Wednesday, October 21, 2015

DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 23


Bab 23
LETTING GO

Revel menekan tombol pause, Otomatis membekukan layar TV. Dia menolehkan kepalanya kepada jo yang sedang menunduk dan berkata dengan nada lebih tajam daripada yang direncanakan, “ Kalau lo berencana mempermainkan dara, Gue saranin lo berhenti sekarang juga, Karena selama dara masih jadi asisten blu, Secara tidak langsung dia bekerja untuk MRAM. Karena itu gue berkewajiban melindungi dia sebagai pegawai dari segala sesuatu yang mungkin bersifat sexual harassment."
Selama beberapa detik jo hanya bisa mentapa revel dengan mata terbelak. Dia tidak percaya sobatnya ini sudah mengancamnya. Revel tidak pernah mengancamnya.
"No, Gue nggak main main sama dara. I really like her, Man. I mean really really like her. Dan gue rasa dia juga ada rasa sama gue, “ Jelas jo. “ Jadi kenapa elo kelihatan seperti orang kalah perang begini?"
Jo menghembuskan napas keras sebelum berkata, “ Karena dara nggak akan pernah mau mengakui bahwa dia ada rasa sama gue." “ That sucks for you."
Jo melirik kepala revel sambil tertawa garing."Yeah, Tell me about it. Oh!!!! Kenapa juga gue nggak bisa suka sama cewek yang masih single, Coba? Dari berjuta juta perempuan di indonesia yang ngejar ngejar gue, Gue harus suka sama cewek yang bekerja untuk adik gue, Sudah punya tunangan, Dan sekarang berusaha sebisa mungkin menghindari gue."
Revel terkekeh melihat reaksi jo yang dramatis ini. Mereka kenudian terdiam sejenak. Masing masing sudah tidak tertarik lagi dengan balapan mobil mereka dan tenggelam di dalam pikiran masing masing. "Ina kapan due datnya?” Tanya jo.
“ Dua minggu lagi."
"Lo nervous?" "Yeah. Extremely."
Jo menoleh menfengar nada khawatir revel ini. "Why?” Tanyanya.
Revel kelihatan berfikir sejenak sebelum berkata, “ karena gue takut akan terjadi komplikasi pada saat ina melahirkan, Gue takut anak gue terlahir tidak sempurna, Gue takut nggak bisa menjadi orang tua yang baik.... The list goes on and on."
"Wow, Thanks karena sudah bikin gue ngerasa hidup gue nggak separah kehidupan lo saat ini." Canda jo.
Revel terkekeh sambil mematikan PlayStation dan beranjak membereskan aksesorisnya sebelum memasukkannya ke lemari.
"So, Apa rencana lo berkaitan dengan dara?" Tanya revel.
"I don't know. I'II figure something out. Rencana yang gue punya sekarang sepertinya nggak bekerja." Revel menatap jo ingin tahu, Tapi dia tidak mendesak, Malah justru berkata, “ Kasih tahu gue kalau lo perlu bantuan."
Jo hanya nyengir. "Yeah, Thans man."
Dara menghabiskan sisa bulan mei dengan menghindari jo, Tapi semakin dia mengelak, Jo justru sepertinya semakin bertekad mendekatinya. Jo selalu ada di mana pun dara berada, Seakan menguntitnya. Dia ada diruang makaN waktu dara menjemput blu, Di MRAM pada hari hari dia mengantar blu latihan vokal, Dan dirumahnya waktu dara mengantar blu pulang. Jo juga menjadikannya suatu kebiasaan untuk berbicara dengannya seakan kejadian dia menciumnya didepan orang ramai tidak pernah terjadi. Seakan itu semua belum cukup, Jo sekarang senang sekali berdiri terlalu dekat dengannya sampai dara bisa mencium aromanya dan menyentuhnya. Meskipun hanya di bahu, Punggung, Atau di lengan dan tidak pernah lebih dari beberapa detik.
Pertama kali jo menyentuh dara ingin mengomel, Tapi melihat ekspresi wajah jo yang kelihatan innocent, dara berfikir itu hanyalah ketidaksengajaan. Kemudian ketika jo terus melakukannya setelah itu, Masih dengan wajah inncent, Dara bertanya tanya apakah jo bahkan sadar akan apa yang dia sedang lakukan.
Tapi bagaimanapun, Lebih dari pada aksi penguntitannya tau amnesianya, Sentuhan sentuhannya ini membuat dara serasa gila.
