10
Elena termenung di dalam kamarnya, masih bingung memikirkan
perkataan Luna tadi. Perempuan itu bilang kalau Rafael selalu membayangkannya ketika
bercinta, selalu menyebut namanya.... bagaimana mungkin? Elena kan tidak mengenal
Rafael sebelum ini? Apakah Elena yang dibayangkan oleh Rafael adalah Elena yang
lain?
Jantung Elena serasa diremas. Mungkinkah itu? Mungkinkah pernikahan
impulsif, dan semua hal yang dilakukan dengan terburu-buru ini disebabkan
Rafael menginginkan seorang pengganti untuk Elena yang dicintainya. Toh kalau
dengan Elena, Rafael tidak perlu repot-repot seperti dengan Luna, karena namanya
sama. Jadi Rafael tidak perlu menjelaskan apa-apa dan Elena juga tidak akan tahu
kalau dia digunakan sebagai pengganti.
Elena mendongak ketika Rafael memasuki kamar, mengernyit
ketika melihat Elena duduk melamun di ranjang,
“Sayang, kenapa? Aku menunggumu di bawah untuk makan siang, tetapi kau tidak
turun.”
Jawaban Elena hanya
berupa desahan napas
yang berat, bingung apakah dia
harus menanyakan hal
ini kepada Rafael atau tidak.
Rafael ikut menghela napas, dengan lembut dia melangkah dan
berlutut di depan Elena yang sedang duduk di atas ranjangnya,
“Tentang Luna lagi, apakah dia mengganggumu?”
Elena menatap Rafael,
mencoba mencari kedalaman hati suaminya itu di balik tatapan
matanya yang lembut. Apa sebenarnya yang ada di benak Rafael? Kenapa dia tidak
pernah tahu?
“Luna mengatakan kepadaku, bahwa kau selalu memanggil nama
“Elena’ ketika bercinta....bahwa kau selalu membayangkannya sebagai ‘Elena...”
Elena mendesah, “Dan aku berpikir, tentu Elena yang kau bayangkan itu bukan aku,
karena kita baru saling mengenal...”
Ekspresi Rafael tidak terbaca. Tetapi lelaki itu dengan lembut
merengkuh tangannya dan menggenggamnya dengan erat, “Kau lebih percaya Luna atau
kepadaku sayang? Aku… Suamimu.”
Elena mencoba percaya. Sungguh dia mencoba. Tetapi cara
Luna mengucapkannya tadi, perempuan itu sungguh- sungguh tampak terluka.
Mungkinkah Luna hanya berakting untuk menyebabkan kesalahpahaman di antara Elena
dan Rafael?
“Percayalah kepadaku dan jangan hiraukan apa yang dikatakan
oleh Luna. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, bahwa apapapun yang terjadi
seburuk apapun yang dikatakan orang, kau
bisa pegang satu hal yang pasti, bahwa aku mencintaimu. Amat sangat mencintaimu...”
Rafael menundukkan kepala dan mengecupi jemari Elena, “Rasanya sangat sakit, ketika
kau mencintai seseorang, tetapi tidak dipercaya. Rasanya seperti cintamu ini sampah
dan dibuang begitu saja.”
“Rafael... tidak... bukan begitu....” Elena menggenggam jemari Rafael,
“Aku tidak akan
membuang cintamu. Aku, maafkan
aku mungkin aku sedikit terpengaruh
karena cara Luna mengungkapkannya
tadi begitu meyakinkan.” Elena menghela napas panjang, “Mulai sekarang aku tidak
akan mendengarkannya lagi.”
“Terima kasih Elena.”
Kedua mata mereka
sejajar, Rafael yang berlutut dan Elena yang duduk di atas ranjang, lalu
mereka berciuman dengan lembutnya. Bibir Rafael melumat bibir Elena dengan penuh
perasaaan, membuatnya terlena. Lidahnya menelusur
pelan kemudian, mencecap
rasa yang sudah lama dirindukannya,
rasa yang sangat dikenalnya. Elena mendesah
ketika Rafael mendorongnya
terbaring di ranjang, dengan kaki
menjuntai di bawah
dan Rafael yang
berdiri membungkuk di atasnya,
“Kita tidak bisa melakukannya sekarang. Ini waktunya makan
siang. Alfred akan mencari-cari kita...” Elena berbisik dalam napasnya yang sedikit
tersengal.
