Bab 23
LETTING GO
Revel menekan
tombol pause, Otomatis membekukan layar TV. Dia menolehkan kepalanya kepada jo yang
sedang menunduk dan berkata dengan nada lebih tajam daripada yang direncanakan,
“ Kalau lo berencana mempermainkan dara, Gue saranin lo berhenti sekarang juga,
Karena selama dara masih jadi asisten blu, Secara tidak langsung dia bekerja untuk
MRAM. Karena itu gue berkewajiban melindungi dia sebagai pegawai dari segala sesuatu
yang mungkin bersifat sexual harassment."
Selama beberapa
detik jo hanya bisa mentapa revel dengan mata terbelak. Dia tidak percaya sobatnya
ini sudah mengancamnya. Revel tidak pernah mengancamnya.
"No, Gue
nggak main main sama dara. I really like her, Man. I mean really really like her.
Dan gue rasa dia juga ada rasa sama gue, “ Jelas jo. “ Jadi kenapa elo kelihatan
seperti orang kalah perang begini?"
Jo menghembuskan
napas keras sebelum berkata, “ Karena dara nggak akan pernah mau mengakui bahwa
dia ada rasa sama gue." “ That sucks for you."
Jo melirik kepala
revel sambil tertawa garing."Yeah, Tell me about it. Oh!!!! Kenapa juga gue
nggak bisa suka sama cewek yang masih single, Coba? Dari berjuta juta perempuan
di indonesia yang ngejar ngejar gue, Gue harus suka sama cewek yang bekerja untuk
adik gue, Sudah punya tunangan, Dan sekarang berusaha sebisa mungkin menghindari
gue."
Revel terkekeh
melihat reaksi jo yang dramatis ini. Mereka kenudian terdiam sejenak. Masing masing
sudah tidak tertarik lagi dengan balapan mobil mereka dan tenggelam di dalam
pikiran masing masing. "Ina kapan due datnya?” Tanya jo.
“ Dua minggu
lagi."
"Lo nervous?"
"Yeah. Extremely."
Jo menoleh menfengar
nada khawatir revel ini. "Why?” Tanyanya.
Revel kelihatan
berfikir sejenak sebelum berkata, “ karena gue takut akan terjadi komplikasi pada
saat ina melahirkan, Gue takut anak gue terlahir tidak sempurna, Gue takut nggak
bisa menjadi orang tua yang baik.... The list goes on and on."
"Wow, Thanks
karena sudah bikin gue ngerasa hidup gue nggak separah kehidupan lo saat ini."
Canda jo.
Revel terkekeh
sambil mematikan PlayStation dan beranjak membereskan aksesorisnya sebelum memasukkannya
ke lemari.
"So, Apa
rencana lo berkaitan dengan dara?" Tanya revel.
"I don't
know. I'II figure something out. Rencana yang gue punya sekarang sepertinya nggak
bekerja." Revel menatap jo ingin tahu, Tapi dia tidak mendesak, Malah justru
berkata, “ Kasih tahu gue kalau lo perlu bantuan."
Jo hanya nyengir.
"Yeah, Thans man."
Dara menghabiskan
sisa bulan mei dengan menghindari jo, Tapi semakin dia mengelak, Jo justru sepertinya
semakin bertekad mendekatinya. Jo selalu ada di mana pun dara berada, Seakan menguntitnya.
Dia ada diruang makaN waktu dara menjemput blu, Di MRAM pada hari hari dia mengantar
blu latihan vokal, Dan dirumahnya waktu dara mengantar blu pulang. Jo juga menjadikannya
suatu kebiasaan untuk berbicara dengannya seakan kejadian dia menciumnya didepan
orang ramai tidak pernah terjadi. Seakan itu semua belum cukup, Jo sekarang senang
sekali berdiri terlalu dekat dengannya sampai dara bisa mencium aromanya dan menyentuhnya.
Meskipun hanya di bahu, Punggung, Atau di lengan dan tidak pernah lebih dari beberapa
detik.
