Tuesday, October 13, 2015

SLEEP WITH THE DEVIL - SANTHY AGATHA - BAB 8



BAB 8

Mikail masuk ke kamar perawatan Lana tengah malam. Saat itu Lana sudah tertidur pulas. Dengan langkah pelan tak bersuara, Mikail berjalan menuju tepi tempat tidur dan berdiri dekat di sana mengawasi Lana.
.... Begitu damai perempuan ini terpejam dalam lelapnya, seolah tak menyadari bahwa sekarang bahaya yang amat besar sedang mengintainya.
Mikail sedikit membungkuk, lalu menyentuh pelan pipi Lana. Perempuan itu mengerang pelan lalu mengubah posisi tidurnya, tetapi tidak terbangun.
Mikail mengambil resiko dengan menunduk dan mengecup bibir Lana, merasakan manisnya bibir itu. Sampai kemudian dia larut dalam gairahnya yang tertahan dan melumat bibir Lana.

***

Lana merasakan gelenyar panas di seluruh tubuhnya, dan dia menggeliat, ada gairah menjalar dari bibirnya yang terasa nikmat dilumat seseorang. Dengan lemah Lana mengerjap setengah tidur dan membuka mata.
Lelaki itu, yang sedang membungkuk di atas tubuhnya dan melumat bibirnya, adalah Mikail Raveno.
Mikail sedang melumat bibir Lana, kemudian dia berhenti dan menatap mata Lana, menyadari bahwa Lana sudah terbangun, Dengan lembut Mikail menelusurkan tangannya di pipi Lana, lalu bibirnya mengikuti gerakan jemarinya.
Lana memejamkan matanya, ini pasti mimpi. Mikail Raveno di dunia nyata tidak mungkin berbuat selembut ini, lelaki itu pasti akan langsung memaksanya, memperkosanya, dan memperlakukannya dengan kasar.
Ini pasti mimpi, karena sebelum tidur Lana berbaring dengan gelisah, mencoba menghapus memori bercintanya dengan Mikail yang seolah-olah selalu muncul dalam benaknya. Dan karena ini mimpi, tak ada salahnya untuk menikmati. Lana setengah tersenyum, lalu menyentuh pipi Mikail dengan lembut. Dalam sekejap tubuh Mikail langsung kaku seperti terkejut merasakan sentuhan lembut jemari Lana di pipinya.
Lana langsung menarik tangannya panik, apakah Mikail dalam mimpinya ini akan berubah lagi menjadi Mikail dalam dunia nyata yang jahat?
Ternyata tidak, Mikail dalam dunia mimpi ini sangat lembut dan penuh kebaikan. Lelaki itu mengambil jari Lana dan meletakkannya di pipinya.
"Sentuh aku di manapun kau suka, jangan berhenti..." bisik Mikail penuh gairah.
Lana tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ini benar-benar mimpi yang sangat menyenangkan. Di bawah tatapan tajam Mikail, Lana menyusurkan jemarinya di wajah Mikail, mengagumi setiap kesempurnaan yang terpatri di sana. Ketika jemarinya hampir menyentuh bibir Mikail, lelaki itu meraih tangannya, dan mengecupnya lembut, satu persatu jemarinya, Mikail menggulingkan tubuhnya ke samping Lana, ranjang rumah sakit yang lembut itu membuat tubuh mereka bersentuhan rapat. Tangan Mikail menggenggam jemari Lana, lalu menyentuhkan jemarinya ke kejantanannya yang sudah sangat siap,
"Sentuh aku Sayang", bisiknya parau.
Wajah Lana memerah merasakan kekerasan yang panas di telapak tangannya, dengan lembut Mikail membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celananya, "Rasakanlah tubuhku yang amat sangat mendambamu"
