9
“Elena.” Rafael meraih lembut jemari Elena yang melangkah
menjauh. “Tolong dengarkan aku dulu.”
Elena menatap Rafael dengan marah. “Kenapa kau harus membawaku ke dalam situasi ini Rafael?
Dia, perempuan itu tampak sekali sangat membenciku, dan
sepertinya ingin menyingkirkanku. Dan dia tahu bahwa kita sudah menikah dan berbulan
madu, tetapi dia tetap datang dan tidak mempedulikanku.”
“Aku akan mengusirnya. Segera.
Sementara itu kita harus menahan diri.” Rafael merangkum
jemari Elena dan mengecupnya, “Aku juga membenci kehadirannya, Elena, lebih benci
darimu. Tetapi Luna perempuan yang kejam. Aku takut kalau kita tidak hati-hati
melangkah, dia akan berbuat jahat kepadamu.”
Elena
mendesah kemudian menghela
napas panjang, “Iya Rafael, maafkan
aku, mungkin aku terlalu bingung dengan ini semua.”
“Aku yang harus meminta maaf karena menempatkanmu ke
dalam situasi seperti ini.” Rafael merengkuh Elena ke dalam pelukannya, “Kita akan
mengatasinya bersama. Oke?”
“Oke.” Elena
memejamkan matanya dan menempelkan pipinya ke dada Rafael yang hangat.
Membiarkan lelaki itu membuainya.
Sementara itu di depan pintu kamar tamu yang terbuka
di lantai dua.
Luna berdiri dan
menatap ke bawah. Pemandangan dua pasangan yang saling berpelukan
mesra itu tampak jelas dari atas. Membakar hatinya, membuat matanya menyala
penuh kebencian.
Elena…Aluna…Dua nama itu begitu mirip ketika diucapkan.
Namanya sebenarnya Aluna, tetapi dia tidak sudi dipanggil dengan nama itu. Karena
nama itu mengingatkannya dengan sebuah nama lain yang selalu membuat dadanya
sakit ketika mendengarnya, “Elena”. Terlebih ketika Rafael, laki-laki yang sepenuh
hati ia cintai
menyuarakan nama itu
ketika mereka bersama. Dan kini kebencian
itu semakin membakarnya, ketika
pada akhirnya ia bertemu dengan pemilik nama yang sangat ia benci itu.
Ҩ
Rafael duduk
dengan gusar di ruang kerjanya.
Elena tadi tertidur di ranjangnya, dan menolak bercinta dengannya. Kedatangan
Luna telah merusak moodnya. Tentu saja, perempuan mana yang tidak
rusak moodnya ketika menghadapi bahwa
mantan kekasih suaminya
dengan tidak tahu malu menyusul
mereka di saat mereka sedang berbulan madu.
Tetapi Rafael tidak bisa bertindak gegabah. Luna perempuan
pandai yang licik dan sedikit jahat ketika ingin mencapai tujuannya. Dia akan
menggunakan segala cara untuk memperoleh
apa yang dia mau. Meskipun itu
harus melindas orang lain. Tadi, Luna sudah menyiratkan ancaman ketika mengatakan
‘nama Elena membuatnya terkenang akan masa- masa indahnya’
Rafael tahu persis apa maksud perkataan Luna. Dia menyiratkan
bahwa dia akan memberitahu Elena bahwa Rafael sering menggunakan Luna ketika
mereka bercinta, dengan memanggil dan menganggapnya sebagai Elena.
Dengan frustasi Rafael mengacak rambutnya,
kenapa Luna menyusul kemari?
Dia tidak habis
pikir. Hubungan mereka sudah berakhir.
Rafael sudah mengakhiri hubungan mereka baik-baik dan waktu itu Luna tampak
menerimanya dengan baik pula. Apakah pada saat itu Luna masih berpikir bahwa Rafael
akan kembali kepadanya?
Dan ketika ternyata Rafael menikah
dengan Elena, hal itu memicu
sifat posesif perempuan itu?
Rafael harus mencari cara untuk menyingkirkan Luna dari
pulau ini. Jauh-jauh dan tidak akan kembali lagi untuk mengacaukan hidupnya. Tetapi
dia harus berhati-hati melakukannya.
