Monday, October 5, 2015

YOU'VE GOT ME FROM HELLO - SANTHY AGATHA - BAB 6


Janji yang tidak sepenuh hati diucapkan, sebaiknya langsung dibatalkan.

6

Celia menunggu dengan cemas, Azka memang selalu terlambat datang tetapi dia tidak pernah mengingkari janjinya. Kedua orang tuanya baru datang dari Paris, dan ini adalah kali pertama mereka akan berkumpul untuk membicarakan persiapan pernikahan mewah dan besar mereka yang rencananya akan dilaksanakan delapan bulan lagi.
Di suda berdanda secanti mungki dan   mulai gelisah karena ini sudah terlambat hampir satu jam dari waktu yang dijanjikan, tetapi tidak ada kabar dari Azka. Celia duduk di dekat jendela, menanti dengan cemas.
Lalu ketika mobil warna merah menyala itu memasuki gerbang rumah, hampir saja Celia terlonjak bahagia dari duduknya, lupa kalau dia sedang berpura-pura lumpuh. Tidak ada yang tahu selain keluarganya, pelayan kepercayaan mereka d ruma ini,   da dokte pribad merek bahw Celia sebenarnya sudah sembuh jauh di waktu lalu. Dia sudah bisa berjalan normal seperti biasanya. Diagnosa dokter waktu itu ternyata salah, dan kaki Celia tidak apa-apa.
Tetapi kemudian dia memohon kepada kedua orangtuanydan dokter mereka untuk merahasiakannya  dan membiarkan  Azka tidatahu.  Kepada  merekdiceritakannya betapa takutnya dia kehilangan Azka kalau sampai Azka tahu bahwa dia baik-baik saja. Yang dimilikinya dari Azka hanyalah rasa tanggung jawab lelaki itu kepadanya, dan itu semua karena kakinya yang lumpuh.
Kalau kakinya sudah tidak lumpuh lagi, maka tidak akan ada sesuatupun yang bisa mengikatkan Azka kepadanya. Lelaki itu sudah pasti akan meninggalkannya.Celia rela duduk di kursi roda  terus  sampai  dia  bisa  mengikat  Azka  dpernikahan. Setelah mereka terikat secara resmi dan dia sah memiliki Azka, dia sudah merencanakan  untuberpura-pura  sembusecara bertaha dan  kemudia kembali  normal.   Azka  tidak  akan pernah curiga. Dia sudah begitu lama berpura-pura lumpuh sehingga tampak sangat meyakinkan.
Diliriknya Azka yang baru turun dari mobil dan hatinya berbunga-bunga melihat ketampanan lelaki itu. Lelaki itu akan menjadi suaminya, akan dimilikinya sebentar lagi. Dia hanya harus bersabar.
Azka melangkah mendekati tangga rumah itu dengan ekspresi lelah. Hari ini banyak sekali yang harus dikerjakannya, dan yang dia inginkan hanya datang ke Garden Café. Menanti kedatangan Sani, yang tak kunjung datang lagi setelah peristiwa ciuman itu.
Azk ta henti-hentiny mengutu dirinya   sendiri karena tidak bisa menahan dirinya untuk mencium Sani. Dialah yang membuat Sani menghindarinya seperti sekarang ini. Dan sekarang  ditidak      bisa  berbuat  apa-apa.  Yang  bisa dilakukannya hanyalah menunggu, dan ternyata menunggu itu tidak enak, sama sekali tidak enak. Kemudian karena sibuk dengan  pekerjaan  dapikirannya  tentang  Sani,  Azka  hampir saja  melupakan  janji  temunya  dengan  kedua  orang  tua  Celia yang baru pulang dari Paris. Dia mungkin saja benar-benar lupa dan tidak akan datang kalau dia tadi tidak melirik tanpa sengaja ke arah ponselnya yang tergeletak begitu saja di kursi penumpang di sebelahnya, dan menyadari bahwa ponselnya itu berkedip-kedip oleh karena puluhan pesan dari Celia.
