Wednesday, October 21, 2015

DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 29


Bab 29
SECOND CHANCES

Oh, My God! Teriak jo dalam hati.
Itu memang dara, Dengan rambut superpendek dan sedang tersenyum pada blu. Tatapan dara kemudian jatuh kepada jo dan senyum itu berkurang lebarnya, Berubah menjadi ragu. Berpikir bahwa jo terlalu lambat, Blu melepaskan tangannya dan berlari menuju dara yang membuka kedua lengannya untuk memeluk blu. Dara memejamkan matanya ketika memeluk blu dan jo bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah itu. Dara lebih seperti sedang memeluk seorang adik yang sudah lama dia tidak temui, Bukannya mantan bosnya, Tapi entah kenapa hal itu membuat jo merasa senang. Namun kemudian jo merasa jengkel karena menyadari selama beberapa detik ini pikirannya terfokus pada dara.
Jo mengangkat kepalanya, Memasang topeng tidak peduli di wajahnya dan melangkah mendekati kumpulan itu. Dara sudah melepaskan blu dan sedang menertawakan sesuatu yang di katakan blu ketika dia menyadari kehadiran jo. Dia langsung berhenti tertawa dan menatap jo khawatir. Jo menatap dara dengan seksama, Mencoba membiasakan diri dengan rambut pendek dara yang pendek. Harus dia akui dara kelihatan lebih muda dan cute as hell dengan potongan rambut ini. Potongan rambut itu membuat tulang pipinya kelihatan tinggi dan menarik sudut matanya keatas, Membuatnya kelihatan eksotis. Hari ini dara mengoleskan make-up dan lipgloss pink di bibirnya dan yang di inginkan jo adalah merasakan bibir itu. Do menarik napas dalam dalam. Ketika dia menyadari bahwa dia sedang mencari aroma lily, Dia buru buru menghembuskan napasnya.
Merasa bodoh karena masih membiarkan dara membuatnya merasa seperti ini setelah berbulan bulan, Jo berkata, “ Ngapain kamu di sini?"
Jo mendengar ina menarik napas, Revel mengucapkan nama nga dengan nada memperingatkan, Dan blu mengerutkan keningnya ketika mendengarnya. Sekilas jo melihat keterkejutan dan sakit hati di mata dara, Dan hal ini membuatnya ingin menendang dirinya sendiri. Dia tidak berhak menanyakan hal itu. Acara hari ini adalah acaranya poppy dan dia bisa mengundang siapa saja yang dia mau. But damn it all to hell. She should've ask him first.
" Saya ke sini atas undangan tante poppy dan untuk menunjukkan support saya."
Kata kata dara membangunkan jo dari pikirannya dan dia menatap dara yang kini sedang tersenyum padanya. Meskipun senyuman itu tidak mencapai matanya yang masih kelihatan sedih. Pada saat itu sebuah suara terdengar jelas dari aound system, Mengucapkan selamat datang kepada para undangan. Tatapan semua orang langsung terpaku kepada wanita pendek dengan kecamata berbingkai hitam yang berdiri di sudut ruangan. Serena, Itulah namanya, Memperkenalkan dirinya sebagai manajer restoran dan melanjutkan dengan menceritakan sedikit tentang sejarah blue dan poppy sebagai shef. Nama blue di pilih oleh poppy buka saja untuk menghormati tempat dia mendapatkan ijazahnya, Tapi juga karena nama itu mirip dengan nama blu, Meskipun pengucapannya sedikit berbeda.
Pelayan yang tadi menerima pesanan minuman jo muncul dan memberikan sebotol perrier dingin kepadanya. Jo memutar penutup botolnya dan menelan beberapa tegukan, Mengharapkan itu adalah vodka. Poppy muncul tidak lama kemudian untuk mengucapkan terimakasih kepada para undangan, Pengkritikan makanan, Dan media yang sudah datang. Poppy melambaikan tangan pada jo ketika melihatnya sebelum berseloroh mengatakan bahwa kalau para tamu mendapatkan makanannya tidak enak, Diharapkan mereka menunggu hingga akhir acara sebelum mulai menyerukan" huuu" padanya. Poppy lalu menghilang kembali kedapur san serena mempersilahkan semua orang untuk duduk di meja yang sudah disediakan agar makanan bisa mulai disajikan.
Jo hanya bisa mendesah ketika menyadari bahwa tempat duduknya di sebelah dara. Kalau bukan karena poppy dan media yang akan mengataka yang tidak tidak kalau dia meninggalkan acara sebelum mencoba makanan, Jo akhirnya duduk dikursi yang sudah disediakan.
