Bab 29
SECOND CHANCES
Oh, My God! Teriak
jo dalam hati.
Itu memang
dara, Dengan rambut superpendek dan sedang tersenyum pada blu. Tatapan dara
kemudian jatuh kepada jo dan senyum itu berkurang lebarnya, Berubah menjadi ragu.
Berpikir bahwa jo terlalu lambat, Blu melepaskan tangannya dan berlari menuju
dara yang membuka kedua lengannya untuk memeluk blu. Dara memejamkan matanya ketika
memeluk blu dan jo bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah itu. Dara lebih
seperti sedang memeluk seorang adik yang sudah lama dia tidak temui, Bukannya mantan
bosnya, Tapi entah kenapa hal itu membuat jo merasa senang. Namun kemudian jo merasa
jengkel karena menyadari selama beberapa detik ini pikirannya terfokus pada dara.
Jo mengangkat
kepalanya, Memasang topeng tidak peduli di wajahnya dan melangkah mendekati kumpulan
itu. Dara sudah melepaskan blu dan sedang menertawakan sesuatu yang di katakan blu
ketika dia menyadari kehadiran jo. Dia langsung berhenti tertawa dan menatap jo
khawatir. Jo menatap dara dengan seksama, Mencoba membiasakan diri dengan rambut
pendek dara yang pendek. Harus dia akui dara kelihatan lebih muda dan cute as hell
dengan potongan rambut ini. Potongan rambut itu membuat tulang pipinya kelihatan
tinggi dan menarik sudut matanya keatas, Membuatnya kelihatan eksotis. Hari ini
dara mengoleskan make-up dan lipgloss pink di bibirnya dan yang di inginkan jo
adalah merasakan bibir itu. Do menarik napas dalam dalam. Ketika dia menyadari bahwa
dia sedang mencari aroma lily, Dia buru buru menghembuskan napasnya.
Merasa bodoh
karena masih membiarkan dara membuatnya merasa seperti ini setelah berbulan bulan,
Jo berkata, “ Ngapain kamu di sini?"
Jo mendengar
ina menarik napas, Revel mengucapkan nama nga dengan nada memperingatkan, Dan blu
mengerutkan keningnya ketika mendengarnya. Sekilas jo melihat keterkejutan dan
sakit hati di mata dara, Dan hal ini membuatnya ingin menendang dirinya sendiri.
Dia tidak berhak menanyakan hal itu. Acara hari ini adalah acaranya poppy dan dia
bisa mengundang siapa saja yang dia mau. But damn it all to hell. She should've
ask him first.
" Saya ke
sini atas undangan tante poppy dan untuk menunjukkan support saya."
Kata kata dara
membangunkan jo dari pikirannya dan dia menatap dara yang kini sedang tersenyum
padanya. Meskipun senyuman itu tidak mencapai matanya yang masih kelihatan sedih.
Pada saat itu sebuah suara terdengar jelas dari aound system, Mengucapkan selamat
datang kepada para undangan. Tatapan semua orang langsung terpaku kepada wanita
pendek dengan kecamata berbingkai hitam yang berdiri di sudut ruangan. Serena,
Itulah namanya, Memperkenalkan dirinya sebagai manajer restoran dan melanjutkan
dengan menceritakan sedikit tentang sejarah blue dan poppy sebagai shef. Nama blue
di pilih oleh poppy buka saja untuk menghormati tempat dia mendapatkan ijazahnya,
Tapi juga karena nama itu mirip dengan nama blu, Meskipun pengucapannya sedikit
berbeda.
Pelayan yang
tadi menerima pesanan minuman jo muncul dan memberikan sebotol perrier dingin
kepadanya. Jo memutar penutup botolnya dan menelan beberapa tegukan, Mengharapkan
itu adalah vodka. Poppy muncul tidak lama kemudian untuk mengucapkan terimakasih
kepada para undangan, Pengkritikan makanan, Dan media yang sudah datang. Poppy
melambaikan tangan pada jo ketika melihatnya sebelum berseloroh mengatakan bahwa
kalau para tamu mendapatkan makanannya tidak enak, Diharapkan mereka menunggu hingga
akhir acara sebelum mulai menyerukan" huuu" padanya. Poppy lalu menghilang
kembali kedapur san serena mempersilahkan semua orang untuk duduk di meja yang
sudah disediakan agar makanan bisa mulai disajikan.