Kursi roda Celia muncul di pintu dan perempuan itu menyambutnya dalam senyum bahagia dan khawatir.
Kau tidak membalas pesanku.” Gumam Celia cemas, memeluk Azka ketika lelaki itu mendekat dan setengah menunduk mengecup dahinya, “Aku takut kau kenapa-kenapa.”
“Maaf aku terlambat, urusan pekerjaan.” Gumam Azka datar, Di mana orang tuamu?
Azka menyiapkan hatinya untuk malam itu, karena dia harus membicarakan persiapan pernikahan. Persiapan pernikahan yang bahkan tidak setitikpun ingin dilakukannya.
Ketika Sani memasuki  cafe itkembali, pandangannya langsung memutar ke sekeliling, bahkan Albert yang biasanya menyapanya  dengan ramatidaada. Kemana  pelayan setengah baya yang sangat ramah itu?
Yang lebih membuatnya kecewa, sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaaAzka di sana. Sani melangkah gontai ketik melangka ke   tempatny yan biasanya Seorang pelayan mendekatinya dan memberikan menunya,
Di  mana  Albert? Sani  bertanya  sambil  lalu  kepada
pelayan itu.
Pelayan  itu  melirik  katas  lantai  dua,  Tuan  Albert sedang tidak enak badan. Beliau beristirahat di kamar atas. Tetapbeliau  bilang  akan  turun  sebentar  lagi.”  Pelayan  itu melirik jam tanganya.
Tuan? Sani tidak bisa menahan diri untuk berkomentar mengenai cara pelayan itu memanggil Albert, bukankah mereka sama-sama pelayan? Tetapi kenapa cara pelayan itu memanggil Albert dengan kata tuan dan beliau tampak begitu hormat.
Pelayan itu menatap Sani dan tersenyum, Anda tidak tahu?  Tuan  Albert  bukanlah  pelayan  dcafe  ini,  setidaknya bukan  itu  jabatannya.  Dia  bisdibilang  adalah  penanggung jawab cafe ini, Tuan Azka memberikan cafe ini kepadanya, sebagai orang kepercayaan tuan Azka. Tetapi beliau memilih berperan sebagai pelayan.”
Setelah pelayan itu pergi, Sani masih mengerutkan keningnya, pelayan itu bilang kalau Azka memberikan cafe ini kepada Albert?
Selama ini Sani berpikir bahwa cafe ini adalah warisan paling besar dari ayah Azka. Azka sendiri bilang bahwa dia mengelola  cafe  ini  dan  lain-lain  yang  Sani  kira adalah  bisnis sampingan yang tidak sebesar cafe ini.
Tetapi  pelayan   tadi  mengatakan  bahwa  Azka memberikan  cafe  ini  kepada  Albert  seolah  itsesuatu  yang tidak  penting?  Apakah  yandimaksud  dengan  dan  lain-lainoleh Azka adalah sesuatu yang lebih besar?
Kali ini tidak pakai anggur?”
Sani terlompat dengan kaget dari kursinya, jantungnya berdebar dan dia menoleh ke belakang, tampak Albert di sana. Lelaki itu tampak pucat dan lelah tidak seceria biasanya.
“Aku belum memesaanggur.” Sani tersenyum lembut kepad lelak setenga baya   itu Tetap sepertiny itu menarik.”
Albert menganggukkan kepalanya ramah, lalu memberikan isyarat kepada pelayan di bar untuk membawakan minuman pesanan Sani yang biasa.
Anggur itupun datang, dalam gelas bening yang berkilauan, menguarkan aroma harum yang manis dan menyenangkan,
“Tahukah   and kala anggu in seperti   laki-laki?gumam Albert setengah tersenyum.
San mendongakka kepalany da menata Albert bingung, Seperti laki-laki?