Suatu hari, Ketika dara sedang menunduk untuk mengambil tasnya, Siap untuk pulang, Jo menyentuh kulit punggungnya, Tepat segaris kulit kelihatan karena kaus yang dikenakan tertarik ke atas ketika dia menunduk.
"Would you stop doing that, “ Desis dara ketika dia sudah berdiri tegak lagi sambil menarik kausnya ke bawah dan pada saat yang bersamaan mengambil beberapa langkah mundur menjauhi jo.
“ Doing what?” Tanya jo dengan tampang tidak bersalah. "Menyentuh saya, “ Desis dara lagi.
Jo mengangkat bahu, Mencoba kelihatan tidak peduli." Saya hanya mau memastikan kamu nggak jatuh tersungkur. Kamu nunduk terlalu jauh untuk mengambil tas kami."
Dara menyipitkan mata nya dan berkata, “ Just.... Berhenti menyentuh saya, Oke?"
Dara memutar tubuhnya, Bergegas menuju pintu depan. Dia perlu melarikan diri dari jo. Untung saja besok dia cuti, Jadi dia tidak perlu bertemu dengan laki laki itu, Tapi kata kata jo menghentikannya.
"Or what? Apa yang akan kamu lakukan kalau saya nggak berhenti menyentuh kamu?"
Dara tidak percaya jo baru saja menanyakan hal ini kepadanya dan secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa selam ini dia sadar akan apa yang dia lakukan dan sengaja melakukannya.
“ Apa kamu akan ngelaporin hal tersebut ke tunangan kamu itu?” Ejek jo.
Mata dara melebar mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan nada mengejek itu. Ini pertama kalinya jo menyebut nyebut soal panji. Dan dia kelihatan tidak rela mengucapkannya.
Seakan kata” Tunangan” Adalah kata yang kotor. Merasa tersinggung karena jo sudah memperlakukan panji. Laki laki yang tidak pernah melakukan apa apa kepadanya, Seperti ini, Dara berkata, “ Kalau itu yang memang diperlukan untuk membuat kamu berhenti, Saya akan melakukannya."
Jo mendengus, “Yeah, Right, “ucapnya. “ Apa kamu nggak takut dia mulai bertanya tanya kenapa saya dengan bebasnya bisa menyentuh kamu?"
Dara mengerutkan keningnya, Dan jo melanjutkan.” Apa dia tahu bahwa kita sudah melakukan lebih daripada hanya bersentuhan?" “ Jo stop!"Ucap dara.
Tapi jo sepertinya tidak peduli dan menambahkan, “ Bahwa kita sudah pernah ciuman?" “ Jo...” Dara mencoba menghentikan apa pun yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.
“ Dua kali. Dan kamu mencium saya balik, Kalau mau lebih spesifik lagi." Pupil jo melebar hingga matanya kelihatan hitam daripada kecoklatan.
“ Apa panji bahkan terlintas di kepala kamu waktu bibir saya bersentuhan dengan bibir kamu?"
Suara jo terdengar serak dan lebih dekat. Tanpa dara sadari, Jo sudah berdiri di belakangnya. Bagaimana lelaki itu melakukannya? Dara bahkan tidak melihatnya bergerak. Dara mendongak untuk menatap mata jo, Dan apa yang dia lihat di sana membuatnya tertegun. Mata itu berapi api. Ada kemarahan, Kesedihan, Kekecewaan, Kepanikan, Keinginan, Dan.... Kerinduan akan sesuatu. Dan dara curiga sesutau itu adalah dirinya.
"What do you want from me?" Tanya dara pelan.
Jo menutup matanya seakan pertanyaan dara barusan telah menimbulkan rasa sakit yang tidak terkira. Entah kenapa, Tapi melihatnya seperti ini membuat dara mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi jo yang ditutupi oleh jenggot tipis. Jo meringis tanpa membuka matanya dan dara buru buru menarik tangannya, Tidak mau menyakitinya. Tapi tangan jo sudah meraihnya, Menahannya. Dara melihat tubuh jo yang tadinya sudah kaku mulai rileks dan dia mengistirahatkan pipinya pada telapak tangan dara.
Dara sedikit bingng melihat tingkah laku jo, Tapi tidak berani mengatakan apa apa atau menarik tangannya. Jo kelihatan lemah, Bingung, Dan takut. Dara terkejut sendiri dengan keinginannya untuk memeluk jo, Untuk mengusir semua hal yang membuat jo kelihatan seperti ini, Itu akan mengundang hal yang membuat jo seperti ini, Tapi dia tidak berani. Dia takut kalau dia melakukannya, Itu akan mengundang hal hal lainnya yang tidak dia inginkan. Akhirnya dia hanya menunggu.


