Tuesday, October 13, 2015

SLEEP WITH THE DEVIL - SANTHY AGATHA - BAB 18

BAB 18

Wajah Lana tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Mikail yang membara.
“Aku tidak bisa hidup hanya sebagai boneka pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah” Kemarahan Mikail yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Lana. Kenapa Mikail tidak menyadarinya? Yang diinginkan Lana hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Natasha. Hanya itu. Dan Mikail bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Lana, dia akan memberikannya,,,
 “Ikut aku,” Mikail mengambil tangan Lana dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Lana yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu. Sayap rumah di mana lukisan Natasha terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.
Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Norman juga muncul dari depan dengan waspada. Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Mikail membawa Lana ke sayap rumah itu.
Mikail berhenti menyeret Lana ketika mereka berada di pintu kamar emas itu, “Kau ingin jawaban bukan?,” Mikail melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Natasha yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Lana. Dengan segera Lana mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Mikail kepada lukisan itu. Mikail melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Lana menyadari apa yang akan dilakukan oleh Mikail, semuanya sudah terlambat,
“Jangan!!!”
Terlambat. Mikail sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sejejam api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh. Seluruh lukisan Natasha yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas. Lana berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Mikail dengan bingung, “Kenapa kau melakukannya?”
“Karena,” Mikail tiba-tiba meraih Lana dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Mikail melahap bibir Lana seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya. Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Lana yang sudah lama tidak dicecapnya. Mikail memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.
Ketika Mikail melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Lana lemas hingga MIkail harus menopangnya.
Dengan gerakan tegas, lelaki itu mengangkat dagu Lana dan menghadapkan ke arahnya.
“Karena Nyonya Lana Raveno, aku mencintaimu, Sungguh mencintaimu, sebagai Lana yang menjengkelkan dan keras kepala yang selalu menentangku,” Mikail melumat bibir Lana yang menganga takjub dengan penuh gairah.
“Kau tersimpan di hatiku,” dengan lembut Mikail membawa tangan Lana ke dadanya, “Hati ini dulu sudah kubuang jauh jauh ke dasar, tapi kau membawanya ke permukaan lagi dan meletakkan dirimu di sana. Aku tidak bisa mengeluarkanmu dari sana setelahnya,” Mikail menatap lukisan yang sudah terbakar habis itu, “Aku pernah mencintai Natasha sebelumnya. Tetapi sekarang, dia hanyalah kenangan yang harus kuhormati. Hanya itu. Cintaku kepadanya sudah pergi pelan-pelan seiring berjalannya waktu, dan kutegaskan padamu Nyonya Lana Raveno, aku memperisterimu bukan karena kau harus menggantikan siapapun, aku memperisterimu karena aku mencintaimu, dan ternyata kita sangat cocok di ranjang merupakan bonus”
“Mikail” pipi Lana memerah, berusaha menahan Mikail mengucapkan kata-kata vulgar yang lebih parah. Mereka ada di ruang terbuka dan Lana tahu para pelayan yang terkejut dengan kehebohan itu sedang berkumpul di sudut-sudut, berusaha menguping dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Mikail menghentikan ucapannya dan menyadari bahwa banyak yang mengintip mereka dengan diam-diam, tetapi dia tak peduli lagi.
“Sekarang Nyonya Lana Raveno, waktumu untuk menjawab!,” Mikail berdiri di situ menatap Lana dengan
tatapan arogannya, sejenak memunculkan dorongan hati Lana untuk melawannya.
Rupanya Mikail menyadari niat Lana entah dari ekspresi wajahnya, atau mungkin dari kilatan matanya,
“Dan jangan mencoba membantah,” Gumam Mikail sombong, “Aku tahu kau juga mencintaiku”
Lana merasa pipinya memerah, panas sampai ke telingatelinganya.
“Darimana kau berkesimpulan seperti itu?”
“Aku mendengar pengakuan itu langsung dari bibirmu,” Mikail tersenyum puas menatap Lana yang kebingungan, “Ketika kau terbaring koma, kau berkali-kali mengigau dan mengucapkan ‘aku mencintaimu Mikail' berulang-ulang dengan kerasnya hingga semua dokter dan suster mendengarnya".
Sebenarnya Lana hanya mengucapkan satu kali, dan hanya Mikail yang mendengarnya, tetapi sungguh memuaskan melihat wajah Lana yang makin memerah karena malu ketika mendengar kata-katanya.
“A… aku tidak mungkin mengucapkan itu… mana buktinya?” Mikail bersedekap, menatap Lana dengan puas, “Para dokter dan perawat bisa menjadi saksi,” dia mulai merasa geli melihat ekspresi Lana yang tampak amat malu. “Mungkin… mungkin itu akibat pengaruh obat,” Lana berusaha menghindari tatapan Mikail, merasa amat sangat malu. Benarkah dia meneriakkan kata-kata cinta kepada Mikail ketika dia sedang tidak sadar? Astaga alangkah malunya dia, dia tidak mau ke rumah sakit itu lagi. Mikail terkekeh melihat ekspresi Lana yang berubah-ubah, dengan lembut dirangkumnya wajah Lana di kedua tangannya, “Lana, kau sungguh keras kepala. Di sini aku, seorang Mikail Raveno menyatakan cintanya kepadamu, dan kau bahkan masih menyangkal perasaanmu kepadaku,” tawa di mata
Mikail menghilang dan berubah menjadi sensual. Bibirnya mendekat ke bibir Lana dan mengecupnya dengan kecupan yang panas dan menggoda, “Katakan kau mencntaiku".
Lana mengerang dalam hati merasakan ciuman itu, Mikail curang telah memanfaatkan pesona tubuhnya untuk memaksa Lana mengakui perasaannya. Bibir Mikail mengecupnya dengan kecupan-kecupan kecil menggoda di sekitar bibrinya, membuat Lana ingin meminta lebih banyak lagi.
“Katakan Lana,” bibir Mikail menggoda Lana lagi, lelaki itu sudah sangat mengenal Lana dan mengetahui kelemahan
Lana, ketika Mikail mengigit bibirnya lembut dan melepaskannya. Lana setengah menjerit, setengah mengerang,
“Ya!!”
, seru Lana hampir berteriak, marah karena didesak,
“Aku mencintaimu Mikail!!”
Mikail langsung melumat bibir Lana, memuaskan gairahnya dan mencium Lana lagi, dan lagi tanpa ampun.
Para pelayan hanya menatap takjub kepada tuan dan nyonyanya yang berciuman dengan mesra di taman, dan Norman yang mengamati sedari tadi tersenyum samar, lalu membalikkan badan memasuki rumah dengan perasaan lega. Lega karena tuannya, Mikail Raveno, akhirnya menemukan cahaya yang membawanya kembali kepada kebahagiaan.