Pertama kali
jo menyentuh dara ingin mengomel, Tapi melihat ekspresi wajah jo yang kelihatan
innocent, dara berfikir itu hanyalah ketidaksengajaan. Kemudian ketika jo terus
melakukannya setelah itu, Masih dengan wajah inncent, Dara bertanya tanya apakah
jo bahkan sadar akan apa yang dia sedang lakukan.
Tapi bagaimanapun,
Lebih dari pada aksi penguntitannya tau amnesianya, Sentuhan sentuhannya ini membuat
dara serasa gila.
Suatu hari,
Ketika dara sedang menunduk untuk mengambil tasnya, Siap untuk pulang, Jo menyentuh
kulit punggungnya, Tepat segaris kulit kelihatan karena kaus yang dikenakan tertarik
ke atas ketika dia menunduk.
"Would you
stop doing that, “ Desis dara ketika dia sudah berdiri tegak lagi sambil menarik
kausnya ke bawah dan pada saat yang bersamaan mengambil beberapa langkah mundur
menjauhi jo.
“ Doing what?”
Tanya jo dengan tampang tidak bersalah. "Menyentuh saya, “ Desis dara lagi.
Jo mengangkat
bahu, Mencoba kelihatan tidak peduli." Saya hanya mau memastikan kamu nggak
jatuh tersungkur. Kamu nunduk terlalu jauh untuk mengambil tas kami."
Dara menyipitkan
mata nya dan berkata, “ Just.... Berhenti menyentuh saya, Oke?"
Dara memutar
tubuhnya, Bergegas menuju pintu depan. Dia perlu melarikan diri dari jo. Untung
saja besok dia cuti, Jadi dia tidak perlu bertemu dengan laki laki itu, Tapi kata
kata jo menghentikannya.
"Or what?
Apa yang akan kamu lakukan kalau saya nggak berhenti menyentuh kamu?"
Dara tidak percaya
jo baru saja menanyakan hal ini kepadanya dan secara tidak langsung mengonfirmasi
bahwa selam ini dia sadar akan apa yang dia lakukan dan sengaja melakukannya.
“ Apa kamu akan
ngelaporin hal tersebut ke tunangan kamu itu?” Ejek jo.
Mata dara
melebar mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan nada mengejek itu. Ini pertama
kalinya jo menyebut nyebut soal panji. Dan dia kelihatan tidak rela mengucapkannya.
Seakan kata”
Tunangan” Adalah kata yang kotor. Merasa tersinggung karena jo sudah memperlakukan
panji. Laki laki yang tidak pernah melakukan apa apa kepadanya, Seperti ini, Dara
berkata, “ Kalau itu yang memang diperlukan untuk membuat kamu berhenti, Saya akan
melakukannya."
Jo mendengus,
“Yeah, Right, “ucapnya. “ Apa kamu nggak takut dia mulai bertanya tanya kenapa
saya dengan bebasnya bisa menyentuh kamu?"
Dara mengerutkan
keningnya, Dan jo melanjutkan.” Apa dia tahu bahwa kita sudah melakukan lebih daripada
hanya bersentuhan?" “ Jo stop!"Ucap dara.
Tapi jo sepertinya
tidak peduli dan menambahkan, “ Bahwa kita sudah pernah ciuman?" “ Jo...”
Dara mencoba menghentikan apa pun yang akan dikatakan pria itu selanjutnya.
“ Dua kali.
Dan kamu mencium saya balik, Kalau mau lebih spesifik lagi." Pupil jo melebar
hingga matanya kelihatan hitam daripada kecoklatan.
“ Apa panji
bahkan terlintas di kepala kamu waktu bibir saya bersentuhan dengan bibir kamu?"
Suara jo terdengar
serak dan lebih dekat. Tanpa dara sadari, Jo sudah berdiri di belakangnya. Bagaimana
lelaki itu melakukannya? Dara bahkan tidak melihatnya bergerak. Dara mendongak untuk
menatap mata jo, Dan apa yang dia lihat di sana membuatnya tertegun. Mata itu
berapi api. Ada kemarahan, Kesedihan, Kekecewaan, Kepanikan, Keinginan, Dan....
Kerinduan akan sesuatu. Dan dara curiga sesutau itu adalah dirinya.
"What do
you want from me?" Tanya dara pelan.