Sepanjang satu jam ketika makanan di sajikan dara berusaha sedaya upaya untuk membuka pembicaraan dengan jo, Tapi lelaki itu sepertinya bertekad untuk tidak menghiraukannya. Revel, Ina, Dan oom danung yang duduk satu meja dengannya memberikan tatapan kasihan padanya. Blu yang duduk di samping jo dan kelihatan tidak menyadari hawa dingin di antara mantan asistennya dan jo terus nyerocos tentang segala macam hal. Mulai dari memjui semua makanan yang disajikan hingga kegiatan seksulnya. Dara baru saja akan menyerah untuk berbicara dengan jo dan pamit pulang ketika jo bangun dari kursinya dan berjalan menuju restroom. Setelah beberapa menit, Dara pun bangun dari kursinya untuk melakukan hal yang sama.
Dara berpapasan dengan jo di depan restroom dan dia langsung berkata, “ boleh saya bicara sebentar dengan kamu?"
"Saya hanya minta lima menit."
Jo kelihatan celingukan sebelum menarik dara ke dalam restroom laki laki. Sebelum dara bisa bereaksi, Jo sudah mengunci pintu dan menghadapnya sambil menyedakapkan tangannya.
"What?" Ucapnya dengan sangar.
Dara memperhatikan sekelilingnya. Karena restoran itu masih baru dan kelas atas, Restroom kelihatan sangat bersih. Semuanya serbahitam, Perak, Dan sangat maskulin. Membuatnya bertanya tanya apakah restroom wanita juga kelihata seperti ini.
“ Kamu mau bicara sama saya atau mengagumi interior restroom ini?"
Suara jo menyadarkan dara dari obervarsinya. Buru buru dia mengucapkan kata maaf dan berkata, “ saya tahu kamu marah sama saya dan nggak mau saya di sini."
“ Good observation, “ucap jo sinis.
Dara menarik napas, Mencoba menenangkan diri. Tidak ada gunanya mengomel kepada jo sekarang. Toh jo memang berhak marah.
saya mau minta maaf atas kata kata saya wantu itu. Saya nggak pernah bermaksud menghina kamu dengan mengatakan bahwa kamu nggak bisa memberikan apa yang saya butuhkan. Waktu saya mengatakan'kamu' saya nggak bermaksud'kamu' sebagai hanya 'kamu', Tapi juga semua laki laki seperti kamu."
Jo menaikkan alisnya dan berkata, “ kalau kamu mencoba minta maaf, Caranya nggak begini."
Dara menelan ludah." Yang saya maksud adlah bahwa selama ini saya selau punya skema tentang semua orang. Dan skema kamu adalah:anak band, Nggak akan serius, Dan bukan kriteria calon suami yang baik. Dan skema saya ini susah diubah, Nggak peduli apa yang sudah kamu lakuka untuk menunjukan hal sebaliknyam."
Mata jo langsung menggelap dan dara berpikir lelaki itu akan mengilang dari hadapannya sambil membanting pintu, Tapi jo hanya menatapnya tanpa berekdip dan dara memberanikan diri untuk melanjutkan.
"Saya selalu mengira laki laki seperti kamu pasti sering ngebullshit dengan mengucapkan kata cinta kepada siapa aja, Bahwa kata itu tidak berarti untuk kamu, Tidak seperti untuk saya."
Dara mundur selangkah ketika jo menurunkan tangannya dan memasukkannya kedalam kantong celana jinsnya. Dengan sisa keberaniannya yang dia miliki, Dara berkata, “ tante poopy lah yang kemudian menjelaskan kepada saya semuanya. Bahwa saya sudah salah menilai kamu. Bahwa kata cinta mungkin lebih berarti untuk kamu daripada untuk saya."
Jo menatap dara sambil menyeritkan dahi, Seakan mempertimbangkan apakah dia ingin mencekik poppy karena sudah membuka rahasianya atau dara yang sekarang juga tahu tentang rahasia itu.
“ Jangan salahakan tante poppy, Beliau hanya mau membantu kamu, Karena beliau, Blu, Revel, Ina, Oom danung, Sita, Dan,,, Saya,,,, “
Dara terdiam sejenak, Tidak mampu mengatakan kata kata selanjutnya. Takut mengatakannya. Takut kata kata itu akan di lemparkan kembali kepadanya oleh jo dan dia yakin dia akan menangis tersendu sendu kalau itu sampai terjadi. Dia sudah capek menyembunyikan rasa ini, Rasa yang sudah ada semenjak melihat jo mencuci piring dirumahnya dan semakin berthana saat dia semakin sering menghabiskan waktu dengannya.
“ Kami semua menyayangi dan mencintai kamu. Saya... Mencintai kau, “ucap dara akhirnya.
