Bab 19
UNDERSTANDING
SELAMA ini
kalau dara kaeluar bersama blu, Pasti ada banyak fans yang mendekati mereka untuk
minta tanda tangan atau foto, Tapi hampir semuanya bertingkah laku sopan dan beradab.
Sama sekali berbeda dengan fans jo yang cenderung ganas. Semua orang tau jo cukup
populer dan sering diserang fans, Tapi delama ini dara tidak pernah keluar dengannya
ditempat umum dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Awalnya semuanya
masih kelihatan adem ayem saja ketika mereka memasuki mal karena orang orang masih
belum sadar siapa mereka. Jo sengaja menyembunyikan wajahnya dibawah topi basball,
Tapi sepertinya itu tidak berfungsi karena lambat laun orang orang mulai berhenti
berjalan, Menengok, Berbisik, "Itu bukanya jo brawijaya?" Dan akhirnya
berteriak histeris,
“ Agghhh...
Mas jooo....! Dan "I love you, Jo!". Tak lama kemudian beberapa pengunjung
mal mulai mengikuti mereka.
Kalau saja blu
atau jo berjalan sendirian, Mungkin khalayak ramai masih bisa berfikir bahwa mereka
sudah salah orang , Tapi tidak ketika kakak beradik ini muncul bersama sama. Buntutnya
mereka harus lari ke MNG dengan jo menarik blu ke dalam pelukannya, Melindungi
blu dengan tubuhnya sambil berlari meskipun dara agak terkejut dengan aksi jo yang
lebih memilih melindungi blu daripada dirinya sendiri, Karena jelas jelas orang
orang ini mengejar jo, Tapi dara menghargainya karena dia yakin tubuhnya tidak
akan bisa melindungi blu sebaik tubuh jo.
Ketika mereka
sedang menaiki eskalator, Salah satu fans yang terlalu antusias menarik lengan
kemeja jo dan hampir membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Wait,
Wait, Jangan narik narik saya, “ucap jo sambil mencoba menarik lengannya kembali,
Tapi pegangan
fans itu cukup
kuat.
Mencoba mengatasi
keadaan, Dara menggenggam bahu fans itu dan berkata dengan soapan tapi tegas, “Mbak,
Tolong lepasin Mas jo”
Penggemar jo
itu menatap dara dengan bingung, Tapi melihat tampang dara yang siap memanggil
security kalau dia tidak melepaskannya, Dia akhirnya terpaksa melepaskan jo. Mereka
hanya tinggal beberapa meter dari MNG, Tapi kini dara menyadari ada sekitar sepuluh
orang yang mengejar mereka. This is crazy! Hari ini bahkan bukan hari libur dan
sekarang sudah jam 19.00.
Bukankah cewek
cewek ini perlu pulang untuk mengerjakan PR atau mengurus makan malam suami mereka?
Dara baru bisa
bernafas ketika memasuki MNG, Dan sales assistant yang tisak mau menoleransi kegilaan
ini langsung menelepon security mal. Satpam tersebut sekarang berdiri di luar
MNG untuk menahan para fans yang berniat menyerbu masuk .
Hanya ada lima
pelanggan lain di toko itu. Dua orang dari mereka untungnya adalah orang asing yang
hanya menatap. Jo dan blu dengan sedikit ingin tahu, Tapi tidak kelihatan mengenali
keduanya. Tiga orang lainnya adalah seorang ibi dengan dua anaknya yang meskipun
kelihatan mengenali jo dan blu tapi cukup menghargai privasi mereka untuk tidak
mendekati. Dara berterima kasih akan ini.
Setelah keadaan
lebih tenang dan dara memastikan blu memilih beberapa pakaian yang disukainya sebelum
menghilang ke ruang ganti untuk mencobanya, Dara melihat luka cakar dilengan
kiri jo.
"Let me
see that, “ucap dara dan menarik lengan jo. Luka cakaran itu tidak dalam, Tapi titik
titik dara mulai muncul ke permukaan.
"It's fine.
It's a scratch, “ucap jo pasrah dan mencoba menarik lengannya.
Ah, Dara rasanya
ingin mencakar balik fans cewek yang tadi menarik lengan jo. Dara yakin luka cakaran
itu disebabkan oleh nya.
"LukA
ini perlu dibersihkan,. Kalau nggak, Nanti berbekas atau lebih parah lagi infeksi.
