Thursday, October 1, 2015

YOU'VE GOT ME FROM HELLO - SANTHY AGATHA - BAB 3

Mencintai berarti belajar mengalahkan ketakutan untuk
tersakiti di kemudian hari.


3



Sani mengernyit melihat kehadiran Azka di sana. Itu pria pemilik cafe itu, batinnya bingung. Tetapi kemudian dia melihat kesempatan untuk melarikan diri dari Jeremy. Pegangan Jeremy di tangannya melemah, membuat Sani bisa menyentakkan tangannya dan melepaskan diri.
Sani.” Jeremy masih berusaha mengikuti Sani, tetapi dengan cepat Sani melompat, bersembunyi di belakang punggung  Azka  yang  bidang.  Dadengan  penuh  pengertian pula Azka langsung berdiri melindunginya.
Saya rasa Sani tidak mau berbicara lagi dengan anda.
Mata Jeremy memancar marah menatake arah Azka, “Saya  tidak  tahu  anda  siapa. Desisnygeram,  Tetapi  Sani adalah tunangan saya dan saya berhak berbicara dengannya.”
“Mantan tunangan.” Sani menyela dari punggung  Azka,
Dan aku tidak mau berbicara denganmu.”
“Anda dengar bukan? Azka melemparkan pandangan mencemooh ke arah Jeremy, Saya rasa lebih baik anda meninggalkan Sani sendirian.”
Kemudian dengan sikap tegas, sebelum Jeremy bisa berbuat apa-apa, Azka menggiring Sani memasuki mobilnya. MeninggalkaJeremy yang terperangah dengan muka masam di sana.
⧫⧫⧫
Dia mantan tunanganku.” Sani melirik gelisah ke arah
Azka, setelah dia berada di dalam mobil dan Azka melajutkan
mobilnya. Sani baru menyadari bahwa dia telah begitu saja masuk ke dalam mobil seorang lelaki yang bahkan hampir sama sekali tidak dikenalnya. Azka  melirik  sedikit  ke  arah  Sani,  ekspresi  wajahnya
tidak bisa ditebak,  “Mantan? tanyanya tenang.
Sani menganggukkan kepalanya, Ya, hubungan kami tidak berjalan sebaik semestinya. Aku memutuskan hubungan dan rupanya Jeremy masih belum terima.” Sani menatap ke pinggir jalan, Bisakah aku turun di depan sana?
Azka mengernyit, Kenapa harus turun di depan sana?
Dan kenapa pula aku tidak boleh turun? Sani membatin, lagipula  dia  tidak  tahu  mobil  ini  akan  dibawkemana  oleh Azka. Dia harus tetap waspada meskipun Azka tampaknya baik dan tidak berniat jahat kepadanya.
“Aku  hendak  ksupermarket  berbelanja  bahan makanan, dari pertigaan itu aku tinggal naik angkutan umum satu arah ke sana.” Sani berkata jujur, dia memang hendak naik angkot ke supermarket itu sebelumnya sebelum insiden Jeremy yang mencegatnya di jalan tadi.
“Aku    akan    mengantarmu.”    Dengan tangkas    Azka membelokkan mobilnya ke arah tikungan yang dimaksud Sani.
Sani mengernyitkan keningnya, penampilan Azka seperti orang  yang  akan  berangkat  kerja,  dia sangat  rapi dengan jas dan dasi yang terpasang di badannyaApakah selain memiliki cafe lelaki ini juga bekerja kantoran? Batinnya dalam hati.
Kau     tidak     berangkat     bekerja?”     Akhirnya     Sani
memberanikan diri untuk bertanya.
Azka terkekeh, “Aku bisa datang semauku.” Gumamnya misterius, membuat Sani terdiam dan menebak-nebak.
Mobil lalu berhenti di parkiran supermarket itu, Sani membuka pintu dan turun dengan segera.
Terima kasih sudah mengantarku, dan terima kasih sudah menyelamatkanku dari Jeremy.” Gumamnya pelan.
