Tuesday, October 27, 2015

UNFORGIVEN HERO - BAB 10


10

Elena termenung di dalam kamarnya, masih bingung memikirkan perkataan Luna tadi. Perempuan itu bilang kalau Rafael selalu membayangkannya ketika bercinta, selalu menyebut namanya.... bagaimana mungkin? Elena kan tidak mengenal Rafael sebelum ini? Apakah Elena yang dibayangkan oleh Rafael adalah Elena yang lain?
Jantung Elena serasa diremas. Mungkinkah itu? Mungkinkah  pernikahan  impulsif,  dan  semua  hal  yang dilakukan dengan terburu-buru ini disebabkan Rafael menginginkan seorang pengganti untuk Elena yang dicintainya. Toh kalau dengan Elena, Rafael tidak perlu repot-repot seperti dengan Luna, karena namanya sama. Jadi Rafael tidak perlu menjelaskan apa-apa dan Elena juga tidak akan tahu kalau dia digunakan sebagai pengganti.
Elena mendongak ketika Rafael memasuki kamar, mengernyit ketika melihat Elena duduk melamun di ranjang,
“Sayang,  kenapa?  Aku menunggumu  di bawah untuk makan siang, tetapi kau tidak turun.”
Jawaban  Elena  hanya  berupa  desahan  napas  yang berat,  bingung  apakah dia  harus  menanyakan  hal  ini  kepada Rafael atau tidak.
Rafael ikut menghela napas, dengan lembut dia melangkah dan berlutut di depan Elena yang sedang duduk di atas ranjangnya,
“Tentang Luna lagi, apakah dia mengganggumu?”
Elena  menatap  Rafael,  mencoba  mencari  kedalaman hati suaminya itu di balik tatapan matanya yang lembut. Apa sebenarnya yang ada di benak Rafael? Kenapa dia tidak pernah tahu?
“Luna mengatakan kepadaku, bahwa kau selalu memanggil nama “Elena’ ketika bercinta....bahwa kau selalu membayangkannya sebagai ‘Elena...” Elena mendesah, “Dan aku berpikir, tentu Elena yang kau bayangkan itu bukan aku, karena kita baru saling mengenal...”
Ekspresi Rafael tidak terbaca. Tetapi lelaki itu dengan lembut merengkuh tangannya dan menggenggamnya dengan erat, “Kau lebih percaya Luna atau kepadaku sayang? Aku… Suamimu.”
Elena mencoba percaya. Sungguh dia mencoba. Tetapi cara Luna mengucapkannya tadi, perempuan itu sungguh- sungguh tampak terluka. Mungkinkah Luna hanya berakting untuk menyebabkan kesalahpahaman di antara Elena dan Rafael?
“Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang dikatakan oleh Luna. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi seburuk apapun yang dikatakan  orang, kau bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu...” Rafael menundukkan kepala dan mengecupi jemari Elena, “Rasanya sangat sakit, ketika kau mencintai seseorang, tetapi tidak dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah dan dibuang begitu saja.”
“Rafael... tidak... bukan begitu....” Elena menggenggam jemari   Rafael,   “Aku   tidak   akan   membuang   cintamu.   Aku, maafkan  aku  mungkin  aku  sedikit  terpengaruh  karena  cara Luna mengungkapkannya tadi begitu meyakinkan.” Elena menghela napas panjang, “Mulai sekarang aku tidak akan mendengarkannya lagi.”