Bisa kamu tunggu beberapa menit? Saya perlu ke farmasi sebentar." Dara segera
melambaikan tangannya pada seorang
sales
assistaint bernama Ane.
“ Tolong jagain
mas jo dan blu sebentar, Saya perlu ke farmasi, “ucap dara. "Oh, Bisa, Mbak,
“ Jawab ane ramah.
Dara lega
ane kelihatan sangat profesional dan tidak menganga ketika melihat jo. "Saya
nggak perlu dijagain, Saya bisa menjaga diri sendiri.
Dan sudah saya
bilang saya nggak perlu diobati, Tangan saya nggak apa apa, “ Geram jo.
Dara melirik
ke luar toko. Meskipun keramaina diluar sudah jauh berkurang, Dia masih bisa melihat
beberapa fans berkeliaran. Memikirkan bahwa dia harus berhadapan dengan mereka lagi
membuatnya bergidik.
Oh, Come on,
Dara, Ini bukan pertama kalinya kamu harus berhadapan dengan fans artis, Omel
dara dalam hati.
Tapi tidak ada
dari mereka yang degila ini, Ucap suara kecil.
“ Kalau mbak
perlu P3K, Kita punya persediaan disini.” Kata kata ane menarik perhatian dara kembali.
"Oh. Kalau gitu, Boleh saya pinjem?” Tanya dara.
"Sebentar
saya ambilkan.” Ane pun menghilang selama beberapa menit ke ruangan di bagian belakang
kasir.
Pada saat itu
blu muncul kembali dari ruang ganti dengan hampir dua puluh potong pakaian, Mulai
dari gaun, Beberapa atasan, Celana pendek, Hingga rok terlampir pada lengannya.
"Oke, Aku mau ambil ini semua, “ucap blu.
“ Coba mas lihat.
Blu memindahkan semua pakaian dari lengannya satu per satu ke jo. Dengan penuh
perhatian jo memberikan komentar.
"Yep, Yang
ini boleh."
"Nggak,
Yang itu bikin kamu kelihatan seperti lampu lalu lintas."Yang disambut oleh
gelak tawa blu. "Itu kayaknya sedikit kedodoran, Lebih bagus kalau satu ukuran
lebih kecil."
"Warna hitam
lebih bagus daripada coklat, Lebih gampang dicari pasangannya."
Dara memperhatikan
interaksi ini sambil tersenyum. Sekali lagi dia sadar betapa banyaknya jo berubah.
Seakan laki laki yang kerjanya ngomel melulu padanya selama berbulan bulan adalah
orang yang lain sama sekali dibandingkan laki laki yang sekarang sedang mencoba
mendandani adiknya.
Setelah mengikuti
saran jo untuk melakukan beberapa perubahan pada pilihan pakaiannya, Blu menghilang
ke kasir sambil menggemnggam kartu kredit jo.
Ane kembali dengan
kotak P3K dan dara langsung $engeluarkan alkohol swap. “ Give me your band, “ucap
dara sambil mengeulurkan tangannya.
Jo kelihatan
ragu sesaat, Tapi kemudian mendesah pasrah dan mengulurkan tangannya. Jo sedikit
tersentak ketika
kapas beralkohol itu menyentuh kulitnya.
"Sori,
“ ucap dara dan mengangkat tangan jo mendekati bibirnya untuk meniup kulitnya.
Dia lalu mengoleskan
salpe antibiotik pada luka itu dengan cotton bud sebelum mengembalikan kotak P3k
kepada ane yang kemudian meninggalkan mereka sendiri.
"Oke, Sudah
beres. Nanti sebelum tidur perlu diobatin lagi, “ ucap dara dan mendongak untuk
tersenyum kepada jo.
Jo menatap luka
ditangannya dan menatap dara sebelum kemudian berkata, “ Kamu perempuan pertama
yang mengobati luka saya selain mama."
Dara mencoba
mengingat apakah dia pernah melihat mama jo sebelumnya. Dara tahu beliau sudah nggak
ada, Tapi dia nggak tahu kapan atau kenapa beliau meninggal. Sebelum menyadari
apa yang dilakukannya, Dara sudah berkata, “ Kamu pasti kangen sama mama kamu."
