EPILOG
Jo berdiri di
kaki makam papa dan mama dengan perasaan campur aduk. Terakhir kali dia berada
di sini adalah pada hari pemakaman paap, Saat prosesi tersebut lebih mirip sirkus
karena kehadiran media. Kini makam tersebut sudah ditutupi hiaju yang terpotong
rapi dan ada bunga di dalam vas di kepala makan. Jo tahu poppy dan blu selalu
datang mengunjungi makam ini secara rutin, Itulah cara mereka untuk mengatakan bahwa
papa masih ada di dalam ingatan mereka dan penghormatan kepada mama. Keluarga
papa dan mam juga terkadang datang untuk memastikan penjagaan makam tersebut, Hanya
dirinyalah yang tidak pernha mengujungi makam ini.
Jo duduk di batu
granit di kaki makam. Kesedihan menyerangnya. Dia mengulurkan tangan kananya untuk
menyentuh rumput
yang menutupi makam mama, rumput itu terasa dingin di bawah telapak tangannya,
Menenangkan hatinya.
"Hei, Mam,
Pap, Apa kabar? Sori karena sudah lama nggak berkunjung. I hope you gays are okay,
Wherever you are. Aku sudah menikah, Instriku namanya dara. Dia baik, Dan I dont't
know why, Tapi dia sepertinya cinta sama aku. You would love her, Mam. Anyway,
Dia yang mendorong aku datang ke sini. So, Her I am." Jo terdiam tidak tahu
apa yang harus dikatakannya lagi. Terlalu banyak yang ingin dikatakannya sehingga
dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia merasakan seorang meremas tangan kirinya
dan dia menoleh. Wajah dara yang sedang tersenyum memberinya keberanian untuk
melanjutkan.
"Pap, I
guess I shoild let you know. Blu berakhir menjadi penyanyi opera indonesia yang
cukup terkenal. Can you imagine that? Nggak tahu dia dapat bakat dari mana, Karena
aku tahu papa nggak bisa nyanyi." Jo terkekh dengan leluconnya sendiri.
"Selain
nyanyian dia juga sibuk sekolah. Dia akhirnya mengambil jurusan IPS dan kelihatannya
happy dengan pilihannya itu. Aku berusaha sebisa mungkin memberikan semua yang
diinginkan blu, Seperti apa yang papa minta. She's a good kid though, Nggak banyak
permintaannya. Cukup mandiri dan dewasa untuk anak seumurnya. Wish you were here
to see her, Pap."
Jo menunduk selama
beberapa detik. Tangan dara yang mengusap punggungnya dengan penuh dukungan membuatnya
mengangkat kepalanya dan berkata, “ I guess that's it. Aku janji untuk datang lebih
sering lagi ke sini."
Jo terlalu
beranjak berdiri untuk meletakan dua tangkai mawar yang dibawanya di makam mama
dan papa. Kemudian dia meraih tangan dara dan perlahan lahan berjalan menuju mobil.
Dara memang benar, Hati jo terasa lebih ringan setelah melakukan ini.
“ Are you okay?”
Tanya dara.
Jo menoleh
dan memberikan senyum terbaiknya."Yeah. Better that okay. Makasih karena
sudah membuat aku melakukan ini."
“ Kamu tahu
kan, Kalau aku akan melakukan apa aja untuk kamu?" Jo memejamkan mata, Mencoba
menyerap kata kata dara.
Semenjak menikah
sebulan yang lalu, Mereka tidak lagi menggunakan kata"saya" ketika
berbicara dengan satu sama lain sam siapa yang sangka pergantian satu kata dari"saya”
Ke” Aku" bisa begitu bermakna. Mereka memang tadinya berencana menikah setelah
enam bulan berpacaran, Tapi buntutnya harus menundanya hingga hampir setahun karena
dara, Yang sudah mengambil alih tugas oom danung menjadi manajer blu, Terlalu sibuk
mengurus kehidupan adik iparnya itu. Jo menyadari bahwa hubungan mereka bukan
hanya melibatkan dirinya dan dara, Tapi juga blu.
Me, You and
blu adalah cara dara menggambarkan kehidupan mereka dan mungkin seharusnya jo merasa
khawatir bahwa perkawinannya berisi tiga orang, Bukannya dua, Tapi dia tahu bahwa
tanpa blu, Dia tidak akan pernah bertemu dara.
"Yeah,
I know. Karena kamu cinta sama aku, “ucap jo sebelum memeluk dara dengan lebih
erat dan menariknya menuju mobil.
No comments:
Post a Comment