Jason berdiri
disana dengan senyum lebarnya dan tatapan mata tidak berdosanya, sama sekali
tidak menyadari kalau Irvan hampir saja melotot melihat penampilannya.
Tentu saja, Kiara
yang dikenal oleh Irvan pastilah tidak mungkin dekat dengan pria-pria berpenampilan
elegan semacam ini. Kiara yang dikenal irvan sangat sederhana lugu dan pemalu,
sangat bertolak belakang dengan lelaki tampan itu, yang dengan santainya
melingkarkan lengannya di pundak Kiara.
Apakah lelaki ini
majikan Kiara yang diceritakan sebagai pemilik apartemen tempat Kiara bekerja?
Tetapi seorang majikan mana mungkin merangkulkan lengannya dengan akrab seperti
itu? atau jangan-jangan lelaki ini pacar baru Kiara? Kalau begitu beruntung
sekali Kiara bisa mendapatkan pacar lelaki yang jelas-jelas berasal dari
kalangan atas itu.... tapi kalau begitu kenapa Kiara masih bekerja sebagai
pembantu? Kalau memang pacarnya kaya bukankah Kiara tidak perlu bekerja lagi?
Tiba-tiba pikiran
buruk melintas di benak Irvan, berpikiran jangan-jangan Kiara berbohong
padanya, Kiara pasti tinggal di apartemen itu bukan sebagai pembantu, mungkin
dia bekerja sebagai simpanan!
Tiba-tiba Irvan
merasa sedih dan tak yakin, merasa pedih kalau memang benar Kiara sampai jatuh
di jurang kehinaan seperti itu... Yah bagaimanapun juga Irvan tahu hidup Kiara
begitu pas-pasan sampai kadang Irvan merasa kasihan, dan godaan harta pastilah
terasa begitu menarik....
***
Sementara itu
Jason mengamati ekspresi Irvan yang berubah-ubah sambil menahan tawa. Ekspresi
lelaki itu seperti buku yang terbuka, pertama-tama terlihat tercengang, lalu
curiga, lalu marah dan terakhir sepertinya sedih. Jason berani bertaruh bahwa
di benak lelaki ini pasti sudah dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang aneh-aneh
tentang dirinya dan Kiara.
“Temanmu, Kiara?”
dengan sopan Jason mengulurkan tangannya ke arah Irvan, matanya masih tetap
menatap Kiara, menunggu jawaban. Apakah lelaki ini teman biasa Kiara, ataukah
pacarnya? Kalau lelaki ini pacar Kiara, mau tak mau Jason harus berusaha
menjelaskan keadaan sebenarnya kepada lelaki ini dan mengusir seluruh pikiran
buruk di benak lelaki ini. Jason terbiasa melakukannya, banyak sekali pria yang
cemburu kepadanya, yah mau bagaimana lagi, keadaannya memang seperti ini, bukan
salahnya kalau dia bertampang mempesona bukan?
“Iya ini teman
saya.” Kiara bergumam cepat, tiba-tiba merasa canggung, apalagi melihat
keterkejutan yang begitu nyata di mata Irvan karena Jason bersikap
akrab kepada Kiara. Kiara tidak tahu kenapa Jason begitu mudah bersikap akrab,
mungkin memang sudah wataknya begitu meskipun mereka baru bertemu tadi pagi.
‘Jason langsung
menyela Kiara, “Sudah kubilang jangan menyebut ‘saya’ dan ‘anda’.” Gumamnya
dalam tawa, lalu mengalihkan kembali tatapannya ke arah Irvan yang masih ragu
menerima uluran tangannya, “aku Jason.”
Irvan menyambut
uluran tangan Jason dengan sopan, mencoba tersenyum meskipun tatapan curiga
masih tampak di sana,
“Saya Irvan, teman
Kiara di cafe tempat Kiara dulu bekerja, cafe di seberang situ.”
Jason tahu cafe
itu, dia memang belum pernah kesana, tetapi setiap dia mengunjungi Joshua dia
melewatinya, dan Joshua sering bilang kalau dia terbiasa menghabiskan paginya
di sana.
“Saya teman
majikan Kiara, kebetulan saya bosan, jadi saya menguntit Kiara berbelanja di
supermarket.” Lelaki itu tersenyum sopan kepada Kiara. “Aku akan naik duluan,
mungkin kau ingin bercakap-cakap dengan temanmu itu?”