Jo kelihatan
terkejut mendengar kata kata dara dan dara memarahi dirinya sendiri yang terdengar
sok tahu. Tapi kemudian dia mendengar jo berkata, “ Setiap hari. Terutama waktu
ketemu ibu kamu. Beliau banyak ngingetin saya pada mama saya. Cara ibu kamu ngasih
makan saya, Seperti saya orang kelaparan, Sudah seperti mama saya." Jo tersenyum
sambil menggelengkan kepalanya, Seakan menawarkan diri sendiri.
"Saya
selalu iri sama orang orang yang masih punya orang tua." Dara mengangkat alisnya
tidak mengerti.
“ Ada yang datang
ambil rapot, Nelepon untuk tanya apa kita lulus ujian atau apa kita rencana pulang
liburan, Masakin makanan favorit kita, Memeluk kita sewaktu kita sedih, Atau menepuk
punggung kita akalau mereka bangga dengan sesuatu yang kita sudah lakukan, “ Jelas
jo.
Wajah jo kelihatan
sangat sedih ketika mengatakan semua itu, Membuat dara ingin memeluknya, Tapi dia
menahan diri dan justru bertanya, “ Apa mama dan papa kamu nggak pernah melakukan
itu semua?" “ Dulu memang ada mama, Tapi setelah beliau nggak ada...” Jo mengangkat
bahunya sebagai penjelasan. “ Kapan mama kamu meninggal?"
"Waktu
saya umur sepuluh tahun. Kanker paru paru, Kata dokter karena second hand smoke
dari papa."
“ Dan papa kamu
nggak pernah..." Dara tidak tahu bagaimana menanyakan hal selanjutnya.
Jo terkekh."Let's
just say.... Papa saya lebih tertarik menjadi seorang drummer yang dipuji satu indonesia
daripada menjadi seorang ayah."
Dara tidak tahu
apa yang harus dia lakukan, dia tahu kejadian barusan adalah langka. Entah bagaimana,
Tapi. Menurutnya jo bukanlah tipe orang yang akan menceritakan apa saja kepada
siapa pun. Selama hampir enam bulan bekerja untuk blu, Otomatis mengetahui kehidupan
jo juga, Dara mendapati bahwa aktivitas jo terbatas pada bekerja dan mengurus blu
.
Sekali kali dia
akan keluar dengan kayla, Atau teman teman bandnya, Tapi lebih seringnya dia hanya
hangout dengan revel. Dara kini menyadari jo adalah orang yang sangat tertutup
karena itu dara superbingung kenapa jo baru saja menumpahkan semua itu kepadanya.
Dan jo sepertinya menyadari hal itu karena dia kelihatan seperti ingin menarik
kata kata nya kembali kalau bisa.
"Well,
Thanks karena sudah ngobatin saya, “ucap jo sedikit gelisah.
Mengerti bahwa
percakapan mereka barusan sudah ditutup, Dara membalas dengan nada bercanda, “you're
welcome. Mudah mudaha ini juga yang terakhir kali saya harus melakukannya. Saya
nggak tahu kalau fans kamu sebegini gilanya. Apa selalu seperti ini?"
“ Biasanya
memang begini, Tapi semenjak iklan body wash saya keluar, Mereka jadi lebih....
Antusias." Dara mencoba menahan tawa."Saya nggak tahu bagaimana kamu bisa
keluar rumah dengan segala kegilaan yang mengikuti kamu ini."
"Memang
susah kadang kadang. Itu sebabnya saya hanya pergi ketempat tempat yang lebih
sering dikunjungi oleh laki laki atau orang orang yang nggak kenal saya."
"Sebelum
ada saya, Gimana kamu bisa belanja bulanan? Supermarket kan penuh dengan wanita?"
Jo terkekeh sebelum
menjawab dengan sedikit sedih, “ lebih seringnya saya nebeng sama revel. Kalau
staf dia sedang belanja bulanan, Saya nitip."
“ Kapan terakhir
kali kamu menginjak kaki di supermarket?"
Jo berfikir sejenak."
Mungkin sekitar empat tahun yang lalu. jo mendesah panjang." I really miss
it sometimes. Untuk memiliki kebebasan peri ke mana aja yang saya mau tanpa perlu
khawatir apakah ada orang yang mengengikuti saya."
Dara agak terkejut
dengan reaksi jo ini. Selama ini dia menyangka jo mengikuti segala perhatian yang
yang diterimanya. Dia sudah salah sangka.
"Mungkin
kalau kamu nggak terlalu ramah dengan fans kamu, Mereka nggak akan segini ganasnya.