Ҩ
“Makanan ini enak sekali.” Luna sepertinya sudah berdandan
habis-habisan untuk makan malam mereka. Gaun sutranya panjang dan berwarna keemasan,
nampak membungkus tubuh indahnya dengan sempurna dan indah. “Mungkin aku harus
membujuk kokimu supaya mau ikut denganku.”
“Alfred tidak akan
mau. Baginya pulau
ini adalah rumahnya.”
Luna tersenyum sensual
kepada Rafael, “Ah,
kau seperti lupa bagaimana caraku membujuk dan merayu.. Rafael, mungkin aku
harus mencari kesempatan
untuk mengingatkanmu kembali.”
Elena hampir tersedak mendengar rayuan yang diucapkan
dengan gamblang itu. Oh Astaga, apakah dia
harus menghadapi itu setiap hari ketika Luna ada di sini? Dia merasakan sengatan
perasaan aneh setiap Luna merayu Rafael entah dengan bahasa tubuhnya ataupun
dengan kata-kata tersiratnya. Seperti sengatan perasaan marah yang membuat
dadanya panas. Membuatnya
terdorong untuk menyembunyikan Rafael di balik punggungnya, lalu menghadapi Luna dengan galak sambil berteriak
‘Rafael adalah Suamiku’.
Apakah dia merasa cemburu? Elena mengernyitkan keningnya
sambil mengaduk-aduk makanan di piringnya. Oh astaga. Kalau benar dia cemburu berarti
dia mempunyai perasaan lebih kepada Rafael. Apakah dia mencintai lelaki itu?
Mungkin saja. Mungkin saja dia sudah mencintai lelaki itu tanpa sadar di
saat-saat kebersamaan mereka yang menyenangkan, di saat-saat percintaan mereka yang
penuh gairah sekaligus kelembutan. Mungkin saja Elena sudah mencintai Rafael.
“Kenapa kau tidak menyantap makananmu Elena?” Rafael berbisik
lembut kepada Elena yang duduk di sisi kirinya, mengamati isi piring Elena yang tetap
utuh tidak disentuh, hanya dimain-mainkan di piring.
“Aku sedikit tidak enak badan.” Elena tidak berbohong, tiba-tiba
saja dia merasa pening.
Rafael langsung menyentuh dagunya, membuat Elena
mendongak menatapnya, lalu mengamati wajah Elena dengan cemas, “Kau sakit sayang?
Ada dokter di desa, aku akan memanggilkannya untukmu.”
“Tidak perlu.” Elena meringis, “Mungkin aku hanya perlu tidur
lebih awal.”
“Aku akan mengantarmu.” Rafael
hendak beranjak sambil menghela Elena ketika Luna bergumam,
“Ada yang perlu
kubicarakan
denganmu Rafael, penting. Setelah kau mengantar istrimu, aku menunggumu di perpustakaan.”
Rafael tidak menjawab, hanya mengucapkan
permisi
dengan sopan.
Lalu membimbing
Elena ke kamar, meninggalkan Luna sendirian di ruang makan.
Ҩ
Rafael membaringkan Elena dengan lembut dan
menyelimutinya,
“Kalau pusingmu tidak membaik, aku akan memanggil dokter.”
“Aku cuma perlu
tidur.” Elena tersenyum
lembut kepada Rafael.
Rafael duduk di tepi ranjang dan membalas senyuman lembut
Elena, diusapnya rambut di dahi Elena dengan
penuh sayang, “Luna bisa tidak tertahankan kalau dia mau. Jangan sampai dia membuatmu
sakit. Dia akan senang kalau berhasil melakukannya.” Dengan hati-hati dikecupnya
dahi Elena, “Tidurlah sayang, semoga ketika kau bangun nanti, pusingmu sudah hilang.”
“Mau kemana?” Elena
berseru tanpa sadar
ketika Rafael berdiri dan hendak menjauh dari ranjang. Rafael tersenyum
meminta maaf,
“Aku akan ke perpustakaan. Aku ingin tahu apa yang ingin
dibicarakan Luna, sehingga aku bisa tahu apa tujuannya datang ke sini,
mungkin aku bisa mengusirnya secara
halus.” Jemari Rafael menyentuh ujung jari Elena dengan lembut, “Jangan cemas.