Jo masih berdiam diri, Hanya menatapnya tanpa ekspresi dan perlahan lahan hati dara mulai hancur berkeping keping, Tapi dia memaksakan dirinya untuk mengatakan kata kata selanjutnya.
“ Enam bulan yang lalu saya sudah siap menikah dengan panji. Dia laki laki sempurna yang memenuhi semua kriteria yang saya butuhkan, Tapi tidak saya inginkan. Saya menginginkan kamu. Dan saya sadar saya akan melakukan kesalahan terbesar dalam hidup saya kalau saya menikai panji." Dara melirik jo, Mencoba membaca reaksinya, Tapi jo hanya menatapnya kaku.
"Saya menghabiskan enam bulan ini untuk memikirkan perasaan saya kepada kamu. Dan saya sadar bahwa saya bukan hanya mengingikan kamu, Tapi juga membutuhkan kamu. Saya butuh mendengar suara kamu, Tawa kamu kalau kamu lagi bercanda dengan blu atau goldie. Saya butuh duduk bersebrangan dengan kamu di meja makan. Tapi lebih dari apa pun juga, Hari hari saya rasanya kurang kalau saya nggak ngeliat kamu."
Dara terdiam ketika menyadari jo masih tidak mengatakan apa selama beberapa menit ini. Hal ini membuatnya merasa bodoh karena sudah menumpahkan segala perasaannya dengan harapan jo akan membalasnya.
"Saya mengerti kalau kamu nggak merasakan hal yang sama, Tidak setelah..." Dara menelan ludah dan mengganti argumentasinya, “ saya hanya berharap kamu setidak tidaknya mau memberi saya kesempatan untuk bertemu dengan kamu. Untuk... Hangout dengan kamu lagi, Kalau boleh?"
“ Kamu mau berteman dan hangout sama saya?" Tanya jo, Untuk pertama kalinya bersuara setelah beberapa menit ini.
Dara segera mengangguk. Untuk saat ini dia akan mengambil apa saja yang ditawarkan jo.
"No, “ucap jo datar.
Selama beberapa detik dara hanya bisa menganga. Mencoba mencerna kata itu. Ketika dia sadar apa yang dikataka jo, Rasa sakit hati dan kekalahan mengisi hatinya. Dia tidak pernah menyangka satu kata bisa begitu menyakitkan.
"Oke, Saya mengerti, “ucap dara sambil mengangguk. Menyadari bahwa dia masih berdiri di hadapan jo, Dia berkata, “I'm gonna go." Dan sambil menunduk dia berjalan melewati jo menuju pintu.
Dia harus keluar dari restroom ini secepatnya sebelum air matanya banjir keluar. Dia baru saja mengulurkan tangannya untuk membuka kunci pintu ketika tiba tiba dia merasakan tubuhnya di tabrak dari belakang dan sesuatu yang besar dan berat menyerangnya, Membuatnya tidak bisa bernapas. Ketika kepanikannya sudah berlalu, Dia menyadari bahwa sesuatu yang besar dan berat yang mengimpitnya itu adalah tubuh jo.
"What the hell do you think you're doing?” Teriak jo.
“ Jangan main main dengan perasaan saya, Dara." Suara jo terdengar dingin di daun telinganya. Dengan paksa dara mendorong tubuh jo dari punggungnya dan memutar tubuhnya untuk menatap jo." Saya nggak sedang mempermainkan perasaan kamu, “ucapnya dengan sedikit tersedak.
“ Jadi kenapa satu detik kamu bilang kamu cinta sama saya, Dan detik selanjutnya kamu bilang hanya mau berteman dan hangout dengan saya?” Geram jo.
Kedua telapak tangan jo yang diistirahatkan pada daun pintu mengurung kepala dara, Membuat dara sedikit panik. Hidung dara yang satu level dengan leher jo bisa mencium aroma cologne jo. Keinginan untuk menguburkan hidungnya di leher itu sangat kuat, Tapi dara mencoba melawannya.
"Saya nggak...." Dara mencoba menjelaskan, Tapi dipotong oleh jo dengan nada keras.
“Saya orangnya egois, Dara. Kalau kamu nggak mau memberikan semua bagian diri kamu kepada saya, Saya nggak mau sebagaian pun. Saya nggak mau harus berbagi kamu dengan siapa pun. Kamu pikir hanya kamu yang menginginkan dan membutuhkan saya? Kamu nggak tahu betapa saya mengingikan dan membutukan kamu."
Mata jo sudah mengilat ketika mengatakan itu semua, Dan demi tuhan dara tidak bisa memalingkan wajahnya meskipun kakinya sudah seperti kebakaran.
" I was in love with you. Still in love with you. Berbagai macam cara sudah saya coba untuk melepaskan kamu, Beribu ribu kilo meter saya tempuh untuk menjauh dari kamu, Tapi saya nggak bisa. Kamu masih ada di sini." Jo mengusap dada sebelah kirinya tempat jantungnya berada.