Jo hanya bisa
mendesah ketika menyadari bahwa tempat duduknya di sebelah dara. Kalau bukan karena
poppy dan media yang akan mengataka yang tidak tidak kalau dia meninggalkan acara
sebelum mencoba makanan, Jo akhirnya duduk dikursi yang sudah disediakan.
Sepanjang satu
jam ketika makanan di sajikan dara berusaha sedaya upaya untuk membuka pembicaraan
dengan jo, Tapi lelaki itu sepertinya bertekad untuk tidak menghiraukannya. Revel,
Ina, Dan oom danung yang duduk satu meja dengannya memberikan tatapan kasihan padanya.
Blu yang duduk di samping jo dan kelihatan tidak menyadari hawa dingin di antara
mantan asistennya dan jo terus nyerocos tentang segala macam hal. Mulai dari
memjui semua makanan yang disajikan hingga kegiatan seksulnya. Dara baru saja akan
menyerah untuk berbicara dengan jo dan pamit pulang ketika jo bangun dari kursinya
dan berjalan menuju restroom. Setelah beberapa menit, Dara pun bangun dari kursinya
untuk melakukan hal yang sama.
Dara berpapasan
dengan jo di depan restroom dan dia langsung berkata, “ boleh saya bicara sebentar
dengan kamu?"
"Saya
hanya minta lima menit."
Jo kelihatan
celingukan sebelum menarik dara ke dalam restroom laki laki. Sebelum dara bisa
bereaksi, Jo sudah mengunci pintu dan menghadapnya sambil menyedakapkan tangannya.
"What?"
Ucapnya dengan sangar.
Dara memperhatikan
sekelilingnya. Karena restoran itu masih baru dan kelas atas, Restroom kelihatan
sangat bersih. Semuanya serbahitam, Perak, Dan sangat maskulin. Membuatnya bertanya
tanya apakah restroom wanita juga kelihata seperti ini.
“ Kamu mau bicara
sama saya atau mengagumi interior restroom ini?"
Suara jo menyadarkan
dara dari obervarsinya. Buru buru dia mengucapkan kata maaf dan berkata, “ saya
tahu kamu marah sama saya dan nggak mau saya di sini."
“ Good observation,
“ucap jo sinis.
Dara menarik
napas, Mencoba menenangkan diri. Tidak ada gunanya mengomel kepada jo sekarang.
Toh jo memang berhak marah.
saya mau minta
maaf atas kata kata saya wantu itu. Saya nggak pernah bermaksud menghina kamu
dengan mengatakan bahwa kamu nggak bisa memberikan apa yang saya butuhkan. Waktu
saya mengatakan'kamu' saya nggak bermaksud'kamu' sebagai hanya 'kamu', Tapi juga
semua laki laki seperti kamu."
Jo menaikkan
alisnya dan berkata, “ kalau kamu mencoba minta maaf, Caranya nggak begini."
Dara menelan
ludah." Yang saya maksud adlah bahwa selama ini saya selau punya skema tentang
semua orang. Dan skema kamu adalah:anak band, Nggak akan serius, Dan bukan kriteria
calon suami yang baik. Dan skema saya ini susah diubah, Nggak peduli apa yang sudah
kamu lakuka untuk menunjukan hal sebaliknyam."
Mata jo langsung
menggelap dan dara berpikir lelaki itu akan mengilang dari hadapannya sambil membanting
pintu, Tapi jo hanya menatapnya tanpa berekdip dan dara memberanikan diri untuk
melanjutkan.
"Saya
selalu mengira laki laki seperti kamu pasti sering ngebullshit dengan mengucapkan
kata cinta kepada siapa aja, Bahwa kata itu tidak berarti untuk kamu, Tidak seperti
untuk saya."
Dara mundur
selangkah ketika jo menurunkan tangannya dan memasukkannya kedalam kantong celana
jinsnya. Dengan sisa keberaniannya yang dia miliki, Dara berkata, “ tante poopy
lah yang kemudian menjelaskan kepada saya semuanya. Bahwa saya sudah salah menilai
kamu. Bahwa kata cinta mungkin lebih berarti untuk kamu daripada untuk saya."
Jo menatap
dara sambil menyeritkan dahi, Seakan mempertimbangkan apakah dia ingin mencekik
poppy karena sudah membuka rahasianya atau dara yang sekarang juga tahu tentang
rahasia itu.