“Alfred sudah mencari sejak tadi, lebih tepatnya mencarimu.
Itu sebabnya aku menyusulmu kemari, karena kau tidak turun untuk makan siang.”
Rafael mencumbu leher Elena yang menyimpan aroma khasnya yang manis, “Aku rasa
Alfred akan mengerti, kita kan sedang berbulan madu.”
Jemari Rafael membuka ritsleting gaun Elena dan menurunkannya,
dia menarik gaun itu melewati pinggul Elena dan membuangnya ke lantai. Pakaian
dalamnya menyusul kemudian, hingga Elena berbaring telanjang dan pasrah di
bawahnya.
Rafael tidak terburu-buru, lelaki itu dengan pelan membuka
kancing kemejanya dan melepasnya, memamerkan tubuh indah dan kerasnya yang bahkan
masih membuat Elena merasa kagum setiap
melihatnya, bahkan setelah berkali-kali jemarinya menyentuhnya
di sana, menikmati kehalusannya.
Lalu Rafael menurunkan celananya dan kemudian telanjang
sepenuhnya di depan Elena, kejantanannya mengeras dan sudah siap. Lelaki ini amat
bergairah.
Dengan lembut lelaki itu menunduk di atas Elena, jemarinya
bergerak menelusuri tubuh Elena dan
menemukan kewanitaan Elena yang sudah hangat dan basah,
“Aku belum menggodamu,
tetapi kau sudah basah di sini...”
Rafael menggerakkan jemarinya
lembut, “Kau pasti sangat merindukanku di sana.”
Dengan lembut Rafael mengangkat kedua kaki Elena dan menyandarkan masing-masing
di pundaknya, membuat posisi Elena begitu pas untuk dia masuki. Lelaki
itu melakukan penetrasi dan mengerang parau.
“Astaga... kau begitu sempit sayang, begitu sempit dan
nikmat...”
Elena mengikuti semua ritme yang dibawa oleh Rafael. Posisi
ini membuat titik-titik sensitif yang tidak disadarinya ada tersentuh dan bangun,
membuat seluruh tubuh Elena menggelenyar dalam kenikmatan yang luar biasa. Jemari
Rafael bergerak dan menyentuh titik nikmat di atas kewanitaannya, memainkannya.
Membuat Elena seakan dihantam oleh dua kenikmatan bertub-tubi.
“Rafael...” Elena mengerang, menyebut nama suaminya, karena sudah tidak bisa menahan
diri.
“Ya sayang, ya....” Rafael membalas erangan Elena dengan suara
parau tertahan, ritmenya semakin cepat, semakin tak tertahankan membuat Elena
tidak mampu lagi, sehingga akhirnya membiarkan dirinya dibawa oleh arus deras kenikmatan yang
memenuhi seluruh sarafnya.
Rafael mengerang di sana dan mereka mencapai orgasme bersamaan.
Ҩ
“Apakah dengan begini kau yakin bahwa aku mencintaimu?” Mereka
masih berbaring telanjang dan puas di atas ranjang. Elena meringkuk membelakangi
Rafael dan Rafael memeluknya dengan posesif dari belakang, kaki mereka saling bertautan.
Kulit mereka saling menghangatkan,
“Tanpa sekspun aku yakin bahwa
kau mencintaiku.”
Elena menjawab pelan, setengah mengantuk. Sesaat hening,
dan Elena merasakan jantung Rafael berdebar, lelaki itu menghela napas sebelum
bertanya,
“Apakah... apakah kau juga mencintaiku, Elena?”
Elena tertegun dengan pertanyaan itu. Jauh di dalam hatinya
dia sudah tahu jawabannya. Ya. Dia mencintai Rafael, dia sangat mencintai suaminya
ini. Dan Rafael sudah berkali- kali menyatakan mencintai Elena. Amat sangat tidak
adil kalau Elena tidak mau
mengungkapkan perasaannya kepada suaminya. Mungkin inilah saat yang
tepat....
