BAB
9
Kiara benar benar terkejut dan tak menyangka kalau
Deliah bukanlah perempuan tulen, oh ya ampun tiba-tiba saja Kiara merasa malu,
bagaimana bisa Deliah yang bukan perempuan tulen tampak begitu cantik? Apalagi
kalau dibandingkan dengan dirinya......
Joshua sendiri mengamati reaksi Kiara dan tersenyum
geli,
"Jangan merasa rendah diri, Deliah memang
selalu berusaha lebih cantik dari perempuan manapun di dunia ini, tapi dia
sahabat yang baik dan dia akan membantumu."
"Membantuku?"
"Ya. Akan kujelaskan nanti, yang jelas,
beberapa hari ini kau akan sering bertemu dengannya."
Kiara menatap Joshua, tetapi lelaki itu tampaknya
sudah menghentikan pembahasan mereka tentang Deliah. Pada akhirnya Kiara hanya
terdiam, menyimpan pertanyaan dalam benaknya.
Nanti. Gumamnya dalam hati, nanti pasti Joshua akan
menjelaskan kepadanya. Dam sekarang seperti yang diminta Joshua. Kiara akan
menuruti rencana Joshua, dia bertekad menjadi pelayan yang baik untuk Joshua.
***
Tanpa disadari oleh Kiara, Joshua beberapa kali
melirik penampilan perempuan itu, lalu tidak bisa menahan kepuasan dalam hatinya
atas penampilan Kiara. Perempuan itu cantik tentu saja, hanya tidak terpoles.
Kecantikannya lugu dan polos, lebih seperti anak kecil yang membuat siapapun
ingin melindunginya...
Joshua mengerutkan keningnya, Kenapa dia berpikiran
seperti itu? Ingin melindungi Kiara? Lelaki itu langsung
berusaha membuang pikirannya dan mencoba fokus. Dia harus tetap pada rencananya
semula, dia akan menggunakan Kiara sebagai tameng sekaligus sebagai alat
pembalasan dendam kepada ayah kandungnya.
Dengan tenang Joshua membelokkan mobilnya menuju
salah satu pusat perbelanjaan terbaru di pusat kota, yang katanya terbesar di
asia tenggara. Setelah membantu Kiara turun, Joshua menyerahkan mobilnya kepada
petugas valey parkir. Mereka lalu berjalan bersisian memasuki
pintu utama pusat perbelanjaan itu.
Joshua melirik Kiara dan sekali lagi tidak bisa
menahan senyumnya melihat perempuan polos itu hampir saja ternganga melihat
keindahan tempat yang mereka kunjungi. Se,uanya memang begitu besar, dari pilar
dan tembok-tembok yang sangat tinggi sampai tanaman palem raksasa di dalam pot
elegan yang ada di sudut-sudut tertentu.
"Kita ke salon yang itu dulu." dengan
lembut Joshua menghela Kiara dan membawanya ke sebuah salon terkenal. Joshua
jarang ke salon, tetapi dia tahu mana salon yang baik mana yang tidak.
Mantan-mantan kekasihnya dulu kebanyakan selalu membicarakan salon-salon
langganan mereka, ada yang bilang salon A bagus sayang finishing touchnya
jelek, ada yang bilang salon B pelayanannya tidak memuaskan dan sebagainya.
Pada akhirnya, Joshua bisa menarik kesimpulan salon mana yang bisa dipercaya
untuk mengubah model rambut Kiara.
Oh sebenarnya tidak ada yang salah dengan model
rambut Kiara, perempuan itu cukup beruntung memiliki rambut yang hitam, sehat
dan halus dan panjang. Tetapi tidak ada model khusus untuk rambutnya. Hanya
panjang dan lurus, dipotong rata. Joshua yakin stylist di
salon ini bisa sedikit membuat gaya rambut Kiara lebih modern.