Ya. Mereka berwarna merah dan pekat diluar, menguarkan aroma khas yang mengancam. Seakan memperingatkan siapapun yang berani mendekat. Ketika anda meminumnya asal-asalan anda tidak akan bisa memahami cita rasanya, yang terasa hanya alkohol dan rasa pahit. Tetapi kalau anda bisa menyesuaikan antara aroma dan cara mencicipi yang nikmat, anda akan bisa menemukan intisari yang berpadu, rasa yang manis dan aroma yang menggoda. Itu sama dengan laki- laki, di luar begitu mengancam tetapi ketika anda bisa menanganiny denga benar,   dia   aka memberika yang terbaik untuk anda.”
Sani meresapi kata-kata Albert dan menemukan kebenaran di dalamnya. Filosofi lelaki dan anggur merah. Sungguh menarik.
Kuras aku   bis menggunakanny untuk   novelku.Gumamnya ceria, membuat Albert terkekeh,
Saya akan sangat tersanjung.” Lelaki itu berdiri dan berpamitan,  membuat  Sani menyesal  karena dia tidapunya keberanian untuk menanyakan keberadaan Azka.
---
Terima kasih Azka.” Celia menggenggam kedua jemari Azka dengan penuh sayang, lelaki itu duduk di depannya dan tampak kaku. Celia berusaha mencairkan suasana dengan kelembutannyaBiasanya Azka akan melembut juga kalau dia sudah bersikap  rapuh.  Tetapentah kenapa malam  ini benak kekasihnya  ini  seolah-olah  tidak  ada  dsana,  menerawang entah kemana.
“Apakah kau baik-baik saja? tanya Celia lagi mencoba memeca keheninga ketik Azka   hany dia saja Kau tampak tidak bahagia..”
Azka memandang Celia dengan tatapan tidak terbaca, “Kau bicara apa, tentu saja aku bahagia.” Bibirnya tersenyum, tetapi senyum itu jelas-jelas tidak sampai ke matanya.
“Aku memang tahu betapa beruntungnya aku bisa memilikimu.” Celia menundukkan kepalanya sedih, Dengan kondisiku  yang  sekarang,  sebenarnya  aktidak  pantas untukmu. Apalagi kejadian di masa lalu itu, aku sungguh malu kalau mengingatnya.”  Jemari lentik Celia yang indah menutup wajahnya,  airmatanya  mengalir  deras,  Mungkin  seharusnya aku mati saja di kecelakaan itu.”
Sttt.”   Azka   menyentu jemari   Celia   yan sedang menutup mukanya, dan menariknya dengan lembut ke dalam genggamannya, Jangan berkata seperti itu, aku sudah berjanji akan bertanggung jawab atas dirimu bukan? Aku akan menjagamu, Celia seperti janjiku.”
Celi menata Azk denga matany yan basah,
“Apakah kau mencintaiku, Azka? Sedalam aku mencintaimu?
Kalimat itu tak sampai untuk keluar dari bibir Azka, dia hanya menganggukkan kepalanya dan berucap, Ya Celia.” Dan menyadari betapa beratnya mengatakan aku cinta kepadamukepada seseorang yang tidak kau cintai.
⧫⧫⧫
Sani  berhasil  menyelesaikan  bab  klimaks  itu  dengan gemilang,  tokoh  utamanya  akhirnya  menyadari  kesalahannya dan  mengejar  pasangannya.  Mereka  pada  akhirnya  berhasil menyelesaikan kesalahpahaman mereka...
Dia memundurkatubuhnya di kursi yang nyaman itu dan membaca ulang tulisannya lembar demi lembar sambil lalu. Kesha pasti akan sangat senang kalau mengetahui dia berhasil menyelesaikan    bab klimakini. Semula sangat sulit menulis bab klimaks ini, karena setelah pertengkaran, sesuai draft akan ada permaafan, sesuatu yang tidak pernah bisa dilakukan Sani terhadap Jeremy.