Aku akan membereskan semuanya,”
Sepeninggal Rafael, Elena berbaring dengan mata nyalang semakin
merasa pening. Tadi dia menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berteriak dan mencegah
Rafael pergi dari kamar ini. Jauh di dalam hatinya dia tidak mau Rafael pergi
dan menemui perempuan cantik itu. Bagaimana kalau Rafael jatuh dalam godaan Luna?
Perempuan itu begitu cantik, dan suasana perpustakaan di malam hari begitu
intim.... dan mengingat betapa gigihnya Luna, tidak menutup kemungkinan
perempuan itu akan berhasil merayu Rafael bukan?
Ingin sekali Elena menyusul ke perpustakaan, sekedar
untuk memastikan, atau mungkin mencuri dengar. Tetapi dia menahan diri.
Tidak. Dia harus mempercayai Rafael.
Ҩ
“Sekarang kita
tinggal berdua saja.”
Luna tersenyum menggoda dan menghempaskan dirinya di sofa empuk di perpustakaan
itu, dia lalu menyilangkan kakinya dengan menantang, “Duduklah Rafael, terasa aneh
kalau kita berbicara berjauhan begini.” ajaknya kepada Rafael yang dari tadi
berdiri sambil bersandar di meja kerjanya di ujung ruangan. Wajah Rafael tampak
dingin, tidak menanggapi ajakan Luna. “Kenapa kau kemari Luna, apa tujuanmu?”
“Apakah tidak boleh?
Aku merindukanmu Rafael, merindukan saat-saat kita bersama.”
“Aku sudah beristri dan sekarang sedang berbulan madu. Kurasa
itu sudah cukup jelas untukmu.”
‘Kau sudah beristri atau tidak, sama sekali tidak ada pengaruhnya
untukku. Aku tetap bersedia menjadi kekasihmu. Tempatmu melampiaskan gairahmu.”
Suara Luna menjadi serak dan sensual, seperti ajakan
untuk bercinta Rafael menyipitkan matanya.
Wajah tampannya nampak mengeras,
menahan amarah.
“Aku tidak butuh kekasih karena
aku sudah beristri.
Aku sudah punya tempat untuk melampiaskan gairahku.”
Kata-kata Rafael itu langsung menggores hati Luna, membuatnya
terbakar cemuru yang luar biasa. Tetapi tentu saja perempuan itu
tidak membiarkan Rafael melihatnya. Dia lalu berdiri dan
mendekati Rafael, mereka
berhadap-hadapan dengan begitu dekatnya,
“Aku bisa lebih hebat dari perempuan manapun menyangkut soal seks. Kau juga mengakuinya kan? Bertahun lamanya kau
tidak bisa melepaskan
diri dariku, kau
selalu datang kepadaku ketika kau bergairah, dan aku yakin, perempuan seperti
dia tidak akan bisa menyaingiku.”
Rafael memalingkan mukanya dengan jijik. Elena memang tidak
bisa dibandingkan dengan Luna. Bukan karena teknik di ranjangnya. Tetapi karena
Elena telah berhasil memuaskan Rafael, secara fisik, dan secara batin. Itu yang
tidak dapat dilakukan oleh Luna, dan karena itulah Rafael meninggalkannya.
Ketika Rafael kembali menatap Luna, pandangannya begitu
dingin, “Jangan ganggu Elena, atau aku akan membuatmu menyesal.” Luna memundurkan
langkahnya, mengenali kemarahan menakutkan
dalam diri Rafael. “Diakah perempuan yang selalu kau panggil ketika bercinta denganku?”
Suara Luna mulai goyah, tidak bisa lagi menutupi emosinya.
Rafael menatap Luna dengan tajam. “Ya.”
Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi Rafael. Tamparan
dari Luna, begitu kerasnya sampai membuat pipi
Rafael terasa panas.
Tetapi dia diam
dan membeku, menatap Luna tanpa ekspresi. Mungkin
dia pantas menerima tamparan ini.
Mata Luna berkaca-kaca, kebencian dan kemarahan meluap
dari dalam dirinya, ketika dia berbicara, suaranya gemetar, “Padahal aku mencintaimu....”
Luna mulai terisak, “Dan aku menahan kepedihan
ketika kau memanggil
nama wanita lain setiap bercinta
denganku. Aku bertahan....
tetapi kau... kau.... kau sungguh lelaki yang
tidak punya hati!“
Luna tidak dapat melanjutkan kata-katanya
lagi. Dia membalikkan tubuhnya dan setengah berlari
pergi.