“ Di sini." Jo menunjuk pelipisnya.
“ Di sini, “ Bisik jo sambil menyentuh bibirr dara.
Perlahan lahan jo mendekatkan bibirnya kepada dara, Seakan memberikan dara kesempatan untuk menolaknya kalau dia mau.
Dara langsung menarik kepala jo dan mengecup bibirr jo sebelum jo bisa berkata kata lagi. Jo membalas ciuman itu dengan menarik pinggang sara ke dalam pelukannya.
"Oh, God, I love you. Aku minta maaf atas semuanya, “ucap dara ketika dia menarik bibirnya untuk menarik napas.
“ Jangan pernah lari dari saya lagi, Dara. Kalau kamu ada masalah, Apa pun itu, Kamu harus membicarakannya dengan saya. Hidup saya beberapa bulan ini...., “ jo menggeleng, “hancur lebur, Saya nggak bisa mikir. Saya marah marah nggak jelas pada semua orang, Bahkan pada revel, “ Balas jo sambil menyentuhkan hidungnya yang mancung ke hidung dara.
Dara mengangguk sambil melarikan jari jarinya pada wajah jo. Sekejap jo memejamkan mata, Seakan mencoba menyerap sentuhan itu.
“ This is it, dara. Apa kamu betul betul mau saya?" "Seharusnya saya yang menanyakan hal itu kepada kamu."
Melihat wajah bingung jo, Dara menjelaskan, “ saya bukan orang yang baik, Jo. Saya sudah tidur dengan seorang laki laki waktu saya masih bertunangan dengan laki laki lain."
"Saya tahu bahwa saya seharusnya merasa khawatir akan itu, Tapi saya nggak bisa. Karena laki laki yang sudah tidur sama kamu itu saya. Dan kalau kamu nggak melakukannya, Mungkin kita nggak akan pernah sampai di sini sekarang."
“ Apa kamu nggak takut saya akan melakukan hal yang sama dengan kamu?" “ Apakah kamu akan melakukannya?" Suara jo terdengar tajam.
"No, I mean... I don't know.... I hope not. Tapi seperti banyak orang bilang, Once a cheater, Always a cheater."
“ Dara, Apa kamu sedang mencoba untuk lari dari saya dengan mengatakan semua ini?" Dara menunduk dan menempelkan keningnya di dada jo.
"Nggak. Saya hanya nggak mau memberikan kesan yang salah kepada kamu. Saya mau kamu tahu segala hal yang rusak dan bermasalah dengan saya sebelum kamu memutuskan untuk bersama saya." “ Dara, Look at me."
Perlahan lahan dara mengangkat wajahnya dan jo menggenggam wajahnya." I love you. Semuanya dari kamu, Bahkan yang rusak dan bermasalah. Dan akan saya pastikan bahwa kamu nggak akan pernah melirik laki laki lain selama kamu sama saya.
Oke?"
"Oke."

Dan dara membiarkan dirinya dipeluk oleh jo lagi yang kini menatapnya seperti dia baru saja menang lotre.

DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - Epilog

No comments:

Post a Comment