Epilog
Leo mengetuk pintu kamarnya dan masuk, duduk di
sebelahnya, “Jadi. Apakah kau akan pindah ke kamarku?” tanyanya pelan.
Saira menoleh ke
arah Leo,
lalu tersenyum
simpul,
“Bukankah kau dulu mengusirku dari sana?”
Leo mengangkat
bahunya, tampak malu, “Maafkan aku... itu
memang
memalukan kalau
diingat lagi.” Leo menghela napas panjang, “Tidurlah bersamaku di kamar, jadilah isteriku
yang
sesungguhnya.”
Kata-kata Leo yang penuh arti itu membuat
pipi Saira memerah. Dia berdehem, berusaha menetralkan jantungnya
yang
berdebar.
“Aku akan memikirkannya.” Gumamnya menggoda.
Leo cemberut, lelaki itu menarik Saira supaya duduk di
sebelahnya dan memeluknya,
“Kalau kau tidak mau pindah ke kamarku, aku yang akan pindah ke kamarmu.”
“Kau mau melakukannya?” Saira membelalakkan mata
tak percaya akan sikap mengalah Leo, membuat Leo tertawa,
“Tentu saja aku mau melakukannya, aku ingin tidur
sekamar dengan isteriku.”
Saira tersenyum malu-malu, “Aku juga ingin tidur sekamar denganmu.”
Leo langsung mengecup
bibir Saira
dengan
lembut,
“Terimakasih sudah membuatku merasa begitu bahagia, Saira.”
Saira membiarkan Leo merangkulnya dengan erat, tiba-
tiba pikirannya melayang ke arah Leanna
dan
Andre. Hari ini
sudah hampir seminggu
sejak insiden itu berlangsung dan Leo tampaknya menghindar untuk membicarakannya,
tetapi Saira
sangat ingin tahu... dia mencemaskan Andre dan Leanna.
“Leanna baik-baik
saja, psikiater sudah merawatnya,
rupanya
di
hari-hari
tertentu, Andre mengunjunginya
dan menanamkan dendam di benaknya. Kau tahu, sejak percobaan
bunuh diri itu, emosi Leanna labil karena otaknya terganggu.”
“Dia tidak bisa disalahkan atas semua ini.”
Leo menghela napas panjang,
“Ya, dia tidak bisa disalahkan karena
dia bahkan susah
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan kondisinya sekarang...
kamilah yang salah karena kami punya pikiran dan akal sehat,
tetapi
kami
malahan
dibutakan oleh dendam dan
kebencian
membabi buta.” Leo tersenyum sedih, “Aku bahkan masih merasa malu kalau teringat
betapa saat itu
aku
dikuasai
dendam dan mengabaikan rasa cintaku kepadamu.”
Saira tersenyum lembut dan menatap Leo sungguh- sungguh, “Kau tidak perlu minta maaf Leo, aku sungguh-
sungguh mengerti. Kau hanyalah seorang kakak yang sangat mencintai adiknya.” Saira langsung memikirkan Andre, “Begitupun Andre, dia hanya terlalu mencintai Leanna.”
“Mencintai
hingga lebih buta dari yang buta itu sendiri.”
Leo menghela napas dengan sedih, “Andre
tetap harus
berurusan dengan polisi Saira, aku sudah mengatakan
bahwa
aku tidak menuntutnya, aku hanya meminta
jaminan supaya dia
menjauh dari Leanna, dan juga darimu...tetapi pistol yang dia miliki dibeli secara ilegal... aku tidak bisa menolongnya
dalam hal ini Saira.”
Saira teringat dia
memeluk ibu
Andre yang menangis dan meminta maaf kepadanya, ibu Andre sungguh tidak tahu apa yang ada di benak Andre, dia juga sama terkejutnya dan
tidak menyangka bahwa Andre menyimpan rencana keji di
benaknya,
dia memohon kepada Saira supaya membantu Andre, Saira sudah menyampaikan
hal
itu kepada Leo dan meskipun pada awalnya keberatan, Leo akhirnya luluh dan menyetujuinya. Dia memutuskan tidak akan menuntut Andre.
Saira sendiri
masih tidak berani menemui Andre,
tatapan penuh kebencian
Andre kepadanya dulu itu masih
membuatnya sedih dan bingung. Dia masih belum siap menghadapi Andre, mungkin nanti di lain kesempatan,
ketika
Andre sudah menyadari
semuanya, dan Saira sudah siap
menemui lelaki itu.
Kecupan Leo di dahinya membuat Saira tersadar, dia mendongak
dan tersenyum kepada suaminya,“Bagaimana kabar kesayangan cilik kita?” tanya Leo lembut, menunduk dan mengusap
perut Saira dengan sayang, “Menurutmu
kapan dia menendang-nendang.”
“Dia sudah menendang-nendang.... beberapa malam yang
lalu, kau melewatkannya karena tidak ada disampingku kalau malam.” Jawab Saira dengan menggoda.
Leo mengerutkan keningnya
tampak kecewa, “Kau
benar-benar harus pindah ke kamarku, atau aku yang
kekamarmu, aku tidak mau tidur terpisah lagi.” Kali ini suaranya tegas dan memaksa.
Saira terkekeh mendengar nada arogan dalam suara Leo, membuat Leo tersenyum malu. Lelaki itu menghela napas
panjang,
“Kuharap kau mau mendampingiku yang arogan, pemarah, kadang suka mengatur-atur.
Jika aku bersikap buruk
kuharap kau mau bersabar dan menungguku
menyadari kesalahanku. Meskipun aku berjanji aku tidak akan bersikap
buruk kepadamu, tidak akan pernah.”
Saira tersenyum,
“Aku percaya, Leo... kau mencintaiku, sebesar aku mencintaimu. Aku percaya bahwa cinta akan
mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik. Saling melengkapi
dan menyayangi
satu sama lain. Aku
percaya bahwa hidup kita akan berlalu dengan bahagia.”
Leo menghela napas panjang, tampak terharu,
matanya menghangat dan penuh cinta.“Terimakasih
Saira. Aku bersumpah akan menjaga cinta dan kepercayaanmu.”
Senyum Saira terkembang,
bahagia. Dia yakin jika
mereka jujur dan tidak saling menyimpan
rahasia, mereka bisa
membangun kepercayaan dalam
pernikahan kita, dan
menjalani semuanya dengan ujung yang membahagiakan.
SIDE STORY COLORFULL OF LOVE
No comments:
Post a Comment