Ketika mereka masuk, salah satu pegawai salon
berseragam hitam langsung menyambut mereka dengan ramah, Joshua mengatakan apa
maksudnya kepada pegawai itu dan kemudian Kiara dihela masuk ke bagian dalam,
sementara Joshua sendiri duduk di ruang tunggu, menunggu hasilnya dengan
penasaran.
***
"Rambut anda sangat indah, halus dan hitam,
sayang potongannya rata, jadi kesannya tipis dan membosankan." seorang stylist laki-laki
yang agak gemulai menyentuh helaian rambut Kiara dari belakang, lelaki itu
sekarang duduk di kursi tinggi di belakang Kiara yang duduk di kursinya sendiri
dan menghadap kaca yang sangat besar. Dengan posisi kaca itu, Kiara bisa
menatap mata sang stylist,
"Di salon mana anda dulu memotongnya?"
tampaknya karena baju Kiara yang mahal dan indah, dan karena Kiara datang
bersama seorang lelaki tampan yang sangat elegan, stylist itu
mengira Kiara mungkin salah satu pelanggan salon lain yang sekelas dengan salon
ini.
Tetapi tentu saja bukan, dengan polos Kiara
menjawab,
"Saya memotongnya sendiri."
Stlylist itu benar-benar tampak terkejut
dengna jawaban Kiara, jemarinya yang sedang memegang rambut Kiara membeku di
sana.
"Memotongnya sendiri?" gumamnya memekik
ngeri, menatap Kiara dengan tak percaya.
"Ya" Kiara menganggukkan kepalanya
mantap. Memangnya apa yang salah dengan memotong rambutnya sendiri? Rambut
Kiara panjang, tentu saja memudahkannya untuk memotong sendiri, dia tinggal
menarik rambutnya ke depan, lalu gunting di tangannya pun beraksi, yang penting
rambutnya tampak rata dan rapi dari belakang bukan?
"Tidak!" tiba-tiba saya sang stylist berseru
membuat Kiara kaget, "Jangan pernah memotong rambutmu sendiri, cantik. Itu
mengerikan untuk dibayangkan." Stylist lelaki itu
begidik, "Itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli,
bahkan aku sendiri masih tidak percaya diri melakukannya. Jadi kau harus
berjanji tidak akan melakukannya? Oke?
Kiara menatap mata stylist gemulai
itu dari cermin, setengah mengernyit, bingung kenapa masalah seperti itu
tampaknya begitu penting bagi si stylist. Tetapi kemudian, Kiara
menganggukkan kepalanya untuk memuaskan si stylist.
"Oke" Jawabnya, dan si stylist tampak
puas dengan jawabannya. Senyumnya melebar, jemarinya bergerak lagi dengan ahli
di rambut Kiara, sebelum mengayunkan guntingnya, lelaki itu mengedipkan sebelah
matanya kepada Kiara,
"Aku akan membuat rambutmu sedemikian
cantiknya, penuh tekstur dan tampak penuh. Pacar gantengmu yang di depan itu
pasti nanti akan sangat terkejut melihat penampilan barumu."
Yang dimaksud pacar gantengnya pastilah Joshua.
Tetapi Joshua bukan pacarnya. Kiara terdiam, menatap kaca, ke arah si stylist yang
mulai menggarap rambutnya. Yah sudahlah. Yang penting dia melakukan apa yang
diinginkan Joshua. Matanya terus bergerak. Mengawasi gunting itu yang memotong
rambutnya helai demi helai.
***
Ketika Stylist itu selesai, model
rambutnya masih belum kelihatan, seorang petugas lain membawanya dan mencuci
rambutnya dengan shampo yang sangat harum. Setelah itu dia dibawa kembali
kepada sang stylist. Lelaki itu sudah siap dengan hair
dryer dan sisir di tangannya. Jemarinya yang lentik dan ahli langsung
memilah-milah rambut Kiara yang basah, dan kemudian mengoleskan sesuatu yang
basah dan lengket di sana.