“Ya...” Elena menjawab pelan, jantungnya berdebar, “Ya...
Aku juga mencintaimu, Rafael...”
Rafael mendesah pelan, menyebut nama Elena dengan khidmad,
“Elena....” Lalu lelaki itu memalingkan muka Elena supaya menoleh menghadapnya,
dan menciumnya dengan sangat bergairah.
Elena merasakan kejantanan Rafael mengeras lagi di sana,
menyentuh bagian belakang
tubuhnya, Jemari lelaki itu sudah menangkup payudaranya dan memainkannya
dengan lembut, menggoda putingnya, merayunya, jemarinya lalu turun dan memainkan
titik sensitif di pusat kewanitaan Elena, dengan lembut dan menggoda.
Elena mendesah dan mencoba membalikkan tubuhnya, tetapi Rafael
menahannya.
“Jangan, kita akan mencoba
seperti ini.” Dengan lembut Rafael mengangkat sebelah kaki
Elena yang masih berbaring miring membelakanginya, kemudian
dari belakang, Rafael menyelipkan kejantanannya yang
terasa keras dan panas, memasuki pusat kewanitaan Elena yang
lembut dan basah.
Elena setengah
menjerit merasakan penetrasi
Rafael ini. Gaya bercinta Rafael ini membuat titik-titik yang biasanya
tidak tersentuh oleh
kejantanan Rafael menjadi
tersentuh semua, membangunkan sarafnya dan merangsangnya.
Rafael membimbing Elena supaya mengikuti ritmenya, mereka bergerak
dengan lembut, tidak
terburu-buru, menikmati setiap detiknya dengan bahagia. Dan kemudian mencapai
orgasme bersama.
Ҩ
Suamiku. Elena menelusurkan jemarinya di alis Rafael, membuat alis
itu sedikit berkedut.
Barusan Elena terbangun dan mendapati Rafael masih tidur
pulas di sebelahnya, sesuatu yang jarang
terjadi, karena selama ini lelaki itulah yang selalu terjaga sebelum
Elena kemudian menggoda Elena dengan kecupan-kecupan kecil untuk
membangunkannya.
Elena mengamati wajah kokoh suaminya itu. Darah Spanyol sangat kental di sana, menciptakan wajah latin
yang khas dengan mata yang dalam dan tajam, dan bibir yang luar biasa menggairahkan.
Alis dan rambutnya berwarna gelap, sedikit ikal di bagian bawah. Suaminya ini
luar biasa tampan, bagaikan pangeran dari negeri antah berantah. Dan lelaki
ini mencintainya
Dada Elena dipenuhi oleh perasaan hangat. Mengingat bagaimana
mereka semua bisa mencapai titik saling mencintai di pernikahan ini. Elena juga
mencintai suaminya. Dan dia bertekad. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, dia
akan mempercayai suaminya. Rafael begitu mencintainya, dan yang pasti tidak akan
membohonginya. Elena percaya itu.
Ҩ
“Jadi dia jatuh dari tangga dan terkilir, lalu kau tidak
jadi mengusirnya dan malahan merawatnya?” Victoria hampir berteriak di seberang sana.
Membuat Rafael sedikit menjauhkan ponselnya.
“Ya, dia setuju untuk pergi dan akan berkemas, ketika kecelakaan
itu terjadi.”
“Terdengar seperti kesengajaan bagiku.” Nada suara Victoria tampak
mencela, “Apa kau
yakin dia sungguhan? Jangan-jangan dia berakting
sakit.”
“Kakinya benar-benar bengkak dan dokterkulah yang memeriksanya, jadi dia memang benar-benar
terkilir.” Rafael mendesah, “Walau
aku tidak bisa menebak apakah dia sengaja menjatuhkan dirinya atau tidak.”
“Mengingat sifat Luna, dia mungkin saja melakukannya.” Victoria
tampak cemas, “Lalu
bagaimana dengan kau dan Elena?”