Apa kamu nggak risi dengan cara mereka memperlakukan kamu?"
“ Terkadang memang
risi, Tapi saya juga nggak bisa marah pada mereka karena tanpa mereka saya nggak
akan bisa mendapatkan segala sesuatu yang saya punya sekarang."
"What do
you mean? Kamu drummer berbakat, Dan bukan mereka yang mengajari kamu cara main
drum." Otomatis dara membela bakat jo. Dia tidak tahu kenapa dia melakukannya
karena sejujurnya, Hingga sekarang, Pendapatnya tentang drum masih belum berubah.
Dan dia menyesali komentarnya ini ketika mendengar pertanyaan jo.
“Dari mana kamu
tahu saya drummer berbakat?"
Dara mencoba
berpikir cepat dan berbakat, “ Well Revelino Derby telah mempekerjakan kamu sebagai
drummer nya selama beberapa tahun belakangan ini. Meskipun saya nggak tahu apa
apa tentang drum, Saya tahu standar musik revel. Kamu nggak akan dipekerjakan kalau
nggak berbakat."
Jo terkekeh.
"I guess kalau kamu mengatakannya seperti itu saya harus setuju dengan kamu."
"So, Kamu
nggak harus merasa beruntang apa apa pada orang orang diluar sana, “ tegas dara
merangkum pembicaraan mereka.
Jo tertawa
sebelum membalas, “ I do actually."
Dara mengangkat
alisnya meminta penjelesan.
"Saya memang
dapat uang yang cukup dari main drum, Tapi mayoritas pemasukan saya datang dari
hal hal lainnya, Seperti perusahan itu mau saya jadi duta mereka kalau mereka tahu
saya nggak punya daya tarik fans yang besar? Anyway, Saya main drum karena saya
suka, Tapi mereka..." Jo melirikkan matanya pada beberapa fans yang berdiri
diluar toko." Mereka sumber pemasukan saya. Dan selama mereka masih mau
melihat saya, Saya akan berusaha sebaik mungkin melayani mereka."
Dara hanya menganga
mendengar kata akata jo. Dia tidak tahu kenapa dia membutuhkan waktu sebegini lama
untuk menyadari ini. Laki laki yang ada di hadapannya penuh kontradiksi.
Dia laki laki
yang penuh kasih sayang, Yang mencintai adiknya, Pekerjaannya, Tahu cara menghargai
segala sesuatu yang dimilikinya, Tanpa mengharapkan apa apa dari orang lain. Jo
spesimen laki laki langka yang sulit ditemui pada zaman sekarang, Karena itu patutu
dihargai.
Setelah hari
itu, Dara mendapati dirinya mencoba membangun persahabatan dengan jo yang begitu
charming, Penuh perhatuan, Dan lucu dengan humor yang senang merendahkan diri sendiri.
Intinya. Jo sangat menyenangkan untuk diajak bicara karena dia bisa membuat lawan
bicaranya merasa nyaman. Berbeda dengan kebanyakan laki laki yang mementingkan diri
sendiri, Jo justru lebih suka membicarakan segala sesuatu yang tidak ada hubungannya
dengan dirinya.
Yang jelas kini
dara mulai bisa melihat jo yang sebenar benarnya, Diluar semua personalita platboy
dan drummer paling. Ganteng se-indonesia yang dia sudah kenakan selama bertahun
tahun. Jo selalu penuh perhatian dengan menatapnya kalu dia sedang berbicara, Mendengarkan
kata katanya, Betul betul mendengarkan dan mempertimbangkan pendapatnya, Bukannya
halnya pura pura, Dan tidak perndah bernada merendahkan kalu sedang menjelaskan
sesuatu.
Sering dengan
rasa nyaman yang dara rasakan ketika bersama jo, Tanpa dia sadari dia mulai lebih
terbuka menjawab pertanyaan jo tentang dirinya. Mulai dari berapa bersaudra, Nama
kakak dan adiknya, Nama keponakannya, Makanan kesukaan, Hobi, Bahkan tentang rencana
hidupnya.
“ Apa kamu
memang bercita cita jadi asisten artis?” Tanya jo suatu malam ketika mereka sedang
duduk didepan TV di rumah jo sementara menunggu hujan dan macet reda sebelum dara
pulang.