Dan akhirnya kau muncul di sini.” Suara maskulin yang dalam itu menyapanya. Suara yang membuat jantung Sani langsung berpacu dengan kencang, dia menoleh dan sosok yang dibayangkannya berdiri di sana.
Lelaki itu tampak lelah, dengan jas resmi yang sudah dilepa da disampirka d pundaknya Dasi   yan sudah terlepas sepenuhnya dan kancing kemeja atasnya yang dibuka.
“Hai.” Gumam Sani, tiba-tiba merasa malu ketika ingatan akan ciuman mereka malam itu menyeruak di benaknya.
Azka tampaknya memahami, lelaki itu mengangkat sebelah alisnya lembut,
Dari kejauhan kau tampaknya senang. Apakah kau berhasil menyelesaikan tulisanmu?
Sani mengangguk, Bab yang paling sulit sudah kulalui, besok tinggal membereskan semuanya.”
Kita harus merayakannya.” Azka terkekeh, penampilanny yan forma dan   sediki berbed dengan biasaya tampak melembut ketika dia tertawa, Tunggu sebentar ya aku mandi dulu, aku akan segera menyusulmu kembali.”
Ketika Azka pergi, Sani membaca ulang kisah yang baru saja  ditulisnya.  Sudah  jelas  tokoh  wanitdalam  novel buatannya  tergila-gila  kepada  sang  tokoh  lelaki,  dia digambarkan selalu berbunga-bunga ketika tokoh lelaki itu ada di benaknya.
Berbunga-bunga?
Sani tiba-tiba menyadari  sesuatu, selama ini dia selalu menuliskan deskripsi perasaan dalam bentuk tulisan dengan lancar. Tetapi ketika menelaah perasaannya sendiri dia benar- benar kebingungan.
Apakah dia sedang merasakan berbunga-bunga ketika bersama Azka? Sani menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin  sebuah  perasaan  begitu  kuat  muncul  kepada seseorang yang tidak begitu kita kenal?
Azka turun lagi hampir dua puluh menit kemudian. Rambutnya  basah  dan  dia  mengenakan  baju  santai,  celana jeans, dan kaos berkerah yang semakin menonjolkan bentuk tubuhnya yang bagus,
Seola sudah   biasa lelaki   it langsun mengambil tempaduduk di seberang  SaniDia memberi  isyarakepada pelayan untuk membawakannya minuman.
Dalam waktu singkat, pelayan itu meletakkan secangkir kopi hitam pekat di depan mereka berdua,
Di mana Albert? Azka mengernyit, biasanya dia melihat Albert dimana-mana, lelaki itu sangat bahagia jika bisa berada di lingkungan operasional cafe dan berhubungan dengan para pelanggan. Sangat bertolak belakang dengan dirinya yang memilih menggerakkan segala sesuatunya di balik layar, melindungi dirinya dengan menampilkan kesan misterius.
Tuan  Albert   beristiraha di  atas,   tuan.   Tadi  beliau sempat turun sebentar, tetapi kemudian mengeluh pusing lagi dan ingin beristirahat.’
Albert?  Pusing?  Azka  mengernyitkan  keningnya. Meskipun  sudasetengah  baya,  Albert  selalu  penuvitalitas dan Azkalah yang paling tahu betapa jarangnya Albert sakit.
Mungkin    kali ini Albert benar-benar sakit, Azka mendesah  dalahati,  memberi  isyarat  kepada  pelayan  itu untuk menjauh.
Suasana  cafcukup  ramai  ketika  itu,  padahal  waktu sudah hampir beranjak tengah malam. Sekelompok pemuda tampaknya  memilih  menikmati  malam  sambil  mengobrol  di tempat yang paling ujung sebelah sana, dan beberapa yang lain memilih untuk mencicipi hidangan,
“Mau makan sesuatu? Azka melirik ke arah buku menu dan tersenyum kepada Sani,
“Aku sudah makatadi sore.” Sani tersenyum, Tetapi secangkir kopi tidak akan kutolak, gumamnya dalam senyum.
