6
Gaun pengantin itu tiba-tiba saja sudah ada di sana, bersama
Victoria yang menunggunya. Dan kemudian dia sudah didandani dengan begitu
cantiknya, sehingga hampir tidak mengenali dirinya sendiri di depan cermin.
“Aku senang kita bertemu lagi akhirnya,.” Victoria tersenyum
ramah kepada Elena, tetapi sekarang
keadaannya berbeda, kau akan menjadi kakakku.”
Elena
tersenyum dan menelan
ludahnya dengan gugup, “Kau tahu
ini mungkin terlalu cepat untukku.. aku.. aku merasa mual” Elena benar-benar
merasa gugup. Pernikahannya akan berlangsung sebentar lagi, dan perasaannya
kacau balau, campur aduk.
Ini pernikahan??. Ya ampun. Dan dia akan melangsungkannya
dengan orang yang bahkan tidak dia kenal dekat. Apakah dia sudah gila? Tetapi
harus bagaimana lagi? Insiden di malam pesta itu membuat segalanya berbeda.. dan
seperti kata Rafael, Elena sudah tidak bisa mundur lagi.
“Kau tidak apa-apa Elena?” Victoria menyentuh pundak Elena
lembut, menyadarkan Elena dari lamunannya. Elena tampak begitu pucat sehingga
membuat Victoria cemas.
“Aku tidak apa-apa…mungkin pernikahan
ini membuatku sedikit gugup…” jawab Elena pelan.
Victoria tersenyum memaklumi, siapa yang tidak gugup kalau
baru tahu bahwa akan menikah sehari sebelumnya? Kakaknya memang
keterlaluan, Victoria tidak
bisa menyalahkan Elena, kalau dia jadi Elena mungkin dia sudah pingsan
di tempat.
“Rafael orang yang baik. Percayalah, ketika dia memutuskan akan
menikahimu, maka dia
akan menjagamu.”
Victoria
tersenyum menenangkan dan
menggandeng tangan Elena, “Ayo
aku akan mengantarmu kepadanya.”
Ҩ
Mereka sudah menikah. Elena termenung, tiba-tiba saja mereka
sudah sah sebagai suami istri. Seperti mimpi rasanya. Terjadi begitu saja. Lalu
sekarang apa?
Elena melirik ke arah Rafael yang sedang duduk di sebelahnya,
mereka sedang makan malam sederhana bersama saksi pernikahan dan
beberapa teman. Lelaki
yang duduk di sebelahnya ini, Rafael Alexander… Sekarang
adalah suaminya.
Suaminya… Elena melafalkan kata-kata itu berulang- ulang
dalam hati. Mencoba membuat hatinya terbiasa. Tetapi rasanya terlalu cepat
untuk membuat sesuatu yang berlangsung begitu tiba-tiba menjadi terbiasa untuk
hatinya.
“Kau akan senang berada di sana Elena.”
Suara Victoria mengagetkan Elena dari pengamatan tersembunyinya
kepada Rafael. Dia sedikit terbatuk dan berusaha kembali ke dalam percakapan. Mereka
sedang membicarakan apa?
“Pulau itu, pulau pribadi milik Rafael tempat kalian akan berbulan
madu nanti, adalah pulau kecil yang sangat indah, dengan fasilitas
yang lengkap tentunya.
Rafael punya rumah yang indah di sana lengkap dengan para
pelayannya, ada desa kecil di bawah bukit yang hanya berisi 50 kepala keluarga,
kebanyakan bekerja untuk Rafael. Pulau itu surga kecil yang indah, aku
yakin kau akan
senang di sana.”
Victoria menyambung perkataannya dan tersenyum kepada Elena, membuat
Elena bingung harus menanggapi apa.
Mereka akan pergi ke pulau? Jadi mereka tidak akan pulang ke
kota mereka? Elena
harus menanyakan rencana Rafael, kalau tidak dia akan
disibukkan dengan kejutan-kejutan yang tidak akan disangkanya.
“Kami akan berangkat nanti, setelah menghabiskan beberapa
hari di sini. Aku ingin membuat Elena terbiasa denganku dulu.”