Sementara itu Rafael
membeku beberapa lama setelah Luna pergi. Kemudian jemarinya mengusap
bekas tamparan di pipinya.
Oh Astaga. Luna mencintainya?
Ҩ
“Dia bilang dia
mencintaiku.” Rafael menelepon Victoria dengan frustasi
sesudahnya.
Victoria mendesah di seberang sana.
“Pantas dia berani mengejarmu sampai
ke sana.” suaranya lalu berubah serius, “Kau tidak bisa membiarkannya tetap di
sana Rafael, kau harus menyuruhnya pergi dari pulau itu.”
“Bagaimana caranya? Aku
tidak mungkin menyuruh orang menyeretnya dan melemparkannya
ke perahu boat.” Victoria tercenung. Lama.
“Aku juga bingung bagaimana caranya. Mungkin kau harus
memintanya baik-baik untuk pergi.”
“Dia baru saja menangis dan berlari meninggalkanku karena
patah hati, lalu keesokan harinya aku mengatakan padanya bahwa dia harus pergi?
Aku akan jadi lelaki tak berperasaan kalau melakukannya.”
‘Pikirkan
Elena kak, kau akan menjadi
lelaki tak berperasaan kalau kau
membiarkan Luna tetap di sana.”
Rafael tercenung. Elena.
Dia tahu persis
kehadiran Luna di sana amat sangat
menyakitkan hati Elena.
Victoria benar, kalau Luna terus ada di rumah ini. Apa yang sudah dibangunnya
bersama Elena bisa hancur pelan-pelan. Dia harus menyuruh Luna pergi dari rumah
ini. Besok.
Ҩ
“Apakah kau baik-baik
saja?” Rafael menemui
Luna yang sedang sarapan sendirian di ruang makan keesokan paginya.
Elena masih tidur, dan Rafael tidak mau membangunkannya karena istrinya itu tampak
sangat lelap.
“Aku baik-baik saja.” Luna tampak lebih memilih buah- buahan
untuk sarapannya, dia sedang menyuapkan sebutir cherry berwarna merah pekat ke dalam
mulutnya.
“Mengenai kemarin, aku ingin meminta maaf. Aku tidak pernah
tahu kalau kau mencintaiku. Kalau saja aku tahu, aku tidak akan melakukan apa yang
kulakukan dulu kepadamu. “
“Sekarang kau tahu dan itu tidak mengubah apapun bukan?”
Luna tersenyum sedih, “Aku memang bodoh, berpikir bahwa aku masih mempunyai
harapan.”
Rafael menghela napas, “Aku sungguh minta maaf kepadamu. Mungkin
kau harus meninggalkan
rumah ini segera.”
Luna menatap Rafael tajam, “Kau mengusirku Rafael?”
”Aku harus melakukannya, Maaf. Tetapi kau tidak bisa
tinggal di sini lebih lama. Aku sedang berbulan madu, dan kehadiran seorang
mantan kekasih sungguh tidak bisa diterima. Aku harap kau mengerti.”
Luna menatap Rafael dengan pahit, “Dia, Elena, istrimu
itu, sudah kau cintai sejak lama bukan?”
Rafael menganggukkan kepalanya. “Ya,”
“Apakah dia tahu betapa beruntungnya dia? Dicintai olehmu
sejak lama?”
Rafael menggelengkan kepala, “Tidak dia tidak tahu, tetapi
itu tidak masalah. Aku sudah memilikinya sekarang.”
Luna menatap Rafael dalam-dalam, lalu tersenyum sedih dan
mengangkat bahunya, “Kurasa memang sudah tidak ada gunanya aku ada di sini. Aku
akan mengemasi barang- barangku dan pergi siang nanti.” Dengan cepat dia
beranjak meninggalkan Rafael dan suara langkahnya terdengar menaiki tangga, menuju
kamar tamu. Beberapa detik kemudian, Rafael yang masih ada di ruang makan, dikejutkan
oleh suara pekikan diikuti suara jatuh berdebam. Dengan segera dia melangkah ke
arah tangga, Di sana Luna duduk dengan wajah meringis kesakitan. Para pelayan mengerubunginya, Luna mendongakkan wajahnya dan menatap Rafael kesakitan, “Tolong Rafael... sepertinya
kakiku terkilir,”
Ҩ
Suara ribut-ribut di luar membuat Elena terbangun dari
tidurnya. Kepalanya masih pening, tetapi dia ingin tahu. Dengan pelan dia melangkah
terhuyung-huyung ke pintu, ingin mencari tahu apa yang terjadi.
