Prolog
“Hai.” Ketika lelaki itu mendekatinya, Saira menatapnya
dengan bingung, lelaki itu tidak seharusnya berada di sini.
Dengan
setelan
serba hitam, rambut yang disisir rapi ke belakang
dan penampilan yang
luar
biasa elegan, dia
seharusnya berada di luar sana bersama para tamu yang berkelas itu. Tetapi entah tersesat atau bagaimana lelaki itu bisa menemukan jalannya kemari, di ruangan belakang dekat
gudang tempat Saira membereskan pot-pot bunga
dan berbagai macam tanaman serta beberapa karung tanah bersama
pegawainya untuk dinaikkan ke dalam truk pick up mereka.
“Apakah
anda
tersesat?” Saira bertanya pelan,
lalu menepiskan tanah dari bajunya. Dia mengangkat beberapa
pupuk tadi dan itu mengenai pakaiannya, penampilannya
pasti sangat bau dan berantakan
tetapi lelaki itu tampaknya tidak
peduli. Dia mengembangkan senyuman yang luar biasa manis.
“Aku sengaja ke bagian belakang untuk mencari siapa di
balik tanaman indah yang membuat
pesta ala taman terbuka untuk perusahaanku berhasil."
Perusahaanku?
Oke. Jadi lelaki ini adalah pemilik
perusahaan yang kebetulan menyewa mereka untuk
menyediakan stok tanaman
bagi
dekorator taman terkenal
yang
mendekor pesta mewah ala taman terbuka
milik perusahaan itu.
“Saya menyediakan
tanaman sesuai spesifikasi yang diminta oleh dekorator anda, dan dia mempunyai standar yang tinggi
dalam menentukan
jenis tanaman apa yang
harusdipasangnya di depan. Keindahan dekorasi pesta di depan murni karena tangan
emas dekorator anda.” Saira tersenyum merendah.
Sementara lelaki itu mengernyitkan
matanya tampak
tidak setuju. “Tidak, dekoratorku tidak akan berhasil
kalau kau tidak menyediakan tanaman berkelas tinggi. Aku bahkan masih
terkagum-kagum akan keindahan varietas anggrek berwarna
warni yang menghiasi bagian depan taman.”
“Anggrek memang
salah satu
produk
andalan
rumah kaca kami.” Mata Saira berbinar,
matanya memang
selalu berbinar kalau membicarakan tentang bunga anggrek. Dia
menumbuhkan tanaman
itu dan
merawatnya
dengan tangannya sendiri, seperti seorang ibu yang menunggu dengan
penuh
kasih
sang bayi
tumbuh berkembang dan
menjadi remaja yang cantik jelita.
“Dan yang pasti dirawat dengan
sepenuh hati.” Lelaki itu melemparkan tatapan memuji yang membuat pipi Saira
memerah.
Lalu dia mengulurkan tangannya,
“Kenalkan, aku Axel Leonard, pemilik Green Enterprises. Teman-temanku memanggilku Leo.”
Saira menyambut
uluran tangan
lelaki itu,
terpesona.
“Saira Paramadina.” Jawabnya dengan suara pelan dan ragu.
Lelaki itu tampak ingin berkata-kata, tetapi kemudian
salah satu pegawainya muncul di belakangnya. Dari percakapan
mereka, Saira mendengar
bahwa ada tamu penting yang sudah datang di pesta di depan. Lelaki itu lalu melemparkan tatapan penuh permintaan maaf kepada Saira,
“Maafkan aku, sebenarnya aku masih ingin bercakap-
cakap denganmu, mungkin nanti di lain kesempatan.”
Dia melemparkan
senyuman yang sopan lalu membalikkan badan dan meninggalkan Saira.
Tanpa sadar Saira menghela napas panjang, aura lelaki
itu tampak
begitu
mengintimidasi dan
membuatnya
tanpa sadar menahan napas dengan
jantung berdebar. Dia lelaki yang
tampan dan
yang pasti luar biasa kaya.
Green
Enterprises adalah perusahaan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
yang
cukup terkenal, mereka juga sudah mengembangkan
diri menjadi penghasil produk-produk kemasan yang berbahan
kelapa sawit.
“Saira, sudah semua?”
rekan kerjanya
sekaligus sahabatnya, Andre membangunkannya dari
lamunannya, “Kalau semua sudah beres, kita bisa pulang sekarang.”
“Sudah beres semua.” Jawab Saira cepat, lalu mengibaskan
kembali kotoran tanah dan pupuk dari bajunya,
dan
naik ke kursi penumpang mobil pick up mereka. Andre menyusul kemudian dan menjalankan mobilnya, pulang ke
rumah Saira.
Rumah Saira adalah rumah mungil
yang
terletak
di pinggiran kota yang dingin dan berbukit, tetapi memiliki halaman yang sangat luas.