Lana meremas kejantanan itu dan Mikail mengerang, perasaan bahwa Mikail benar-benar bergairah atas sentuhannya membuat Lana merasa senang. Oh ya ampun, ini adalah mimpi erotis terbaik yang pernah dia alami.
Jemari Lana bereksplorasi di tubuh Mikail, dan lelaki itu membiarkannya sebebas-bebasnya. akhirnya, ketika bibir Lana dengan penuh ingin tahu mencecap kejantanan itu, Mikail mengangkat kepala Lana dengan tatapan tajam berkabut yang penuh gairah.
"Giliranku" geramnya serak.
Lana dibaringkan dengan Mikail berbaring miring menghadapnya, lelaki itu mengecup dahinya, pelipisnya, ujung hidungnya, pipinya, bibirnya dengan kecupan-kecupan kecil yang lembut, Lalu bibir itu berhenti di bibir Lana, mencicipinya sedikit-sedikit di tiap ujungnya, meniupkan kehangatan yang basah di sana. Membuat Lana membuka bibirnya dengan penuh perasaan mendamba.
Mikail melumat bibir Lana yang membuka itu dan menyelipkan lidahnya ke dalamnya. Lidah mereka bertautan, panas dan basah. Bibir Mikail melumat bibir Lana tanpa ampun, mencecap setiap sisinya, dengan penuh gairah. Lana merasakan jemari Mikail mulai membuka satu-persatu pakaian rumah sakit Lana, kemudian tangan yang panas itu serasa membakar di kulitnya yang telanjang, menyentuhnya dengan intens di semua sisi, menimbulkan geletar tiada duanya, yang membuat Lana menggeliat penuh gairah.
Jemari Mikail menyentuh kewanitaannya, dan mencumbunya dengan keahlian luar biasa hingga paha Lana terbuka, panas, dan basah siap untuknya.
Mikail sudah berada di atasnya dan menindihnya, Lana merasakan kejantanannya yang begitu panas menyentuhnya.
"Apakah...", napas Mikail yang panas sedikit terengah terasa begitu erotis di bibirnya, Mikail mengecupnya lagi, "apakah aku akan menyakitimu kalau aku..."
Lana menggoyangkan pinggulnya putus asa, gairahnya memuncak tanpa ampun, dia ingin Mikail ada di dalam dirinya, oh Ya ampun, dia sangat ingin!
Gerakan-gerakan Lana yang tak berpengalaman itu membuat Mikail menggertakkan giginya menahan gairahnya yang memuncak. Akhirnya dengan satu gerakan yang mulus, Mikail menekan dirinya, menyatukan tubuhnya dengan Lana.
Percintaan mereka sangat penuh gairah dan luar biasa nikmatnya. Lana mencengkeram punggung Mikail yang berotot, melupakan rasa sakit di kepalanya, terlalu larut dalam kenikmatan yang mendera tubuhnya. Mikail berusaha bergerak selembut mungkin, tetapi gairahnya mengalahkan akal sehatnya, dia bergerak dengan penuh gejolak, membawa Lana bersamanya. Dan akhirnya ketika puncak itu datang, tubuh mereka menyatu dengan begitu eratnya, dalam ombak kepuasan yang bergulung-gulung menghantam tubuh mereka.
Ketika Mikail menarik tubuhnya dengan hati-hati dari Lana dan berbaring di sebelahnya dengan lengan masih memeluknya erat, Lana sudah terlalu kelelahan untuk bergerak -sungguh mimpi yang luar biasa nikmatnya-desah Lana dalam hati, masih menggelenyar dalam sisa-sisa kenikmatan yang begitu memuaskan.
Ah, bahkan dalam mimpinya itu, dia bisa merasakan dengan jelas kecupan lembut Mikail di dahinya sebelum lelaki itu pergi.