Jo menutup matanya
seakan pertanyaan dara barusan telah menimbulkan rasa sakit yang tidak terkira.
Entah kenapa, Tapi melihatnya seperti ini membuat dara mengangkat tangannya untuk
menyentuh pipi jo yang ditutupi oleh jenggot tipis. Jo meringis tanpa membuka matanya
dan dara buru buru menarik tangannya, Tidak mau menyakitinya. Tapi tangan jo sudah
meraihnya, Menahannya. Dara melihat tubuh jo yang tadinya sudah kaku mulai rileks
dan dia mengistirahatkan pipinya pada telapak tangan dara.
Dara sedikit
bingng melihat tingkah laku jo, Tapi tidak berani mengatakan apa apa atau menarik
tangannya. Jo kelihatan lemah, Bingung, Dan takut. Dara terkejut sendiri dengan
keinginannya untuk memeluk jo, Untuk mengusir semua hal yang membuat jo kelihatan
seperti ini, Itu akan mengundang hal yang membuat jo seperti ini, Tapi dia tidak
berani. Dia takut kalau dia melakukannya, Itu akan mengundang hal hal lainnya yang
tidak dia inginkan. Akhirnya dia hanya menunggu.
Entah berapa
lama mereka berdiri seperti itu. Dara berterima kasih bahwa blu memutuskan mengurung
diri di kamarnay untuk belajar setelah mandi dan bi uti tidak kelihatan batang hidungnya
sama sekali, Meninggalkan mereka berdua saja. Kemudian dara melihat jo perlahan
lahan membuka matanya, Dan dara tidak bisa menghentikan dirinya dari tersenyum
ketika melihat mata jo yang sudah kembali coklat.
“ Jangan menghindari
saya lagi, “pinta jo.
Empat kata.
Empat kata dengan beribu ribu makna di dalamnya. Lebih daripada agar dia tidak menghindarinya
lagi, Dara tahu jo menginginkan lebih dari itu. Dia menginginkan sesuatu yang tidak
bisa dara berikan. Dan itu membuat dara panik.
“ Jo...” Dara
mencoba menarik tangannya, Tapi jo mengeratkan genggamannya dan membawanya ke dadanya.
"Please, Dara."
"Saya
nggak bisA, jo" ucap dara dengan lebih tegas dan sekali lagi mencoba menarik
tangannya.
“ Kenapa nggak
bisa?" Suara jo terdengar tajam." Apa karena saya mencium kamu di Singapura?
Kalau itu alasannya, Saya minta maaf, Oke? Saya nggak akan melakukannya lagi."
“ Bukan itu alasannya,
“ Teriak dara mulai panik. “ Jadi kenapa kamu terus menghindari saya?"
Dara menggeleng.
Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa "ini" lah alasan kenapa dia
harus menghindari jo. Karena setiap kali dia dekat dengan jo, Pikirannya berantakan.
“ Jo, Tolong
lepasin tangan saya, “pinta dara.
"Nggak.
Saya akan tetap memegang kamu sampai kamu menjelaskan kepada saya kenapa kamu terus
menghindari saya."
“ Jo, Please,
“mohon dara.
Oh, Tolong lepasin
tanganku, Please. Aku nggak bisa ada di sini sekarang. Aku nggak bisa ngeliat kamu
sekarang, Teriak dara dalam hati.
"No!” Tegas
jo.
Dan dengan
satu kata ini, Dara berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri. “ Jo... Lepasin
saya, Lepasin, Lepasin.... Lepas... Please... Please...."
Setiap kali dara
mengatakan kata"lepas", Jo membalasnya dengan kata"no" yang
semakin tegas. Pada detik itu dara sadar bahwa dia tidak berdaya dibawah genggaman
erat tangan jo dan dia sudah capek melawan apa yang dia rasakan terhadap jo.
