BAB
15
“Tidak!,”
Lana berseru. Seketika wajahnya pucat pasi, tangannya langsung melindungi perutnya.
Lana tidak tahu bagaimana perempuan hamil, dia tidak punya pengalaman. Tetapi begitu
sadar bahwa ada bayi yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuhnya, Lana langsung
tahu bahwa ada ikatan di antara mereka, bahwa seorang ibu secara alami akan
melindungi anaknya. “Kau harus membunuhku dulu kalau kau berniat melaksanakan
niatmu itu Mikail Raveno! Aku tidak tahu kegilaan apa yang ada di dalam otakmu,
tapi kau seharusnya malu. Anak ini adalah darah dagingmu sendiri, dan kau berniat
membunuhnya bahkan sebelum dia tumbuh!”
Mikail
menatap Lana dengan pandangan kesakitan, “Aku tidak bisa Lana, aku tidak bisa
kalau kau hamil!,” lelaki itu mengacak rambutnya dan berdiri menyeberangi ruangan,
menuangkan brandy untuknya dan meneguk cairan keras itu sekali teguk. Ketika
membanting gelasnya dan menatap Lana, matanya menyala-nyala, “Natasha….. dia
sempat hamil kau tahu… kemudian keguguran…”
Lana
tercekat ketika akhirnya topik itu dilepaskan oleh Mikail. Nama Natasha seakan
tabu untuk diucapkan ketika Lana masuk ke rumah ini sebagai Nyonya Raveno. Dan
sekarang Mikail sendiriah yang mengangkat topik itu ke permukaan.
“Tetapi
kondisiku dan Natasha berbeda, aku sehat-sehat saja…”
“Yang
tidak orang lain ketahui adalah Natasha hamil lagi setelah keguguran itu,” Mata
Mikail nyalang, ingatannya kembali ke masa lalu, seakan tidak menyadari ada Lana
di ruangan itu, “Aku tidak tahu bagaimana caranya dia membuatku lengah dan
hamil lagi. Demi Tuhan aku sudah berusaha agar dia tidak hamil lagi, aku bahkan
sudah membuat janji temu dengan dokter untuk operasi vasektomi. Tapi Natasha
berhasil hamil lagi dan dengan keras kepala dia menyimpan rahasia itu dariku dan
semua orang. Takut kalau kami mengetahuinya dia akan meminta kami menggugurkannya,”
Nafas Mikail tercekat, “Ketika dia meninggal seperti tidur di atas ranjang, dokter
baru mengetahui dan mengatakan padaku bahwa Natasha sudah hamil tiga bulan.
Kehamilannya itulah yang memperburuk kondisinya
dan membuatnya semakin lemah….. kehamilan itu yang membunuhnya!”
“Tapi
aku tidak sama dengan Natasha, Mikail,” Lana menyela, berusaha mengembalikan Mikail
ke masa kini, “Aku sehat dan kuat dan bayi ini tidak akan membebaniku”
“Aku
tidak mau kau sakit karena kehamilanmu!,” Mikail menyela marah, dan ketika menyadari
wajah Lana memucat karena suaranya yang meninggi, MIkail memperlembut uaranya, tatapannya
memohon, “Aku minta padamu Lana, gugurkan bayi itu. Tidak akan pernah ada bayi
di rumah ini, tidak akan pernah ada bayi di pernikahan kita. Aku tidak menginginkan
bayi”
***
Dada
Lana bergemuruh oleh perasaan yang bercampur aduk, teganya Mikail dan betapa
egoisnya dia! Betapapun
Mikail
merasakan trauma dan ketidaksukaan yang mendalam atas kehamilan Lana,
seharusnya lelaki itu sadar kalau yang ada di perut Lana ini adalah darah dagingnya,
anaknya! Sebegitu tidak berharganyakah Lana di mata Mikail sehingga dia harus mengorbankan
janin yang dikandungnya atas nama kenangan Mikail kepada Natasha?