***

Pesta itu berlangsung elegan, sebuah jamuan makan malam yang diadakan Mikail bersama rekan-rekan bisnisnya, untuk keberhasilan proyek mereka yang terbaru.
Lana ada di sana bersama Serena dan isteri-isteri pengusaha lainnya, mengamati Mikail yang ada di seberang ruangan, sedang mengobrol dengan rekan-rekannya. Jantung Lana berdegup kencang. Dia sudah menghitung di kalendernya. Malam ini dia sudah bebas. Dan memang kondisi tubuhnya sudah membaik sejak hampir dua bulan melahirkan. Dan Mikail masih belum tahu itu.
Mikail sendiri merasakan Lana sedang mengamatinya, dan gairahnya naik, gelenyar ketegangan seksual telah menggeletar di antara mereka mengingat telah lama mereka tidak bercinta. Mikail menunggu dengan sabar dan menahan diri, meskipun lama-lama hal itu membuatnya sedikit frustrasi, dorongan untuk memeluk Lana, merasakan Lana menyerah di dalam pelukannya sangat kuat. Mereka belum pernah bercinta sejak pernyataan cinta yang hebat itu, dan Mikail terobsesi, ingin menunjukkan kepada Lana, betapa hebatnya sebuah percintaan jika kedua pasangan telah terbuka untuk saling mencintai.
“Mikail,” suara Damian menggugah Mikail dari lamunannya, dia menoleh dan mendapati Damian sedang bersama dengan seorang lelaki.
“Aku ingin memperkenalkan salah satu rekan bisnisku, kami mengembangkan kerja sama di bidang properti,” Damian mengedikkan bahunya, dan menyebut nama sebuah perusahaan yang cukup terkenal karena maju pesat dalam waktu singkat. Gosipnya karena pemiliknya adalah seseorang yang jenius, “Dia pemilik perusahaan itu,” jelas Damian tenang, “Kenalkan Mikail Raveno, ini Rafael Alexander.”
Mikail menjabat tangan yang kuat itu dan menatap mata Rafael dalam-dalam. Lelaki yang kuat jiwanya, batinnya.
“Semoga ke depannya kita bisa bekerjasama,” Rafael menggumam dengan suaranya yang tenang, lalu mengangguk untuk berpamitan karena ada urusan lain.
Damian dan Mikail menatap kepergian Rafael,
“Dia si jenius yang membuat perusahaan luar biasa itu?” Damian tersenyum, “Kenapa? Tidak sesuai bayanganmu?,” Entah sejak kapan Mikail dan Damian berteman. Mungkin karena kedekatan isteri-isteri mereka.
“Sama sekali tidak sesuai bayanganku. Aku membayangkan seorang laki-laki aneh yang serius dengan penampilan tak kalah serius, Rafael terlalu tampan untuk menjadi seorang jenius yang menghebohkan”
Kali ini Damian terkekeh mendengar kata-kata Mikail, “Dia memang tampan, tapi dia tak pernah punya reputasi sebagai playboy, seperti kita sebelum menikah ”, Damian melirik Mikail dengan tatapan menyindir.
Mikail tersenyum miring, “Mungkin agar tidak merusak reputasi jeniusnya,” sahut Mikail, “Kurasa aku akan menyukainya kalau ada kesempatan mengenalnya”
Damian tersenyum lagi, “Yah kau akan lebih sering bertemu dengannya nanti, kami sudah bersahabat sejak lama. Dia sudah menjadi patner bisnis resmiku sejak sebulan yang lalu,” Damian melirik jam tangannya, “Sudah malam, kami harus segera berpamitan. Terima kasih atas pesta yang luar biasa ini”
***