Jason rupanya
berbaik hati, lelaki itu melangkah menjauh, berpura-pura sangat tertarik pada
botol-botol bumbu yang tertata rapi di rak.
Kiara mengalihkan
pandangan ke arah Irvan dan tersenyum meminta maaf,
“Aku harus naik
dan memasak.” Gumamnya lembut, “Mungkin kita bisa bertemu nanti di sini
ya...kalau tidak aku akan ke cafe.”
“Aku akan
menunggu.” Irvan menunjukkan belanjaannya, “Dan aku juga harus cepat-cepat
kembali. Kabari aku ya kalau kau sudah punya ponsel atau sudah bisa dihubungi.”
“Pasti.” Kiara
tersenyum, menganggukkan kepalanya, lalu melambai ketika Irvan menggumamkan
ucapan perpisahan dan pergi.
Tiba-tiba saja
Jason sudah berdiri di sampingnya lagi, mengamati sosok Irvan yang menjauh,
“Pacar?” tanyanya
lagi, kali ini ada nada menggoda dalam suaranya.
“Bukan, kami
bersahabat di tempat kerja yang dulu.” Pipi Kiara merah padam. Tentu saja Irvan
adalah sahabatnya, Kiara selalu memandang Irvan sebagai orang yang baik, tidak
pernah sedikitpun terlintas di benak Kiara untuk berpikiran lebih apalagi
menyangkut asmara terhadap lelaki itu.
Jason melangkah
menjajari langkah Kiara menuju kasir, dan kemudian bergumam lembut,
“Hati-hati Kiara,
aku laki-laki, dan aku bisa membaca jika ada seorang laki-laki yang memendam
cinta. Kalau kau memang tak bisa memberi lebih, jangan pernah memberi harapan
kepada mereka.” Setelah berkata begitu, dengan santai Jason melenggang
mendahului Kiara melewati kasir dan menunggu di depan supermarket, membuat
Kiara mengernyitkan keningnya.
Apa
maksud Jason berkata seperti itu? dan siapa yang dimaksud Jason dengan lelaki
yang memendam cinta?
***
Apartemen masih
tetap sepi ketika mereka pulang, dan kamar Joshua masih tertutup rapat. Ketika
melangkah masuk, Jason dan Kiara saling melempar pandang, lalu mengangkat bahu.
Yah bagaimanapun juga gaya hidup Joshua yang terbalik dan seperti vampir itu
harus dimaklumi. Apalagi dia bosnya, pemilik apartemen ini, Kiaralah yang harus
menyesuaikan diri dengan gaya hidup Joshua.
Cuma dia tidak
mengira akan ada lelaki lain yang tinggal di sini, dengan gaya hidup yang
berbeda pula. Kiara menatap Jason,
“Anda ingin makan
siang apa?”
Jason mengangkat
bahunya lalu melangkah ke arah kamarnya, “Apa saja, aku pemakan segalanya. Aku
akan berlatih dulu ya, panggil aku kalau makanan sudah siap.”
Berlatih? Kiara
tiba-tiba teringat akan kotak biola dari bahan kulit keras yang dibawa Jason
kemarin. Lelaki itu pasti pemain biola.
Setelah Jason
masuk ke kamarnya, Kiara bergegas ke dapur dan membongkar
belanjaannya. Uang belanja yang diberikan oleh Joshua banyak sekali, dan dengan
uang itu Kiara bahkan bisa membeli bahan makanan untuk satu minggu. Dia
memenuhi kulkas dengan berbagai macam sayur mayur, buah dan berbagai bumbu.
Untuk persediaan daging, ikan dan telur, Kiara meletakkannya di tempat khusus
di atas.
Setelah selesai
mengatur semuanya, Kiara menatap kulkas yang penuh itu sambil tersenyum puas.
Ini benar-benar seperti di sinetron-sinetron yang pernah dilihatnya, kulkas
yang penuh bahan makanan, tak perlu mencemaskan akan makan apa esok hari.
Sambil bersyukur,
Kiara mulai mengambil bahan-bahan masakannya, dia akan menyiapkan makan siang
untuk Jason sekaligus menyiapkan makan malam untuk Joshua. Untuk makan siang,
dia akan membuat yang ringan saja, karena toh mereka akan makan tanpa Joshua.
