Tuesday, October 20, 2015

DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 19



Bab 19
UNDERSTANDING

SELAMA ini kalau dara kaeluar bersama blu, Pasti ada banyak fans yang mendekati mereka untuk minta tanda tangan atau foto, Tapi hampir semuanya bertingkah laku sopan dan beradab. Sama sekali berbeda dengan fans jo yang cenderung ganas. Semua orang tau jo cukup populer dan sering diserang fans, Tapi delama ini dara tidak pernah keluar dengannya ditempat umum dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Awalnya semuanya masih kelihatan adem ayem saja ketika mereka memasuki mal karena orang orang masih belum sadar siapa mereka. Jo sengaja menyembunyikan wajahnya dibawah topi basball, Tapi sepertinya itu tidak berfungsi karena lambat laun orang orang mulai berhenti berjalan, Menengok, Berbisik, "Itu bukanya jo brawijaya?" Dan akhirnya berteriak histeris,
“ Agghhh... Mas jooo....! Dan "I love you, Jo!". Tak lama kemudian beberapa pengunjung mal mulai mengikuti mereka.
Kalau saja blu atau jo berjalan sendirian, Mungkin khalayak ramai masih bisa berfikir bahwa mereka sudah salah orang , Tapi tidak ketika kakak beradik ini muncul bersama sama. Buntutnya mereka harus lari ke MNG dengan jo menarik blu ke dalam pelukannya, Melindungi blu dengan tubuhnya sambil berlari meskipun dara agak terkejut dengan aksi jo yang lebih memilih melindungi blu daripada dirinya sendiri, Karena jelas jelas orang orang ini mengejar jo, Tapi dara menghargainya karena dia yakin tubuhnya tidak akan bisa melindungi blu sebaik tubuh jo.
Ketika mereka sedang menaiki eskalator, Salah satu fans yang terlalu antusias menarik lengan kemeja jo dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Wait, Wait, Jangan narik narik saya, “ucap jo sambil mencoba menarik lengannya kembali, Tapi pegangan
fans itu cukup kuat.
Mencoba mengatasi keadaan, Dara menggenggam bahu fans itu dan berkata dengan soapan tapi tegas, “Mbak, Tolong lepasin Mas jo”
Penggemar jo itu menatap dara dengan bingung, Tapi melihat tampang dara yang siap memanggil security kalau dia tidak melepaskannya, Dia akhirnya terpaksa melepaskan jo. Mereka hanya tinggal beberapa meter dari MNG, Tapi kini dara menyadari ada sekitar sepuluh orang yang mengejar mereka. This is crazy! Hari ini bahkan bukan hari libur dan sekarang sudah jam 19.00.
Bukankah cewek cewek ini perlu pulang untuk mengerjakan PR atau mengurus makan malam suami mereka?
Dara baru bisa bernafas ketika memasuki MNG, Dan sales assistant yang tisak mau menoleransi kegilaan ini langsung menelepon security mal. Satpam tersebut sekarang berdiri di luar MNG untuk menahan para fans yang berniat menyerbu masuk .
Hanya ada lima pelanggan lain di toko itu. Dua orang dari mereka untungnya adalah orang asing yang hanya menatap. Jo dan blu dengan sedikit ingin tahu, Tapi tidak kelihatan mengenali keduanya. Tiga orang lainnya adalah seorang ibi dengan dua anaknya yang meskipun kelihatan mengenali jo dan blu tapi cukup menghargai privasi mereka untuk tidak mendekati. Dara berterima kasih akan ini.
Setelah keadaan lebih tenang dan dara memastikan blu memilih beberapa pakaian yang disukainya sebelum menghilang ke ruang ganti untuk mencobanya, Dara melihat luka cakar dilengan kiri jo.
"Let me see that, “ucap dara dan menarik lengan jo. Luka cakaran itu tidak dalam, Tapi titik titik dara mulai muncul ke permukaan.
"It's fine. It's a scratch, “ucap jo pasrah dan mencoba menarik lengannya.
Ah, Dara rasanya ingin mencakar balik fans cewek yang tadi menarik lengan jo. Dara yakin luka cakaran itu disebabkan oleh nya.