“Aku lapar. Azka menekuri buku menu dan merenung, dia sudah makan di rumah Celia tadi, tapi dia hampir tidak bisa menelan makanannya, Mungkin aku akan meminta sup ini.” Azka memanggil pelayan lagi dan menyebutkan pesanannya.
Setelah  pelayapergi,  Azka memajukan  tubuhnya  dan menopang  dagunya  dengan  kedusiku  di  meja,  tatapannya tajam dan intens,
Kau tidak kemari lama sekali.”
Apakah Azka setiap hari menunggunya Sani  melirik gelisah ke arah Azka, bingung harus bersikap bagaimana.
“Apakah karena kejadian waktu itu? Ciuman waktu itu?sambung Azka lagi, dengan tatapan penuh tanya.
Sani membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kalimat yang keluar. Suaranya seakan tertelan di tenggorokannya.
Azka mengamati Sani, lalu tertawa, “Untuk seseorang yang penghidupannya berasal dari rangkaian kata-kata, kau tampak sulit sekali mengeluarkan sepatah kata sekalipun.”
Pipi Sani memerah,  dan dia memalingkan  mukatidak tahan  ditatap   setajam   itu.  Tetapi  kemudian  pertanyaa di hatinya mendesaknya,
Kenapa waktu itu kau menciumku?
Azka  langsung  tersenyum  lembut,  Karena  aku merasakan sesuatu yang lebih kepadamu.” Gumamnya, “Aku tidak pernah bermaksud merendahkanmu dengan menciummu, itu terjadi begitu saja.” Azka mendesah, Setelah itu kau bahkan tida ma muncul   di  cafe,  aku  panik... dan  berpiki kau mungkin marah kepadaku.” Tatapan Azka melembut, Sani, mungkin ini memang terlalu cepat, kita baru bertemu beberapa kali, belum mengenal satu sama lain. Tetapi ada perasaan nyaman yang kurasakan ketika bersamamu, bahkan ketika pertama kali kau menyapaku. Perasaan nyaman yang membuatku meyakini bahwa aku harus mencoba untuk lebih dekat bersamamu.”
Oh.” Sani bergumam pelan membuat Azka tergelak, “Oh?”   Lelak it mengulang gumama Sani “Aku berusaha setengah mati menjelaskan perasaanku ini kepadamu dan tanggapanmu  hanya Oh ? Lalu jemari lelaki itu meraih jemari Sani dari seberang meja dan menggenggamnya lembut,
Sani, aku tahu ini terlalu cepat, kau masih sakit karena perbuatan  Jeremy daberusaha  menyembuhkan  dirimu,  tapi aku  hanya  ingin  bersamamu,  adddekatmu,  dan  berusaha lebih  mengenalmu.  Aku  berharap  kau  jugbisa  mengenalku lebih dekat dan mungkin kita bisa melihat bersama-sama akan di bawa kemana perasaan ini.”
Semua ini terlalu cepat, Sani membatin dalam hati, dia bahkan tidak tahu apapun tentang Azka dan begitu juga sebaliknya. Tetapi ajakan Azka untuk berjalan bersama dan menelaah  arti  dari  kebersamaan  mereka  terasa  begitu menggoda.
Sani? Azka memanggil lagi, mulai tidak sabar dengan kediaman Sani, dia butuh jawaban, segera. Setelah itu dia bisa bertindak cepat, meluruskan semua rencananya.
Sani  menatap  Azka,  melihat  kesungguhannya  dsitu, Azka memang  luabiasa tampan,  tetapi lelaki ittampaknya tidak pernah sadar menebarkan pesonanya ke orang-orang, tidak seperti Jeremy. Dan Azka juga baik, lembut, serta menghormatinya, mungkin Sani bisa mencobanya. Dengan lebih sering  bersama Azka, mencoba mengenalnya  lebih dekat dan kemudian  memutuska apakah  akan  membuka   hatinya  ke dalam hubungan yang lebih serius dengan Azka atau tidak.