“Diapakan?” Kiara bergumam bingung, takut karena
tidak tahu apa yang dilakukan stylist itu ke rambutnya. Sementara lelaki
gemulai itu tersenyum dan menatap Kiara penuh arti,
“Aku akan memberikan kilau para rambutmu, jadi
ucapkan selamat tinggal pada warna hitam gelap yang membosankan.”
***
Beberapa saat kemudian, rambutnya selesai, setelah
menunggu beberapa lama, lalu rambutnya dicuci lagi, dikeringkan lagi dan di blow.
Kiara menatap takjub kepada rambutnya setengah
terpana. Itu dia yang sama yang didepan cermin, tetapi amat mengejutkan bahwa
perubahan potongan dan warna rambut bisa merubah penampilan seseorang.
Kiara yang ada di sana sangat cantik, rambutnya
masih tetap panjang tentu saja, tetapi potongannya bertingkat, membuat volume rambutnya
tampak penuh dan segar. Begitu juga warnanya yang sekarang tampak berkilauan
sehat.
Astaga..... ternyata pekerjaan stylist itu
tidak main-main. Kiara merasa seperti artis-artis sinetron yang penampilannya
seperti baru keluar dari salon. Tiba-tiba saja dia merasa ingin terkikik
sendirian ketika menyadari bahwa dia juga baru keluar dari salon.
“Nah ayo sayang, kau begitu cantik, tunjukkan
kecantikanmu kepada pacar gantengmu di depan itu, dia pasti terpesona setengah
mati.”
Lelaki gemulai itu menghela Kiara ke depan, tempat
Joshua sedang mengerutkan keningnya sambil menatap ponsel yang dibawanya.
Lelaki itu menyadari kehadiran Kiara dari batuk sengaja sang stylistsebelum
meninggalkan Kiara berdiri sendirian di sana, dan kemudian mendongakkan
kepalanya, dan terpana.
Beberapa detik Joshua memandang penampilan baru
Kiara dalam keheningan, sampai kemudian dia mengerjap dan memasang wajah datar,
“Bagus sekali.” Gumamnya tanpa ekspresi, membuat
Kiara bingung apakah lelaki itu menyukai penampilan barunya atau tidak.
Joshua lalu beranjak berdiri, dan memberi isyarat
Kiara supaya mengikutinya, mereka keluar dari salon itu dan melangkah ke arah
lain, Kiara berusaha menjajari langkah Joshua dan bertanya,
“Kita akan kemana lagi?”
“Membeli beberapa sepatu, koleksi di butik Deliah
belum cukup banyak karena memang dia tidak spesifik menjual sepatu. Ayo.”
Mereka melangkah beberapa jauh dan kemudian masuk ke sebuah toko sepatu yang
begitu elegan, penuh dengan kaca-kaca yang berkilau seakan tembus pandang,
memantulkan suasana indah ruangan yang berwarna sampanye berpadu dengan karpet
merah tebal yang indah.
“Ada yang bisa saya bantu tuan dan nona?”
Pramuniaga langsung menyambut mereka dengan sopan di depan.
Joshua mengedikkan bahunya ke arah Kiara,
“Dia butuh sepatu, yang banyak dan terbaru,
keluarkan semua koleksi terbaru kalian.”
Dan kemudian banyak sekali waktu yang dihabiskan
untuk mencoba sepatu-sepatu yang seakan tidak ada habisnya. Joshua akan duduk
di sana, meminta Kiara berjalan di depannya, dan ketika tidak merasa cocok,
lelaki itu akan berkata tidak, sedangkan ketika merasa cocok, dia akan memberi
isyarat kepada pramuniaga yang langsung membawa kotak sepatu itu ke kasir.
Pada akhirnya, Kiara kelelahan mencoba berbagai
macam sepatu itu. Oh memang benar, bisa masuk ke toko semewah ini dan memilih
sepatu mungkin tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan Kiara yang biasa, dan
dia bersyukur bisa mengalami pengalaman ini. Tetapi kalau begitu banyak sepatu
yang harus dicobanya seperti ini, lama-lama Kiara merasa lelah dan bosan.