Tamu terakhir sudah pulang dan para pelayan mulai membersihkan seluruh rumah supaya esok hari seluruh bagian rumah sudah bersih dan sempurna.,
Lana sedang duduk di depan meja rias setelah mencuci muka, Dia mengganti bajunya dengan gaun tidur. Saat itulah Mikail masuk, tampak begitu tampan dan mempesona, dengan kemeja putih yang sudah dibuka dua kancingnya. “Hmmmm,” aromamu sangat menyenangkan,” Mikail memeluk Lana dari belakang dan menempelkan bibirnya ke leher Lana, mengecupnya lembut.
Lana tersenyum menatap rambut coklat Mikail yang terpantul di cermin sementara lelaki itu mencumbu lehernya. Kehidupan pernikahan mereka luar biasa baiknya setelah pernyataan cinta itu. Semua salah paham sudah dilepaskan, Mikail berhasil meyakinkan Lana bahwa di satu titik tertentu dia sudah jatuh cinta kepada Lana tanpa dia menyadarinya, Lana percaya karena dia pun merasakan hal yang sama,
Tidak ada yang tahu kapan cinta itu muncul, Sungguh tak terduga, Lana tidak menyangka akan jatuh cinta dan berbahagia menjadi seorang isteri dari lelaki yang bahkan di pertemuan pertama mereka menyekapnya di dalam bagasi, melemparnya dari balkon, menculik dan menahannya di rumahnya dan menghujaninya dengan berbagai arogansi yang tidak terkira. Tetapi Lana memang jatuh cinta, kepada Mikailnya yang tampan, yang meskipun emosinya masih meledak-ledak dan arogansinya sering muncul ke permukaan, lelaki itu ternyata juga mencintai Lana dan memperlakukannya dengan luar biasa lembut.
Ketika tidak ada penghalang di antara mereka, Mikail ternyata adalah suami yang baik. Dia memperlakukan Lana dengan hormat dan penuh kasih sayang. Kadang mereka masih beradu argumentasi, tetapi mereka menikmatinya sebagai rutinitas suami-isteri, bukan sebagai ajang luapan kebencian. Dan terhadap Angel, Mikail benar-benar menjadi ayah yang luar biasa. Begitu penuh kasih sayang dan ketakjuban, layaknya seorang ayah baru dengan putera pertamanya. Lana membayangkan betapa Angel nanti akan begitu mirip ayahnya, dan mungkin menjadi anak yang memuja ayahnya, semoga begitu. Mengenai kehidupan percintaan mereka di ranjang… Well selama ini mereka belum bisa melakukannya karena Lana belum boleh melakukannya setelah melahirkan. Tetapi hari ini bisa. Lana mengingat hitungan kalender itu, dan jantungnya berpacu liar,
Mikail sekarang sedang menggigit ringan telinga Lana, lalu membalikkan tubuh Lana dengan lembut dan memeluknya erat. Pelukan itu begitu erat hingga Lana bisa merasakan kejantanan Mikail yang menekan tubuhnya dengan kerasnya.
“Mungkin aku harus memelukmu beberapa lama, sebelum aku masuk ke balik selimut, mencoba tidur dan menjadi gila seperti biasanya,” Mikail menyentuh bibir Lana dengan jemarinya, lalu mengecupnya lembut
“Malam ini aku sudah bebas.” Lana berbisik pelan sambil berjinjit di telinga Mikail.
Kata-katanya langsung berimbas ke seluruh bagian tubuh Mikail. Matanya menyala penuh gairah dan antisipasi, dan Lana bisa merasakan bahwa di bawah sana Mikail makin mengeras menekan tubuhnya.
“Jadi…,” suara Mikail terdengar parau, “Kau sudah bisa…” Lana menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
Detik itu juga Mikail langsung mengecup bibirnya dengan penuh kehausan, tanpa ampun, malam ini mereka bisa menuntaskan kerinduan mereka, yang telah tertahan sekian lama. Tanpa melepas kecupannya, Mikail mengangkat tubuh Lana, lalu membaringkannya di ranjang dan menindihnya, senyumnya penuh gairah dan matanya penuh cinta.
“Aku mencintaimu, Nyonya Lana Raveno, dan kuharap aku bisa menjadi lelaki yang bisa kau andalkan,” tatapan lembut Mikail membuat mata Lana berkaca-kaca. Mereka telah melalui segalanya, kebencian yang meluap, kemarahan, kesalahpahaman, dan kemudian kekecewaan, Tetapi pada akhirnya mereka dipersatukan oleh cinta, yang luar biasa dalam dan tumbuh begitu saja tanpa di sadari,
Lana menatap Mikail dengan lembut dan kemudian memejamkan mata ketika bibir Mikail menunduk ke arahnya, hendak mengecupnya dengan kecupan lembut, “Dan aku juga mencintaimu, Mikail Raveno, suamiku, ayah dari anakku,” suara Lana berubah menjadi desahan ketika bibir Mikail melumat bibirnya dalam gairah cinta yang menggelora. 