Rafael setengah bergumam
kepada Victoria, lalu dia menyentuh
lembut jemari Elena,
yang kali ini sudah mengenakan cincin pernikahan darinya, dengan berlian
yang lebih besar dan lebih indah dari cincin pertunangannya. “Kau akan menyukai pulauku Elena, kita akan
tinggal di sana untuk sementara.”
Elena
tercenung. Entahlah... Dari
kata-kata Victoria, pulau itu terisolasi
atau memiliki akses terbatas dengan dunia luar. Elena benar-benar merasa
diculik sekarang.
Ҩ
“Sekarang kita sudah bisa tidur seranjang.” Rafael melepas
dasinya dan menyampirkannya di kursi, dan menatap Elena yang gugup dengan
senyuman lembut. “Kalau kau tidak keberatan.”
Rafael sungguh baik mengatakan itu. Mungkin lelaki lain akan langsung memaksakan
mereka tidur seranjang. Karena mereka
sudah suami istri, dan Elena tidak
akan bisa membantah. Tetapi
Rafael masih menanyakan keberatan Elena. Itu
berarti dia menghargai
pendapat Elena sebagai
seorang istri.
Melihat Elena diam saja, Rafael berdiri ragu dan menawarkan.
“Mungkin aku akan tidur di sofa lagi saja, kalau kau belum
siap.” Lelaki itu
hendak melangkah pergi,
tetapi Elena menahannya dengan menarik lengan kemejanya,
“Tunggu Rafael.”
Rafael berhenti seketika, melirik ke arah jemari gemetar Elena
yang mencengkeram lengan bajunya, membuat Elena langsung melepaskan pegangannya
dengan gugup. Dia mundur selangkah dan menatap Rafael dengan malu,
“Aku tidak akan mengusirmu dari ranjangmu lagi.” “Jadi kau
yang akan tidur di sofa?”Elena
mengerutkan alisnya dan menatap Rafael, kemudian menyadari bahwa lelaki
itu sedang bercanda. Rafael terkekeh,
kemudian dengan gerakan
lembut menghela Elena agar
masuk ke dalam
pelukannya. Lelaki itu memeluknya
lembut, mengecup puncak kepalanya dan meletakkan dagunya di sana.
“Kau istriku Elena”, Suara Rafael berubah serak, “Aku tidak akan
menyakitimu. Janganlah merasa
takut ataupun gugup kepadaku.
Pernikahan ini memang terlalu cepat, kuakui aku terlalu tergesa-gesa menyeretmu
dalam hal ini. Aku minta maaf.”
Rafael melakukannya demi adiknya, Victoria. Elena memejamkan matanya
dan menempelkan pipinya
di dada Rafael, merasakan kemeja
lembut Rafael menyentuh lembut pipinya,
mengalirkan panas dari
kulit kecoklatan di
balik kemeja itu. Dan dia melihat Victoria sangat bagagia setelah pernikahan tadi. Sungguh
lelaki ini adalah lelaki yang
sangat menyayangi adiknya.
“Aku berkesimpulan kau tidak menolak, kalau kita sama-sama
tidur di ranjang itu.”
Elena mendongakkan kepalanya, langsung berhadapan dengan
mata Rafael yang tajam, menatapnya dengan lembut,
“Ya.” Akhirnya Elena berani memutuskan. Pernikahan ini memang
tak terduga dan tak terencanakan olehnya. Tetapi seperti kata Victoria
sebelum pernikahan tadi, dia
beruntung menikahi Rafael, karena lelaki ini akan menjaga istrinya. Dan Elena
memutuskan, dia akan mencoba menjadi istri Rafael, sepenuhnya.
“Kalau kita sama-sama
tidur di ranjang
itu, kita tidak akan hanya tidur.”
“Ya. Rafael.”
“Aku akan menyentuhmu… mungkin aku sudah pernah melakukannya malam
itu, kita sama-sama
tidak ingat… Tapi, kalau ternyata
ini yang pertama
untukmu, aku berjanji
akan bersikap lembut.” “Ya Rafael” “Elena.”