***

Ketika terbangun di pagi harinya, Lana baru sadar bahwa itu semua bukanlah mimpi. Oh ya, bajunya memang terpasang rapi dan semuanya tampak baik-baik saja. Tetapi rasa pegal dan kelembapan yang khas di antara kedua pahanya serta aroma parfum Mikail yang tertinggal di seluruh tubuhnya membuatnya sadar bahwa semalam, Mikail benar-benar berkunjung ke kamarnya dan bercinta dengannya.
Lelaki itu memperkosanya lagi ketika dia tidak sadar. Lana mengernyit, mencoba menahan rasa terhina yang menyesakkan dadanya.
Tetapi, apakah benar itu perkosaan? Malam kemarin Lana amat sangat bersedia untuk bercinta dengan Mikail. Bahkan dia mengalami orgasme! Ya, bahkan tubuhnya pun masih mengingat kenikmatan luar biasa yang didapatnya semalam.
Apakah bisa mencapai kepuasan ketika kau diperkosa?, Lana memegang pipinya yang memanas dengan jemarinya, merasa malu dan jijik pada dirinya sendiri. Mungkin memang benar di dalam dirinya tersembunyi wanita jalang, yang kemarin akhirnya keluar dan menguasai tubuhnya.
Lana telah ditaklukkan dalam pesona gairah Mikail yang luar biasa ahli. Dan sekarang ketakutan menerpa dirinya, bagaimana kalau pada akhirnya nanti dia menyerah dan dengan senang hati menjadi wanita murahan yang bersedia menjadi kekasih Mikail, bertekuk lutut di kaki lelaki itu seperti perempuan-perempuan yang lain?
Bagaimana dia mempertanggungjawabkan dirinya kepada ayah dan ibunya nanti?
"Kau tampak sedih",
Suara itu membuat Lana terlonjak kaget, dia menoleh dan mendapati Dokter Teddy berdiri di pintu, menatapnya cemas, "Apakah kau baik-baik saja"
Kenapa hidupku tidak bisa biasa-biasa saja? Tiba-tiba Lana merasa sedih atas perjalanan hidupnya. Dihadapkan pada Dokter Teddy yang selalu tampak ceria dan tanpa beban membuat Lana ingin menangis, dan matanya mulai berkaca kaca.
"Hei... Heii", dokter Teddy mendekati ranjang dan menyentuh lengan Lana, "Kenapa Lana? Apakah kau baik-baik saja?"
Lana menganggukkan kepalanya, mengusap air matanya dengan malu, "Saya baik-baik saja dok..."
Dengan ragu, Dokter Teddy duduk di tepi ranjang, "Apakah kau bertengkar dengan kekasihmu, Tuan Mikail.. Aku mengerti, mengingat sifat keras dan dominannya yang terkenal itu.. pasti berat menjadi kekasihnya"
Lana menatap Dokter Teddy tajam,
"Aku bukan kekasihnya, aku membencinya setengah mati hingga ingin membunuhnya", desis Lana penuh kemarahan.
Dokter Teddy terpana kaget, "Apa? Bukankah... Bukankah.."
"Dokter, aku bukan kekasihnya, aku disekap di rumahnya selama ini...", dan semua cerita itu mengalir dari mulut Lana, mulai dari kisah bisnis ayahnya dengan Mikail, kematian kedua orang tuanya, usahanya membalas dendam, sampai kemudian dia berakhir dalam sekapan Mikail.
Dokter Teddy mendengarkan semua dengan takjub, dan ketika semua kisah itu berakhir, Dokter Teddy menatap Lana tak percaya,
"Wow....", tunggu sebentar, beri aku waktu, aku tak tahu harus bicara apa"
Lana menatap Dokter Teddy penuh tekad,
"Saya mohon bantuan dokter untuk melepaskan saya dari sini, hanya dokter dan perawat dokter yang boleh masuk ke ruangan ini, sedangkan di luar semua penjaga berjaga ketat. Saya mohon dokter, saya sudah melupakan dendam saya, yang saya inginkan hanyalah melepaskan diri dari cengkeraman Mikail, dia lelaki yang sangat jahat dan kejam, mungkin saya akan berakhir mati di tangannya" Dokter Teddy tercenung mendengar kata-kata Lana,
"Oke...aku akan mencari cara, meskipun sepertinya sulit", lelaki itu berdehem, "Aku tidak menyangka kalau reputasi jahat Tuan Mikail memang benar adanya, menyekap perempuan tidak bersalah dan memaksanya menjadi kekasihnya, itu benar-benar tidak bisa dibenarkan", dengan penuh keyakinan, Dokter Teddy menggenggam kedua tangan Lana, "Aku akan mengabarimu nanti, yang pasti, aku akan membantumu Lana, supaya kau bisa lepas dari Tuan Mikail yang jahat
***