Ketika memasang kaitan sepatunya yang entah untuk
kekebrapa kalunya, Kiara mendesah dan mulai merasa ingin melarikan diri dari
tempat itu segera.
Joshua melihatnya, dan menemukan keengganan di mata
Kiara ketika dia meminta perempuan itu mencoba sepatu, sungguh, Kiara
benar-benar berbeda dengan perempuan lain yang pernah bersamanya.
Perempuan-perempuan lain pasti akan merasa berada di surga, diajak berbelanja
sepatu ataupun pakaian sekian lamanya, yah bagaimanapun Kiara perempuan yang
berbeda.
Dengan lembut dan penuh senyum dia lalu mendekat
berjongkok ke arah Kiara yang duduk di kursi khusus untuk mencoba sepatu,
kemudian jemarinya meraih kaitan sepatu Kiara dan memakaikannya,
“Lelah ya?” Sikap Joshua dan jemarinya yang sedang
memegang pergelangan kaki Kiara nampak begitu lembut dan penuh perhatian,
membuat pipi Kiara memerah karenanya. Kiara pada akhirnya hanya mampu
menganggukkkan kepalanya, tidak mampu berkata-kata atas sikap lembut Joshua.
Joshua tersenyum dan menghela napas panjang, “Kalau
begitu, setelah ini kita pulang saja, aku rasa masih banyak waktu untuk berbelanja
yang lain.”
***
Ketika mereka pulang, hari sudah beranjak malam.
Kiara melihat Jason sedang duduk di sofa ruang tengah dan menonton televisi
sambil menyantap sesuatu yang seperti mie instan. Tiba-tiba saja Kiara merasa
bersalah karena tadi tidak sempat memasakkan makan malam.
“Kalian sudah pulang rupanya.” Jason mengalihkan
pandangannya dari mie yang sedang dimakannya, dan menoleh. Matanya melebar
ketika melihat Kiara, lalu lelaki tampan itu tersenyum penuh arti, “Kau tampak
cantik sekali dengan potongan rambut baru dan gaun manismu itu, Kiara.” Serunya
memuji, membuat pipi Kiara merona.
Joshua menoleh, menatap pipi Kiara yang memerah,
kemudian dia melemparkan tatapan penuh peringatan kepada Jason,
“Jangan ganggu dia Jason, dia milikku.”
Mungkin maksud Joshua adalah Kiara pelayan
miliknya. Tetapi entah bagaimana kalimat yang diucapkan secara lugas itu
membuat jantung Kiara berdebar.
Sementara itu Jason mengamati reaksi Joshua dengan
geli, lalu bergumam setengah mengejek,
“Mulai posesif Joshua?”
Kata-katanya itu membuat wajah Joshua merah padam,
lelaki itu menghela Kiara lembut, berusaha tidak mempedulikan Jason,
“Ganti dengan pakaian rumahan dan kita akan
bicara.”
Joshua selalu mengucapkan perintahnya dengan begitu
tegasnya, membuat Kiara langsung terbirit-birit ke kamar untuk menurutinya.
Sepeninggal Kiara, Jason menatap Joshua dengan
pandnagan menyelidik.
“Kau membawa Kiara ke Deliah ya?” Jason tampak
tidak suka, membuat Joshua merasa aneh. Jason selalu bersikap sebagai pembenci
perempuan, tetapi ternyata dia juga membenci mahluk yang bertingkah laku
sebagai perempuan, entah karena Jason paranoid atau memang dia berpandangan
konservatif.
“Aku tidak suka nada suaramu, Jason. Bagaimanapun
juga Deliah sahabatku.”
Jason tersenyum, “Oke.. oke. Kenapa kau ini Joshua?
dari awal kau masuk rumah ini, sikapmu seperti akan menyerangku.”
Joshua tertegun dan kemudian menghela napas panjang
ketika menyadari kebenaran kata-kata Jason. Entah kenapa dia seperti ingin
menyerang Jason, apalagi setelah Jason memuji Kiara dengan terang-terangan,
rasanya Joshua tidak rela.