Rafael mengerang menahan perasaannya, lalu disentuhnya dagu
Elena lembut untuk
mendongakkan kepalanya, kemudian dikecupnya bibir Elena lembut, mengenalkan dirinya pelan-pelan. Lidahnya
mendesak masuk kemudian, terasa
panas dan menggoda, tanpa permisi menjelajahi seluruh bagian mulut Elena,
mencecapnya dan menggodanya, lidah itu
lalu menemukan lidah
Elena yang lembut dan berjalinan
di sana. Mulut Rafael melumat seluruh bagian
bibir Elena, seakan ingin menyerap semua rasanya. Pelukannya mengencang,
jemarinya menelusuri permukaan kedua lengan Elena, bergerak naik turun dengan menggoda.
Ketika ciuman itu terlepas, napas mereka berdua sama- sama
terengah-engah. Rafael lalu mengecup lembut bibir Elena, beralih ke pipinya,
diberinya hadiah kecupan-kecupan kecil, kemudian ke telinganya, menghembus lembut
di sana membuat Elena memekik kegelian.
Rafael tersenyum. “Di sana titik sensitif perempuan biasanya.” Lelaki itu lalu mengecup lembut telinga Elena dan lidahnya dengan
nakal mencicipi di sana. “Elena, aku sangat menginginkanmu.”
Dengan lembut diangkatnya
Elena dan dibaringkannya ke atas ranjang. Rafael melumat bibir Elena
lagi dan tubuhnya bergerak dengan lembut di atas Elena. Jemarinya menyentuh pelan,
menyentuh lembut bagian depan gaun Elena, membuat perempuan itu
terkesiap. Lalu dengan lembut
tetapi cekatan, Rafael membuka kancing demi kancing gaun putih Elena,
begitu pelan gerakannya, seolah
ingin menyiksa dirinya
sendiri, seperti seorang lelaki yang membuka hadiahnya dengan penuh antisipasi
dan kemudian mengintip dengan hati-hati.
Kulit Elena yang lembut terlihat sedikit demi sedikit, Rafael membuka
seluruh kancing gaun
Elena, sampai ke pinggangnya dan menatap istrinya dengan
penuh gairah. Elena begitu menggairahkan, perempuan mungil itu kini terbaring dengan
baju terbuka, menampakkan kulitnya dan begitu menggoda. Rafael
membantu Elena menurunkan
gaunnya hingga sepinggang, kemudian sambil menciumi leher Elena dan menjilatnya
lembut, lelaki itu melepaskan kaitan bra Elena, membuat gadis itu telanjang
dada di depannya.
Napas Elena
makin terengah ketika Rafael
menyentuh payudaranya sambil lalu, mengusap putingnya dengan gerakan seolah
tak sengaja, sehingga membuat puting itu mengeras, seakan ingin disentuh lagi.
Elena mengerang merasakan sensasi panas yang membakarnya di payudaranya. Rafael
masih menciumi lehernya, lalu bibir yang membara itu naik, melumat bibir Elena
dan berbisik di sana.
“Di mana kau ingin aku menyentuhmu sayang? Katakan padaku.”
Suaranya menjadi serak dan sensual, logat Spanyolnya tiba-tiba muncul mewarnai
gairahnya yang begitu pekat.
“Rafael…” Elena mengerang, lalu memejamkan mata ketika Rafael
menunduk dan mengecup
bagian atas payudaranya,
kemudian, bibir Rafael lewat sambil menghembuskan napas panasnya sambil lalu di
atas payudaranya, membuat putingnya mengencang dengan kerasnya. “Rafael…” suara
Elena makin keras ketika Rafael mengulangi perbuatannya berkali-kali. Lelaki
itu mengecupi seluruh bagian payudaranya
tetapi mengabaikan putingnya yang mendamba. Yang dilakukan Rafael
hanyalah menghembuskan napasnya sambil lalu, menggoda Elena, menyiksa Elena.
“Kau ingin aku menyentuhmu di situ sayang?” Rafael berbisik di
sela-sela kecupannya. Menikmati
ketika jemari Elena tanpa sadar
menyentuh rambutnya, mencoba mengarahkan puting Rafael ke bibirnya.
“Iya Rafael… iya…” Elena mengerang seolah kesulitan bernapas.