END



20 comments:

  1. BEST STORY! romantis banget ini ^^ kusuka kusuka ^O^
    pertama baca dari remakenya, ternyata cerita aslinya keren banget ^^

    ReplyDelete
  2. Ga pernah bosen baca novel nya berkali kali juga 😍😍😍

    ReplyDelete
  3. Suka banget critanya pemakaian bahasanya juga tidak terlalu berlebihan

    ReplyDelete
  4. Cerita yang klasik tapi anehnya gak pernah bosan.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Saya suka sekali dengan novelnya ..yang paling menarik adalah temanya yang begitu saya sukai..hanya sekilaas dengar cerita dari teman tentang filmnya dan katanya ada novelnya saya langsung mencari novelnya..teman teman saya juga menyukainya.saya dan temann teman saya ngk pernah bosan baca novel ini .yang saya inginkan sekarang menonton filmnya langsung..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emng ad filmnya ya? Judulnya Apa? Penasaran bgt soalnya

      Delete
  8. terimakasih banyak ya sudah mau mere-send karya karya briliant Santhy Agatha yg bisa membantu meredakan kerinduan kami akan karya-karya beliau. sejauh ini saya saya baru mengulang membaca "A Romantic Story about Serena" dan "Sleep with the Devil". sekali lagi terimakasih,❤

    ReplyDelete
  9. Bgusss bgt, kebawa bgt sm suasananya, Kalo boleh tau filmnya judulnya Apa?

    ReplyDelete
  10. Gak pernah bosan baca berulang2

    ReplyDelete
  11. Terima kasih Kak aku suka cerita kakak.. 😍😍😍😍

    ReplyDelete
  12. Uh so sweet banget akhirnya 😆😆

    ReplyDelete
  13. Udah dari lama baca cerita ini dan ulang baca gapernah bosen. Bahasanya romantis bgt pas bgt dan bacanya ga jijik yang gimana gt. Ga lebay

    ReplyDelete
  14. Ckckck... Plagiat kata2nya dari beberapa Karya Sandra Brown, Dan harlequin lainnya. Cuma menceritakan kembali gw jg bs bikin. Plis, jangan Karena anak2 sekarang gak baca Harlequin2 lama, kamu bisa seenaknya menggunakan kata2nya dalam novel kamu, Shanti Agatha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba @princessa sya rsa semua novel isinya hampir sama kata2 yg digunakan jg gak jauh beda..kalau mmang anda bisa bikin knapa gak dicoba? Tp kalau cuma mengkritik aja alangkah baiknya dg sopan. Belajar menghargai krya orang. Dan seniman itu wajib dihargai

      Delete
  15. Sudah hampir 2024 Tp novel” santhy Agatha ttp ngangenin buat dibaca ulang

    ReplyDelete