"LukA ini perlu dibersihkan,. Kalau nggak, Nanti berbekas atau lebih parah lagi infeksi. Bisa kamu tunggu beberapa menit? Saya perlu ke farmasi sebentar." Dara segera melambaikan tangannya pada seorang sales assistaint bernama Ane.
“ Tolong jagain mas jo dan blu sebentar, Saya perlu ke farmasi, “ucap dara. "Oh, Bisa, Mbak, “ Jawab ane ramah.
Dara lega ane kelihatan sangat profesional dan tidak menganga ketika melihat jo. "Saya nggak perlu dijagain, Saya bisa menjaga diri sendiri.
Dan sudah saya bilang saya nggak perlu diobati, Tangan saya nggak apa apa, “ Geram jo.
Dara melirik ke luar toko. Meskipun keramaina diluar sudah jauh berkurang, Dia masih bisa melihat beberapa fans berkeliaran. Memikirkan bahwa dia harus berhadapan dengan mereka lagi membuatnya bergidik.
Oh, Come on, Dara, Ini bukan pertama kalinya kamu harus berhadapan dengan fans artis, Omel dara dalam hati.
Tapi tidak ada dari mereka yang degila ini, Ucap suara kecil.
“ Kalau mbak perlu P3K, Kita punya persediaan disini.” Kata kata ane menarik perhatian dara kembali. "Oh. Kalau gitu, Boleh saya pinjem?” Tanya dara.
"Sebentar saya ambilkan.” Ane pun menghilang selama beberapa menit ke ruangan di bagian belakang kasir.
Pada saat itu blu muncul kembali dari ruang ganti dengan hampir dua puluh potong pakaian, Mulai dari gaun, Beberapa atasan, Celana pendek, Hingga rok terlampir pada lengannya. "Oke, Aku mau ambil ini semua, “ucap blu.
“ Coba mas lihat. Blu memindahkan semua pakaian dari lengannya satu per satu ke jo. Dengan penuh perhatian jo memberikan komentar.
"Yep, Yang ini boleh."
"Nggak, Yang itu bikin kamu kelihatan seperti lampu lalu lintas."Yang disambut oleh gelak tawa blu. "Itu kayaknya sedikit kedodoran, Lebih bagus kalau satu ukuran lebih kecil."
"Warna hitam lebih bagus daripada coklat, Lebih gampang dicari pasangannya."
Dara memperhatikan interaksi ini sambil tersenyum. Sekali lagi dia sadar betapa banyaknya jo berubah. Seakan laki laki yang kerjanya ngomel melulu padanya selama berbulan bulan adalah orang yang lain sama sekali dibandingkan laki laki yang sekarang sedang mencoba mendandani adiknya.
Setelah mengikuti saran jo untuk melakukan beberapa perubahan pada pilihan pakaiannya, Blu menghilang ke kasir sambil menggemnggam kartu kredit jo.
Ane kembali dengan kotak P3K dan dara langsung $engeluarkan alkohol swap. “ Give me your band, “ucap dara sambil mengeulurkan tangannya.
Jo kelihatan ragu sesaat, Tapi kemudian mendesah pasrah dan mengulurkan tangannya. Jo sedikit
tersentak ketika kapas beralkohol itu menyentuh kulitnya.
"Sori, “ ucap dara dan mengangkat tangan jo mendekati bibirnya untuk meniup kulitnya.
Dia lalu mengoleskan salpe antibiotik pada luka itu dengan cotton bud sebelum mengembalikan kotak P3k kepada ane yang kemudian meninggalkan mereka sendiri.
"Oke, Sudah beres. Nanti sebelum tidur perlu diobatin lagi, “ ucap dara dan mendongak untuk tersenyum kepada jo.
Jo menatap luka ditangannya dan menatap dara sebelum kemudian berkata, “ Kamu perempuan pertama yang mengobati luka saya selain mama."
Dara mencoba mengingat apakah dia pernah melihat mama jo sebelumnya. Dara tahu beliau sudah nggak ada, Tapi dia nggak tahu kapan atau kenapa beliau meninggal. Sebelum menyadari apa yang dilakukannya, Dara sudah berkata, “ Kamu pasti kangen sama mama kamu."