Puting payudaranya begitu tegak dan panas, karena godaan-godaan Rafael,
dia ingin lebih..
dia ingin bibir
Rafael yang panas melumat putingnya, menghisapnya dengan lembut..
dia ingin….
Dan Rafael melakukannya. Bibirnya dengan lembut mengatup
di puting payudara Elena, lalu lidahnya bergerak menggoda di dalam, begitu
panas dan basah, memainkan puting Elena
dengan usapan-usapan lembut
di dalam mulutnya. Sensasi rasanya membuat tubuh
Elena lemas, kedua jemarinya mencengkeram
rambut Rafael, membuatnya
acak-acakan, lelaki itu sekarang
sudah menindih Elena
sepenuhnya, tubuhnya yang tinggi besar melingkupi tubuh mungil Elena. Rafael
bertumpu pada kedua siku dan lututnya, dan menenggelamkan kepalanya di
keindahan payudara Elena yang ranum,
lelaki itu memuja
payudara Elena, mencumbunya dengan lidahnya, dan menghisap
putingnya perlahan, membuat Elena mengeluarkan erangan-erangan gelisah atas
sensasi yang baru pertama kali dirasakannya.
Setelah puas. Rafael mengangkat kepalanya dan mengecup
ujung hidung Elena yang terengah-engah, napas mereka berkabut oleh gairah yang
pekat. Ketika Rafael menggeserkan tubuhnya, Elena merasakan kejantanan Rafael sudah
mengeras di sana, menggesek selangkangannya,
begitu keras dan siap.
Jemari Rafael menurunkan gaun Elena, membantu Elena mengangkat
tubuhnya sehingga gaun itu akhirnya lepas seluruhnya, terlempar ke lantai,
membuat Elena terbaring telanjang
di bawah tubuh
Rafael yang masih
berpakaian lengkap, hanya dengan celana dalam sutra warna putih membungkus
kewanitaannya.
“Kau begitu indah
Elena.”bibir Rafael turun
ke leher Elena, mengecup lehernya
dengan penuh gairah, lalu turun menelusuri dada Elena, memberi hadiah kecupan
lembut ke kedua putingnya. Lelaki itu membungkuk dan mengecupi perut Elena,
membuat Elena merasakan sensasi panas menjalari perutnya, menuju kewanitaannya.
Kemudian lelaki itu menarik celana dalam Elena turun, refleks Elena langsung
merapatkan kakinya, mencoba menutupi dirinya. Tetapi Rafael menahannya dengan
jemarinya, mendongakkan kepalanya dan menatap Elena dengan matanya yang
berkilau penuh gairah,
“Jangan tutup dirimu dari suamimu.” Suaranya berat, penuh
dominasi, “Aku ingin melihat seluruh tubuh istriku, aku ingin mencicipi seluruh
tubuh istriku…”
Kata-kata Rafael membuat Elena gemetar penuh gairah, dan
terus gemetar ketika Rafael menurunkan celana dalam itu, melalui sebelah
pahanya dan melepaskan dari kakinya. Membiarkan
celana dalam itu masih menggulung di pahanya yang lain. Rafael menggerakkan
jemarinya dengan lembut, dan dengan gerakan sensual menurunkan celana dalam
sutra itu pelan-pelan dari paha Elena, sambil membiarkan jemarinya meraba paha
Elena, mengirimkan sinyal-sinyal gairah yang bagaikan sengatan listerik di
sana. Ketika sampai di kaki Elena, Rafael melepaskan celana dalam itu dari
tubuh Elena, lalu menatap
keseluruhan tubuh Elena
yang telanjang bulat. Istrinya... Telanjang
bulat di bawahnya,
dan siap dimiliki olehnya.
Kepala Rafael pening oleh gairah dan antisipasi ketika dia
menggerakkan jemarinya lagi, pelan mengalun dari lutut Elena, dan naik ke
pahanya. Sampai kemudian menyentuh kewanitaan Elena. Hanya sepersekian detik,
menyentuh di sana. Dan tubuh Elena terkesiap, berjingkat kaget oleh sengatan
aneh yang menyengatnya seketika.