Beberapa minggu
ini adalah minggu minggu tersulit dalam hidup dara. Dia mendapati dirinya memikirkan
jo ketika dia sedang bersama panji. Keinginan untuk bersama jo pada saat dia mencoba
menghindari lelaki itu terasa sangat kuat. Dia tidak pernah merasa sebingung ini
tentang peerasaannya sendiri sepanjang hidupnya. Pakaian pengantin sudah tergantung
di lemari pakainanya, Menunggu hari akan akan dikeluarkan untuk dikenakan. Tapi
dia mendapati dirinya tidak merasakan kegembiraan dan kebahagiann yang seharusnya
dirasakan oleh calon pengantin.
Setiap hari
dia mendapati dirinya mencoba menyakinkan dirinya sendiri bahwa panji adalah laki
laki yang akan dinikahinya, Dan semakin dia melakukannya, Semakin dia memahami apa
yang dikatakan Nadia padanya tentang perbedaan kata"perlu" dan"mau".
Dia mungkin memang memerlukan panji, Akal sehat nya mengatakan itu, Tapi hatinya...
Hatinya menginginkan orang lain. Dia menginginkan jo.
Jo yang kadang
kadang menyebalkan dan koyol, Tapi membuat kangen kalau mereka bertemu. Jo dengan
tawanya yang lepas dan tatapannya yang hangat. Jo yang telah membuat merasa nyaman
menjadi dirinya sendiri, Yang menyukai dan menerima apa adanya. Menyadari hal ini
membuat dara ingin menangis. Semua laki laki yang dia kenal akan melakukan itu.
Mereka awalnya memang berkata bahwa mereka menyukai kepribadiannya yang berani mengemukankan
pendapat, Tegas dengan pendirian dan mandiri, Tapi buntutnya mereka meninggalkannya
karena merasa terancam dengan kepribadian kuat seperti itu. Jo mungkin menyukai
nya sekarang bak minuman bar, Namun nanti efeknya” Buru"nya pudar, Dara yakin
jo pun akan meninggalkannya untuk wanita lain yang lebih mudah diatur dan penurut.
Dia merasa
bodoh karena sekali lagi tersadar oleh batu yang sama. Begitu lemahnyAkah dia hingga
sekali lagi dia memberikan hidupnya diDikte oleh keinginanya, Bukan kebutuhannya?
Tapi dia sadari pipinya sudah basah oleh air mata dan sia tersedak mencoba melawan
tangisannya. No... No.... No..... dia lebih kuat dari ini. Dia akan melawan ketertarikannya
pada jo, Dan dengan kekuatan baru dia melawan jo lagi. Detik selanjutnya dia merasa
dirinya ditarik ke dalam pelukan jo.
Jo memaksa
kedua lengannya agar memeluk tubuh dara dengan selembut mungkin, Meskipun yang dia
inginkan adalah memeluknya dengan seerat eratnya, Melingkupi seluruh tubuh dara
dengan seluruh tubuh dan jiwanya. Untuk memberikan segala galanya yang dia miliki.
Dia bisa merasakan isak tangis dara pada pergerakan tubuhnya itu dan dia ingin
menendang dirinya sendiri karena sudah menyebabkan dara dalam kondisi sekarang.
Tangisan itu penuh kesedihan dan keputusan. Jo betul betul tidak bermaksud membuat
dara menangis. Dia hanya ingin dara memberikan penjelasan dan membuatnya mengerti
kenapa wanita itu tidak menginginkannya, Maka dengan demikian dia bisa mengaku
kalah dan mundur teratur.
Oke, Tha's a
lie. Dia tidak akan mengaku kalah dan tidak akan begitu saja mundur setelah mendengarnya.
Dia akan intopeksi diri dan berusaha sepuluh kali lipat untuk memenuhi semua
kriteria yang di inginkan dara dan seorang laki laki. Kini dia sadar bahwa dia bukan
hanya merindukan persahabatan dan kepedulian dara seperti yang dia pikirkan sebelumnya.
Jo merindukan dara, Titik. Dara membuatnya memikirkan bagaimana rasanya bangun
setiap pagi di sebelahnya.
Membuatnya menjadi
orang pertama melihatnya setiap pagi, Dan orang terakhir melihatnya setiap
malam. Jo ingin berbagi meja makan, Tempat tidur, Lemari, Dan kamar mandi dengannya.
Jo ingin di beri kesempatan untuk berbagi kehidupan nya bersama dara.