“Terima  kasih  Elena.”  Kedua  mata  mereka  sejajar, Rafael yang berlutut dan Elena yang duduk di atas ranjang, lalu mereka berciuman dengan lembutnya. Bibir Rafael melumat bibir Elena dengan penuh perasaaan,   membuatnya terlena. Lidahnya  menelusur  pelan  kemudian,  mencecap   rasa  yang sudah lama dirindukannya, rasa yang sangat dikenalnya. Elena mendesah  ketika  Rafael  mendorongnya  terbaring  di  ranjang, dengan   kaki  menjuntai   di  bawah  dan  Rafael  yang  berdiri membungkuk di atasnya,
“Kita tidak bisa melakukannya sekarang. Ini waktunya makan siang. Alfred akan mencari-cari kita...” Elena berbisik dalam napasnya yang sedikit tersengal.
“Alfred sudah mencari sejak tadi, lebih tepatnya mencarimu. Itu sebabnya aku menyusulmu kemari, karena kau tidak turun untuk makan siang.” Rafael mencumbu leher Elena yang menyimpan aroma khasnya yang manis, “Aku rasa Alfred akan mengerti, kita kan sedang berbulan madu.”
Jemari Rafael membuka ritsleting gaun Elena dan menurunkannya, dia menarik gaun itu melewati pinggul Elena dan membuangnya ke lantai. Pakaian dalamnya menyusul kemudian, hingga Elena berbaring telanjang dan pasrah di bawahnya.
Rafael tidak terburu-buru, lelaki itu dengan pelan membuka kancing kemejanya dan melepasnya, memamerkan tubuh indah dan kerasnya yang bahkan masih membuat Elena merasa kagum setiap  melihatnya,  bahkan  setelah berkali-kali jemarinya menyentuhnya di sana, menikmati kehalusannya.
Lalu Rafael menurunkan celananya dan kemudian telanjang sepenuhnya di depan Elena, kejantanannya mengeras dan sudah siap. Lelaki ini amat bergairah.
Dengan lembut lelaki itu menunduk di atas Elena, jemarinya bergerak menelusuri  tubuh Elena dan menemukan kewanitaan Elena yang sudah hangat dan basah,
“Aku belum menggodamu,  tetapi kau sudah basah di sini...”   Rafael   menggerakkan   jemarinya   lembut,   “Kau   pasti sangat merindukanku di sana.”
Dengan lembut Rafael mengangkat kedua kaki Elena dan menyandarkan  masing-masing  di pundaknya, membuat posisi Elena begitu pas untuk dia masuki. Lelaki itu melakukan penetrasi dan mengerang parau.
“Astaga... kau begitu sempit sayang, begitu sempit dan nikmat...”
Elena mengikuti semua ritme yang dibawa oleh Rafael. Posisi ini membuat titik-titik sensitif yang tidak disadarinya ada tersentuh dan bangun, membuat seluruh tubuh Elena menggelenyar dalam kenikmatan yang luar biasa. Jemari Rafael bergerak dan menyentuh titik nikmat di atas kewanitaannya, memainkannya. Membuat Elena seakan dihantam oleh dua kenikmatan bertub-tubi.
“Rafael...”      Elena      mengerang,      menyebut      nama suaminya, karena sudah tidak bisa menahan diri.
“Ya sayang, ya....” Rafael membalas erangan Elena dengan suara parau tertahan, ritmenya semakin cepat, semakin tak tertahankan membuat Elena tidak mampu lagi, sehingga akhirnya membiarkan dirinya dibawa oleh arus deras kenikmatan  yang  memenuhi  seluruh  sarafnya.  Rafael mengerang di sana dan mereka mencapai orgasme bersamaan.