“Tidak
Mikail,” Lana menegakkan dagu, menahankan sakit hatinya yang meluap-luap. “Aku
tidak akan pernah mengugurkan bayi ini apapapun alasannya, meskipun kau hanya
menganggapnya sampah…,” Lana menatap Mikail dengan tatapan terluka yang dalam, “Meskipun
kau melupakan fakta bahwa dia ada karena dirimu juga…dia adalah anakku, dan
sekarang dia bertumbuh di dalam diriku. Seperti yang kubilang kepadamu tadi,
kalau kau memaksakan kehendakmu kepadaku, kalau aku sampai kehilangan anak ini
karena kesengajaanmu, maka yang kau dapatkan adalah kematianku”
Mikail
tertegun mendengar ancaman Lana itu, dia menatap Lana dan menyadari perempuan
itu terluka. Mikail terlalu terburu-buru mengucapkan isi hatinya, dan itu melukai
Lana. Dengan frustrasi diacaknya rambutnya setengah marah,
“Dengar
Lana, jangan kekanak-kanakan, kalau kau hanya ingin menentangku…”
“Aku
tidak ingin menentangmu!,” Lana setengah berteriak, kali ini emosinya pecah dan
berderai, “Aku tidak peduli perasaanmu atas masa lalumu dengan Natasha, tetapi aku
sekarang ada di sini, hidup dan bernafas saat ini. Dan kau memaksaku untuk menggugurkan
anakku! Menurutmu apa yang harus kulakukan selain melindungi anakku sekuat tenaga?
Anakmu juga!!”
Anakmu
juga. Kata-kata itu terasa menusuk dada Mikail hingga membuatnya mengernyit.
Anaknya juga…. Tetapi anak itu bisa menjadi pembunuh, Mikail pernah mengalaminya
sekali. Dan jika dia harus mengalaminya
lagi…
“Mungkin
nanti kau akan berubah pikiran”
“Tidak
akan Mikail.” Lana menyentuh kepalanya yang mulai berdenyut-denyut lagi. Dan
Mikail menatapnya dengan cemas, “Apakah kau pusing lagi?”
“Ya,”
Lana mengerang dan memijit kepalanya.
“Aku
akan mengambilkanmu air,” Mikail menuang air itu ke dalam gelas dan duduk ditepi
ranjang, lalu menyerahkan gelas itu kepada Lana, “Ini… minumlah”
Lana
menerima gelas itu dan meneguknya. Setelah selesai Mikail meletakkan gelas itu
kembali di tepi ranjang.
Mereka
diam di sana dalam keheningan, saling bertatapan. Biasanya suasana tidak secanggung
ini. Biasanya setiap malam Mikail langsung mengajaknya masuk kamar dengan
bergairah yang berlanjut dengan percintaan yang luar biasa dan mereka langsung
tertidur sampai pagi. Tetapi sekarang keadaan berbeda. Mikail tidak bisa memecahkan
keheningan dengan bercinta. Dan pembicaraan tadi ternyata telah menguras emosi
mereka berdua.
Lana-lah
yang pertama kali memecah keheningan, “Kau ingin tidur?”
Mikail
menatap ke sisi tempat tidur yang kosong. Sisi miliknya. Dan tiba-tiba merasa
lelah. Lana menggeser tubuhnya memudahkan MIkail untuk berbaring. Lelaki itu
berbaring di sebelahnya dengan tenang tanpa suara, hanya suara berdesir kain
yang bergesekan.
Lama
mereka berdua berbaring dengan mata yang nyalang, sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.
Sampai akhirnya mereka lelap tertelan tidur.
***
Pagi
harinya suasana begitu dingin, Mikail seolah tidak mau membahas percakapan
mereka semalam, tetapi walaupun begitu, Lana tetap waspada. Mengingat sifat Mikail,
tidak menutup kemungkinan lelaki itu akan melakukan segala cara untuk melaksanakan
keinginannya. Dengan memasukkan obat penggugur di minumannya misalnya, siapa
yang tahu?
Mengingat
lelaki itu pernah membiarkan minumannya dicampuri obat oleh Norman. Lana mengelus
perutnya dan mengernyit sedih, meskipun bayi ini tidak diinginkan oleh ayahnya,
meskipun perasaannya sekarang terluka karena Mikail lebih mementingkan kenangannya
akan Natasha daripada dirinya yang sekarang ada dan hidup di depannya, Lana
harus berusaha tegar dan kuat, demi anak ini.
“Anda
akan mempertahankan anak itu kan?,” suara Norman menyentakkan Lana dari lamunannya.
Lelaki itu sedang memasuki ruangan yang sama dengan Lana.
Lana
menatap Norman dan mencoba tersenyum, Norman sangat baik dan sopan padanya ketika
dia memasuki rumah ini. Norman pulalah yang menjelaskan kepadanya kebenaran dan
merubah semua pandangannya akan Mikail.