Entah berapa lama mereka berdiri seperti itu. Dara berterima kasih bahwa blu memutuskan mengurung diri di kamarnay untuk belajar setelah mandi dan bi uti tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali, Meninggalkan mereka berdua saja. Kemudian dara melihat jo perlahan lahan membuka matanya, Dan dara tidak bisa menghentikan dirinya dari tersenyum ketika melihat mata jo yang sudah kembali coklat.
“ Jangan menghindari saya lagi, “pinta jo.
Empat kata. Empat kata dengan beribu ribu makna di dalamnya. Lebih daripada agar dia tidak menghindarinya lagi, Dara tahu jo menginginkan lebih dari itu. Dia menginginkan sesuatu yang tidak bisa dara berikan. Dan itu membuat dara panik.
“ Jo...” Dara mencoba menarik tangannya, Tapi jo mengeratkan genggamannya dan membawanya ke dadanya. "Please, Dara."
"Saya nggak bisA, jo" ucap dara dengan lebih tegas dan sekali lagi mencoba menarik tangannya.
“ Kenapa nggak bisa?" Suara jo terdengar tajam." Apa karena saya mencium kamu di Singapura? Kalau itu alasannya, Saya minta maaf, Oke? Saya nggak akan melakukannya lagi."
“ Bukan itu alasannya, “ Teriak dara mulai panik. “ Jadi kenapa kamu terus menghindari saya?"
Dara menggeleng. Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa "ini" lah alasan kenapa dia harus menghindari jo. Karena setiap kali dia dekat dengan jo, Pikirannya berantakan.
“ Jo, Tolong lepasin tangan saya, “pinta dara.
"Nggak. Saya akan tetap memegang kamu sampai kamu menjelaskan kepada saya kenapa kamu terus menghindari saya."
“ Jo, Please, “mohon dara.
Oh, Tolong lepasin tanganku, Please. Aku nggak bisa ada di sini sekarang. Aku nggak bisa ngeliat kamu sekarang, Teriak dara dalam hati.
"No!” Tegas jo.
Dan dengan satu kata ini, Dara berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri. “ Jo... Lepasin saya, Lepasin, Lepasin.... Lepas... Please... Please...."
Setiap kali dara mengatakan kata"lepas", Jo membalasnya dengan kata"no" yang semakin tegas. Pada detik itu dara sadar bahwa dia tidak berdaya dibawah genggaman erat tangan jo dan dia sudah capek melawan apa yang dia rasakan terhadap jo.
Beberapa minggu ini adalah minggu minggu tersulit dalam hidup dara. Dia mendapati dirinya memikirkan jo ketika dia sedang bersama panji. Keinginan untuk bersama jo pada saat dia mencoba menghindari lelaki itu terasa sangat kuat. Dia tidak pernah merasa sebingung ini tentang peerasaannya sendiri sepanjang hidupnya. Pakaian pengantin sudah tergantung di lemari pakainanya, Menunggu hari akan akan dikeluarkan untuk dikenakan. Tapi dia mendapati dirinya tidak merasakan kegembiraan dan kebahagiann yang seharusnya dirasakan oleh calon pengantin.
Setiap hari dia mendapati dirinya mencoba menyakinkan dirinya sendiri bahwa panji adalah laki laki yang akan dinikahinya, Dan semakin dia melakukannya, Semakin dia memahami apa yang dikatakan Nadia padanya tentang perbedaan kata"perlu" dan"mau". Dia mungkin memang memerlukan panji, Akal sehat nya mengatakan itu, Tapi hatinya... Hatinya menginginkan orang lain. Dia menginginkan jo.
Jo yang kadang kadang menyebalkan dan koyol, Tapi membuat kangen kalau mereka bertemu. Jo dengan tawanya yang lepas dan tatapannya yang hangat. Jo yang telah membuat merasa nyaman menjadi dirinya sendiri, Yang menyukai dan menerima apa adanya. Menyadari hal ini membuat dara ingin menangis. Semua laki laki yang dia kenal akan melakukan itu. Mereka awalnya memang berkata bahwa mereka menyukai kepribadiannya yang berani mengemukankan pendapat, Tegas dengan pendirian dan mandiri, Tapi buntutnya mereka meninggalkannya karena merasa terancam dengan kepribadian kuat seperti itu. Jo mungkin menyukai nya sekarang bak minuman bar, Namun nanti efeknya” Buru"nya pudar, Dara yakin jo pun akan meninggalkannya untuk wanita lain yang lebih mudah diatur dan penurut.