Rafael tersenyum mengenang ketika nama Elena disebut. Elena,
Elenanya. Perempuan itu mengatakan mencintainya, dengan
begitu lembut. Elena mencintainya! Oh astaga. Rasanya seperti semua bebannya terlepas
dan tubuhnya menjadi ringan. Begini rasanya ternyata ketika mencintai seseorang
sepenuh hati, ketika cinta itu terbalas, seluruh tubuhnya terasa melayang.
“Kami bisa menghadapinya.” Rafael masih tersenyum ketika berbicara,
mengenang percintaan mereka
yang panas dan bertubi-tubi setelah
pengakuan cinta itu. “Dan dia mengatakan dia mencintaiku.”
“Oh.” Victoria tampak tertegun, “Selamat kakak, meskipun aku
meragukan ada perempuan yang tahan menolak cintamu kalau kau sudah mengerahkan
segala pesonamu.” Victoria terkekeh, “Kau pasti sangat bahagia.”
“Sangat.” Rafael tersenyum.
“Aku sudah memikirkan cara untuk mengatasi Luna, kau harus
datang ke sini.”
“Aku?” Victoria mengeluarkan nada memprotes, “Bagaimana mungkin
aku bisa kesana? Kau meninggalkan tanggung jawab atas perusahaan di tanganku ketika
kau pergi.”
“Aku akan memegangnya kembali. Aku akan mengajak Elena
pulang.”
“Dan meninggalkan Luna
di pulau itu
sendirian dan sakit?”
Rafael mengangkat bahunya, “Karena itulah kau harus datang
kemari, pura-pura mengatakan bahwa ada hal urgent di perusahaan yang harus aku urus.
Lalu kau yang tinggal di sini sampai Luna pulih, demi kesopanan.”
“Kau akan meninggalkan aku di pulau itu dengan perempuan
jahat seperti Luna?” Victoria menaikkan nada suaranya, “Kau memang tidak pernah
tanggung-tanggung memanfaatkan kasih sayang adikmu, kakak.” Rafael terkekeh,
“Suatu saat nanti, kalau
kau sedang terlibat masalah cinta
yang pelik, aku berjanji akan membantumu sekuat tenaga.”
“Aku akan mencari pasangan yang tidak pelik.” sahut Victoria
segera, lalu mendesah dan menghela napas, “Aku akan berangkat besok.”
“Terima kasih adikku.”
Ҩ
Mereka sedang makan
malam ketika suara
perahu boat terdengar mendekat. Elena mengernyit, tamu lagi? Diliriknya
Rafael, lelaki itu tampak tenang-tenang saja.
Mereka makan malam bertiga, Rafael, Elena dan Luna yang sudah
mulai bisa berjalan meskipun masih harus mengenakan penyangga badan. Suasana makan
malam dingin dan kaku, Luna tak banyak bicara seperti biasanya. Meskipun Elena
sempat melihat perempuan
itu berkali-kali menyentuh Rafael seolah tanpa sengaja.
Seorang pelayan masuk,
mengantarkan tamu yang baru tiba itu, “Victoria.” Rafael
berseru dan meletakkan makanannya, “Kejutan tak terduga,
kenapa kau datang kemari?” lelaki itu berdiri, mengajak Elena dan memeluk
adiknya.
Victoria mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan,
dia memeluk Elena dengan hangat, lalu melirik ke arah Luna sambil lalu dan melangkah
duduk di kursi di meja makan itu. Rafael dan Elena kembali duduk.
Para pelayan dengan sigap langsung mengantarkan hidangan
untuk tamu tambahan mereka itu.
Victoria melirik ke arah Luna dan tersenyum kaku. Mereka
memang saling mengenal, tetapi tidak begitu akrab. “Hai Luna, kudengar dari kakak
kau sudah di sini beberapa hari dan mengalami kecelakaan, bagaimana kondisi kakimu?”
Luna mengangkat alisnya
dan tersenyum manis, “Masih sakit dan bengkak, aku tidak
bisa berjalan kalau tidak pakai penyangga.”
“Wah sepertinya penyembuhanmu akan memerlukan waktu lama.”
Victoria sekuat tenaga
menyembunyikan nada sinis di dalam
suaranya.
Luna mengangguk, melirik Rafael, seolah ingin menebak apa
rencana Rafael dengan kedatangan Victoria yang mendadak ini. Apakah Rafael menyuruh
Victoria datang untuk melindungi Elena dari serangannya?