Rafael tersenyum. Elena sangat sensitif dan siap olehnya.
Jemarinya menyentuh kewanitaan Elena, memainkannya lembut dengan usapan ahli,
membuat Elena setengah bangun, bingung atas sensasi yang mengalir deras di tubuhnya,
sekaligus takut.
”Rafael… aku… jangan sentuh di situ…”
“Sssshh….
Tenanglah sayang.” Rafael
menghela Elena agar terbaring
lagi, menikmati, “Aku akan memberimu kenikmatan dari seluruh tubuhku, dari
jemariku, dari bibirku…” Lelaki itu mendunduk, lalu mengecup kewanitaan Elena lembut.
Membuat Elena menggeliat, mencoba merapatkan pahanya. Kaget atas keintiman luar
biasa yang ditunjukkan Rafael kepadanya.
“Rafael.. jangan di situ… astaga….Rafael…”
“Nanti, aku akan mengajarkanmu menyentuhku juga sayang,
dengan jemarimu, dengan bibirmu…” Napas Rafael bagaikan uap
panas di kewanitaan
Elena, membuatnya gemetar,
“Sekarang, biarkan aku memberimu kenikmatan..” Lidah Rafael menelusup,
menemukan titik paling sensitif di kewanitaannya, dan memainkannya dengan ahli. Lidah Rafael sepanas
bibirnya yang melumat dengan ahli, dengan penuh pemujaan.
Elena terbaring di sana dengan mata berkabut, dengan napas
terengah dan terasa melayang akibat sensasi luar biasa nikmat yang menyelimuti
tubuhnya, bersumber pada kewanitaannya. Gerakan bibir dan lidah Rafael begitu
ahlinya, membuat Elena berkali-kali
mengerang ketika Rafael dengan sengaja menggerakkan lidahnya memutar,
menggoda titik sensitifnya. Membuat Elena seakan dibawa ke sebuah tepi pencapaian
yang tidak diketahuinya. Elena memejamkan matanya. Dia sudah hampir sampai ke
tepi itu. Digigitnya bibirnya, merasakan sensasi panas melandanya dan menggetarkannya…. Hendak
membawanya ke suatu
tempat yang tidak dia ketahui sebelumnya. Napasnya tersengal, jantungnya
berdetak cepat, matanya terpejam menyerap kenikmatan itu, … Tetapi kemudian,
Rafael berhenti.
Lelaki itu menghentikan cumbuannya di kewanitaan Elena,
membuat Elena membuka matanya setengah memprotes. Tetapi senyum Rafael begitu
sensual dan penuh rahasia, membuat Elena bergetar karena gairah yang ditularkan
Rafael.
“Jangan. Kau harus menungguku. Kita akan mencapai puncak
kenikmatan itu bersama-sama.”
Lelaki itu menegakkan tubuh dan bertumpu pada lututnya
yang mengangkang di atas tubuh telanjang Elena dan membuka kemejanya,
memamerkan dada bidang telanjang dengan
kuli perunggu keemasan
yang berkilauan. Bagaikan sutra cokelat yang halus, dan panas,
membungkus otot-otot tubuhnya yang kekar dan keras. Membuat Elena merasakan dorongan
luar biasa untuk menyentuhnya.
Lelaki itu lalu
setengah berdiri dan melepaskan
celananya. Seluruh pakaiannya
akhirnya terlempar ke lantai.
Dan sekarang Elena menatap seorang lelaki yang berlutut telanjang di atasnya,
dengan tubuh yang luar biasa indahnya, dan
kejantanan yang telah mengeras dan siap untuknya. Rafael begitu indah dalam
ketelanjangannya. Dan lelaki itu suaminya.
Ingatan akan kenyataan itu membuat benak Elena dibanjiri oleh
pemikiran sensual, pemikiran
yang selama ini tidak
pernah berani dipikirkannya. Rafael
tersenyum lembut, lalu meraih
jemari Elena dan
mengecupnya dalam kecupan basah dan sensual.
“Maukah kau menyentuhku?”