Pemandangan di depannya sungguh tidak menyenangkan. Membuat
jantungnya serasa di remas hingga nyeri. Dari kamarnya di bagian atas,
dia bisa melihat jelas ke bawah. Di sana tampak Rafael sedang memijat dan
mengelus kaki Luna yang terduduk kesakitan. Sepertinya kaki Luna terkilir.... tetapi kenapa Rafael harus memijit
kakinya dengan cara yang intim seperti
itu?
Lalu Rafael berdiri, setengah membungkuk dan dengan lembut
merengkuh Luna ke dalam pelukannya dan dengan gerakan cepat mengangkat Luna dan
menggendongnya. Luna tampak sangat
menikmati keintiman itu, dia melingkarkan lengannya di leher Rafael dan menyandarkan
kepalanya di dada Rafael.
Rafael hanya ingin menolong Luna. Dia kan sedang terkilir?
Kenapa dia harus cemburu? Tidak seharusnya dia merasa cemburu.
Elena langsung menyembunyikan dirinya kembali ke kamar, ketika Rafael melangkah
menaiki tangga sambil menggendong Luna, menuju
ke kamar tamu.
Tetapi dia memang cemburu. Pemandangan
itu membuatnya marah, membuatnya tidak rela, membuatnya ingin mengatakan bahwa
Rafael adalah miliknya.
Tidak bisa dipungkiri... Elena sudah jatuh cinta kepada Rafael
Alexander....
Ҩ
“Sebenarnya dia sudah mau pergi hari ini, tetapi dia jatuh
dari tangga dan terkilir, kini dia baru bisa pergi setelah dia bisa berjalan.
Aku tidak mungkin mengusirnya sekarang.”
Rafael menjelaskan ketika Elena bergabung di ruang sarapan setengah jam kemudian. “Maafkan
aku Elena atas situasi yang makin buruk ini.”
Elena menyesap kopinya dan mencoba tersenyum kepada Rafael,
“Tidak apa-apa Rafael,
lagipula sangat tidak sopan mengusir tamu yang sedang sakit.”
Rafael menatap Elena tajam, seolah ingin mengupas hatinya, “Dia tidak akan mengganggu
lagi. Aku sudah mengatakan kepadanya kalau aku mencintaimu. Dan dia tidak bisa
mengharapkan apapun dariku.”
Dan akupun juga mencintaimu Rafael...
Elena bergumam dalam hati tentu saja, dia masih tidak berani mengungkapkannya, takut akan reaksi
Rafael nantinya. Dadanya terasa
sesak dan campur aduk, sehingga dia memilih menyimpannya dulu, dan mengungkapkannya
nanti, kalau dia sudah lebih yakin.
Ҩ
“Maafkan aku tidak ada pagi tadi ketika kau jatuh, ini obat
dari dokter untuk diminum kalau nyeri di
kakimu tidak tertahankan.” Elena meletakkan
obat itu di meja di samping ranjang Luna. Melirik sedikit kepada kaki Luna yang
sudah dibebat dengan perban elastis berwarna cokelat, tiba-tiba bertanya-tanya
dalam hati. Apakah Luna sengaja menjatuhkan dirinya di tangga, agar terluka atau
terkilir sehingga kepergiannya dari rumah ini tertunda? Ah tidak! Elena mengerjapkan mata,
mencoba menghilangkan pemikiran negatif itu. Dia tidak boleh berburuk
sangka kepada perempuan ini.
“Kalau kau butuh apa-apa, bunyikan saja bel, pelayan akan
datang, Istirahatlah, aku pergi dulu.” Elena melangkah meninggalkan kamar itu. Sementara Luna dari tadi diam saja
dan tidak menjawab pertanyaannya.
“Kau pasti sangat bahagia kalau tahu.”
Suara Luna yang dingin membuat Elena menghentikan langkahnya,
dia sudah sampai di ambang pintu.
“Tahu tentang apa?”