“Ya. Kakiku sepertinya memerlukan waktu lama untuk sembuh.” Luna menyentuh lengan
Rafael dengan lembut
dan tersenyum penuh arti,
“Maaf Rafael, sepertinya
aku harus berada di rumah ini lebih
lama, aku tidak bisa kemana-mana.”
“Tidak masalah.” Rafael menjawab
datar. Elena yang sedang mengamati Rafael
mengernyitkan alisnya, Rafael tampak
berusaha sekuat tenaga
untuk fokus kepada makanannya dan menahan diri untuk tidak
tertawa. Kenapa suaminya tampak begitu geli? Apa yang ada di dalam benaknya?
Victoria sendiri tampak menahan senyum, dia menyendok satu
suap penuh sup krim asparagus kental dengan kepiting di dalamnya, dan memutar bola
matanya senang,
“Wow, masakan Alfred yang luar biasa. Aku merindukannya,
kurasa ini sepadan dengan tinggal di sini beberapa lama sementara Rafael
pergi.”
“Apa maksudmu?” Luna langsung menyela,
merasa waspada. Victoria melirik Luna tidak peduli, lalu menatap Rafael,
“Oh aku belum
mengatakan maksud kedatanganku kepada kalian
ya? Rafael, aku
mengalami masalah dengan negosiasi dengan
pihak Jepang. Mereka
tidak percaya kepadaku, dan ingin
pelaksanaan nego diwakili oleh kau langsung.” Victoria menghela napas panjang,
“Itu tender yang yang besar dan mereka menahannya sampai kau pulang. Kita akan
rugi besar kalau sampai proyek itu tertahan lama, karena itu dengan baik hati, aku
menawarkan diri untuk menggantikanmu menjadi tuan rumah di rumah ini untuk tamu
kita.” Victoria melirik Luna dengan sinis, “Sementara kau dan Elena pulang untuk
mengurus tender itu.”
“Apa?” Luna hampir
menjerit, lupa akan
sikap datar dan menahan
diri yang dipertahankannya, “Tidak!
Kau tidak bisa melakukannya kan
Rafael? Masa kau akan tega meninggalkan aku yang sedang sakit sendirian di
sini?”
Victoria mengedipkan matanya
nakal kepada Luna, “Kau kan tidak sendirian Luna, ada aku
di sini menemanimu.”
Luna melirik Victoria dengan marah, lalu mengalihkan pandangannya
kepada Rafael, “Rafael... aku ... “
“Aku terpaksa harus pergi Luna. Dan sementara kau masih sakit.
Victoria akan menunggu di sini, memastikan semua kebutuhanmu terpenuhi dan kau
baik-baik saja.”
“Aku...aku akan ikut pulang denganmu....aku sudah merasa
agak baikan...”
“Tadi kau bilang
kau tidak bisa kemana-mana dan harus tinggal lama di sini.” Victoria menyela
gemas, “Sudahlah Luna, kau tinggal di sini denganku. Para pelayan dan aku akan
memastikan kau pulih dengan baik sebelum pergi dari sini.”
“Victoria benar Luna.’
Rafael melanjutkan sebelum Luna sempat membantah, “Aku dan Elena
akan berkemas untuk pergi nanti malam. Maafkan aku atas keadaan ini. Semoga kau
lekas sembuh dan sehat kembali.”
Dan pembicaraanpun ditutup. Kali ini Elena yang menelusuri piringnya
dengan sikap geli.
Mendadak dia mengerti kenapa Rafael
tadi sepertinya menahan tawa. Lelaki itu
sengaja, dia sudah
merencanakan semua ini
bersama Victoria. Membuat Luna tidak dapat berkutik lagi.
Ҩ
Mereka meninggalkan pulau itu siang harinya, dan setelah
mendarat di Pulau Dewata, mereka melanjutkan dengan pesawat untuk pulang.
“Kau pasti senang.” Rafael menggenggam tangan Elena yang duduk
disebelahnya, tersenyum jahil.
Elena menatap Rafael
dan tertawa, ‘Kau sangat licik Rafael Alexandro.”