Mikail masuk ke kamar, hanya selang beberapa menit setelah Dokter Teddy pergi, dan Lana senang karenanya, itu berarti tidak mungkin Mikail mendengar percakapannya dengan dokter Teddy tadi,
"Bagaimana keadaanmu?", Mikail menatap Lana tajam tanpa senyum.
Ketika Lana menatap Mikail, mau tak mau kenangan percintaan mereka semalam berkelebatan di benaknya, tak tahan akan semua bayangan erotis itu, Lana memalingkan mukanya,
"Bukan urusanmu"
"Lana", Mikail memanggil nama Lana dengan nada jengkel, "Kau harus cepat sehat supaya aku bisa membawamu pulang, di sini tidak aman"
"Kau yang diincar oleh musuh-musuhmu, kenapa aku yang harus repot?", sela Lana marah dengan tatapan berapi-api.
Mikail membalas tatapan Lana tak kalah tajam,
"Karena kau adalah kekasihku, dan Jackal sedang mengincar kita berdua"
Jackal, siapa orang yang mau menyandang nama sebegitu mengerikan? Lana mengernyitkan alisnya, bingung.
"Jackal adalah nama pembunuh bayaran yang disewa oleh musuhku", Mikail melirik buku jarinya yang memar, yang kemarin dipakainya untuk menghajar Franky habis-habisan, sampai lelaki itu terkapar penuh darah, bahkan sudah tak mampu lagi memohon ampun kepadanya, "Dia selalu berhasil membunuh siapapun yang menjadi targetnya. Dan kemarin kita berhasil lolos dari kecelakaan yang direncanakan oleh Jackal... Psikopat itu tidak akan berhenti sebelum dia berhasil membunuh kita berdua".
Bulu kuduk Lana meremang, orang bernama Jackal ini terdengar begitu mengerikan...
"Kau tidak aman di sini Lana", Mikail mengacak rambutnya frustasi, "Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Jackal, tidak ada yang tahu dia laki-laki atau perempuan, dia bisa menjadi siapapun. Bahkan saat ini aku tidak bisa mempercayai pengawal-pengawalku sendiri, kecuali Norman. Di sini keadaanmu sangat riskan, di rumahku kau akan aman", Dengan tercenung Mikail mengawasi Lana, "Kurasa kau sudah cukup sehat untuk pulang, nanti malam aku akan mengurus kepulanganmu dari rumah sakit ini"
Kalau dia pulang, maka kesempatannya untuk melarikan diri akan menguap begitu saja, pikir Lana panik. Dia tidak boleh pulang ke rumah itu! Dengan impulsif Lana memegang kepalanya, pura-pura kesakitan,
"Kenapa Lana?", Mikail langsung bertanya cemas. "Kepalaku... Kepalaku...", Lana mengerang berusaha sebaik mungkin terdengar sakit.
"Dokter!", Mikail memanggil setengah berteriak dan Dokter Teddy yang kebetulan ada di dekat situ langsung masuk dengan cemas,
"Ada apa Tuan Mikail?"
"Dia kesakitan!", suara Mikail meninggi, "Kupikir kondisinya lebih baik sehingga besok dia bisa pulang, tetapi dia kesakitan, kenapa dia kesakitan?? Kau bilang lukanya akan membaik..."
Dengan cepat Dokter Teddy menangkap isyarat mata Lana dan membaca situasi, dia berdehem mencoba terdengar serius, "Seperti yang saya bilang, kondisinya masih belum stabil Tuan Mikail, kadang dia tampak baik, tapi kadang goncangan sekecil apapun bisa membuatnya kesakitan.
Saya menganjurkan Anda tidak membawanya pulang dulu, atau kesembuhannya akan terhambat"
Mikail tercenung dan menatap Lana frustasi, "Oke. Sembuhkan dia dulu!", gumamnya dingin
Dan Lana mendesah lega dalam hati, kesempatannya untuk melarikan diri masih ada.