Azka menatap Sani dengan tatapan aneh yang sangat dalam, tidak bisa ditebak apa artinya, lalu lelaki itu tersenyum lembut, “Sama-sama Sani.” Suaranya terdengar lembut dan menggetarkan.  Lalu  Azka memutar  mobilnya  dakeluar dari parkiran itu, diiringi tatapan bingung Sani.
⧫⧫⧫
Dia tidak bisa berhenti memikirkan lelaki itu. Bahkan sekarang di saat dia sudah di rumah dan sibuk memasukkan barang belanjaannya ke dalam kulkas. Ingatan tentang  Azkadan  wajahnya  terngiang-ngiang  terus  di benaknya.
Sani berusaha melupakan Azka, dengan cara mengingat pengkhianatan yang dilakukan oleh Jeremy sekaligus mengingatkan  dirinya  sendiri  bahwa  saat  inbukanlah  saat yang tepat untuk tertarik kepada lelaki baru. Tetapi benaknya tidak mau berkompromi. Seolah ada sesuatu yang menariknya, membuatnya selalu teringat kepada Azka.
⧫⧫⧫
Malam itu Sani berjalan dengan was-was menyeberang dari arah apartemennya menuju Garden Cafe. Dia mengintip ke seluruh   jalana tetap tida meliha keberadaa Jeremy ataupun mobil birunya, dengan lega dia menarik napas,
Mungkin Jeremy telah menyerah untuk sementara.
Sani lalu memasuki pintu cafe itu. Seperti biasa, Albert yang sedang ada di dekat bar menyambutnya,
“Segelas anggur lagi Nona Sani? sapanya ramah, Sani mengangguk dan tersenyum lembut,
Satu saja ya Albert.” dia butuh segelas anggur itu untuk membantunya tidur. Tidur dan melupakan semua hal yang ada di dunia nyata.
Ketika dia melangkah  menuju  tempatnydi sudut, dia hampir bertabrakan dengan sosok lelaki yang tiba-tiba melintas cepat di sana.
“Oh. Maaf.” Ada senyum di suara lelaki itu, “Aku  tidak melihatmu, kau begitu mungil.”
Sani mendongakkan kepalanya, dan ternganga, Lelaki itu amat sangat mirip dengan Azka bagaikan pinang dibelah dua.


Tetapi meskipun begitu Sani tahu kalau lelaki ini bukan Azka, penampilan mereka berdua yang pasti sangat berbeda. Lelaki yang ada di depannya ini berambut setengah panjang sampai menyapu kerahnya, sementara Azka berpotongan rapi. Gaya berpakaiannyapusangat bertolak belakang, Sani ingat ketika bertemu Azka di malam hari waktu itu, dia mengenakan celana khaki yang formal dan sweater panjang yang membungkus tubuhnya bagaikan model yang elegan. Sementara lelaki yang ada  ddepannya  ini  mengenakan  celana  jeans  yang  sangat pudar hingga hampir putih dan kaos longgar yang sedikit kusut.
Keenan menatap Sani yang masih termangu meneliti dirinya lalu tergelak, Kau pasti mengira aku adalah Azka.” Tebaknya lucu lalu mengulurkan tangannya, Kenalkan aku Keenan, saudara kembar Azka.”
Saudara kembar, pantas saja mereka begitu mirip, batin Sani masih kaget. Lalu dia tergeragap dan menyambut uluran tangan lelaki itu dan menyebutkan namanya. Keenan menggenggam  tangannya  dengaerat dan bersemangat, berbeda dengan genggaman tangan Azka yang halus dan elegan ketika mereka berkenalan waktu itu.
Kau temannya Azka? Keenan menatap Sani dengan menyelidik. Ada nada ingin tahu di dalam suaranya, meskipun lelaki itu tetap tersenyum manis.
Sani menggelengkan kepalanya, dia tidak bisa disebut teman Azka bukan?
Bukan. Saya bukan temannya. Saya pelanggan cafe ini.” “Oh. Dan kau mengenal Azka?
Sani  menganggukkan  kepalanya,  Saya  tahu  Azka pemilik cafe ini, kadang-kadang dia menyapa pengunjung cafe ini bukan?