Sani menganggukkan kepalanya, Aku bersedia mencobanya, Azka. Tetapi hanya itu, kita bersama-sama berusaha untuk lebih saling mengenal. Dan mengenai hasil akhirnya mungkin bisa kita lihat nanti.” Sinar kemenangan muncul di mata Azka, tetapi lelaki itu dengan  cepamenutupinya,  membuat  wajahnya  tampak lembut, Terima  kasih atakesempatan  yang  kau  berikan  ini Sani.
⧫⧫⧫
Pagi harinya, Azka yang sedang duduk di ruangannya di kantor pusat kedatangan tamu. Tamu yang sudah sangat di tunggunya. Seorang lelaki yang sangat tampan, dan juga sahabatnya.
Jadi  kau  meminta     bantuanku? Eric  menatap  Azka sambil tersenyum manis.
Kaulah satu-satunya orang yang kupercaya bisa melakukannya.
Eric tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya, “Mungkin di dunia ini, hanya kaulah satu-satunya orang yang meminta sahabatnya untuk merayu tunangannya, Tatapannya berubah serius, Apakah kau yakin ini akan berhasil? Celia kelihatannya sangat mencintaimu dan dia sudah akan menikah denganmu. Mungkin saja dia sangat setia kepadamu dan susah dirayu?
Mata Azka bersinar dingin dan kejam, Dia sudah pernah mengkhianatiku sekali karena aku kurang memberinya perhatian. Aku yakin dia akan melakukannya lagi kalau ada kesempatan.”
⧫⧫⧫
“Hai.”  Azka sudah menunggu  di depan  lobi apartemen Sani, mereka berjanji untuk menghabiskan hari sabtu ini bersama-sama. Memberi kesempatan kepada diri mereka untuk saling mengenal lebih dekat.
“Hai juga.” Sani berdiri gugup di depan Azka, menyadari penampilannya yang sederhana jika dibandingkan dengan penampilan Azka yang begitu gaya. Oh, lelaki itu tidak berpakaian macam-macam, dia hanya memakai celana jeans warna  hitam  pekat  dan  T-shirt  polo  bergaris,  tetapi  entah kenapa keseluruhan penampilannya begitu luar biasa. Bahkan beberapa  orang  yang  berlalu  lalang  di  lobi  apartemen  pasti menoleh dua kali untuk meliriknya.
Tetapi bukan hanya penampilan fisik sebenarnya yang membuat Sani tertarik kepada Azka. Aura lelaki itu yang misterius di balik sikap lembutnya, membuat Sani ingin mendekat dan ingin tahu.
Apakah  dia akan  sepertngengat  yang menjadi korban karena tidak bisa menahan ketertarikannya terhadap api yang menyala? Sani mendesah dalam hati. Setidaknya dia sudah mempersiapkan diri, memasang pagar di hatinya agar dia tidak terjun bebas, jatuh ke dalam pesona Azka dan kemudian terluka parah.
Kita akan kemana? Sani melangkah bersama Azka keluar. Mobil Azka sudah disiapkan, diparkir di depan apartemennya.
Azk mengangka bahunya Terserah keman saja, mungkin nonton, jalan-jalan, bersantai, apapun itu asal bersamamu.
Azka mengucapkan kata-katanya dengan santai, tidak menyadari bahwa dia membuat pipi Sani memerah.
⧫⧫⧫
Mereka melakukan apapun yang dilakukan orang-orang untuk bersantai di akhir pekan, nonton, makan, jalan-jalan. Setia detikny terasa   menyenangkan merek mengobrol tanpa henti, sangat cocok dalam pembicaraan apapun dan menyadari   bahw mereka   puny banya sekali   kesamaan minat.
Bersama Azka seharian pun terasa begitu sekejap saking menyenangkannya.
Tanpa sadar hari sudah beranjak malam. Ketika mereka mengendarai mobil hendak pulang, Sani menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursi penumpang, menatap Azka dalam senyuman.