Di
tempat itu, Saira melanjutkan merawat dan mengembangkan
seluruh tanaman yang ada di rumah kaca warisan mamanya. Rumah kaca itu besar, dengan
berbagai macam varietas tanaman
dan
bunga hias yang indah.
Anggrek adalah jenis yang paling banyak di sana, karena anggrek adalah bunga
kesukaan mamanya.
Setelah lulus
kuliah
di
bidang pertanian yang mendukung hobinya merawat tanaman dan bercocok tanam,
Saira fokus untuk mengembangkan bisnis
rumah kacanya.
Semula memang berat, karena mamanya dulu kebanyakan
hanya menjual tanaman anggrek dan tanaman hias hasil dari rumah kacanya, kepada sahabat-sahabatnya.
Tetapi sejak
mamanya meninggal, Saira berusaha mengembangkannya,
dengan dibantu Andre, sahabatnya
sejak kecil yang memiliki bakat
di bidang pemasaran. Mereka menawarkan pasokan tanaman ekslusif dan berkualitas ke semua pihak. Pada
akhirnya ada beberapa hotel
besar, rumah makan, dan butik- butik
terkenal yang
menerima pasokan
tetap
mereka setiap
saat
untuk menghias tempat mereka dan
juga
selalu mengambil
tanaman dari mereka untuk taman-taman yang ada di sana.
Bisnis Saira berkembang
bukan hanya karena menjual tanaman
hasil rumah kacanya, tetapi juga memasok bunga- bungaaan
yang
indah untuk hiasan hotel. Selain itu Saira juga
menerima tender untuk memasok
tanaman bagi event-event
tertentu, seperti untuk dekorasi pernikahan, pesta, dan
sebagainya. Dan sekarang dia dan Andre sudah bisa menggaji beberapa pegawai untuk membantu mereka.
Seperti sekarang, mereka menerima tender untuk memasok tanaman yang dipesan oleh dekorator tanaman ternama untuk menghias acara pesta eksklusif bertema taman terbuka yang diadakan oleh Green Enterprises.
Tak disangkanya
sang
pemilik perusahaan sendiri yang
menemuinya karena kagum pada tanaman yang dihasilkan oleh
rumah kacanya.
Pipi Saira terasa memerah
ketika membayangkan senyum Leo, tetapi kemudian dia menepuk pipinya, berusaha menyadarkan dirinya. Leo memuji
tanamannya, bukan memuji dirinya, dia mengingatkan
dirinya
sendiri dalam hati.
“Halo lagi Saira.”
***
Hampir saja Saira terlonjak dan menjatuhkan pot tanaman yang sedang dipegangnya. Dia menoleh
dan ternganga melihat Leo berdiri di sana, di pintu masuk rumah kacanya.
Lelaki itu masih tampak tidak cocok karena dia masih
memakai jas hitam yang elegan dan menempel pas ditubuhnya, seolah dijahit khusus untuknya.
Apa
yang dilakukan pria itu di sini?
“Aku tadi di depan dan menemui....
kekasihmu dan dia
bilang aku bisa menemuimu di sini. Ada tawaran bisnis yang ingin
kutawarkan kepadamu.”
“Andre bukan kekasihku.” Saira langsung
membetulkan kata-kata Leo, membuat lelaki itu mengangkat
alisnya penuh
arti, “Dan kalau masalah penawaran
bisnis, anda bisa membicarakan
dengan Andre.” Itu memang betul, kalau menyangkut tender dan sebagainya semua diatur oleh Andre,
Saira hanya bertugas sesuai dengan hasratnya,
menyediakan
tanaman yang
indah dan berkualitas, menikmati setiap
saat yang bisa dihabiskannya di rumah kaca ini.
“Aku sudah membicarakan draft awal kesepakatan
bisnis dengan
Andre,
tetapi
aku tetap
ingin
menemuimu.
Karena kata Andre kalau menyangkut tanaman kau yang paling ahli.”
“Boleh saja, anda ingin membahas tanaman apa?”
“Bisakah kita membicarakan sambil makan malam? Makan
malam informal saja, kau dan aku membicarakan secara santai tentang bisnis kita
dan pemilihan makanan.”
Pada akhirnya Saira menerima tawaran itu, dan tidak disangka pertemuan itu membawa mereka ke pertemuan-
pertemuan berikutnya
yang
membuat mereka berdua semakin dekat.
***
“Aku sangat senang
menghabiskan waktu denganmu.”
Leo menatap Saira dengan lembut, ketika mereka makan malam bersama di akhir pekan.
Sudah hampir tiga bulan mereka berhubungan, sejak pembicaraan masalah bisnis yang berlanjut dengan tender kontrak selama lima tahun dari seluruh cabang perusahaan Leo.
Dimana
seluruh dekorasi
kantor mereka dan taman mereka di pasok oleh rumah kaca Saira, mereka menjadi sangat dekat.
Bisa
dikatakan hampir setiap hari sepulang kerja, selarut apapun
Leo
selalu
mampir dan
kemudian mereka makan
malam bersama.