Luna mencibir dan menatapnya benci, “Tahu bahwa Rafael sudah mencintaimu sejak
lama. Kau sangat
beruntung tapi kau bodoh karena tidak menyadarinya. Dan aku membencimu
karenanya.”
Elena mengernyitkan keningnya, “Bagaimana mungkin Rafael
mencintaiku sejak lama?” bukankah mereka baru berkenalan, dan ketika Rafael menjalin
hubungan dengan Luna, Elena belum kenal Rafael? Air mata tiba-tiba mengalir di
sudut mata Luna yang indah, membasahi pipinya, “Dulu setiap dia bercinta
denganku, dia selalu memanggil namamu. ‘Elena’... begitu bisiknya, dengan lembut
dan penuh perasaan cinta.... dia tidak pernah memanggil namaku dengan lembut...
tidak pernah satu kalipun dia memanggil namaku seperti itu!!” tangis Luna pecah
dan dia terisak-isak, “Aku membencimu
karena itu! Aku sangat benci kepadamu!”
Elena menatap bingung
ke arah Luna yang
tersedu- sedu. Bingung akan perkataan Luna, tetapi sepertinya perempuan
itu terlalu histeris untuk menjelaskan lebih lanjut. Sambil menghela napas, Elena
melangkah pergi meninggalkan kamar tamu.
Ҩ
Edo menemukan informasi
itu begitu saja.
Dia menelusuri semua petunjuk yang ada. Dan kemudian menemukan potongan
berita dari softcopy arsip koran di perpustakaan nasional. Berita kecelakaan
itu, antara Rafael Alexander, putra milyuner kaya yang menikahi wanita Spanyol.
Kecelakaan itu menewaskan seorang supir taksi tua yang kebetulan melintas. Menjadi
korban tak berdosa yang tewas karena kemungkinan Rafael mengebut sambil mabuk
bersama teman-temannya dan menerobos lampu merah.
Apakah ini Rafael Alexander... Mr. Alex yang sama? Edo masih
merasa tidak yakin. Mr. Alex adalah lelaki jenius yang tampak begitu kompeten dan dingin. Edo selalu
berpikir bahwa masa muda lelaki itu dihabiskan untuk belajar dan bersekolah tanpa
henti.... Tetapi ini... berkendara sambil mengebut, mabuk dan ugal-ugalan
menerobos lampu merah,
dan menewaskan satu orang
pula, sungguh perbuatan
tak bertanggung jawab. Jauh sekali dari cerminan Mr. Alex yang
dikenalnya.
Tetapi artikel ini tak mungkin salah. Meskipun jarang disebut
dan seolah memang disembunyikan. Mr. Alex jelas-jelas putra dari milyuner Alexander
itu.... Rafael Alexander di artikel ini sudah pasti sama dengan Mr. Alex atasannya
itu. Edo melanjutkan membaca artikel itu dengan teliti, dikatakan bahwa permasalahan
kemudian diselesaikan secara kekeluargaan. Rafael Alexander tidak pernah dibawa
ke pengadilan. Dan keluarga supir taksi yang miskin itu juga tidak pernah dikabarkan
lagi.
Edo mencari-cari artikel lain bertanggal sama yang membahas
kecelakaan itu, dan menemukan artikel lain yang membahas keluarga si supir taksi. Dia tertegun, lalu
matanya membelalak kaget. Foto yang sedang berduka di artikel itu... meskipun
masih belia dan begitu muda, itu sudah pasti adalah Elena. Edo menelusuri artikel
itu dan menahan napas ketika menemukan kalimat yang menerangkan bahwa supir taksi
itu meninggalkan seorang putri
tunggal bernama Elena
dan seorang isteri.
Benaknya langsung menghubungkan semua benang merah itu. Jadi
begitu rupanya. Semua ini sudah direncanakan oleh Mr. Alex. Semua yang berhubungan
dengan Elena sudah diatur oleh lelaki itu, tanpa sepengetahuan Elena pastinya.
Edo yakin Elena tidak tahu apa-apa tentang
hal ini.
Dengan bergegas dia melangkah pergi,
benaknya dipenuhi tekad yang kuat untuk segera menemui Elena nanti ketika
dia bisa menjangkaunya. Akan dikatakannya
kepada Elena, bahwa perempuan itu sudah menikahi pembunuh ayahnya....
No comments:
Post a Comment