Elena
menganggukkan kepalanya, dan
lelaki itu membawa jemari Elena
ke kejantanannya yang keras dan siap untuknya. Elena menyentuh kekerasan yang
sehalus sutra itu dan membelainya. Membuat Rafael mengeluarkan erangan sedikit keras.
Mendengar erangan itu, Elena hendak menarik jemarinya, tetapi Rafael menahannya,
“Jangan.”
Gumam Rafael tertahan,
“Teruskan sayang, kenali aku.”
Jemari mungil Elena
membelai kembali kejantanan Rafael, membuat
Rafael harus menggertakkan
giginya, menahan erangannya. Elena begitu kagum, karena ternyata apa yang
tampak begitu keras bisa terasa begitu halus dan lembut. Dengan penuh ingin
tahu, dia mengeksplorasi tubuh Rafael, mempelajarinya, mengenalinya. Sampai
kemudian Rafael menggenggam tangan Elena dan menahan jemarinya.
“Cukup. Kurasa aku akan meledak kalau kau meneruskannya.”
Dengan penuh gairah lelaki itu kembali menindih Elena,
posisi mereka sungguh
pas. Sang lelaki berpadu dengan perempuannya. “Buka
pahamu, sayang.” Rafael setengah membantu Elena membuka pahanya dan membiarkan kejantanan Rafael mendesak di antara paha Elena, mendesak kewanitaannya.
Lelaki itu menggesekkan tubuhnya lembut, mengirimkan getaran listrik yang
membuat tubuh Elena membara.
“Kau sudah basah
dan siap untukku.”
Rafael menyentuh Elena dengan kejantanannya, merasakan betapa Elena
sudah begitu panas dan basah di bawahnya, “Izinkan aku memilikimu, sayang.”
Lelaki itu bertumpu kepada kedua sikunya, dan mendorongkan pinggulnya.
Menekan tubuh Elena
dengan begitu ahli. Tetapi
halangan itu cukup
kuat, sehingga Rafael harus menekan beberapa kali, mencari
jalan untuk menyatukan tubuhnya ke dalam tubuh Elena, menuntaskan kenikmatan
ini. Dengan lembut, lelaki itu menggesek-gesekkan tubuhnya di ujung bibir
kewanitaan Elena, mempersiapkan perempuan itu. Pelan dan pasti mencoba masuk
sedikit demi sedikit, dan kemudian, ketika menemukan titik itu Rafael mendorong
tanpa peringatan menekan kuat dan memasuki tubuh Elena.
Yang dirasakan Elena kemudian adalah rasa sakit yang luar
biasa, Kejantanan Rafael mendorongnya masuk ke dalam tubuhnya, dan dia terkejut
akan kekuatan besar yang mencoba menyatukan diri dengannya. Elena mengerang, mencoba
mendorong tubuh Rafael menjauh karena kesakitan yang dirasakannya.
“Jangan dorong aku sayang. Rilekslah, terima aku…” Rafael berbisik
pelan di telinga
Elena, tubuhnya mendorong lagi, dan ketika akhirnya dia
berhasil menembus penghalang itu dia menekankan dirinya dalam-dalam dan menahan
dirinya untuk tidak langsung bergerak, mengangkat kepalanya dan mengecup pipi
Elena lembut. Perempuan itu kesakitan selama
proses itu, dan Rafael tidak bisa membantunya. Sekarang lelaki
itu mengecupi Elena lembut, membantunya supaya rileks dan menikmati,
membantunya supaya lepas dari kesakitan di kewanitaannya.
“Apakah masih terasa sakit?” Rafael mengusap air mata di
sudut mata Elena. ‘Kau ingin aku berhenti dulu?”
Elena tersentuh atas kelembutan Rafael. Dia menggelengkan kepalanya,
membiarkan lelaki itu mengecupinya.
Dengan lembut Rafael mulai menggerakkan tubuhnya, agak
sakit bagi Elena pada awalnya, merasakan
sesuatu yang asing menggesek bagian
tubuhnya yang begitu peka. Tetapi kemudian ritmenya mulai terasa. Setiap Rafael
bergerak, Elena mulai bisa menikmati gelenyar sensual yang terkirim dari kewanitaannya
ke sekujur tubuhnya. Membuatnya mengerang, sambil berpegangan pada tubuh Rafael.