Rafael ikut tertawa bersama Elena dan mengecup dahi Elena
dengan sayang.
***
Mereka mendarat di bandara dan langsung dijemput oleh supir pribadi Rafael. Tengah malam
mereka baru tiba di rumah Rafael. Rumah
itu masih sama, seindah
ingatan Elena dulu ketika pertama
kemari di pesta itu. Pesta yang menghasilkan
sebuah insiden yang
mendorong Elena dan Rafael akhirnya bersatu ke dalam
pernikahan.
Mungkin sekarang Elena akan mensyukuri insiden itu. Karena
sekarang dia menemukan kebahagiaan bersama suaminya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu
dan menatap Rafael dengan serius. “Malam
itu malam setelah
pernikahan kita adalah malam
pertama kita. Aku tahu karena rasanya sakit.”
Rafael tersenyum lembut, “Aku juga tahu karena aku harus
menembus penghalang yang kuat, sebelum bisa memasukimu.”
Pipi Elena memerah
mendengar kata-kata vulgar Rafael yang diucapkan dengan santai,
“Kalau malam itu adalah malam pertama kita, berarti waktu itu kita tidak berbuat
apa- apa di sini.”
Rafael mengangkat bahu,
“Aku memang tidak
ingat. Tetapi mungkin kita hanya mabuk dan tertidur di ranjangku.”
“Tetapi waktu itu
kita telanjang bulat.”
Elena mengerutkan dahinya.
Rafael tertawa, “Mungkin kita bercumbu sedikit lalu tertidur.”
Ingatannya melayang kepada Elena yang meninggalkannya tidur ketika dia
mencumbunya waktu itu. Yah setidaknya Rafael tidak sepenuhnya berbohong.
“Padahal kejadian itu adalah alasan
kita menikah.” Elena menghela napas,
“Kalau kau tahu kita tidak berbuat apa- apa, kau bisa tidak menikahiku.”
“Hei aku tidak peduli apa alasan yang mendorongku menikahimu. Kalau bukan
karena isiden di malam itu, kurasa aku akan menemui cara untuk menikahimu pada
akhirnya.” Rafael mendekap Elena ke dalam pelukannya, “Dan aku selalu mensyukuri
karena aku menikahimu. Kau adalah sumber kebahagiaanku Elena.”
Elena membalas pelukan Rafael sambil tertawa, ‘Kau juga Rafael,
Aku mencintaimu dan aku mempercayaimu sepenuh hati.”
Ҩ
Bagaimana kalau kepercayaan Elena tiba-tiba dihancurkan
olehnya?
Rafael terbangun di tengah malam.
Karena mimpi buruk yang menghantuinya.
Mimpi itu datang lagi. Kecelakaan itu. Lalu anak perempuan yang mengusirnya dari
rumahnya dengan tatapan mata penuh kebencian. Kebencian yang menghujam dan
masih tetap membuat
jantung Rafael berdenyut perih sampai
sekarang. Dan kemudian mimpi itu berlanjut dengan dia kehilangan Elena. Elena hilang
begitu saja dan dia tidak
dapat menemukannya di
mana-mana. Membuatnya menggila, membuatnya seperti ingin mati saja. Napasnya
sedikit terengah dan dadanya terasa sesak oleh mimpi yang menakutkan itu. Dengan
lembut diliriknya perempuan yang terbaring manis di sebelahnya. Elenanya.
Istrinya. Yang mencintainya dan mempercayainya...
Mempercayainya.. Elena sangat mempercayainya, dengan tanpa
prasangka, perempuan itu meletakkan hatinya di tangan Rafael, pasrah dan percaya
kepadanya.
Sementara Rafael membangun
sebuah pernikahan yang didasarkan
pada kebohongan. Cintanya kepada Elena bukanlah suatu kebohongan, dia sungguh-sungguh
mencintai Elena, dari lubuk hatinya yang paling dalam. Elena adalah sumber kebahagiaannya
yang paling dalam, begitupun dia ingin menjadi
sesuatu yang sama bagi Elena.