Ҩ

“Apakah dengan begini kau yakin bahwa aku mencintaimu?” Mereka masih berbaring telanjang dan puas di atas ranjang. Elena meringkuk membelakangi Rafael dan Rafael memeluknya dengan posesif dari belakang, kaki mereka saling bertautan. Kulit mereka saling menghangatkan,
“Tanpa  sekspun  aku  yakin  bahwa  kau  mencintaiku.”
Elena menjawab pelan, setengah mengantuk. Sesaat hening, dan Elena merasakan jantung Rafael berdebar, lelaki itu menghela napas sebelum bertanya,
“Apakah... apakah kau juga mencintaiku, Elena?”
Elena tertegun dengan pertanyaan itu. Jauh di dalam hatinya dia sudah tahu jawabannya. Ya. Dia mencintai Rafael, dia sangat mencintai suaminya ini. Dan Rafael sudah berkali- kali menyatakan mencintai Elena. Amat sangat tidak adil kalau Elena    tidak    mau    mengungkapkan     perasaannya    kepada suaminya. Mungkin inilah saat yang tepat....
“Ya...” Elena menjawab pelan, jantungnya berdebar, “Ya... Aku juga mencintaimu, Rafael...”
Rafael mendesah pelan, menyebut nama Elena dengan khidmad, “Elena....” Lalu lelaki itu memalingkan muka Elena supaya menoleh menghadapnya, dan menciumnya dengan sangat bergairah.
Elena merasakan  kejantanan  Rafael mengeras  lagi di sana,  menyentuh  bagian  belakang  tubuhnya,  Jemari  lelaki itu sudah menangkup payudaranya dan memainkannya dengan lembut, menggoda putingnya, merayunya, jemarinya lalu turun dan memainkan titik sensitif di pusat kewanitaan Elena, dengan lembut dan menggoda.
Elena mendesah dan mencoba membalikkan tubuhnya, tetapi Rafael menahannya.
“Jangan,   kita   akan   mencoba   seperti   ini.”   Dengan lembut Rafael mengangkat sebelah kaki Elena yang masih berbaring  miring  membelakanginya,  kemudian  dari belakang, Rafael   menyelipkan   kejantanannya   yang   terasa   keras   dan panas, memasuki pusat kewanitaan Elena yang lembut dan basah.
Elena setengah  menjerit  merasakan  penetrasi  Rafael ini. Gaya bercinta Rafael ini membuat titik-titik yang biasanya tidak   tersentuh   oleh   kejantanan   Rafael   menjadi   tersentuh semua, membangunkan sarafnya dan merangsangnya.
Rafael membimbing Elena supaya mengikuti ritmenya, mereka  bergerak  dengan  lembut,  tidak  terburu-buru, menikmati setiap detiknya dengan bahagia. Dan kemudian mencapai orgasme bersama.

Ҩ

Suamiku. Elena menelusurkan jemarinya di alis Rafael, membuat  alis  itu  sedikit  berkedut.  Barusan  Elena  terbangun dan mendapati Rafael masih tidur pulas di sebelahnya, sesuatu yang jarang   terjadi, karena selama ini lelaki itulah yang selalu terjaga sebelum Elena kemudian menggoda Elena dengan kecupan-kecupan kecil untuk membangunkannya.

Elena mengamati wajah kokoh suaminya itu. Darah Spanyol sangat  kental di sana, menciptakan  wajah latin  yang khas dengan mata yang dalam dan tajam, dan bibir yang luar biasa menggairahkan. Alis dan rambutnya berwarna gelap, sedikit ikal di bagian bawah. Suaminya ini luar biasa tampan, bagaikan  pangeran  dari negeri antah berantah.  Dan lelaki  ini mencintainya
Dada Elena dipenuhi oleh perasaan hangat. Mengingat bagaimana mereka semua bisa mencapai titik saling mencintai di pernikahan ini. Elena juga mencintai suaminya. Dan dia bertekad. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, dia akan mempercayai suaminya. Rafael begitu mencintainya, dan yang pasti tidak akan membohonginya. Elena percaya itu.