“Aku
akan menjaganya dengan nyawaku. Kau harus berhadapan denganku dulu kalau kau ingin
mencelakai anak ini”
Senyum
terukir di bibir Norman, “Tidak nyonya, Tuan Mikail tidak pernah menyuruh saya mencelakai
anak itu. Bahkan jika tuan Mikail menyuruhpun, saya akan menolak, anak itu adalah
keturunan Raveno yang harus saya hormati pula” Kelegaan meliputi hati Lana,
setidaknya ada orang yang mau membela anaknya. Kemudian Lana menatap Norman dengan
ragu,
“Apakah
kau tahu bahwa Natasha meninggal karena dia mencoba mengandung untuk kedua kalinya?”
Noman
menatap Lana hati-hati dan menganggukkan kepalanya, “Saya tahu, setelah kematian
nyonya Natasha. Hal itulah yang menghancurkan Tuan Mikail, bahwa dia sebenarnya
berkontribusi dalam kematian Nyonya Natasha. Nyonya Natasha bisa hidup lebih lama
seandainya tidak hamil….,” Norman menghela nafas panjang dan menatap Lana lembut,
“Saya harap Anda memahami perasaan Tuan Mikail”
“Dia
selalu menganggapku sebagai pengganti Natasha, dia menganggapku sama seperti Natasha,”
Lana memejamkan matanya pedih, “Anak ini anaknya, tetapi dia menyuruhku
mengugurkannya,”
Norman
menatap perut Lana dan tatapannya melembut di sana, “Saya yakin Tuan Mikail tidak
pernah menganggap Anda sebagai pengganti Nyonya Natasha. Jika dia hanya menganggap
Anda sebagai boneka pengganti, dia tidak akan menunjukkan emosinya kepada Anda.
Anda tidak akan diperlakukan olehnya dengan begitu hormat, yang bisa saya katakan,
apa yang dilakukan Tuan Mikail adalah karena dia peduli kepada Anda?
Peduli
kepadanya?? Bagaimana bisa?? Mikail menyuruhnya menggugurkan anaknya. Bagaimana
bisa itu disebut kepedulian?
“Tuan
Mikail menginginkan anak itu digugurkan karena dia mencemaskan keselamatan Anda.
Dia takut Anda akan celaka dan meninggal seperti Natasha, dia takut kehilangan Anda”
Lana
menatap Norman dengan tak percaya, “Dia tak mungkin takut kehilanganku”
“Percayalah
kepada saya,” Norman tersenyum lembut. “Tuan Mikail memang tidak pernah pandai menunjukkan
perasaannya, tetapi kalau memperhatikan Anda akan tahu,”
Norman
membungkukkan tubuhnya, lalu berpamitan dan meninggalkan Lana dalam keheningan.
***
“Apakah
kau sudah berubah pikiran tentang usulanmu semalam?,” Lana menatap Mikail yang
baru saja memasuki kamar, tidak biasanya Mikail memasuki kamar sedemikian
larut, dan lelaki itu tampak lelah.
Mikail
menatap Lana sekilas, lalu melepas pakaiannya dan masuk ke kamar mandi, ketika
keluar dari sana, lelaki itu tampak segar dengan piyama hitamnya,
“Aku
tidak mau membahasnya lalu membuatmu marahmarah sepanjang malam,” dengan kasar
Mikail menggosokkan handuk ke rambutnya yang basah, kemudian melempar handuk itu
dan menatap Lana, “Kau pasti akan keras kepala dan tetap pada pendirianmu, mempertahankan
anak itu”
“Tentu
saja, aku tidak akan menerima kemauan konyolmu untuk menggugurkan anak ini
karena anak ini tidak bersalah”
“Kita
akan berdebat lagi malam ini ya,” Mikail mendesah lelah, “Aku lelah Lana, yang
aku tahu, anak ini akan melukaimu lalu membunuhmu”
“Mikail,”
seru Lana setengah marah, “Dia hanya janin kecil yang tidak berdaya!”
“Oke!,”
lelaki itu membentak, tampak tak tahan dengan semua perdebatan mereka, “Silahkan,
lanjutkan kehamilanmu itu… tetapi..,” mata Mikail menajam, “Kalau sampai kau
kenapa-kenapa gara-gara kehamilan ini, aku tidak akan berkompromi”
Mikail
mengalah. Lana terpana, sebelumnya MIkail tidak pernah mengalah secepat itu.