Kalau makan malam, Kiara akan membuat menu yang sedikit berat karena mereka
semua akan makan malam.
Kiara memasak
nasi, kemudian memutuskan untuk membuat ayam goreng saus inggris. Bumbunya
sangat mudah dan tinggal menyiram ayam yang sudah digoreng renyah dengan saus
inggris. Tiba-tiba Kiara merasa sangat bahagia, dia sangat suka memasak, di
panti asuhan dulu, Kiara selalu kebagian tugas mengurusi dapur, memasak makanan
untuk anak-anak panti. Mereka semua bilang masakan Kiara enak, dan memasak
untuk anak-anak panti bukanlah suatu beban untuk Kiara, dia bahagia
melakukannya. Bahkan dulu dia sempat membuat kliping dari berbagai resep
masakan yang diambil di tabloid-tabloid langganan ibu panti. Dia akan
menggunting setiap resep dengan hati-hati, dan menempelkannya di buku besar
yang dia miliki, buku itu hampir penuh, seluruh isinya adalah resep makanan.
Kiara suka membalik-balik kliping buku resep itu, membacanya dengan harapan dia
akan bisa mempraktekkannya suatu saat nanti.
Tetapi ternyata
takdir berkata lain, Kiara harus meninggalkan panti karena hal yang tidak
menyenangkan itu, dan dia terpaksa meninggalkan kliping buku resepnya karena
terlalu berat untuk dibawanya.
Ah... kenangan
buruk itu. Dengan cepat Kiara mencoba menghapuskannya. Itu semua masa lalu. Pada
akhirnya Tuhan telah begitu baik kepadanya, membuatnya sampai di titik ini.
Kiara menata ayam
goreng yang tampak renyah keemasan itu di piring saji, dia lalu mengambil saus
yang sudah dibuatnya dengan rempah-rempah dan tentu saja bahan utamanya saus inggris
yang harum dan khas, lalu menuang saus itu ke atas ayam. Ayam itu akan menyerap
saus itu sampai ke dalam, hingga rasanya khas.
Kiara menatap puas
ke arah masakannya, lalu dia menengok nasi nya yang sudah matang.
Kiara lalu
teringat kalau Jason minta dipanggil kalau masakan sudah siap. Dengan tenang,
Kiara melangkah keluar kamar, hendak mengetuk kamar Jason dan memanggilnya.
***
”Bawakan aku
oleh-oleh yang banyak.” Jason memasang wajah cemberut sambil memandang ke
arah layar, Adiknya yang sedang video chat bersamanya kini ada di
belahan bumi yang lain, sedang menghabiskan masa bulan madunya bersama suaminya
di sana. wajah Keyna, adiknya di sana sedang tertawa. Yah
setelah menikah dengan Davin sahabatnya, Keyna makin tampak ceria dan bahagia,
Jason sangat beryukur akan hal itu. Kebahagian adiknya membuatnya tenang, dan
juga, adiknya telah dijaga oleh sahabatnya yang terbaik.
“Pasti kakak, kami
baru akan pulang minggu depan.” Keyna menatap ke background gambar Jason yang
sedang bercakap-cakap dengannya, “Itu bukan kamarmu, kau ada dimana kakak?
Benarkah apa yang dikatakan mama kalau kau sedang pelatihan musik dan harus
dikarantina?”
Jason terkekeh,
mama yang mereka bicarakan ini adalah mama angkat mereka, meskipun begitu Jason
dan Keyna sangat menghormati mama angkat yang ini, lebih daripada ibu kandung
mereka yang telah membuang mereka, dan bersikap jahat kepada mereka yang
menyebabkan sang ibu kandung dipenjara sampai sekarang.
“Aku melarikan
diri dari mama.” Jason tertawa, “Kau tahu sendiri kan, sejak kau menikah dia
mengejar-ngejarku untuk menyusulmu, dia bahkan sudah menyiapkan calon isteri
untukku, anak dari nyonya Andrew sahabat mama.”
“Dia cantik.”
Keyna tertawa di layar, “kenapa kau tidak mencobanya kakak?”