Keenan  menyipitkan   matanya,  “Menyapa  pengunjung cafe ini? matanya bersinar misterius, Mungkin saja.” Senyumny mengembang Ok ak haru pergi,   senang bertemu denganmu, Sani.” Lelaki itu membungkuk hormat dengan gaya menggoda lalu melangkah pergi. Sementara itu Sani masih mengamati kepergian Keenan dengan dahi mengerut, ketika Albert mendekatinya.
Saya lihat anda sudah bertemu dengan Tuan Keenan.” Gumamnya, mendahului Sani melangkah ke meja Sani yang biasanya, lalu meletakkan anggur dan cemilan pesanan Sani di meja, Beliau saudara kembar Tuan Azka, tetapi anda lihat sendiri mereka sangat bertolak belakang.”
Seperti pinang dibelah dua, tetapi sangat bertolak belakang. Sani menyetujui dalam hati. Lalu keningnya berkerut ketika mengingat Azka. Lelaki itu tidak tampak di mana-mana. Sani mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, lalu menghela napas panjang.
Ada apa dengan dirinyaDia datang  ke cafe ini untuk mengetik cerita dan menyalurkan isnpirasi menulisnya bukan? Dia datang ke sini bukan untuk bertemu  Azka. Dengan cepat Sani  membuka  laptopnya,  lalu  mulai  mengetik  dfile  yang sudah disiapkannyaLama setelahnya,  Sani menyadari  bahwa dia membohongi batinnya sendiri, bahwa dia amat sangat ingin melihat Azka meskipun hanya sedetik saja.
⧫⧫⧫
Celia tersenyum ketika menghidangkan makanan itu di
meja, dibantu oleh beberapa pelayan dia meletakkan makanan-
makanan itu untuk Azka. Ya. Celia khusus memasak untuk Azka malam ini, dia mengikuti kursus memasak untuk mengisi kesibukannya dan memutuskan untuk mengundang Azka mencicipi hasilnya.
“Aromanyenak.” Azka tersenyum lembut, Sepertinya mereka mengajarimu dengan baik.” Azka mengambil makanannya dan mencicipi, lalu memutar bola matanya, Dan rasanya juga enak.”
Celia terkekeh, menarik kursi rodanya mendekat dan duduk di seberang Azka, Kau yakin kau tidak berbohong untuk menyenangkanku?
Tidak.”  Azka  mengunyah  dengan  bersemangat, “Masakan ini memang benar-benar lezat.
Nanti setelah kita menikah, aku akan memasakkan makan  malam  untukmu  setiap  malam.”  Celitertawa.  “Aku akan   memilih  men yang   berbeda-bed supaya   kau   tidak bosan.”
Azka langsung menelan dengan susah payah, makanan yang dikunyahnya tiba-tiba terasa seperti pasir ketika Celia menyinggun pernikahan Hingg dia   haru meminu air untuk membantunya menelan makanannya.
Dia berusaha menjaga wajahnya tetap penuh senyum supaya Celia tidak menyadari perubahan suasana hatinya. Dan rupanya Celia memang tidak menyadarinya, perempuan itu sedang menerawang membayangkan persiapan pernikahan mereka.
“Mama dan papa akan pulang dari Australia minggu depan, dan semoga kita bisa membicarakan persiapan pernikahan  dengan  lebih  terperinci  ya.”  Mata  Celia  berkaca- kaca ketika  menatap  Azka.  Terima  kasih Azka, atacintamu yang penuh maaf, aku bersyukur karena bisa memilikimu.”
Azka mencoba tersenyum tetapi yang muncul adalah senyuman pahit yang tak tertahankan.
⧫⧫⧫
Ketika  mobil  Azka  berlalu,  Celia  menatap  dari  teras
dengan keheningan yang menyesakkan.