Jo kelihatan terkejut mendengar kata kata dara dan dara memarahi dirinya sendiri yang terdengar sok tahu. Tapi kemudian dia mendengar jo berkata, “ Setiap hari. Terutama waktu ketemu ibu kamu. Beliau banyak ngingetin saya pada mama saya. Cara ibu kamu ngasih makan saya, Seperti saya orang kelaparan, Sudah seperti mama saya." Jo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Seakan menawarkan diri sendiri.
"Saya selalu iri sama orang orang yang masih punya orang tua." Dara mengangkat alisnya tidak mengerti.
“ Ada yang datang ambil rapot, Nelepon untuk tanya apa kita lulus ujian atau apa kita rencana pulang liburan, Masakin makanan favorit kita, Memeluk kita sewaktu kita sedih, Atau menepuk punggung kita akalau mereka bangga dengan sesuatu yang kita sudah lakukan, “ Jelas jo.
Wajah jo kelihatan sangat sedih ketika mengatakan semua itu, Membuat dara ingin memeluknya, Tapi dia menahan diri dan justru bertanya, “ Apa mama dan papa kamu nggak pernah melakukan itu semua?" “ Dulu memang ada mama, Tapi setelah beliau nggak ada...” Jo mengangkat bahunya sebagai penjelasan. “ Kapan mama kamu meninggal?"
"Waktu saya umur sepuluh tahun. Kanker paru paru, Kata dokter karena second hand smoke dari papa."
“ Dan papa kamu nggak pernah..." Dara tidak tahu bagaimana menanyakan hal selanjutnya.
Jo terkekh."Let's just say.... Papa saya lebih tertarik menjadi seorang drummer yang dipuji satu indonesia daripada menjadi seorang ayah."
Dara tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia tahu kejadian barusan adalah langka. Entah bagaimana, Tapi. Menurutnya jo bukanlah tipe orang yang akan menceritakan apa saja kepada siapa pun. Selama hampir enam bulan bekerja untuk blu, Otomatis mengetahui kehidupan jo juga, Dara mendapati bahwa aktivitas jo terbatas pada bekerja dan mengurus blu .
Sekali kali dia akan keluar dengan kayla, Atau teman teman bandnya, Tapi lebih seringnya dia hanya hangout dengan revel. Dara kini menyadari jo adalah orang yang sangat tertutup karena itu dara superbingung kenapa jo baru saja menumpahkan semua itu kepadanya. Dan jo sepertinya menyadari hal itu karena dia kelihatan seperti ingin menarik kata kata nya kembali kalau bisa.
"Well, Thanks karena sudah ngobatin saya, “ucap jo sedikit gelisah.
Mengerti bahwa percakapan mereka barusan sudah ditutup, Dara membalas dengan nada bercanda, “you're welcome. Mudah mudaha ini juga yang terakhir kali saya harus melakukannya. Saya nggak tahu kalau fans kamu sebegini gilanya. Apa selalu seperti ini?"
“ Biasanya memang begini, Tapi semenjak iklan body wash saya keluar, Mereka jadi lebih.... Antusias." Dara mencoba menahan tawa."Saya nggak tahu bagaimana kamu bisa keluar rumah dengan segala kegilaan yang mengikuti kamu ini."
"Memang susah kadang kadang. Itu sebabnya saya hanya pergi ketempat tempat yang lebih sering dikunjungi oleh laki laki atau orang orang yang nggak kenal saya."
"Sebelum ada saya, Gimana kamu bisa belanja bulanan? Supermarket kan penuh dengan wanita?"
Jo terkekeh sebelum menjawab dengan sedikit sedih, “ lebih seringnya saya nebeng sama revel. Kalau staf dia sedang belanja bulanan, Saya nitip."
“ Kapan terakhir kali kamu menginjak kaki di supermarket?"
Jo berfikir sejenak." Mungkin sekitar empat tahun yang lalu. jo mendesah panjang." I really miss it sometimes. Untuk memiliki kebebasan peri ke mana aja yang saya mau tanpa perlu khawatir apakah ada orang yang mengengikuti saya."
Dara agak terkejut dengan reaksi jo ini. Selama ini dia menyangka jo mengikuti segala perhatian yang yang diterimanya. Dia sudah salah sangka.
