akan terjadi.”
Saira menghela
napas panjang,
“Kau
tidak pernah
percaya bahwa Andre adalah seorang gay, dan kau benar.”
Leo mengangkat
bahunya dan tersenyum,
“Biasanya seorang lelaki mempunyai insting
tersendiri mengenai hal itu.” Saira menatap
Leo dengan bingung, “Maukah kau menjelaskan semuanya kepadaku, kumohon? Semua ini...
semua ini terlalu membingungkan untukku, aku tidak mengerti apa yang terjadi...”
Leo menggenggam tangan
Saira menatapnya
dengan lembut, “Aku mau... berbaringlah.”
Dengan segera Saira mengikuti permintaan
untuk
berbaring, matanya masih menatap
Leo
dengan penuh
rasa ingin
tahu,
“Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu, dari awal... tetapi sebelumnya kuharap kau mau mendengarkanku..”
“Mendengarkan apa?”
“Bahwa aku mencintaimu, Saira.
Dengan sepenuh hatiku,
perasaan ini muncul di luar kendaliku,
aku mencintaimu begitu saja. Bahkan di saat aku sedang berusaha bersikap
kasar
kepadamu, jauh di
dalam hatiku aku tetap mencintaimu.”
Saira tertegun ,menatap Leo dan menyadari
bahwa laki- laki itu tulus. Leo meremas
jemari Saira dan meringis sedih,
“Kelakuan kasarku di awal pernikahan kita memang sangat
keterlaluan... aku harap, setelah mendengarkan
penjelasan ini..
kau.. setidaknya kau bisa mempertimbangkan
untuk
memaafkanku,
memberi kesempatan kepadaku untuk memperbaiki semuanya, memulai semuanya dari awal...”
Lalu kisah itupun
mengalir dari bibir Leo, semua
kebenaran itu, semua rahasia itu, semuanya terkuak satu demi satu, lapis demi lapis hingga menyisakan satu pengertian
yang mendalam.
***
“Begitulah kisahnya.”
Leo mengakhiri kisahnya,
“Aku
memang mendekatimu karena dendam tersembunyi,
tetapi aku
tanpa
sadar sudah mencintaimu. Bayi di kandunganmu... itu
menyadarkanku bahwa
aku
amat
sangat
mencintaimu dan
tidak bisa hidup tanpamu,
aku mohon Saira, berilah aku
kesempatan, aku
akan menebus semuanya, aku akan
menjagamu dan anak kita.” Leo menatap Saira
dengan ragu, “Apakah setelah semua perlakukan jahatku itu... kau.. kau masih
menyimpan setidaknya sedikit cinta untukku?”
Saira tertegun, mencoba menelaah semua kisah yang
diceritakan Leo dengan sedalam mungkin. Semua terasa
mengejutkan, kenyataan tentang ayah kandungnya, kisah cinta ibunya
dan juga kisah Leanna yang menyedihkan....
pantas saja
Leo menuduhnya bertanggung jawab, sama seperti Andre.... ah ya Tuhan, Andre pasti sangat mencintai
Leanna
dan
calon anaknya.
Saira menatap Leo, sebenarnya
dalam hatinya ingin sekali mempermainkan perasaan lelaki ini, berpura-pura sudah
tidak mencintainya lagi, mengingat betapa kejamnya kelakuan lelaki itu di awal-awal pernikahannya dulu, tetapi rupanya
perasaan cintanya terlalu besar kepada Leo. Cinta itu tetap ada, bahkan di masa-masa perlakukan terburuk Leo kepadanya.
“Kau sangat kejam kepadaku dulu.”
“Aku memang bersalah.” Leo meringis pedih, “Aku memang keterlaluan.”
“Kata-katamu juga kasar.”
“Itupun aku mengakuinya, maafkan aku Saira.”
“Kau
membuatmu menangis setiap malam.”
“Maafkan aku..” Leo
tampak tersiksa, “Aku tidak pernah
menikmati tangisanmu, hatiku terasa pedih mendengarnya,
tetapi saat itu aku
tidak
sadar bahwa dendam
tidak ada gunanya, bahwa kau sebenarnya
tidak bersalah.”
“Kau menyakitiku.”
“Tidak akan kulakukan lagi, aku bersumpah. Kalau
kau memberiku kesempatan, aku akan berusaha sepenuh hati agar kau tidak tersakiti
sedikitpun.”
Saira menggeleng, “Tidak.”
“Tidak?” Leo tampak cemas luar biasa, “Kau tidak
mau memberiku kesempatan lagi?”
Saira menghela napas panjang, “Aku memang tersakiti
sedemikian rupa tapi tidak..aku tidak apa-apa...” tiba-tiba dadanya terasa sesak dan air mata menetes dari sudut matanya, “Tetapi aku mencintaimu Leo... sepenuh hatiku, dan perasaan
itu
selalu ada.”
“Oh Tuhan.” Leo menggunakan jemarinya untuk
mengusap sudut mata Saira, menyingkirkan air matanya, “Maafkan aku Saira, maafkan aku.” Ketika Saira tidak menolak,
Leo
merengkuh Saira
ke dalam pelukannya
dengan sebelah
tangannya
yang tidak
terluka. “Aku mencintaimu, Saira, aku mencintaimu..”
Saira membalas
pelukan
Leo,
menenggelamkan wajahnya
ke
dalam pelukan
lelaki itu, lelaki yang sangat
dicintainya. Ah ya Tuhan... dia sangat bersyukur karena jalannya seperti ini. Dulu dia memang
sempat menderita
dan
bingung, mempertanyakan
jalan Tuhan kepadanya. Tetapi ternyata
mereka diberi ujung yang indah.
Jemari Leo menyentuh
lembut perutnya dan mengusapnya, “Dia akan menjadi cahaya dalam kehidupan kita, anak kita... semoga aku bisa menjaga kalian berdua.”
“Kau
sudah
menjaga
kami berdua.”
Suara Saira
serak oleh tangis, “Aku yakin kedepannyapun kau bisa menjaga kami
berdua.”
Leo mengangkat dagu Saira, lalu mengecup bibirnya
lembut, “Maafkan
aku atas kekasaran
dan
sikap jahatku
kepadamu, maafkan aku atas semua rahasia yang
kusembunyikan kepadamu. Maafkan aku atas kelakuan
burukku.... dan terimakasih karena masih mencintaiku,
bahkan di saat aku begitu sulit untuk dicintai.”
Saira tersenyum kepada Leo, menatap mata Lelaki itu yang berkaca-kaca.
Harapannya terkembang luas, akan masa depannya bersama Leo dan anak-anak mereka nanti. Dia percaya bahwa mereka bisa menyelesaikan
semua
permasalahan ini,
meluruskan semua dendam, memaafkan
semua kesalahan dan membangun hidup mereka bersama.
Saira percaya bahwa dia akan berbahagia
bersama Leo, dan juga bersama buah cinta mereka yang akan lahir nanti.
PEMBUNUH CAHAYA - SANTHY AGATHA - EPILOG
No comments:
Post a Comment