“Karena aku tahu
pasti kalau hatinya tidak cantik.” Mata Jason tampak dingin, yah
bukankah semua perempuan mau kepadanya karena wajahnya yang tampan dan
kekayaannya?
Keyna menatap
ekspresi Jason dan tiba-tiba merasa sedih menyadari bahwa kakaknya
ini belum lepas dari kebencian dan prasangkanya terhadap perempuan.
Ibu kandung mereka memang jahat, egois dan tega membuang mereka demi keuntungan
pribadinya, tetapi seharunya Jason bisa menyadari bahwa tidak semua perempuan
sejahat ibu mereka. Keyna tidak sabar menunggu saatnya ada perempuan yang bisa
membuat kakanya tersadar.
Tiba-tiba layar di
depan Jason tampak bergoyang, Jason mengerutkan keningnya ketika ada wajah
Davin, suami Keyna sekaligus sahabatnya yang muncul di sana.
“Minggir Davin,
aku sedang bicara dengan adikku.” Gumamnya dengan ketus.
Davin mengangkat
alisnya,
“Kau sudah
berbicara terlalu lama dengannya. Ini bulan madu kami jadi maaf aku
menginterupsi.” Mata Davin bersinar jahil dan penuh tawa, “Bye Jason.”
Lalu tiba-tiba
saja layar gelap dan Keyna sudah log out.
Jason menatap
layar komputer dengan kesal, tetapi kemudian merasa geli. Davin memang sangat
posesif kepada Keyna... dan Jason memang sengaja mengganggu bulan madu mereka
dengan sengaja mengajak Keyna mengobrol lama-lama.
Lama kemudian,
Jason masih menatap layar komputer yang kosong itu. Dia lalu mengehela napas
panjang dan berdiri, meraih biolanya.
Keyna memintanya
mencoba memberi kesempatan kepada perempuan. Tetapi Jason tumbuh dengan
kebenciannya yang luar biasa kepada perempuan. Dia sangat benci kepada ibu
kandungnya, semua perempuan sama saja, semuanya penipu, jahat, licik dan hanya
mengincar harta. Perempuan itu iblis, yang menggunakan kekuatan pesonanya untuk
menjatuhkan lelaki ke dalam jeratnya sebelum kemudian melemparnya ke
penderitaan. Well bukan semuanya mungkin, adiknya Keyna dan mama angkatnya
masuk ke dalam pengecualian.
Jason tidak akan
pernah jatuh ke dalam pesona perempuan manapun. Dia akan lebih dulu menyakiti
dan menghancurkan perempuan sebelum mahluk itu menghancurkannya.
Diraihnya
biolanya, dan setelah memejamkan mata dan menghela napas, dia memainkannya.
Nada yang keluar adalah nada yang menyanyat sekaligus mengancam, ungkapan
kebencian Jason kepada mahluk bernama perempuan di muka bumi ini.
Jason
benci sekali, sangat benci!
***
Kiara mendengarkan
musik itu ketika melangkah ke ruang tengah. Berarti betul dugaannya, Jason
sedang berlatih memainkan biola.
Langkah Kiara
mendekat ke arah kamar Jason, tiba-tiba merasa merinding mendengarkan lagu yang
dimainkan di sana.
Ini bukanlah jenis
musik romantis yang dimainkan orang direstoran ketika seorang lelaki memutuskan
melamar kekasihnya, ini juga bukan musik yang menyayat hati dan penuh
kesedihan..... ini lebih seperti... kemarahan...
Kiara mengerutkan
keningnya dan melangkah ke arah kamar Jason yang setengah terbuka, musik itu
terdengar makin jelas di sana. Dari pintu yang terbuka, Kiara melihat Jason
yang sangat serius memainkan biolanya, matanya terpejam dan mulutnya merapat.
Dan seperti nada musik yang dimainkannya, ekspresi Jason benar-benar penuh
kemarahan, seolah-olah ada bara kemurkaan yang siap meledak di sana.
Kiara jadi ragu
untuk mengetuk pintu dan memberitahukan keberadaannya... dia hanya berdiri
mematung di situ, mengamati ekspresi Jason dan musiknya yang makin bergolak
akan kemarahan... sampai kemudian mata Jason yang indah membuka dan kemudian
langsung menatap Kiara dengan tajam.
CRUSH IN RUSH - BAB 7
No comments:
Post a Comment