Semakin lama Azka semakin berbeda dan terasa begitu jauh, dia menyadarinya.  Celia tahu insiden pengkhianatannya yang sangat fatal itu membuat Azka semakin jauh dari dirinya. Tetapi  lelaki itbersedia mendampinginya  untuk  seterusnya, berkomitmen supaya menjaganya. Dan Celia sangat takut kehilangan Azka, dia tidak bisa hidup tanpa lelaki itu.
Nona    Celia    mau    dibantu?”    seorang    pelayannya
menengok ke arah teras, ke arahnya.
Celia  tersenyum,  Tidausah  bi,  akbisa  membawa kursi rodaku masuk  sendiri  kok.”  Dengan  tenang  dia berdiri, lalu melipat kursi rodanya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
⧫⧫⧫
Ketika Azka sampai di Garden Cafe itu, sudah menjelang tengah malam,   jalanan macet karena malam ini adalah malam libur sehingga Azka menghabiskan banyak waktunya di jalanan. Dia  melangkah  masuk  karah  cafeberharap-harap  cemas, ingin menemukan sosok Sani di dalam sana.
Tetapi perempuan itu tidak ada. Azka membatin dalam diam. Menahan kekecewaan di hatinya. Apakah malam ini Sani tidak menulis di cafe ini?
Albert yang melihat Azka datang langsung mendekatinya dan tersenyum memahami, Nona Sani tentu saja datang tadi, dia menulis sebentar lalu pulang. Katanya dia mengantuk, mungkin anggur merah itu mulai bereaksi kepadanya.” Albert terkekeh, Ngomong-ngomong, Nona Sani tadi berkenalan dengan Tuan Keenan.”
Sani berkenalan dengan Keenan? Bagaimana bisa?” “Tuan  Keenan  tadi pulang  tepat  pada  saat  Nona  Sani datang, mereka berpapasan.”
Oh.”  Azka menghela napas panjang, menyembunyikan kecemasannya. Kalau sampai Keenan memperhatikan Sani, dia pasti akan kalah. Selalu begitu, para perempuan lebih menyukai Keenan yang penuh canda dan mempesona daripada dirinya yang serius dan pendiam.
“Aku  tidak  ingin  Keenan  bertemu  dengan  Sani  lagi, Albert, apapun caranya.” Tiba-tiba dia merasakan firasat itu. Meskipun dirinya dan Keenan bertolak belakang dalam segala hal, tetapi dalam selera wanita mereka sama.
Kalau Keenan tertarik pada perempuan, maka Azka akan mempunyaketertarikan  yang sama. Begitupun tentang Celia, Celidulu  tergila-gila  kepada  Keenan,  tetapi  karena  Keenan tidak pernah serius dengan perempuan, Celia mengalihkan perhatiannya kepada Azka.
Apakah Keenan merasakan getaran yang sama, yang dirasakanolehnya   ketika   meliha Sani? Bati Azka   bertanya- tanya, mencoba mengusir kecemasan di dalam benaknya.
Sementara itu Albert mengerutkan keningnya sambil mengawasi Azka, Bagaimana caranya mencegah Tuan Keenan bertemu dengan Nona Sani? Tuan Keenan bisa datang dan pergi
sesuka hatinya.”
Kalau ada Sani di dalam, tahan Keenan dimanapun dia berada. Pokoknya jangan sampai mereka bertemu  lagi. Azka bersikeras. Dia lalu memijit dahinya yang mulai berdenyut pusing, “Aku lelah sekali hari ini, Albert.”
Albert mengangkat alisnya, Karena melewatkan malam bersama Nona Celia? tebaknya dengan tepat, membuat Azka menghela napas panjang, tidak membantah tetapi tidak juga mengiyakan.
Hai.”
⧫⧫⧫
Sani menolehkan kepalanya dan mengernyit ketika menemukan Azka sedang bersandar di dekat pintu putar apartemennya, lelaki itu tampaknya sedang menunggunya,
Benarkah? Sani mengernyitkan keningnya.
“Aku menunggumu dari tadi.” Azka langsung bergumam, menjawab keraguan Sani. Bagaimana kabarmu? Apakah lelaki itu... mantan tunanganmu, mendatangimu lagi?