Dia mengacak rambutnya dengan frustrasi, apakah
benar kata Jason tadi? Bahwa dia memendam rasa posesif dan bahkan cemburu
kepada Kiara?
“Maafkan aku.” Gumam Joshua kemudian, ‘Kurasa aku
hanya sedikit lelah.” Joshua menyusul duduk di sofa, dan kemudian menuang jus
jeruk dari teko dingin yang ada di meja, meneguknya dengan haus.
“Tapi kuarasa itu sepadan.” Gumam Jason dalam
senyuman, “Dia berubah cantik sekali, seperti puteri dalam kisah dongeng
cinderella.”
Lagi. Joshua merasakan sengatan rasa itu lagi,
perasaan tidak suka ketika Jason memuji Kiara dengan terang-terangan.
Ada apa dengannya ini?
Joshua tidak sempat menelaah perasaannya karena
Kiara sudah keluar dari kamar, berjalan canggung setengah takut ke arah mereka,
itu menjadi catatan bagi Joshua karena nanti, kalau mereka harus berhadapan
dengan ayah kandungnya yang licik itu, Kiara harus bersikap percaya diri dan
pemberani di depannya.
“Duduklah.” Joshua menggeser duduknya, lalu menatap
Jason dengan galak, “Aku ingin bicara empat mata dengan Kiara, akankah kau
tetap di sini?”
Pengusiran terang-terangan Joshua itu ternyata sama
sekali tidak menyinggung Jason, lelaki itu malah tertawa, membawa mangkok
mienya tanpa kata dan melangkah pergi dari ruang tengah itu.
Lalu hening. Joshua tampak sedang berusaha menyusun
kata-kata sementara Kiara menunggu.
Lalu Joshua berdehem, “Aku punya ayah kandung di
London. Ayah kandung yang jahat. Dulu dia mengusir ibuku dalam kondisi hamil
dan tak bertanggung jawab, ibuku pulang ke Indonesia, menanggung malu dan
cemoohan karena mengandung anak haram, mengandung aku.” Joshua langsung membuka
penjelasannya dengan kalimat pahit itu, membuat Kiara terkesiap dan merasa iba.
Rasa ibanya itu mungkin terpancar jelas di matanya
karena Joshua menatapnya garang, “Jangan mengasihani aku, sedikitpun aku tidak
pernah menyesal karena ayah kandungku membuangku jauh-jauh.” Lelaki itu
menghela napas marah, “Dan itulah yang kuinginkan sampai saat ini, jauh-jauh
dari lelaki munafik dan jahat itu, sayangnya dia tak tahu malu dan punya
pemikiran lain, ayah kandungku mulai datang dan merecokiku, menggunakan
kebohongan bahwa dia sekarat dan sakit keras dan mengira dengan begitu bisa
meluluhkan hatiku dan membuatku mau menemuinya. Tentu saja cara itu tidak
berhasil kepadaku. Dia tidak pernah ada dalam kehidupanku, lalu kenapa aku
harus mencemaskan kesehatannya?”
Kiara menghela napas mendengar perkataan retoris
itu, dia bingung harus berkata apa. “Mungkin... mungkin ayahmu menyesal dan
ingin berbaikan denganmu? Bagaimanapun juga kau adalah anaknya.”
“Lelaki jahat itu tidak akan pernah menyesal.”
Joshua membantah dengan sinis, “Dia hanya menginginkan pewaris seluruh
kekayaannya, baginya kekayaannya hanya boleh diwariskan kepada orang yang
mempunyai darah ningrat yang dimilikinya.” Joshua tersenyum sinis, “Aku sudah
menolaknya, bagiku harta darinya adalah sampah, tetapi ayah kandungku tidak
tahu malu, dia bahkan merencanakan pernikahan untukku dengan gadis berdarah
bangsawan, demi menjaga kemurnian darah keturunannya. Tentu saja aku menolaknya
mentah-mentah.” Joshua tampak semakin marah, “Dan kemudian dia mengatakan akan
datang ke Indonesia, untuk membujuk dan memaksa aku melakukan apa yang dia
mau.”