Lana tadi sudah mempersiapkan argumen yang panjang, pembelaan mati matian, bahkan
ancaman putus asa menyangkut kehamilannya ini. Dan Mikail semudah itu mengalah
kepadanya.
“Kenapa?,”
Mikail menatap Lana marah, tampak tak nyaman dengan tatapan takjub Lana,
Lana
langsung mengalihkan pandangannya dengan pipi merona, “Tidak-tidak ada apa-apa”
“Tetapi
aku punya satu syarat,” gumam Mikail tenang, seolah-olah baru mengingatnya.
Lana
terkesiap dan menatap Mikail waspada, dan reaksi itu membuat Mikail menahan tawanya.
“Tenang
Lana, kau tegang seperti senar yang akan putus, aku tidak sedang akan menjatuhkan
bom ke kepalamu”
“Apa syaratmu?”
Pandangan
Mikail berubah sensual, “Aku tidak mau kehamilan itu menggangguku jika aku
menginginkanmu”
Pipi
Lana memerah, tersipu sekaligus marah atas kata-kata egois Mikail. Jangan-jangan
itu adalah salah satu usaha
Mikail
mengganggu kehamilannya…
“Baik,”
Lana mendongakkan kepalanya, mencoba terlihat menantang, “Asalkan kau melakukannya
dengan lembut dan tidak melukai bayiku”
Mikail
hanya menganggukkan kepalanya, ketika dia akhirnya menatap Lana, matanya menyala
dengan sensual, “Apakah kau masih pusing seperti semalam?”
Lana
tidak pusing lagi. Tetapi kearoganan Mikail yang tersirat itu membuatnya ingin
menantangnya. Mikail pasti akan bercinta dengannya ketika Lana sudah tidak pusing.
Dan Lana tidak akan bisa. Tidak akan mampu menolak pesona gairah Mikail.
Dengan
berpura-pura dia memegang kepalanya, mengernyit, “Sebenarnya aku masih pusing”
“Benarkah?,”
Mikail menatapnya tajam bercampur kecemasan, “Kau sudah minum obat penambah darah
dari dokter? Mereka bilang kau kurang darah”
“Sudah…,”
sedikit geli Lana melirik Mikail, tetap berusaha berakting kesakitan.
Lelaki
itu menatap Lana lama dan intens, tampak menggertakkan gigi. Semula Lana bingung
kenapa, tetapi ketika dia melirik ke bawah, dia menyadari bahwa Mikail sudah siap,
keras, dan bergairah di sana. Lelaki itu sudah begitu bergairah, dan Lana tinggal
bilang ya, lalu mereka akan bercinta di ranjang dengan penuh gairah seperti biasa…
tetapi tidak! Lana tidak akan membuat itu
begitu
mudah bagi Mikail, Lana ingin menghukum Mikail karena hatinya masih sakit atas
usulan Mikail untuk menggugurkan kandungannya.
“Aku
pusing sekali,” Lana sengaja membuat suaranya terdengar lemah, “Aku mau tidur,”
Dengan gerakan sakit dibuat-buat Lana mengangkat selimut ke bahunya dan membuat
posisi tidur yang nyaman.
Mikail
hanya berdiri sejenak di tengah ruangan itu dan menatap Lana. Dia sudah dua
hari tak bercinta dengan isterinya itu. Biasanya setiap hari. Dan itu semua karena
kehamilan itu. Tapi mau bagaimana? Dia tidak mungkin memaksa Lana yang sedang sakit
kan?
Sedikit
mendesah, merasakan kejantanannya yang begitu keras sampai terasa nyeri. Mikail
melangkah ke ranjang dan membaringkan diri, tetapi Sialan! Dia tidak bisa tidur,
gairah terlalu menggelegak di dalam dirinya, meminta dipuaskan. “Mikail,” suara
Lana menggugah penyiksaan yang dialaminya.
“Apa
Lana?,” Mikail menjawab kasar.
Diam-diam
Lana tersenyum mendengar nada tersiksa dalam suara Mikail. Rasakan kau, Tuan Mikail
Raveno yang arogan, soraknya dalam hati,
“Aku…
aku pusing…, maukah kau memijit kepala dan pundakku?”
***
No comments:
Post a Comment