"Mungkin kalau kamu nggak terlalu ramah dengan fans kamu, Mereka nggak akan segini ganasnya. Apa kamu nggak risi dengan cara mereka memperlakukan kamu?"
“ Terkadang memang risi, Tapi saya juga nggak bisa marah pada mereka karena tanpa mereka saya nggak akan bisa mendapatkan segala sesuatu yang saya punya sekarang."
"What do you mean? Kamu drummer berbakat, Dan bukan mereka yang mengajari kamu cara main drum." Otomatis dara membela bakat jo. Dia tidak tahu kenapa dia melakukannya karena sejujurnya, Hingga sekarang, Pendapatnya tentang drum masih belum berubah. Dan dia menyesali komentarnya ini ketika mendengar pertanyaan jo.
“Dari mana kamu tahu saya drummer berbakat?"
Dara mencoba berpikir cepat dan berbakat, “ Well Revelino Derby telah mempekerjakan kamu sebagai drummer nya selama beberapa tahun belakangan ini. Meskipun saya nggak tahu apa apa tentang drum, Saya tahu standar musik revel. Kamu nggak akan dipekerjakan kalau nggak berbakat."
Jo terkekeh. "I guess kalau kamu mengatakannya seperti itu saya harus setuju dengan kamu."
"So, Kamu nggak harus merasa beruntang apa apa pada orang orang diluar sana, “ tegas dara merangkum pembicaraan mereka.
Jo tertawa sebelum membalas, “ I do actually."
Dara mengangkat alisnya meminta penjelesan.
"Saya memang dapat uang yang cukup dari main drum, Tapi mayoritas pemasukan saya datang dari hal hal lainnya, Seperti perusahan itu mau saya jadi duta mereka kalau mereka tahu saya nggak punya daya tarik fans yang besar? Anyway, Saya main drum karena saya suka, Tapi mereka..." Jo melirikkan matanya pada beberapa fans yang berdiri diluar toko." Mereka sumber pemasukan saya. Dan selama mereka masih mau melihat saya, Saya akan berusaha sebaik mungkin melayani mereka."
Dara hanya menganga mendengar kata akata jo. Dia tidak tahu kenapa dia membutuhkan waktu sebegini lama untuk menyadari ini. Laki laki yang ada di hadapannya penuh kontradiksi.
Dia laki laki yang penuh kasih sayang, Yang mencintai adiknya, Pekerjaannya, Tahu cara menghargai segala sesuatu yang dimilikinya, Tanpa mengharapkan apa apa dari orang lain. Jo spesimen laki laki langka yang sulit ditemui pada zaman sekarang, Karena itu patutu dihargai.
Setelah hari itu, Dara mendapati dirinya mencoba membangun persahabatan dengan jo yang begitu charming, Penuh perhatuan, Dan lucu dengan humor yang senang merendahkan diri sendiri. Intinya. Jo sangat menyenangkan untuk diajak bicara karena dia bisa membuat lawan bicaranya merasa nyaman. Berbeda dengan kebanyakan laki laki yang mementingkan diri sendiri, Jo justru lebih suka membicarakan segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Yang jelas kini dara mulai bisa melihat jo yang sebenar benarnya, Diluar semua personalita platboy dan drummer paling. Ganteng se-indonesia yang dia sudah kenakan selama bertahun tahun. Jo selalu penuh perhatian dengan menatapnya kalu dia sedang berbicara, Mendengarkan kata katanya, Betul betul mendengarkan dan mempertimbangkan pendapatnya, Bukannya halnya pura pura, Dan tidak perndah bernada merendahkan kalu sedang menjelaskan sesuatu.
Sering dengan rasa nyaman yang dara rasakan ketika bersama jo, Tanpa dia sadari dia mulai lebih terbuka menjawab pertanyaan jo tentang dirinya. Mulai dari berapa bersaudra, Nama kakak dan adiknya, Nama keponakannya, Makanan kesukaan, Hobi, Bahkan tentang rencana hidupnya.
“ Apa kamu memang bercita cita jadi asisten artis?” Tanya jo suatu malam ketika mereka sedang duduk didepan TV di rumah jo sementara menunggu hujan dan macet reda sebelum dara pulang.