Tubuh mereka berdua berkeringat, di atas ranjang berseprei
putih yang sekarang sudah acak-acakan itu. Rafael menggerakkan tubuhnya di
dalam tubuh Elena, semula lembut dan hati-hati. Tetapi ketika merasakan tubuh
Elena mulai merespon dengan napas terangah dan erangan pelan, Rafael bergerak
dengan penuh gairah, membawa mereka menuju puncak gairah masing-masing.
Ketika puncak itu
hampir tiba, Rafael
membimbing Elena, membawanya lebih dulu mencapai orgasme yang luar biasa
itu. Dan ketika erangan Elena dalam pencapaiannya menandai orgasmenya, Rafael
merasakan tubuh Elena mencengkeram kejantanannya dengan kuat di dalam, membuatnya
tak tahan lagi, hingga kemudian meledak di dalam tubuh Elena.
Kenikmatan itu begitu intens dan luar biasa, sehingga membuat tubuh
mereka lemas. Rafael
berbaring menindih tubuh Elena,
menahan dengan siku dan lututnya supaya tidak membebankan beratnya di tubuh
istrinya, kepalanya berbaring di
bantal di samping
kepala isterinya. Napas
mereka berdua terengah-engah. Kepalanya masih dipenuhi kabut kenikmatan itu.
Luar biasa rasanya bercinta dengan orang yang dicintai. Orgasmenya sungguh
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rafael membuka matanya dan mengecup
telinga mungil Elena yang ada di depannya,
“Apakah aku memuaskanmu?”
Elena masih berusaha menormalkan napasnya. Apakah Rafael
memuaskannya? Tentu saja. Kalau benar ledakan luar biasa yang
dirasakan tubuhnya dan
menerbangkannya ke tingkat ke
tujuh adalah sesuatu yang orang-orang sebut sebagai orgasme, berarti Rafael
telah memberikan orgasme yang paling nikmat kepadanya. Elena memang tidak punya
perbandingan. Tetapi tubuhnya yang begitu terpuaskan tahu.
“Ya, Rafael…”
Lelaki itu tersenyum
mesra dan mengecup
Elena lagi. Lalu mengangkat
kepalanya, dan menarik tubuhnya yang masih tenggelam di dalam tubuh Elena
dengan hati-hati.
Elena mengerang ketika merasakan rasa tidak nyaman yang menyakitinya
di tubuhnya. Rasa sakit itu
terasa, dan ketika orgasme mereka
selesai mulai terasa sedikit nyeri. Rafael melepaskan dirinya,
lalu membaringkan tubuhnya
di sebelah Elena, dia menoleh dan menatap Elena dengan senyuman bersalah,
“Maaf. Sakit ya.”
Elena hanya menganggukkan
kepalanya. Tiba-tiba merasa
malu. Mereka telah melakukan hal yang paling intim yang bisa dilakukan oleh sepasang suami
istri, dan sekarang mereka telanjang
bersama di atas ranjang. Tetapi tampaknya hal itu tidak mengganggu
Rafael, lelaki itu termenung, memikirkan sesuatu,
“Aku belum pernah becinta dengan perawan sebelumnya…” Rafael
bergumam pelan, “Kau
adalah perawan pertamaku.”
Dan kau adalah lelaki
pertamaku…. Elena menjawab dalam hati. Tiba-tiba merasa
mengantuk luar biasa.
Ҩ
Victoria baru sampai dari penerbangannya menghadiri pernikahan
Rafael dan Elena. Dia langsung menuju ke kantor. Kakaknya itu menyerahkan
seluruh kendali perusahaan di tangannya selama dia pergi. Ya, Rafael mendirikan
perusahaan ini dari awal, dengan kerja keras dan kejeniusannya sehingga perusahaan
ini menjadi begitu besar dan menjadi tempat bergantung ratusan
pegawainya. Semuanya untuk mendapatkan Elena,
dan sekarang lelaki
itu sudah mendapatkan Elena.
Rafael berhak mendapatkan libur dan menikmati kebersamaannya dengan Elena.
Victoria tidak keberatan menggantikan tugas-tugas Rafael sementara waktu.