Tetapi semua selain cinta itu adalah sebuah kebohongan. Sebuah
kebohongan yang terjalin dan membentuk
dinding rapat yang menutup
rahasia masa lalu mereka. Rahasia itu, rahasia tentang kematian ayah Elena. Rafael
tidak pernah bisa lari dari masa lalunya,
dia adalah pembunuh ayah Elena. Bagaimana dia menjelaskannya kepada isterinya
itu, kalau suatu saat Elena mengetahui kebenarannya? Akankah cinta yang mereka
bangun saat ini hancur begitu saja?
Rafael tidak mau kehilangan Elena, dia akan mati kalau
sampai itu terjadi.
Ҩ
“Aku sudah pulang.”
Elena menelepon Donita segera keesokan paginya, dia sedang di sendirian
karena Rafael sedang bekerja untuk mengurus proyeknya. Victoria ternyata tidak
berbohong tentang yang satu itu.
Donita memekik senang di seberang sana, ‘Kau harus datang
ke sini.”
“Ya aku akan datang ke rumahmu siang ini.” Elena tertawa,
dia tadi sudah bilang kepada Rafael akan mengunjungi Donita siang
ini, dan Rafael
mengizinkannya dengan syarat Elena
harus mau diantar
jemput oleh supir
pribadinya, dan Elena tidak keberatan
dengan syarat itu.
Ҩ
“Jadi begitu ceritanya.” Elena menyelesaikan ceritanya, dari
awal sampai akhir, dari insiden malam pesta itu sampai akhirnya mereka jatuh
cinta. Elena sedang menggendong puteri kecil Donita yang masih bayi, dia membuai
anak perempuan cantik yang sedang terlelap itu dengan penuh kasih sayang.
“Wow sebuah kisah
yang tak terduga
tapi sangat indah.” Mata Donita berbinar-binar.
“Dari ceritamu, aku yakin Mr. Alex sangat mencintaimu Elena. Sudah sekian lama
aku menjadi asistennya, dan dia begitu dingin, begitu menutup diri. Aku dulu membayangkannya
akan menjadi penyendiri seumur hidupnya,
aku tidak menyangka dia akan menikah
dan jatuh cinta kepada seseorang.”
Donita tersenyum lembut, “Aku turut bahagia untuk kalian berdua.”
Elena tersenyum juga, “Yah aku sendiri tidak menyangka akan
berakhir seperti ini. Tetapi aku bahagia.” Senyumnya melebar, membuat Donita
tertawa.
Tetapi kemudian ekspresi Donita berubah serius, “Kau tidak
mencari tahu kabar Edo akhir-akhir ini?”
Elena menggelengkan kepalanya, “Buat apa? Setelah
insidennya dengan perempuan bernama Alice di kamar waktu itu, aku sudah melupakannya.
Dia tak pantas untuk kupikirkan.”
‘Kau bilang nama perempuannya Alice?” Donita menyela cepat,
rupanya Elena lupa menyebutkan informasi itu di ceritanya tadi.
Elena menganggukkan kepalanya, “Ya. Edo memanggilnya dengan
nama Alice.”
“Alice adalah sahabat Rafael, dia sahabat Victoria dan menjadi
sahabat Rafael juga. Tetapi dari yang kutahu, Edo dulu pernah mengejar-ngejar
Alice dan perempuan itu menolaknya mentah-mentah. Alice sendiri dengan tegas mengatakan
bahwa Edo bukan tipenya, dan dia tidak tertarik sama sekali dengan Edo.”
Elena termenung. Dari kenangannya waktu itu, mengingat
begitu bergairahnya Alice mencumbu Edo di kamar, tidak kelihatan
kalau Alice tidak
tertarik kepada Edo, perempuan itu malahan
tampak bersemangat dan
menggoda. “Mungkin mereka berdua sedang mabuk malam itu.”
“Mungkin juga” Donita menimpali, “Tetapi Edo jadi berubah
sejak kau tinggalkan. Dia tidak ceria lagi, menjadi pemarah dan pemurung. Terakhir
dia selalu mencari-cari informasi tentangmu. Kapan
kau pulang dan
sebagainya. Bahkan dia menelepon ke rumahku.”