Blu sedang bergosip di telepon dengan Kat di kamarnya. Mbok uti sudah beristirahat. TV sedang menayangkan salah satu episode CSI: New York, tapi volumenya cukup rendah sehingga dara bisa mendengar pertanyaan jo dengan jels.
"Nggak sama sekali. Saya rasa nggak akan ada orang yang cita citanya jadi asisten dalam jenis apa pun. Biasanya orang maunya jadi bos, Bukan asisten bos. Jadi artis daripada asisten artisnya."
“ Jadi kenapa kamu jadi asisten artis?" Jo memutar tubuhnya dan menyandarkan punggungnya pada pegangan tangan sofa untuk bisa menghadap dara.
“ Awalnya karena bayarannya, Tapi kemudian ko ternyata saya cukup suka dengan pekerjaannya. Jadi asisten sebelumnya nggak ada bedanya dengan jadi akutan atau pengacara. Yang kita tawarkan adalah jasa yang sifatnya abstrak. Tujuannya adalah mempermudah kehidupan klieN kita. Bedanya, jasa yang ditawarkan oleh PA biasanya biasanya bersifat lebih personal, Karena itu bisa lebih mengenal kline. Itu yang saya suka dengan pekerjaan ini. Personal connection dengan klien yang dalam, Sampai sampai kita dianggap sebagai dari keluarga."
"Wow, Kamu betul betul serius dengan pekerjaan kamu ini ya." Ucap jo kagum. “Karena ini satu satunya hal yang saya tahu saya bisa lakukan dengan baik." “ Apa kamu pernah berambisai untuk jadi manajer artis, Dari pada asisten artis?" “ Ambisi sih ada, Cuma kesempatan yang belum ada."
“ Kalau ada yang memberi kamu kesempatan untuk jadi manajer artis, Apa kamu mau?" “ Kalau sekarang mungkin sudah terlambat."
“ Karena panji?"
Dara mengangguk."Saya rasa pendapat panji sama saja dengan saya jadi asisten atau manajer artis. Dia tetap nggaka akan suka."
Dara tahu dia sudah salah bicara ketika melihat tubuh jo jadi kaku dan dia sadar ini sesuatu yang konsisten dilakukan jo setiap kali nama panji muncul didalam pembicaraan mereka.
"Well, That's too bad. Padahal menurut saya kamu punya potensi yang cukup kuat untuk jadi manajer artis." Dara hanya bisa tersenyum kaku, Menghargai dukungan yang diberikan jo kepadanya.
Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan jo bersama blu, Otomatis hubungan jo dengan kayla semakin merenggang. Dulu setiap kali dara bertemu jo, Kayla akan ada bersamanya. Bahkan beberapa kali dara mendapati kayla sudah ada dirumah jo ketika dia datang untuk mengantar blu ke sekolah. Dalam hari dara bertanya tanya apakah kayla menginap dirumah jo? Dan kalau menginap, Dimanakah fia tidur? Dara mencoba mengingatkan dirinya sendri bahwa apa pun yang dilakukan jo bukan urusannya, tapi hal itu tidak mendengar berita tentang putusnya jo dan kayla melalui infotaiment.
Jo kelihatan cukup santai menanggapi putusnya hubungannya dengan kayla, Tapi kayla betul betul mengamuk dengan mengatakan bahwa jo adalah seorang pembohong dan senang mempermainkan hati perempuan kepada media mana saja yang mau mendengarkannya. Sebagai sesama perempuan, Deharusnya dara bersimpati kepada kayla, Tapi dia justru tertawa. Bukanya menertawakan kayla, Tapi menertawakan dirinya yang menyangka jo sudah berubah. Dia seharusnya tahu laki laki seperti jo tidak akan pernah berubah karena merka tidak mau berubah. Mereka terlalu mencintai kebebasan, Jadi jangan harap mereka mau settle down. Komitmen adalah hal terakhir yang terlintas dikepala merek.
Dara sadar betapa beruntungnya dia memiliki panji yang serius, Bertanggung jawab, Dan tidak takut akan komitmen, Panji memiliki kapaSitas mental laki laki dewasa yang stabil. Dan dara memerlukan kestabilan itu di dsalam hidupnya. Dara meringis mengingat betapa ketiga sobatnya mengamuk ketika mendengarnya baikan lagi dengan panji.



DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 20

No comments:

Post a Comment