"Please,
Let me in, “ bisik jo ketika merasakan dara masih mencoba melawannya, Tapi hal itu
justru membuat dara semakin melawan dan jo harus mengambil alternatif lain.
Dengan selembut
mungkin jo mencium kening dara dan merawakan perlawanan dara melemah dan dia mendengar
dara mendesah. Jantungnya hampir meloncat keluar ketika dia merasakan detik. Saat
dara tidak mencoba menolaknya lagi.
“ Apa pun yang
kamu lakukan. Tolong berhenti, saya mohon, “pinta dara.
Kata kata dara
membuat hati jo sakit. Dengan susah payah dia kerkata, “I can't." "Why?"
Because I'm
mandly in love with you. Jo tertegun sendiri ketika menyadari pengankuan itu. Dan
dia bukannya lari pontang panting, Takut akan perasaannya sendiri, Tapi justru
merasakan kebebasan. Namun, Jo tahu dara akan menghilang dalam sekejap mata dari
hadapannya kalau dia mengucapkan ini sekarang. Tapi betul betul mengucapkan kata
tersebut.
jo mendekatkan
keningnya pada kening dara sebelum mendesah, “ Because I want you. Lebih dari apa
pun juga sepanjang hidup saya."
Dara menggeleng."
You don't want me."
"I do.
Dan kalau saja kamu berhenti menghindari saya untuk satu detik saja, Saya tahu
kamu juga mau saya."
Jo tidak memberi
dara kesempatan untuk menyangkalnya, Dia mengeratkan pelukannya dan menciuminya
dengan semua energi dan perasaan yang dia miliki. Wajah jo sudah ikut basah oleh
air mata dara dan jo merasa seakan seseorang sedang meremas hatinya. Kalau saja
dia bisa menyerap semua kesedihan dara ke dalam dirinya, Dia akan melakukannya.
"I'm sorry,
“ Bisik jo.
Dia tidak tahu
kenapa dia mengatakan itu. Mungkin untuk mengatakan maaf karena sudah menguntit
dara selama beberapa minggu ini, Membuatnya menangis, Menciuminya dengan paksa,
Atau karena semua itu. "Stop fighting us. Plase just give us a chance, “pinta
jo di antara ciumannya.
Jo menunggu
balasan dari dara dengan jantung berdebar debar. Kalau dara menolaknya sekarang,
Setelah dia memaparkan seluruh perasaannya seperti ini, Sesuatu yang tidak pernah
di lakukan sebelumnya, Dia yakin jantungnya akan berhenti berdetak. Detik demi
detik dan dara masih juga tidak bereaksi, Jo merasakan hatinya perlahan lahan
mulai retak. Dia sudah mulai putus asa ketika dia melihat dara mengangguk.
“ Thank you,
God, “ucap jo sambil mencium dara, Dan kali ini dara membalas ciuman itu.
Dia ingin menunjukan
kepada dara betapa dalam perasaannya dan dia hanya tahu satu cara untuk melakukannya,
Yaitu dengan menyatukan segala sesuatu yang mereka miliki. Menyadari bahwa mereka
berada diruang tamu, Dimana blu atau bi uti bisa memergoki mereka kapan saja, Dengan
susah payah jo melepaskan ciumanya dan berkata, “ Kamar saya."
Dia bahkan tidak
mengenal suara itu sama sekali. Suaranya terdengar serak. Tubuhnya bergetar mencoba
mengontrol perasaannya yang meluap luap.
“ Kamar kamu?”
Tanya dara.
Jo mengangguk
dan rasa panik muncul ketika melihat keraguan di wajah dara.
"Saya
nggak akan memaksa kamu melakukan sesuatu yang nggak mau kamu lakukan."
Jo hampir saja
mau menarik kembali kata katanya yang terdengar memaksa ketika dia mendengar dara
berkata, “Oke” Dengan pelan.
Jo menggandeng
tangan dara menuju kamarnya, Sambil berusaha berjalan sepelan mungkin, Memberikan
dara kesempatan untuk mundur. Tapi dara hanya mengikuti tanpa mengatakan apa apa.
DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 24
No comments:
Post a Comment