Ҩ

“Jadi dia jatuh dari tangga dan terkilir, lalu kau tidak jadi mengusirnya dan malahan merawatnya?” Victoria hampir berteriak  di  seberang  sana.  Membuat  Rafael  sedikit menjauhkan ponselnya.
“Ya, dia setuju untuk pergi dan akan berkemas, ketika kecelakaan itu terjadi.”
“Terdengar seperti kesengajaan bagiku.” Nada suara Victoria   tampak   mencela,   “Apa   kau   yakin   dia  sungguhan? Jangan-jangan dia berakting sakit.”
“Kakinya benar-benar bengkak dan dokterkulah yang memeriksanya,  jadi dia memang  benar-benar  terkilir.”  Rafael mendesah, “Walau aku tidak bisa menebak apakah dia sengaja menjatuhkan dirinya atau tidak.”
“Mengingat sifat Luna, dia mungkin saja melakukannya.”   Victoria   tampak   cemas,   “Lalu   bagaimana dengan kau dan Elena?”
Rafael tersenyum mengenang ketika nama Elena disebut. Elena, Elenanya. Perempuan itu mengatakan mencintainya,  dengan  begitu  lembut.  Elena mencintainya!  Oh astaga. Rasanya seperti semua bebannya terlepas dan tubuhnya menjadi ringan. Begini rasanya ternyata ketika mencintai seseorang sepenuh hati, ketika cinta itu terbalas, seluruh tubuhnya terasa melayang.
“Kami bisa menghadapinya.” Rafael masih tersenyum ketika  berbicara,  mengenang  percintaan  mereka  yang  panas dan bertubi-tubi setelah pengakuan cinta itu. “Dan dia mengatakan dia mencintaiku.”
“Oh.” Victoria tampak tertegun, “Selamat kakak, meskipun aku meragukan ada perempuan yang tahan menolak cintamu kalau kau sudah mengerahkan segala pesonamu.” Victoria terkekeh, “Kau pasti sangat bahagia.”
“Sangat.”  Rafael  tersenyum.  “Aku  sudah  memikirkan cara untuk mengatasi Luna, kau harus datang ke sini.”
“Aku?” Victoria mengeluarkan nada memprotes, “Bagaimana mungkin aku bisa kesana? Kau meninggalkan tanggung jawab atas perusahaan di tanganku ketika kau pergi.”
“Aku akan memegangnya kembali. Aku akan mengajak Elena pulang.”
“Dan  meninggalkan  Luna  di  pulau  itu  sendirian  dan sakit?”
Rafael mengangkat bahunya, “Karena itulah kau harus datang kemari, pura-pura mengatakan bahwa ada hal urgent di perusahaan yang harus aku urus. Lalu kau yang tinggal di sini sampai Luna pulih, demi kesopanan.”
“Kau akan meninggalkan aku di pulau itu dengan perempuan jahat seperti Luna?” Victoria menaikkan nada suaranya, “Kau memang tidak pernah tanggung-tanggung memanfaatkan kasih sayang adikmu, kakak.” Rafael  terkekeh,  “Suatu  saat nanti,  kalau  kau sedang terlibat  masalah  cinta  yang  pelik,  aku  berjanji  akan membantumu sekuat tenaga.”
“Aku akan mencari pasangan yang tidak pelik.” sahut Victoria segera, lalu mendesah dan menghela napas, “Aku akan berangkat besok.”
“Terima kasih adikku.”