“Benarkah?” Elena mengernyit,benarkah Edo masih belum menyerah
terhadapnya? Bagaimana mungkin? Tetapi kemudian setelah
menelaah Elena menyadari
bahwa itu mungkin saja terjadi.
Perpisahannya dengan Edo waktu itu berakhir buruk, dan penuh permusuhan. Edo
mencoba menjelaskan dan Elena
tidak mau mendengarkan,
lalu Edo mulai menuduh Rafael dan
sebagainya. Mungkin sekarang Edo tidak terima karena pada akhirnya, Elena menikahi
Rafael. Mungkin jika ada kesempatan bertemu nanti, Elena bisa berbicara dengan
Edo dari hati ke hati, Mengurai kesalahpahaman di antara mereka dan saling memaafkan.
Ya... mungkin dia akan mencari kesempatan untuk menemui Edo.
Ҩ
Bos sudah pulang. Itulah yang dikatakan para pegawai sejak tadi. Semula Edo masih tidak percaya,
tetapi kemudian Rafael muncul dan membiarkan beberapa pegawai menyalaminya, memberinya
selamat atas pernikahannya dengan Elena.
Edo melihat lelaki
itu tertawa ramah,
sesuatu yang tidak pernah
dilihatnya sebelumnya dan
menjanjikan acara pesta pernikahan yang mengundang para pegawainya.
Edo mendengus kesal. Lelaki itu telah mengatur segalanya
seakan-akan dia itu Tuhan. Edo telah melakukan penyelidikan secara
menyeluruh dan dia menemukan bahwa semua
sisi kehidupan Elena
setelah kematian kedua orangtuanya terkoneksi dengan
Rafael.
Rafael yang mengatur segalanya untuk Elena, dari fasilitas
pendidikan, tempat tinggal bahkan pekerjaannya. Elena diarahkannya ke sini, masuk
perusahaannya bagaikan sebuah mangsa tidak berdaya siap disantap untuk kesenangan
Rafael. Edo menahan kemarahan di dalam dadanya, Dia tidak akan membiarkan Rafael
berjaya. Elena harus tahu kalau selama ini dia dibodohi dan dimanfaatkan oleh lelaki
yang menjadi pembunuh ayahnya. Rafael telah merencanakan semuanya, dia menjebak
Edo dan kemudian entah dengan cara apa dia menjebak Elena untuk menikahinya.
Lelaki itu lelaki
sempurna dan yakin
bisa mendapatkan apa saja yang dia mau. Edo mencibir. Tetapi kali ini,
dia akan memastikan Rafael menerima ganjarannya. Dia hanya harus mencari tahu
di mana Elena, dan mengatur pertemuan dengannya. Setelah
itu dia akan
melemparkan semua bukti yang dimilikinya tentang rahasia gelap yang
disimpan Rafael selama ini.
Mata Elena akan terbuka. Dan Edo akan menawarkan diri
menjadi penopangnya. Elena akan kembali ke dalam pelukannya lagi, Edo yakin
itu. Dan Rafael... seluruh rencana lelaki
itu akan hancur.,,,,Edo tersenyum jahat, membayangkan seluruh rencananya. Rafael
akan menyesal telah main-main dengannya
UNFORGIVEN HERO - BAB 11
Kok BAB 11 tidak bisa di buka ya???
ReplyDeleteKenapa ga bsa d buka ya
ReplyDeleteCan't open cyinnnn...
ReplyDeleteIni gimana ya? Part 11nya gak bisa di buka, saya harus apa?
ReplyDeleteYang 11 gak bisa dibuka. Nanggungnya 😑
ReplyDeleteBisa mba tekan enter panah sebelah kiri
ReplyDeleteGa ada enter panah sebelah kiri mbak?duh penasaran
ReplyDeletebaca lanjutan ceritanya ke wattpad.Aku sdh baca sambungnya di wattpad.Ketik tajuk novel ini sahaja.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBagian bawah kotak comment. Ada panah ke kiri. Tekan itu
ReplyDeleteBab 11 gak bisa ke buka knp yak ??
ReplyDeletehttp://bookumania.blogspot.com/2015/10/unforgiven-hero-bab-11.html
ReplyDeletebuka link dari sebelah kanan