Ponsel di dalam tasnya berdering ketika dia hendak melangkah
menuju ruangan kerja Rafael, dia berhenti di lorong dan mengangkat ponselnya.
Mamanya yang menelepon dari Spanyol.
“Jadi?” Sang mama langsung menembak, tanpa basa-basi.
“Kakakmu ahkirnya menikahi Elena?”
“Ya.” Victoria mendesah, “Maafkan aku Ma, aku sudah membujuknya
untuk memberitahu mama. Tetapi dia menolak karena takut mama akan bergegas
datang lalu menghadiri pernikahannya, lalu merusak semuanya ketika Elena ahkirnya
Elena mengenali mama.”
“Aku memang sangat ingin datang di pernikahan Rafael, tetapi
aku cukup mengerti untuk tidak merusak rencananya.” Suara Nyonya Sophia
Alexander, wanita Spanyol yang menjadi ibu Rafael dan Victoria itu melembut,
“Apakah dia bahagia?”
“Dia jatuh cinta kepada
Elena. Dia bahagia.” Victoria tersenyum, “Semoga saja peristiwa
kecelakaan di masa lalu itu tidak merusak kebahagiaan mereka” Victoria
merenung. “Kalau kita bisa menyimpan
kebenaran tentang kecelakaan
itu agar tidak sampai di telinga
Elena, aku pikir mereka akan menjadi pasangan yang sangat cocok.”
“Mama setuju. Karena
gadis bernama Elena itu, dialah yang
mengubah Rafael kita menjadi lebih baik.” Sang mama mendesah, “Yah. Mungkin
mama harus bersabar dan menunggu waktu yang tepat untuk berterimakasih kepada
Elena.”
“Pasti akan ada waktunya mama, waktu telah mengubah wajah
kita, aku berharap Elena tidak ingat kalau dia pernah bertemu mama setelah kejadian
kecelakaan itu.”
Ҩ
Di sudut lain lorong itu, Edo berdiri dalam kegelapan. Dia
tadi hendak berjalan menuju lift ketika suara Victoria, adik Rafael
bercakap-cakap di telepon menarik perhatiannya. Edo langsung berdiri di sudut
lorong, di sebelah pot tanaman berukuran
besar yang cukup
menutupinya sehingga tidak terlihat oleh Victoria.
Dia mendengar percakapan
itu dengan cukup
jelas. Rafael dan Elena dikabarkan pergi ke Pulau Dewata untuk pertemuan
bisnis. Tetapi Edo curiga ada sesuatu yang lebih, dan ternyata kecurigaannya
terbukti. Dari percakapan telepon Victoria
itu dia bisa
menyimpulkan bahwa Rafael
dan Elena telah menikah.
Dadanya serasa diremas.
Penuh oleh sakit
hati. Dia benar-benar mencintai
Elena. Gadis itu begitu polos dan mengembalikan apa yang dulu tidak
dipercayainya. Cinta. Edo dulu tidak percaya cinta dan menghabiskan hidupnya sebagai playboy yang suka
berganti-ganti wanita, berhubungan seks tanpa ikatan. Lagipula dia lelaki yang
cukup tampan dengan penghasilan lumayan sehingga banyak wanita yang takluk kepadanya. Tetapi
baginya Elena berbeda,
kepolosan perempuan itu membuatnya
merasa disadarkan. Tetapi, baru saja dia ingin ke jalan yang baik,
mencintai Elena sepenuh hati. Semuanya dihancurkan begitu saja oleh sesuatu
yang licik, sesuatu yang menjebaknya dan menghancurkan nama baiknya di depan Elena.
Edo akan membuat nama baiknya kembali. Dia bertekad. Tadi dia mendengar sesuatu
tentang ‘kecelakaan di masa lalu” yang
disebut-sebut dalam percakapan
Victoria. Apapun peristiwa kecelakaan
itu, sepertinya merupakan
hal penting, dan mereka
sepertinya ketakutan kalau Elena tahu sesuatu. Edo akan mencari
tahu. Kalau itu
bisa mengembalikan lagi Elena kepadanya.
Dia akan berusaha.
No comments:
Post a Comment