“ Jangan salahakan
tante poppy, Beliau hanya mau membantu kamu, Karena beliau, Blu, Revel, Ina, Oom
danung, Sita, Dan,,, Saya,,,, “
Dara terdiam
sejenak, Tidak mampu mengatakan kata kata selanjutnya. Takut mengatakannya. Takut
kata kata itu akan di lemparkan kembali kepadanya oleh jo dan dia yakin dia akan
menangis tersendu sendu kalau itu sampai terjadi. Dia sudah capek menyembunyikan
rasa ini, Rasa yang sudah ada semenjak melihat jo mencuci piring dirumahnya dan
semakin berthana saat dia semakin sering menghabiskan waktu dengannya.
“ Kami semua
menyayangi dan mencintai kamu. Saya... Mencintai kau, “ucap dara akhirnya.
Jo masih berdiam
diri, Hanya menatapnya tanpa ekspresi dan perlahan lahan hati dara mulai hancur
berkeping keping, Tapi dia memaksakan dirinya untuk mengatakan kata kata selanjutnya.
“ Enam bulan
yang lalu saya sudah siap menikah dengan panji. Dia laki laki sempurna yang memenuhi
semua kriteria yang saya butuhkan, Tapi tidak saya inginkan. Saya menginginkan
kamu. Dan saya sadar saya akan melakukan kesalahan terbesar dalam hidup saya kalau
saya menikai panji." Dara melirik jo, Mencoba membaca reaksinya, Tapi jo hanya
menatapnya kaku.
"Saya menghabiskan
enam bulan ini untuk memikirkan perasaan saya kepada kamu. Dan saya sadar bahwa
saya bukan hanya mengingikan kamu, Tapi juga membutuhkan kamu. Saya butuh mendengar
suara kamu, Tawa kamu kalau kamu lagi bercanda dengan blu atau goldie. Saya butuh
duduk bersebrangan dengan kamu di meja makan. Tapi lebih dari apa pun juga, Hari
hari saya rasanya kurang kalau saya nggak ngeliat kamu."
Dara terdiam
ketika menyadari jo masih tidak mengatakan apa selama beberapa menit ini. Hal ini
membuatnya merasa bodoh karena sudah menumpahkan segala perasaannya dengan harapan
jo akan membalasnya.
"Saya mengerti
kalau kamu nggak merasakan hal yang sama, Tidak setelah..." Dara menelan ludah
dan mengganti argumentasinya, “ saya hanya berharap kamu setidak tidaknya mau
memberi saya kesempatan untuk bertemu dengan kamu. Untuk... Hangout dengan kamu
lagi, Kalau boleh?"
“ Kamu mau
berteman dan hangout sama saya?" Tanya jo, Untuk pertama kalinya bersuara
setelah beberapa menit ini.
Dara segera
mengangguk. Untuk saat ini dia akan mengambil apa saja yang ditawarkan jo.
"No, “ucap
jo datar.
Selama beberapa
detik dara hanya bisa menganga. Mencoba mencerna kata itu. Ketika dia sadar apa
yang dikataka jo, Rasa sakit hati dan kekalahan mengisi hatinya. Dia tidak pernah
menyangka satu kata bisa begitu menyakitkan.
"Oke, Saya
mengerti, “ucap dara sambil mengangguk. Menyadari bahwa dia masih berdiri di hadapan
jo, Dia berkata, “I'm gonna go." Dan sambil menunduk dia berjalan melewati
jo menuju pintu.
Dia harus keluar
dari restroom ini secepatnya sebelum air matanya banjir keluar. Dia baru saja mengulurkan
tangannya untuk membuka kunci pintu ketika tiba tiba dia merasakan tubuhnya di tabrak
dari belakang dan sesuatu yang besar dan berat menyerangnya, Membuatnya tidak
bisa bernapas. Ketika kepanikannya sudah berlalu, Dia menyadari bahwa sesuatu yang
besar dan berat yang mengimpitnya itu adalah tubuh jo.
"What the
hell do you think you're doing?” Teriak jo.
“ Jangan main
main dengan perasaan saya, Dara." Suara jo terdengar dingin di daun telinganya.
Dengan paksa dara mendorong tubuh jo dari punggungnya dan memutar tubuhnya untuk
menatap jo." Saya nggak sedang mempermainkan perasaan kamu, “ucapnya dengan
sedikit tersedak.
“ Jadi kenapa
satu detik kamu bilang kamu cinta sama saya, Dan detik selanjutnya kamu bilang hanya
mau berteman dan hangout dengan saya?” Geram jo.