***
Malam itu jam delapan, jadwal pemeriksaan Lana oleh Dokter Teddy, lelaki itu datang tepat waktu, kali ini membawa perawat.
Ketika Lana menyadari Dokter Teddy memasuki ruangan, dia langsung terduduk tegak, waspada.
"Dokter..."
Dokter Teddy memberi isyarat, menyuruh Lana menutup mulutnya. Lalu mempersiapkan jarum suntik.
Yang tidak disangka Lana, ketika perawat itu sedang memeriksa infus Lana, Dokter Teddy tiba-tiba menusukkan jarum suntik itu ke tubuh perawat itu. Dalam hitungan detik, tubuh perawat itu langsung ambruk tak sadarkan diri. Dokter Teddy menopang tubuh perawat itu dan menyandarkannya di ranjang,
"Kau bisa bangun?", Tanya dokter Teddy cepat.
Lana masih terpana akan kesigapan gerakan Dokter Teddy, sampai kemudian dia sadar bahwa Dokter Teddy sedang bertanya padanya, dia langsung menganggukkan kepalanya,
"Bagus, bisakah kau menukar bajumu dengan baju perawat ini? Aku akan menutup tirai untuk memberimu privasi", Dokter Teddy langsung menutup tirai dan menunggu di luar tirai.
Detik itu juga Lana sadar, ini adalah rencana Dokter Teddy untuk melepaskannya!
Dengan sigap, melupakan bahwa kepalanya masih sakit, Lana mencoba berdiri, dan ketika bisa, dia langsung melepas pakaiannya dan menukarnya dengan baju perawat itu. Setelah semua beres, Lana memanggil Dokter Teddy yang segera mengangkat perawat yang masih pingsan itu dan membaringkannya di ranjang, lalu menyelimuti perawat itu.
"Kau harus bersikap biasa dan tidak mencurigakan", gumam Dokter Teddy ketika Lana sedang memasang topi perawat di kepalanya, lalu mendekap papan pemeriksaan di dadanya, "Ayo"
Jantung Lana berdegup kencang ketika Dokter Teddy membuka pintu.
Dua penjaga yang ditempatkan Mikail di pintu tampak sedang bercakap-cakap. Dokter Teddy mengangguk kepada mereka dan mereka membalas dengan senyum.
Posisi tubuh Dokter Teddy menutupi Lana sehingga tidak kelihatan, lalu dia menggiring Lana menuju lorong meninggalkan pengawal itu jauh di belakang.
Ketika akhirnya mereka membelok di lorong tanpa ketahuan, Lana menarik napas, lega luar biasa. Dokter Teddy mengajak Lana setengah berlari ke tempat parkir, menuju kebebasannya.

***

Norman menyerahkan berkas-berkas itu kepada Mikail yang duduk di sofa, "Ini beberapa orang yang mungkin bisa kita curigai" Mikail mengambil berkas itu dan membacanya, lalu membolak-baliknya. Matanya terpaku pada salah satu foto di berkas itu,
"Kenapa dia masuk ke daftar ini?" Norman melirik berkas itu.
"Karena kami memfilter semua pegawai rumah sakit yang masuk kurang dari 2 bulan sebelum kejadian kecelakaan itu"
Mikail mengernyit lama. Sebelum kemudian wajahnya menegang. "Dia punya akses bebas masuk ke ruangan Lana, kita harus ke rumah sakit segera!"
Mikail meraih jasnya dan melangkah tergesa ke pintu diikuti Norman. Dan pada sat bersamaan, pintu di sisi lainnya terbuka, beberapa pengawal Mikail masuk dengan wajah panik dan nafas terengah.
"Tuan Mikail, Lana melarikan diri dari rumah sakit!!"

***

SLEEP WITH THE DEVIL - SANTHY AGATHA - BAB 9

No comments:

Post a Comment