Ҩ

Mereka  sedang  makan  malam  ketika  suara  perahu boat terdengar mendekat. Elena mengernyit, tamu lagi? Diliriknya Rafael, lelaki itu tampak tenang-tenang saja.
Mereka makan malam bertiga, Rafael, Elena dan Luna yang sudah mulai bisa berjalan meskipun masih harus mengenakan penyangga badan. Suasana makan malam dingin dan kaku, Luna tak banyak bicara seperti biasanya. Meskipun Elena sempat  melihat  perempuan  itu  berkali-kali  menyentuh Rafael seolah tanpa sengaja.
Seorang  pelayan   masuk,   mengantarkan   tamu  yang baru tiba itu, “Victoria.”  Rafael  berseru  dan  meletakkan makanannya, “Kejutan tak terduga, kenapa kau datang kemari?” lelaki itu berdiri, mengajak Elena dan memeluk adiknya.
Victoria mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan, dia memeluk Elena dengan hangat, lalu melirik ke arah Luna sambil lalu dan melangkah duduk di kursi di meja makan itu. Rafael dan Elena kembali duduk.
Para pelayan dengan sigap langsung mengantarkan hidangan untuk tamu tambahan mereka itu.
Victoria melirik ke arah Luna dan tersenyum kaku. Mereka memang saling mengenal, tetapi tidak begitu akrab. “Hai Luna, kudengar dari kakak kau sudah di sini beberapa hari dan mengalami kecelakaan,  bagaimana kondisi kakimu?”
Luna   mengangkat   alisnya   dan   tersenyum   manis, “Masih sakit dan bengkak, aku tidak bisa berjalan kalau tidak pakai penyangga.”
“Wah sepertinya penyembuhanmu  akan memerlukan waktu  lama.”  Victoria  sekuat  tenaga  menyembunyikan  nada sinis di dalam suaranya.
Luna mengangguk, melirik Rafael, seolah ingin menebak apa rencana Rafael dengan kedatangan Victoria yang mendadak ini. Apakah Rafael menyuruh Victoria datang untuk melindungi Elena dari serangannya?
“Ya. Kakiku sepertinya memerlukan waktu lama untuk sembuh.”  Luna menyentuh  lengan  Rafael  dengan  lembut  dan tersenyum  penuh   arti,  “Maaf   Rafael,  sepertinya   aku  harus berada di rumah ini lebih lama, aku tidak bisa kemana-mana.”
“Tidak  masalah.” Rafael  menjawab  datar. Elena yang sedang  mengamati  Rafael  mengernyitkan  alisnya,  Rafael tampak  berusaha  sekuat  tenaga  untuk  fokus  kepada makanannya dan menahan diri untuk tidak tertawa. Kenapa suaminya tampak begitu geli? Apa yang ada di dalam benaknya?
Victoria sendiri tampak menahan senyum, dia menyendok satu suap penuh sup krim asparagus kental dengan kepiting di dalamnya, dan memutar bola matanya senang,
“Wow, masakan Alfred yang luar biasa. Aku merindukannya, kurasa ini sepadan dengan tinggal di sini beberapa lama sementara Rafael pergi.”
“Apa  maksudmu?”  Luna  langsung  menyela,  merasa waspada. Victoria melirik Luna tidak peduli, lalu menatap Rafael,
“Oh  aku  belum  mengatakan  maksud  kedatanganku kepada  kalian  ya?  Rafael,  aku  mengalami  masalah  dengan negosiasi  dengan  pihak  Jepang.  Mereka  tidak  percaya kepadaku, dan ingin pelaksanaan nego diwakili oleh kau langsung.” Victoria menghela napas panjang, “Itu tender yang yang besar dan mereka menahannya sampai kau pulang. Kita akan rugi besar kalau sampai proyek itu tertahan lama, karena itu dengan baik hati, aku menawarkan diri untuk menggantikanmu menjadi tuan rumah di rumah ini untuk tamu kita.” Victoria melirik Luna dengan sinis, “Sementara kau dan Elena pulang untuk mengurus tender itu.”
“Apa?”  Luna  hampir  menjerit,  lupa  akan  sikap  datar dan  menahan  diri  yang  dipertahankannya,  “Tidak!  Kau  tidak bisa melakukannya kan Rafael? Masa kau akan tega meninggalkan aku yang sedang sakit sendirian di sini?”
Victoria  mengedipkan  matanya  nakal  kepada  Luna, “Kau kan tidak sendirian Luna, ada aku di sini menemanimu.”
Luna melirik Victoria dengan marah, lalu mengalihkan pandangannya kepada Rafael, “Rafael... aku ... “
“Aku terpaksa  harus  pergi Luna. Dan sementara kau masih sakit. Victoria akan menunggu di sini, memastikan semua kebutuhanmu terpenuhi dan kau baik-baik saja.”
“Aku...aku akan ikut pulang denganmu....aku sudah merasa agak baikan...”
“Tadi  kau  bilang  kau  tidak  bisa  kemana-mana  dan harus tinggal lama di sini.” Victoria menyela gemas, “Sudahlah Luna, kau tinggal di sini denganku. Para pelayan dan aku akan memastikan kau pulih dengan baik sebelum pergi dari sini.”
“Victoria  benar  Luna.’  Rafael  melanjutkan  sebelum Luna sempat membantah, “Aku dan Elena akan berkemas untuk pergi nanti malam. Maafkan aku atas keadaan ini. Semoga kau lekas sembuh dan sehat kembali.”
Dan pembicaraanpun ditutup. Kali ini Elena yang menelusuri  piringnya  dengan  sikap  geli.  Mendadak  dia mengerti kenapa Rafael tadi sepertinya menahan tawa. Lelaki itu   sengaja,   dia   sudah   merencanakan   semua   ini   bersama Victoria. Membuat Luna tidak dapat berkutik lagi.

Ҩ

Mereka meninggalkan pulau itu siang harinya, dan setelah mendarat di Pulau Dewata, mereka melanjutkan dengan pesawat untuk pulang.
“Kau pasti senang.” Rafael menggenggam tangan Elena yang duduk disebelahnya, tersenyum jahil.
Elena  menatap  Rafael  dan  tertawa,  ‘Kau  sangat  licik Rafael Alexandro.”
Rafael ikut tertawa bersama Elena dan mengecup dahi Elena dengan sayang.