Dia merasa bodoh karena sekali lagi tersadar oleh batu yang sama. Begitu lemahnyAkah dia hingga sekali lagi dia memberikan hidupnya diDikte oleh keinginanya, Bukan kebutuhannya? Tapi dia sadari pipinya sudah basah oleh air mata dan sia tersedak mencoba melawan tangisannya. No... No.... No..... dia lebih kuat dari ini. Dia akan melawan ketertarikannya pada jo, Dan dengan kekuatan baru dia melawan jo lagi. Detik selanjutnya dia merasa dirinya ditarik ke dalam pelukan jo.
Jo memaksa kedua lengannya agar memeluk tubuh dara dengan selembut mungkin, Meskipun yang dia inginkan adalah memeluknya dengan seerat eratnya, Melingkupi seluruh tubuh dara dengan seluruh tubuh dan jiwanya. Untuk memberikan segala galanya yang dia miliki. Dia bisa merasakan isak tangis dara pada pergerakan tubuhnya itu dan dia ingin menendang dirinya sendiri karena sudah menyebabkan dara dalam kondisi sekarang. Tangisan itu penuh kesedihan dan keputusan. Jo betul betul tidak bermaksud membuat dara menangis. Dia hanya ingin dara memberikan penjelasan dan membuatnya mengerti kenapa wanita itu tidak menginginkannya, Maka dengan demikian dia bisa mengaku kalah dan mundur teratur.
Oke, Tha's a lie. Dia tidak akan mengaku kalah dan tidak akan begitu saja mundur setelah mendengarnya. Dia akan intopeksi diri dan berusaha sepuluh kali lipat untuk memenuhi semua kriteria yang di inginkan dara dan seorang laki laki. Kini dia sadar bahwa dia bukan hanya merindukan persahabatan dan kepedulian dara seperti yang dia pikirkan sebelumnya. Jo merindukan dara, Titik. Dara membuatnya memikirkan bagaimana rasanya bangun setiap pagi di sebelahnya.
Membuatnya menjadi orang pertama melihatnya setiap pagi, Dan orang terakhir melihatnya setiap malam. Jo ingin berbagi meja makan, Tempat tidur, Lemari, Dan kamar mandi dengannya. Jo ingin di beri kesempatan untuk berbagi kehidupan nya bersama dara.
"Please, Let me in, “ bisik jo ketika merasakan dara masih mencoba melawannya, Tapi hal itu justru membuat dara semakin melawan dan jo harus mengambil alternatif lain.
Dengan selembut mungkin jo mencium kening dara dan merawakan perlawanan dara melemah dan dia mendengar dara mendesah. Jantungnya hampir meloncat keluar ketika dia merasakan detik. Saat dara tidak mencoba menolaknya lagi.
“ Apa pun yang kamu lakukan. Tolong berhenti, saya mohon, “pinta dara.
Kata kata dara membuat hati jo sakit. Dengan susah payah dia kerkata, “I can't." "Why?"
Because I'm mandly in love with you. Jo tertegun sendiri ketika menyadari pengankuan itu. Dan dia bukannya lari pontang panting, Takut akan perasaannya sendiri, Tapi justru merasakan kebebasan. Namun, Jo tahu dara akan menghilang dalam sekejap mata dari hadapannya kalau dia mengucapkan ini sekarang. Tapi betul betul mengucapkan kata tersebut.