Kedua telapak
tangan jo yang diistirahatkan pada daun pintu mengurung kepala dara, Membuat dara
sedikit panik. Hidung dara yang satu level dengan leher jo bisa mencium aroma cologne
jo. Keinginan untuk menguburkan hidungnya di leher itu sangat kuat, Tapi dara
mencoba melawannya.
"Saya
nggak...." Dara mencoba menjelaskan, Tapi dipotong oleh jo dengan nada keras.
“Saya orangnya
egois, Dara. Kalau kamu nggak mau memberikan semua bagian diri kamu kepada saya,
Saya nggak mau sebagaian pun. Saya nggak mau harus berbagi kamu dengan siapa pun.
Kamu pikir hanya kamu yang menginginkan dan membutuhkan saya? Kamu nggak tahu
betapa saya mengingikan dan membutukan kamu."
Mata jo sudah
mengilat ketika mengatakan itu semua, Dan demi tuhan dara tidak bisa memalingkan
wajahnya meskipun kakinya sudah seperti kebakaran.
" I was
in love with you. Still in love with you. Berbagai macam cara sudah saya coba untuk
melepaskan kamu, Beribu ribu kilo meter saya tempuh untuk menjauh dari kamu, Tapi
saya nggak bisa. Kamu masih ada di sini." Jo mengusap dada sebelah kirinya
tempat jantungnya berada.
“ Di sini."
Jo menunjuk pelipisnya.
“ Di sini, “
Bisik jo sambil menyentuh bibirr dara.
Perlahan lahan
jo mendekatkan bibirnya kepada dara, Seakan memberikan dara kesempatan untuk menolaknya
kalau dia mau.
Dara langsung
menarik kepala jo dan mengecup bibirr jo sebelum jo bisa berkata kata lagi. Jo
membalas ciuman itu dengan menarik pinggang sara ke dalam pelukannya.
"Oh, God,
I love you. Aku minta maaf atas semuanya, “ucap dara ketika dia menarik bibirnya
untuk menarik napas.
“ Jangan pernah
lari dari saya lagi, Dara. Kalau kamu ada masalah, Apa pun itu, Kamu harus membicarakannya
dengan saya. Hidup saya beberapa bulan ini...., “ jo menggeleng, “hancur lebur,
Saya nggak bisa mikir. Saya marah marah nggak jelas pada semua orang, Bahkan
pada revel, “ Balas jo sambil menyentuhkan hidungnya yang mancung ke hidung dara.
Dara mengangguk
sambil melarikan jari jarinya pada wajah jo. Sekejap jo memejamkan mata, Seakan
mencoba menyerap sentuhan itu.
“ This is it,
dara. Apa kamu betul betul mau saya?" "Seharusnya saya yang menanyakan
hal itu kepada kamu."
Melihat wajah
bingung jo, Dara menjelaskan, “ saya bukan orang yang baik, Jo. Saya sudah tidur
dengan seorang laki laki waktu saya masih bertunangan dengan laki laki lain."
"Saya tahu
bahwa saya seharusnya merasa khawatir akan itu, Tapi saya nggak bisa. Karena laki
laki yang sudah tidur sama kamu itu saya. Dan kalau kamu nggak melakukannya, Mungkin
kita nggak akan pernah sampai di sini sekarang."
“ Apa kamu nggak
takut saya akan melakukan hal yang sama dengan kamu?" “ Apakah kamu akan melakukannya?"
Suara jo terdengar tajam.
"No, I
mean... I don't know.... I hope not. Tapi seperti banyak orang bilang, Once a
cheater, Always a cheater."
“ Dara, Apa
kamu sedang mencoba untuk lari dari saya dengan mengatakan semua ini?" Dara
menunduk dan menempelkan keningnya di dada jo.
"Nggak.
Saya hanya nggak mau memberikan kesan yang salah kepada kamu. Saya mau kamu tahu
segala hal yang rusak dan bermasalah dengan saya sebelum kamu memutuskan untuk
bersama saya." “ Dara, Look at me."
Perlahan lahan
dara mengangkat wajahnya dan jo menggenggam wajahnya." I love you. Semuanya
dari kamu, Bahkan yang rusak dan bermasalah. Dan akan saya pastikan bahwa kamu nggak
akan pernah melirik laki laki lain selama kamu sama saya.
Oke?"
"Oke."
Dan dara membiarkan
dirinya dipeluk oleh jo lagi yang kini menatapnya seperti dia baru saja menang lotre.
DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - Epilog
No comments:
Post a Comment