***

Mereka mendarat di bandara dan langsung  dijemput oleh supir pribadi Rafael. Tengah malam mereka baru tiba di rumah Rafael.  Rumah itu  masih sama,  seindah  ingatan  Elena dulu ketika pertama kemari di pesta itu. Pesta yang menghasilkan   sebuah   insiden   yang   mendorong   Elena   dan Rafael akhirnya bersatu ke dalam pernikahan.
Mungkin sekarang Elena akan mensyukuri insiden itu. Karena sekarang dia menemukan kebahagiaan bersama suaminya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan menatap Rafael dengan   serius.   “Malam   itu  malam  setelah  pernikahan   kita adalah malam pertama kita. Aku tahu karena rasanya sakit.”
Rafael tersenyum lembut, “Aku juga tahu karena aku harus menembus penghalang yang kuat, sebelum bisa memasukimu.”
Pipi   Elena   memerah   mendengar   kata-kata   vulgar Rafael yang diucapkan dengan santai, “Kalau malam itu adalah malam pertama kita, berarti waktu itu kita tidak berbuat apa- apa di sini.”
Rafael  mengangkat  bahu,  “Aku  memang  tidak  ingat. Tetapi mungkin kita hanya mabuk dan tertidur di ranjangku.”
“Tetapi    waktu    itu    kita    telanjang    bulat.”    Elena mengerutkan dahinya.
Rafael tertawa, “Mungkin kita bercumbu sedikit lalu tertidur.” Ingatannya melayang kepada Elena yang meninggalkannya tidur ketika dia mencumbunya waktu itu. Yah setidaknya Rafael tidak sepenuhnya berbohong.
“Padahal  kejadian  itu  adalah  alasan  kita  menikah.” Elena menghela napas, “Kalau kau tahu kita tidak berbuat apa- apa, kau bisa tidak menikahiku.”
“Hei aku tidak peduli apa alasan  yang mendorongku menikahimu. Kalau bukan karena isiden di malam itu, kurasa aku akan menemui cara untuk menikahimu pada akhirnya.” Rafael mendekap Elena ke dalam pelukannya, “Dan aku selalu mensyukuri karena aku menikahimu. Kau adalah sumber kebahagiaanku Elena.”
Elena membalas pelukan Rafael sambil tertawa, ‘Kau juga   Rafael,   Aku   mencintaimu   dan   aku   mempercayaimu sepenuh hati.”

Ҩ

Bagaimana kalau kepercayaan Elena tiba-tiba dihancurkan olehnya?
Rafael  terbangun  di  tengah  malam.  Karena  mimpi buruk yang menghantuinya. Mimpi itu datang lagi. Kecelakaan itu. Lalu anak perempuan yang mengusirnya dari rumahnya dengan tatapan mata penuh kebencian. Kebencian yang menghujam  dan  masih  tetap  membuat  jantung  Rafael berdenyut perih sampai sekarang. Dan kemudian mimpi itu berlanjut dengan dia kehilangan Elena. Elena hilang begitu saja dan  dia  tidak  dapat  menemukannya  di  mana-mana. Membuatnya menggila, membuatnya seperti ingin mati saja. Napasnya sedikit terengah dan dadanya terasa sesak oleh mimpi yang menakutkan itu. Dengan lembut diliriknya perempuan yang terbaring manis di sebelahnya. Elenanya. Istrinya. Yang mencintainya dan mempercayainya...
Mempercayainya.. Elena sangat mempercayainya, dengan tanpa prasangka, perempuan itu meletakkan hatinya di tangan Rafael, pasrah dan percaya kepadanya.
Sementara   Rafael   membangun   sebuah   pernikahan yang didasarkan pada kebohongan. Cintanya kepada Elena bukanlah suatu kebohongan, dia sungguh-sungguh mencintai Elena, dari lubuk hatinya yang paling dalam. Elena adalah sumber kebahagiaannya yang paling dalam, begitupun dia ingin menjadi  sesuatu  yang  sama  bagi  Elena.  Tetapi  semua  selain cinta itu adalah sebuah kebohongan. Sebuah kebohongan yang terjalin dan membentuk  dinding rapat yang menutup  rahasia masa lalu mereka. Rahasia itu, rahasia tentang kematian ayah Elena.  Rafael  tidak  pernah  bisa  lari  dari  masa  lalunya,  dia adalah pembunuh ayah Elena. Bagaimana dia menjelaskannya kepada isterinya itu, kalau suatu saat Elena mengetahui kebenarannya? Akankah cinta yang mereka bangun saat ini hancur begitu saja?
Rafael tidak mau kehilangan Elena, dia akan mati kalau sampai itu terjadi.