Terima kasih atas hari yang sangat menyenangkan ini.” Azka  menoleh  sedikit  dan  tersenyum  simpul,  “Sama- sama Sani, aku juga bahagia bisa menghabiskan waktu denganmu,  itu  sangat  menyenangkan.”   Lelaki  itu  meremas jemari Sani dengan sebelah tangannya, lembut. Minggu depan kita lakukan lagi ya.”
Iya.” Dada Sani membuncah dipenuhi oleh perasaan berbunga-bunga  yang  pekat.  Oya,  gawat!  Seharian  ini  dia sudah berusaha memasang pagar di hatinya, tetapi Azka sudah menerobos pagar itu, membuatnytidak bisa menahan  lelaki itu. Sani sepertinya sudah jatuh cinta kepada Azka.
⧫⧫⧫
Celia  sedang  duduk  di  dalam  mobil,  dalam  perjalanan menuju butik langganan keluarga,  dan merenung. Ini semakin lama semakin menakutkan, hari pernikahannya dengan Azka sudah menjelang.
 Keluarganysudah mempersiapkan semuanya terutama menyangkut gaun pengantinnya. Karena selain hal itu, untuk masalah persiapan pesta seperti dekorasi, gedung, catering, dan lain-lain mereka tidak akan perlu mencemaskannya.    Azk memilik jaringa perusahaan    di bidang resor, perhotelan, dan restoran. Lelaki itu tinggal menjentikkan jarinya dan sebuah pesta yang megah pasti akan disiapkan dengan mudah.
Tetapi perasaan Celia terasa semakin tidak nyaman. Hari demi hari hubungan  mereka merenggang, dan semakin dekat ke hari pernikahan mereka, Azka semakin jarang muncul. Lelaki itu kadang hanya membalas pesan singkatnya sekenanya, tidak pernah mengangkat telepon ketika dia mencoba meneleponnya. Dan lelaki itu tidak pernah datang ke rumahnya lagi.
Sudah sebulan berlalu, bahkan kedua orangtuanya mulai menanyakan kenapa Azka tidak pernah muncul dan dengan senyum  palsunya  Celia  menjelaskan  bahwa  semua  baik-baik saja, hanya saja Azka memang sedang sangat sibuk. Tetapi Azka tidak  pernah  seperti  insebelumnya,  dulu  meskipun  sibuk, lelaki  itu  selalu  menyempatkan  menemuinya  meskipun sebentar di akhir pekan.
Celia tahu bahwa Azka mungkin tidak mencintainya lagi. Seja di mengak pengkhianatanny yan dilakukannya


dengan Edo karena begitu haus perhatian dari Azka, yang membuatnya terjerumus terlalu jauh lalu hamil, cinta itu sudah musnah di mata Azka. Tatapan Azka kepanya sudah berbeda, datar dan tanpa perasaan meskipun laki-laki itu selalu bersikap lembut kepadanya.
Tetapi Celia bisa dibilang sangat mensyukuri kecelakaan itu, kecelakaan  yang membuatnydidiagnosa tidak akan bisa berjalan lagi. Yang membuat Azka sangat menyesal dan pada akhirnya memutuskan untuk bertanggungjawab kepada Celia.
Ya, Celia tahu dia memanfaatkan rasa bersalah Azka, tetapi dia mencintai Azka dan tidak bisa membayangkan kalau harus ditinggalkan oleh lelaki itu. Pengkhianatan yang dilakukannya dengan Edo semata-mata karena pelarian, dia membutuhkan  kekasih  yanhangadan penuh kasih  sayang, yang selalu ada di dekatnya. Tetapi Azka tidak bisa melakukannya,  lelaki itu waktu itu sedang sibuk membangun bisnisnya,  sehingga  hanya  punya  waktu  sedikibersamanya. Dan dalam kondisi emosi yang labil, Edo datang dan semua hal buruk itupun terjadi. Semua yang Celia lakukan adalah untuk mengikat Azka supaya bersamanya. Dia bahkan rela bertingkah seperti orang invalid, hanya agar Azka bertahabersamanya. Kelumpuhan ini adalah satu-satunya pengikatnya dengan Azka, dan Celia rela kesulitan seperti ini, hanya bisa berjalan ketika dia berada di dalam rumah dan hanya di depaorang-orang yang dipercayanya, semua demi memiliki Azka.