Mereka sangat cocok dalam semua
pembicaraan, baik menyangkut hal-hal serius seperti masalah politik negara ini, sampai ke hal santai seperti film dan musik. Setiap saat mereka bersama sangat menyenangkan
dan
terasa begitu cepat. Ketika mereka berpisah, Saira sudah langsung
merindukan saat pertemuan mereka selanjutnya.
Semula Saira tidak pernah berpikir bahwa Leo memiliki perasaan lebih
kepadanya, dia mengira
Leo benar-benar
tertarik kepada
tanaman
hasil rumah kacanya dan kesepakatan bisnis
mereka. Tetapi kemudian Andre menggodanya,
mengatakan bahwa kalau Leo tertarik dengan kesepakatan
bisnis, dia bisa saja mengirim salah satu pegawai
atau
sekertarisnya untuk mengaturnya,
tidak usah datang sendiri, apalagi
sampai mengajak Saira makan malam hampir
setiap hari.
Sekarang sudah tiga bulan mereka berkenalan, dan
mereka
sudah sangat
dekat
dan mengenal satu
sama
lain.
Seperti halnya Saira, Leo juga sudah tidak mempunyai ayah.
Tetapi ibu Saira meninggal
karena sakit, enam bulan yang lalu, sedangkan Leo
masih memiliki seorang ibu yang
katanya tinggal di pinggiran kota di rumah
besar milik keluarga mereka.
Leo sendiri memiliki sebuah rumah di kompleks mewah di tengah kota.
Malam ini, entah kenapa Leo tampak misterius, lelaki itu
banyak berdiam diri dan tidak penuh canda seperti biasanya.
Dan ketika mereka sampai di rumah makan, Leo telah mengatur sebuah makan malam resmi yang mewah, tidak seperti makan malam santai yang biasanya mereka lakukan setiap malam.
Dan sekarang
lelaki itu menatap dirinya dengan tatapan mata serius dan penuh harap. Suaranya
ketika berkata-kata terdengar serak dan lembut.
“Aku mencintaimu
Saira, kau
mungkin
tidak
percaya cinta pada pandangan
pertama, tetapi aku merasakannya.
Semakin lama kita melewatkan
waktu bersama, aku semakin
merasa yakin. Aku ingin menjagamu Saira, aku ingin menghabiskan hidupku denganmu, menjadi tua bersamamu.”
Lelaki itu mengeluarkan
kotak hitam dari saku jasnya dan
kemudian membukanya
di depan Saira yang ternganga
kaget, “Saira Paramadina,
aku mencintaimu, maukah kau memberiku kehormatan dengan menikahiku?”
Mata
Saira membelalak kaget melihat cincin berlian yang berkilauan itu. Dia mengalihkan tatapan matanya ke arah Leo, melihat keseriusan yang terpancar di sana.
“Astaga Leo, apakah kau serius?”
Leo menganggukkan kepalanya sambil tersenyum
lembut, “Aku mencintaimu, Saira.”
“Tetapi kita.... kita belum saling mengenal lama...”
“Tidak perlu waktu lama untuk mengenali cinta sejatimu.”
Jawab Leo mantap, “Kalau kau menerima lamaran ini, kau akan membuatku menjadi pria
paling bahagia di dunia.”
Saira menelan ludah, perasaannya bergejolak, dia juga
mencintai Leo tentu saja, kebersamaan mereka telah menumbuhkan benih-benih cinta
yang makin lama makin kuat, dan lamaran
Leo ini benar-benar membuat dirinya sungguh bahagia.
Tiba-tiba
matanya terasa
panas, air mata bahagia
berdesakan menyeruak di sudut matanya, Saira menelan
ludahnya lalu menghela napas panjang, mengambil
keputusan terpenting dalam kehidupannya,
“Ya. Leo... aku mau menikah Denganmu.”
Lelaki itu memejamkan matanya dengan penuh
kelegaan, lalu mengecup jemari Saira lembut,
“Terima kasih Saira.” Bisik Leo
serak, penuh cinta.
***
Perempuan
itu duduk di kursi roda, dengan
mata kosong, dalam kegelapan
kamar yang temaram.
Suasana kamar
itu
lengang, dan mewah.
Lalu pintu terbuka dan seorang
lelaki memasuki
kamar, dengan
lembut lelaki itu berlutut di depan kursi roda
perempuan itu. Dan dengan lelah meletakkan kepalanya di pangkuan si perempuan, memejamkan
matanya dan tidak
mengucapkan apa-apa.
Jemari perempuan itu bergerak, membelai kepala lelaki itu, meskipun matanya tetap kosong menatap ke depan.
Suasana begitu sakral dan syahdu.... suasana kedekatan yang agung dan penuh kasih sayang.
***
PEMBUNUH CAHAYA - SANTHY AGATHA - BAB 1
No comments:
Post a Comment