Ҩ

“Aku sudah pulang.”  Elena menelepon  Donita  segera keesokan paginya, dia sedang di sendirian karena Rafael sedang bekerja untuk mengurus proyeknya. Victoria ternyata tidak berbohong tentang yang satu itu.
Donita memekik senang di seberang sana, ‘Kau harus datang ke sini.”
“Ya aku akan datang ke rumahmu siang ini.” Elena tertawa, dia tadi sudah bilang kepada Rafael akan mengunjungi Donita  siang  ini,  dan  Rafael  mengizinkannya  dengan  syarat Elena  harus  mau  diantar  jemput  oleh  supir  pribadinya,  dan Elena tidak keberatan dengan syarat itu.

Ҩ

“Jadi begitu ceritanya.” Elena menyelesaikan ceritanya, dari awal sampai akhir, dari insiden malam pesta itu sampai akhirnya mereka jatuh cinta. Elena sedang menggendong puteri kecil Donita yang masih bayi, dia membuai anak perempuan cantik yang sedang terlelap itu dengan penuh kasih sayang.
“Wow  sebuah  kisah  yang  tak  terduga  tapi  sangat indah.” Mata Donita berbinar-binar. “Dari ceritamu, aku yakin Mr. Alex sangat mencintaimu Elena. Sudah sekian lama aku menjadi asistennya, dan dia begitu dingin, begitu menutup diri. Aku dulu membayangkannya akan menjadi penyendiri seumur hidupnya,  aku  tidak menyangka  dia  akan  menikah  dan  jatuh cinta kepada seseorang.” Donita tersenyum lembut, “Aku turut bahagia untuk kalian berdua.”
Elena tersenyum juga, “Yah aku sendiri tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tetapi aku bahagia.” Senyumnya melebar, membuat Donita tertawa.
Tetapi kemudian ekspresi Donita berubah serius, “Kau tidak mencari tahu kabar Edo akhir-akhir ini?”
Elena menggelengkan kepalanya, “Buat apa? Setelah insidennya dengan perempuan bernama Alice di kamar waktu itu, aku sudah melupakannya. Dia tak pantas untuk kupikirkan.”
‘Kau bilang nama perempuannya Alice?” Donita menyela cepat, rupanya Elena lupa menyebutkan informasi itu di ceritanya tadi.
Elena menganggukkan kepalanya, “Ya. Edo memanggilnya dengan nama Alice.”
“Alice adalah sahabat Rafael, dia sahabat Victoria dan menjadi sahabat Rafael juga. Tetapi dari yang kutahu, Edo dulu pernah mengejar-ngejar Alice dan perempuan itu menolaknya mentah-mentah. Alice sendiri dengan tegas mengatakan bahwa Edo bukan tipenya, dan dia tidak tertarik sama sekali dengan Edo.”
Elena termenung. Dari kenangannya waktu itu, mengingat begitu bergairahnya Alice mencumbu Edo di kamar, tidak  kelihatan  kalau  Alice  tidak  tertarik  kepada  Edo, perempuan  itu malahan  tampak  bersemangat  dan  menggoda. “Mungkin mereka berdua sedang mabuk malam itu.”
“Mungkin juga” Donita menimpali, “Tetapi Edo jadi berubah sejak kau tinggalkan. Dia tidak ceria lagi, menjadi pemarah dan pemurung. Terakhir dia selalu mencari-cari informasi   tentangmu.   Kapan   kau   pulang   dan   sebagainya. Bahkan dia menelepon ke rumahku.”
“Benarkah?” Elena mengernyit,benarkah Edo masih belum menyerah terhadapnya? Bagaimana mungkin? Tetapi kemudian   setelah   menelaah   Elena   menyadari   bahwa   itu mungkin saja terjadi. Perpisahannya dengan Edo waktu itu berakhir buruk, dan penuh permusuhan. Edo mencoba menjelaskan  dan  Elena  tidak  mau  mendengarkan,  lalu  Edo mulai menuduh Rafael dan sebagainya. Mungkin sekarang Edo tidak terima karena pada akhirnya, Elena menikahi Rafael. Mungkin jika ada kesempatan bertemu nanti, Elena bisa berbicara dengan Edo dari hati ke hati, Mengurai kesalahpahaman di antara mereka dan saling memaafkan. Ya... mungkin dia akan mencari kesempatan untuk menemui Edo.