Dia meremas kedua jemarinya kuat-kuat, Sebentar lagi... desahnya dalam  hati. Dia hanya perlu bersabasebentar  lagi dan Azka akan menjadi miliknya sepenuhnya. Dia akan menjadi istri Azka dan lelaki itu tidak akan punya alasan untuk tidak memperhatikannya.
⧫⧫⧫
Butik  itu  cuku ramai,   milik  seorang  desaine baju pernikahan  yansangat  terkenal.  Pegawai  Celia  mendorong kursi rodanya memasuki butik itu. Celia sudah membuat janji dengan Joshua, sang perancang sekaligus pemilik butik itu.
“Hai    cantik.”    Joshua    langsung    menyapanya    ketika pegawainya mendoron kurs rodany memasuk ruangan Joshua.  Celia  memberikan  isyarat  kepada  pegawainya  untuk menunggunya di luar.
“Hai Joshua, kau sudah menerima pesanku untuk deskripsi gaun pengantinku?
Sudah sayang, Joshua mengedipkan sebelah matanya. “Sungguh deskripsi yang sangat spesfik, kau ingin gaunmu bertaburan  dengan  kristal  yang  mahadan  berkilauan  ya? Untung saja tunanganmu kaya. Jadi kau bisa meminta gaun apapapu yan ka inginkan ak akan   menguku dulu badanmu ya, baru aku terapkan ke  beberapa desain dan nanti kau tinggal memilih yang mana Joshua melirik ke arah pintu, “Ngomong-ngomong, tunanganmu yang tampan itu tidak mengantarmu?
Dia sibuk.” Gumam Celia sambil lalu, Aku ingin gaun ini yang  terbaik Joshua haru yang  paling   indah  dan  paling cantik... Ini akan menjadi pernikahan yang pertama dan satu - satunya untukku.”
Tentu  saja  sayang.”  Joshua  terkekeh,  lalu  menyuruh
pegawainya untuk mengukur badan Celia.
Tentu saja mereka kesulitan karena Celia berada di kursi roda dan tidak bisa berdiri. Celia sendiri merasa gemas karena sebenarnya dia bisa berdiri, tetapi dia tidak bisa melakukannya, karena semua sandiwaranya bisa ketahuan.
“Mungkin kita harus mengukur tubuhmu kalau Azka sudah bisa datang bersamamu, sayang. Joshua menatap Celia dengan menyesal, dia juga laki-laki tapi tubuhnya ramping dan gemulai jadi dia tidak bisa membantu Celia supaya punya tumpuan untuk berdiri. Sementara itu kebanyakan pegawainya adalah perempuan,    Jadi Azka bisa membantumu untuk berdiri.”
“Mungkin aku bisa membantu.” Sebuah suara yang maskulin dan begitu dalam muncul dari pintu, membuat Celia daJoshua menoleh  bersamaan.  Di pintu  itberdiri  seorang lelaki yang amat sangat tampan. Darah asing sudah jelas mendominas penampilannya,    lelak it tinggi sempurna denga rambu cokela mud keemasan da setela tiga


potong  yang  dijahit  sempurna,  menempel  ketat daseksi ke tubuhnya,
Joshualah  yankemudian  memecah  suasana,  dia berteriak kegirangan dan hampir melompat mendekati lelaki itu.“Oh Ya Ampun! Eric, kau sudah pulang dari Paris?



YOU'VE GOT ME FROM HELLO - SANTHY AGATHA - BAB 7

No comments:

Post a Comment