San tersenyu pahit Sepertiny dia   memutuskan untuk menyerah sementara.”
“Apa yang dia lakukan sehingga kau tampak begitu membencinya, Sani?
Sani tercenung, kenapa Azka ingin tahu?Dia mengkhianatikuDengan sangat parah.” Suara Sani terdengar serak, selalu begitu setiap dia mengingat Jeremy, Dan aku tidak bisa memaafkannya.”
Azka langsung terkenang akan pengkhianatan yang dilakukan Celia kepadanya, dia bisa memahami perasaan Sani. Dan merasa Sani lebih beruntung, karena perempuan itu bebas membenci dan meninggalkan, tidak seperti dirinya.
Tetapi sepertinya dia belum menyerah.” Gumam Azka kemudian, mengingat bagaimana Jeremy mencekal lengan Sani dan memaksa untuk berbicara.
Sani tertawa, Dia memang begitu, tidak pernah mau menerima pendapat orang lain. Tetapi aku akan menunjukkan kepadanya bahwa kali ini dia tidak punya kesempatan lagi.”
Karena kau seorang pendendam? Gumam Azka, sambil tersenyum,
Bukan.”  Sani  menggelengkan  kepalanya,  Karena  aku bisa memaafkan, tetapi tidak akan pernah bisa melupakan.” Jawab Sani mantap.
Azka tertegun, apakah itu juga yang dia rasakan kepada Celia? Bisa memaafkan segala kesalahan Celia di masa lalunya, tetapi tetap tidak bisa melupakannya?
Kau  mau  kemana? Azka  menatap  penampilan  Sani yang lumayan rapi, dengan celana hitam dan kemeja formal berwarna krem.
Sani mengamati penampilannya sendiri dan tersenyum, “Ini penampilan paling rapi yang bisa kulakukan. Aku akan menemui editorku dan menghadap perwakilan penerbit di kota ini, untuk membicarakan kontrak novel terbaruku.”
Di mana? tanya Azka.
Sani menyebut nama sebuah daerah perkantorayang lumayan jauh dari tempat mereka berdiri sekarang,
“Mau kuantar?” Azka langsung menawarkan.
Sani langsung menggelengkan kepalanya, tidak mungkin dia menerima tawaran kebaikan lelaki itu kepadanya. Meskipun dia bertanya-tanya apa yang dilakukan Azka menunggunya di sini, Tidak usah, terima kasih. Aku sudah memesan taksi.” Senyum Sani berubah lembut, Sampai jumpa.”
Oke. Sampai jumpa lagi.” Azka menyandarkan tubuhnya di dinding, mengamati Sani yang melangkah pergi menuju tempat  taksinya  menunggu.  Dicatatnya  dalam  hatinya bagaimana  Sani  mengatakan  sampai  jumpa,  dan  bukannya
selamat tinggal’ kepadanya.
⧫⧫⧫
Kau  sudah  menemukan  alamat  pria  bernama  Jeremy itu? Azka menelepon  salah  satu  pegawai  kepercayaannya  dikantor  cabang  mereka  di tempat  asal Sani.  Diingin menyelidiki tentang Jeremy. Well, setiap orang yang akan berperang  harus  mempelajari  musuhnya  masing-masing bukan?
Azka sendiri tidak tahu kenapa dia melakukannya, tetapi ketertarikannya kepada Sani sendiri sungguh sangat mengganggunya.  Dia  tidak  bisa  melepaskan  Sandari pikirannya, seluruh batinnya tersita untuk Sani. Perempuan itu telah mendapatkannya dari pertama kali mereka saling menyapa.
Dan setelah kau mendapatkan alamat Jeremy, apa yang akan  kau  lakukan? Albert  yang  sedari  tadi  duduk  di  ruang kerja Azka di atas cafe itu mengernyitkan keningnya, “Menyingkirkannya?
“Mungkin.”   Mat Azk bersina tajam,   Aku   sudah terbiasa  menyingkirkan  orang-orang  yang  menghalangi jalanku.”