Ҩ

Bos sudah pulang. Itulah yang dikatakan para pegawai sejak  tadi. Semula Edo masih tidak  percaya,  tetapi kemudian Rafael muncul dan membiarkan beberapa pegawai menyalaminya,  memberinya  selamat  atas  pernikahannya dengan  Elena.  Edo  melihat  lelaki  itu  tertawa  ramah,  sesuatu yang  tidak  pernah  dilihatnya  sebelumnya  dan  menjanjikan acara pesta pernikahan yang mengundang para pegawainya.
Edo mendengus kesal. Lelaki itu telah mengatur segalanya seakan-akan dia itu Tuhan. Edo telah melakukan penyelidikan  secara  menyeluruh  dan  dia  menemukan  bahwa semua    sisi    kehidupan    Elena    setelah    kematian     kedua orangtuanya terkoneksi dengan Rafael.
Rafael yang mengatur segalanya untuk Elena, dari fasilitas pendidikan, tempat tinggal bahkan pekerjaannya. Elena diarahkannya ke sini, masuk perusahaannya bagaikan sebuah mangsa tidak berdaya siap disantap untuk kesenangan Rafael. Edo menahan kemarahan di dalam dadanya, Dia tidak akan membiarkan Rafael berjaya. Elena harus tahu kalau selama ini dia dibodohi dan dimanfaatkan oleh lelaki yang menjadi pembunuh ayahnya. Rafael telah merencanakan semuanya, dia menjebak Edo dan kemudian entah dengan cara apa dia menjebak Elena untuk menikahinya.
Lelaki  itu  lelaki  sempurna  dan  yakin  bisa mendapatkan apa saja yang dia mau. Edo mencibir. Tetapi kali ini, dia akan memastikan Rafael menerima ganjarannya. Dia hanya harus mencari tahu di mana Elena, dan mengatur pertemuan   dengannya.   Setelah   itu   dia   akan   melemparkan semua bukti yang dimilikinya tentang rahasia gelap yang disimpan Rafael selama ini.

Mata Elena akan terbuka. Dan Edo akan menawarkan diri menjadi penopangnya. Elena akan kembali ke dalam pelukannya lagi, Edo yakin itu.   Dan Rafael... seluruh rencana lelaki itu akan hancur.,,,,Edo tersenyum jahat, membayangkan seluruh rencananya. Rafael akan menyesal telah main-main dengannya 


UNFORGIVEN HERO - BAB 11

12 comments:

  1. Kok BAB 11 tidak bisa di buka ya???

    ReplyDelete
  2. Ini gimana ya? Part 11nya gak bisa di buka, saya harus apa?

    ReplyDelete
  3. Yang 11 gak bisa dibuka. Nanggungnya 😑

    ReplyDelete
  4. Bisa mba tekan enter panah sebelah kiri

    ReplyDelete
  5. Ga ada enter panah sebelah kiri mbak?duh penasaran

    ReplyDelete
  6. baca lanjutan ceritanya ke wattpad.Aku sdh baca sambungnya di wattpad.Ketik tajuk novel ini sahaja.

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. Bagian bawah kotak comment. Ada panah ke kiri. Tekan itu

    ReplyDelete
  9. Bab 11 gak bisa ke buka knp yak ??

    ReplyDelete
  10. http://bookumania.blogspot.com/2015/10/unforgiven-hero-bab-11.html

    buka link dari sebelah kanan

    ReplyDelete