“Beliau akan datang ke Indonesia?” Kiara terkejut,
tak menyangka ayah kandung Joshua ini akan bertindak sejauh itu.
“Ya. Karena dia lelaki arogan pemaksa yang tidak
akan menyerah sebelum mendapatkan kemauannya.” Mata Joshua menatap Kiara
dalam-dalam, “Dan karena itulah aku membutuhkanmu, Kiara.”
Jadi dia akan berperan sebagai apa? Kiara jadi teringat akan betapa
banyaknya pakaian, sepatu dan berbagai macam hal lainnya yang diberikan Joshua
kepadanya, dari kata-kata laki-laki itu di salon, semua untuk memberikan Kiara
peran sebagai perempuan jahat. Apakah semua ini untuk ayah kandungnya?
“Aku ingin kau berperan sebagai kekasihku,
terang-terangan di hadapan ayahku. Tetapi kau harus bersikap bukan sebagai
kekasih yang baik-baik. Aku sudah menyelidiki ayah kandungku, aku tahu seperti
apa wataknya, dia sangat menjunjung darah ningratnya. Mengetahui aku
tergila-gila kepada perempuan yang tidak jelas asal-usulnya, yang baginya tidak
sederajat dan jelas-jelas perempuan yang hanya mengincar hartaku akan
membuatnya gila.” Joshua terkekeh, “Pada akhirnya dia akan pulang dengan
kekalahan yang menyakitkan.”
Kiara menatap Joshua dan tiba-tiba merasa sedih.
Dia tidak punya ayah, Dan dulu ketika di panti asuhan, betapa dulu dia sangat
menginginkan memiliki keluarga, memiliki ayah yang menyayanginya. Dan sekarang
di depannya, ada seorang lelaki yang masih memiliki ayah kandung, tetapi
memikirkannya dengan penuh dendam. Tetapi Kiara tidak bisa menyalahkan Joshua,
lelaki itu mengetahui masa lalunya dengan pedih dan menumbuhkan kebencian di
dadanya sejak lama, lagi pula sepertinya ayah kandung Joshua memang kejam
karena membuang ibu Joshua yang sedang mengandung darah dagingnya sendiri, dan
kemudian tiba-tiba ketika dia membutuhkan Joshua, dengan arogannya lelaki itu
ingin mendekati Joshua kembali. Setelah memikirkan segalanya, Kiara bisa
memaklumi apa yang ada di benak Joshua.
Lelaki itu mengamati ekspresi Kiara dan kemudian
tersenyum, “Aku ingin kau berlatih dengan Deliah, selama beberapa hari ini, dia
akan mengajarimu bagaimana menjadi perempuan penggoda. Meskipun bukan perempuan
tulen, Deliah punya banyak pengalaman dengan perempuan-perempuan semacam itu,
jadi dia bisa mengajarimu.” Joshua terkekeh, kemudian menatap Kiara dengan
tatapan serius, “Aku akan memberikan gaji tambahan untuk tugasmu ini Kiara,
jadi kau tidak perlu cemas, yang aku minta adalah kau melakukan pekerjaanmu ini
dengan sebaik-baiknya.”
Kiara terpekur kebingungan. Sebenarnya dia tidak
membutuhkan gaji tambahan lagi. Apa yang diberikan Joshua kepadanya saat ini
sudah lebih dari cukup. Makanan setiap hari, tempat bernaung yang luar biasa
indahnya. Kiara tidak ingin meminta apa-apa lagi, yang dia inginkan adalah
membantu Joshua sekuatnya. Lelaki itu adalah penolongnya dan Kiara akan
melakukan apa saja untuk membalas budi.
CRUSH IN RUSH - BAB 10
No comments:
Post a Comment