jo mendekatkan keningnya pada kening dara sebelum mendesah, “ Because I want you. Lebih dari apa pun juga sepanjang hidup saya."
Dara menggeleng." You don't want me."
"I do. Dan kalau saja kamu berhenti menghindari saya untuk satu detik saja, Saya tahu kamu juga mau saya."
Jo tidak memberi dara kesempatan untuk menyangkalnya, Dia mengeratkan pelukannya dan menciuminya dengan semua energi dan perasaan yang dia miliki. Wajah jo sudah ikut basah oleh air mata dara dan jo merasa seakan seseorang sedang meremas hatinya. Kalau saja dia bisa menyerap semua kesedihan dara ke dalam dirinya, Dia akan melakukannya.
"I'm sorry, “ Bisik jo.
Dia tidak tahu kenapa dia mengatakan itu. Mungkin untuk mengatakan maaf karena sudah menguntit dara selama beberapa minggu ini, Membuatnya menangis, Menciuminya dengan paksa, Atau karena semua itu. "Stop fighting us. Plase just give us a chance, “pinta jo di antara ciumannya.
Jo menunggu balasan dari dara dengan jantung berdebar debar. Kalau dara menolaknya sekarang, Setelah dia memaparkan seluruh perasaannya seperti ini, Sesuatu yang tidak pernah di lakukan sebelumnya, Dia yakin jantungnya akan berhenti berdetak. Detik demi detik dan dara masih juga tidak bereaksi, Jo merasakan hatinya perlahan lahan mulai retak. Dia sudah mulai putus asa ketika dia melihat dara mengangguk.
“ Thank you, God, “ucap jo sambil mencium dara, Dan kali ini dara membalas ciuman itu.
Dia ingin menunjukan kepada dara betapa dalam perasaannya dan dia hanya tahu satu cara untuk melakukannya, Yaitu dengan menyatukan segala sesuatu yang mereka miliki. Menyadari bahwa mereka berada diruang tamu, Dimana blu atau bi uti bisa memergoki mereka kapan saja, Dengan susah payah jo melepaskan ciumanya dan berkata, “ Kamar saya."
Dia bahkan tidak mengenal suara itu sama sekali. Suaranya terdengar serak. Tubuhnya bergetar mencoba mengontrol perasaannya yang meluap luap.
“ Kamar kamu?” Tanya dara.
Jo mengangguk dan rasa panik muncul ketika melihat keraguan di wajah dara.
"Saya nggak akan memaksa kamu melakukan sesuatu yang nggak mau kamu lakukan."
Jo hampir saja mau menarik kembali kata katanya yang terdengar memaksa ketika dia mendengar dara berkata, “Oke” Dengan pelan.

Jo menggandeng tangan dara menuju kamarnya, Sambil berusaha berjalan sepelan mungkin, Memberikan dara kesempatan untuk mundur. Tapi dara hanya mengikuti tanpa mengatakan apa apa.


DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 24

No comments:

Post a Comment