Blu sedang
bergosip di telepon dengan Kat di kamarnya. Mbok uti sudah beristirahat. TV sedang
menayangkan salah satu episode CSI: New York, tapi volumenya cukup rendah sehingga
dara bisa mendengar pertanyaan jo dengan jels.
"Nggak sama
sekali. Saya rasa nggak akan ada orang yang cita citanya jadi asisten dalam jenis
apa pun. Biasanya orang maunya jadi bos, Bukan asisten bos. Jadi artis daripada
asisten artisnya."
“ Jadi kenapa
kamu jadi asisten artis?" Jo memutar tubuhnya dan menyandarkan punggungnya
pada pegangan tangan sofa untuk bisa menghadap dara.
“ Awalnya karena
bayarannya, Tapi kemudian ko ternyata saya cukup suka dengan pekerjaannya. Jadi
asisten sebelumnya nggak ada bedanya dengan jadi akutan atau pengacara. Yang
kita tawarkan adalah jasa yang sifatnya abstrak. Tujuannya adalah mempermudah kehidupan
klieN kita. Bedanya, jasa yang ditawarkan oleh PA biasanya biasanya bersifat lebih
personal, Karena itu bisa lebih mengenal kline. Itu yang saya suka dengan pekerjaan
ini. Personal connection dengan klien yang dalam, Sampai sampai kita dianggap
sebagai dari keluarga."
"Wow, Kamu
betul betul serius dengan pekerjaan kamu ini ya." Ucap jo kagum. “Karena ini
satu satunya hal yang saya tahu saya bisa lakukan dengan baik." “ Apa kamu
pernah berambisai untuk jadi manajer artis, Dari pada asisten artis?" “ Ambisi
sih ada, Cuma kesempatan yang belum ada."
“ Kalau ada yang
memberi kamu kesempatan untuk jadi manajer artis, Apa kamu mau?" “ Kalau sekarang
mungkin sudah terlambat."
“ Karena panji?"
Dara mengangguk."Saya
rasa pendapat panji sama saja dengan saya jadi asisten atau manajer artis. Dia tetap
nggaka akan suka."
Dara tahu dia
sudah salah bicara ketika melihat tubuh jo jadi kaku dan dia sadar ini sesuatu yang
konsisten dilakukan jo setiap kali nama panji muncul didalam pembicaraan mereka.
"Well,
That's too bad. Padahal menurut saya kamu punya potensi yang cukup kuat untuk jadi
manajer artis." Dara hanya bisa tersenyum kaku, Menghargai dukungan yang diberikan
jo kepadanya.
Dengan banyaknya
waktu yang dihabiskan jo bersama blu, Otomatis hubungan jo dengan kayla semakin
merenggang. Dulu setiap kali dara bertemu jo, Kayla akan ada bersamanya. Bahkan
beberapa kali dara mendapati kayla sudah ada dirumah jo ketika dia datang untuk
mengantar blu ke sekolah. Dalam hari dara bertanya tanya apakah kayla menginap dirumah
jo? Dan kalau menginap, Dimanakah fia tidur? Dara mencoba mengingatkan dirinya
sendri bahwa apa pun yang dilakukan jo bukan urusannya, tapi hal itu tidak mendengar
berita tentang putusnya jo dan kayla melalui infotaiment.
Jo kelihatan
cukup santai menanggapi putusnya hubungannya dengan kayla, Tapi kayla betul betul
mengamuk dengan mengatakan bahwa jo adalah seorang pembohong dan senang mempermainkan
hati perempuan kepada media mana saja yang mau mendengarkannya. Sebagai sesama
perempuan, Deharusnya dara bersimpati kepada kayla, Tapi dia justru tertawa. Bukanya
menertawakan kayla, Tapi menertawakan dirinya yang menyangka jo sudah berubah.
Dia seharusnya tahu laki laki seperti jo tidak akan pernah berubah karena merka
tidak mau berubah. Mereka terlalu mencintai kebebasan, Jadi jangan harap mereka
mau settle down. Komitmen adalah hal terakhir yang terlintas dikepala merek.
Dara sadar betapa
beruntungnya dia memiliki panji yang serius, Bertanggung jawab, Dan tidak takut
akan komitmen, Panji memiliki kapaSitas mental laki laki dewasa yang stabil. Dan
dara memerlukan kestabilan itu di dsalam hidupnya. Dara meringis mengingat betapa
ketiga sobatnya mengamuk ketika mendengarnya baikan lagi dengan panji.
DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 20
No comments:
Post a Comment