Jalanmu? Hanya Albert satu-satunya orang yang tahu kekejaman  tersembunydi balik sikap Azka yantenang dan terkendali. Dan hanya Albert pulalah yang berani membantah dan mempertanyakan semua keputusan Azka. Karena dia tahu jauh di dalahati Azkatersimpan  kebaikan  yanluar biasa besar, bertolak belakang dengan kekejamannya. Buktinya laki- laki itu tidak tega membuang Celia begitu saja. Jalanmu untuk apa, Azka? Untuk memiliki Sani? Bukankah kau tidak bisa memiliki Sani selama masih ada Celia?
Ah iya. Celia.
Azka sendiri masih belum tahu apa yang akan dilakukannya kepada Celia. Apakah terlalu kejam meninggalkan Celia yang lumpuh dan tidak berdaya seperti itu?
Tetapi Azka tidak bisa membohongi perasaannya, perasaan yang dirasakannya dengan begitu kuat kepada Sani.
“Akan kupikirkan nanti.” Gumam Azka sekenanya.
Albert langsung mengangkat alisnya, Pernikahanmu dengan Celia hampir delapan bulan lagi, Azka.” “Aku tahu.” Dan Azka harus bisa bersikap tegas, menentukan apa yang akan dilakukannya selanjutnya.

Albert sendiri hanya tercenung, dia mencemaskan Azka. Baginy Azka   suda seperti   anakny sendiri   karen dia memang tidak punya keluarga lagi. Pada saat Azka memutuskan melanjutkan pertunangannya dengan Celia waktu itupun Albert sudah tidak setuju. Azka hanya didorong oleh rasa bersalah. Albert takut kalau pada akhirnya Azka bisa menemukan orang yang benar-benar dicintainya, dan dia terlanjut terikat kepada Celia?

Dan sepertinya, apa yang ditakutkannya sudah terjadi.
⧫⧫⧫
Sani menoleh ke arah Kesha yang sedang asyik memilih-
milih hiasan rumit dari kerang di bazaar itu,
Kau belum selesai? tanyanya, kakinya mulai kelelahan karena berjalan  begitu  jauh mengelilingi  seluruarea bazaar yang sangat luas. Kesha mengajaknya  ke tempat ini sepulang dia bertemu dengan penerbit tadi. Dan itu adalah sebuah kesalahan besar, karena begitu berbelanja, sepertinya Kesha tidak bisa berhenti.
“Aku  masih  ingin  melihat  pakaian  dsebelah  sana.Kesha menunjuk sudut yang jauh, Tadi ketika kita lewat, aku melirik ada satu baju yang warnanya lucu.”
Sani mengernyit  ketika membayangkan  haruberjalan lagi ke arah sana, Kenapa kau tadi tidak berhenti ketika kita lewat sana?
Kesha tampaknya tidak memahami kelelahan Sani, “Aku tadi masih ragu apakah aku menginginkannya atau tidak.” Matanya tertuju pada gelang kerang yang dicobanya, Sekarang aku memutuskan bahwa aku menginginkannya.” Kesha menyerahkagelang yang dipilihnya kepada penjualnya. Lalu menunggu gelang itu dibungkus dan kemudian dia membayarnya.
Setelah  itu  disetengah  menggandeng  Sani  ke  arah lokasi penjual baju yang dimaksudkannya, Yuk.” Gumamnya bersemangat. Dengan menyeret langkah, Sani mengikuti Kesha yang berjalan begitu cepat dan bersemangat. Kakinya sakit, dan dia sedikit oleng ketika menembus keramaian itu. Seseorang sepertinya tanpa sengaja mendorongnya sehingga tubuhnya tergeser ke samping, menabrak seseorang.
“Ups.” Gumam suara itu, sebuah tangan yang kuat menopangnya. Sani mengenali suara itu dan dia mendongakkan kepalanya,
Sepetinya kau ditakdirkan untuk selalu menabrakku.Wajah Keenan yang ada di depannya, dan lelaki itu tersenyum geli menatapnya

YOU'VE GOT ME FROM HELLO - SANTHY AGATHA - BAB 4

No comments:

Post a Comment