BAB
8
Mikail
masuk ke kamar perawatan Lana tengah malam. Saat itu Lana sudah tertidur pulas.
Dengan langkah pelan tak bersuara, Mikail berjalan menuju tepi tempat tidur dan
berdiri dekat di sana mengawasi Lana.
....
Begitu damai perempuan ini terpejam dalam lelapnya, seolah tak menyadari bahwa sekarang
bahaya yang amat besar sedang mengintainya.
Mikail
sedikit membungkuk, lalu menyentuh pelan pipi Lana. Perempuan itu mengerang pelan
lalu mengubah posisi tidurnya, tetapi tidak terbangun.
Mikail
mengambil resiko dengan menunduk dan mengecup bibir Lana, merasakan manisnya bibir
itu. Sampai kemudian dia larut dalam gairahnya yang tertahan dan melumat bibir
Lana.
***
Lana
merasakan gelenyar panas di seluruh tubuhnya, dan dia menggeliat, ada gairah menjalar
dari bibirnya yang terasa nikmat dilumat seseorang. Dengan lemah Lana mengerjap
setengah tidur dan membuka mata.
Lelaki
itu, yang sedang membungkuk di atas tubuhnya dan melumat bibirnya, adalah Mikail
Raveno.
Mikail
sedang melumat bibir Lana, kemudian dia berhenti dan menatap mata Lana, menyadari
bahwa Lana sudah terbangun, Dengan lembut Mikail menelusurkan tangannya di pipi
Lana, lalu bibirnya mengikuti gerakan jemarinya.
Lana
memejamkan matanya, ini pasti mimpi. Mikail Raveno di dunia nyata tidak mungkin
berbuat selembut ini, lelaki itu pasti akan langsung memaksanya, memperkosanya,
dan memperlakukannya dengan kasar.
Ini
pasti mimpi, karena sebelum tidur Lana berbaring dengan gelisah, mencoba menghapus
memori bercintanya dengan Mikail yang seolah-olah selalu muncul dalam benaknya.
Dan karena ini mimpi, tak ada salahnya untuk menikmati. Lana setengah tersenyum,
lalu menyentuh pipi Mikail dengan lembut. Dalam sekejap tubuh Mikail langsung kaku
seperti terkejut merasakan sentuhan lembut jemari Lana di pipinya.
Lana
langsung menarik tangannya panik, apakah Mikail dalam mimpinya ini akan berubah
lagi menjadi Mikail dalam dunia nyata yang jahat?
Ternyata
tidak, Mikail dalam dunia mimpi ini sangat lembut dan penuh kebaikan. Lelaki itu
mengambil jari Lana dan meletakkannya di pipinya.
"Sentuh
aku di manapun kau suka, jangan berhenti..." bisik Mikail penuh gairah.
Lana
tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ini benar-benar mimpi yang sangat menyenangkan.
Di bawah tatapan tajam Mikail, Lana menyusurkan jemarinya di wajah Mikail,
mengagumi setiap kesempurnaan yang terpatri di sana. Ketika jemarinya hampir menyentuh
bibir Mikail, lelaki itu meraih tangannya, dan mengecupnya lembut, satu persatu
jemarinya, Mikail menggulingkan tubuhnya ke samping Lana, ranjang rumah sakit
yang lembut itu membuat tubuh mereka bersentuhan rapat. Tangan Mikail menggenggam
jemari Lana, lalu menyentuhkan jemarinya ke kejantanannya yang sudah sangat siap,
"Sentuh
aku Sayang", bisiknya parau.
Wajah
Lana memerah merasakan kekerasan yang panas di telapak tangannya, dengan lembut
Mikail membuka ikat pinggangnya dan menurunkan celananya, "Rasakanlah
tubuhku yang amat sangat mendambamu"
Lana
meremas kejantanan itu dan Mikail mengerang, perasaan bahwa Mikail benar-benar bergairah
atas sentuhannya membuat Lana merasa senang. Oh ya ampun, ini adalah mimpi erotis
terbaik yang pernah dia alami.
Jemari
Lana bereksplorasi di tubuh Mikail, dan lelaki itu membiarkannya sebebas-bebasnya.
akhirnya, ketika bibir Lana dengan penuh ingin tahu mencecap kejantanan itu,
Mikail mengangkat kepala Lana dengan tatapan tajam berkabut yang penuh gairah.
"Giliranku"
geramnya serak.
Lana
dibaringkan dengan Mikail berbaring miring menghadapnya, lelaki itu mengecup dahinya,
pelipisnya, ujung hidungnya, pipinya, bibirnya dengan kecupan-kecupan kecil yang
lembut, Lalu bibir itu berhenti di bibir Lana, mencicipinya sedikit-sedikit di
tiap ujungnya, meniupkan kehangatan yang basah di sana. Membuat Lana membuka
bibirnya dengan penuh perasaan mendamba.
Mikail
melumat bibir Lana yang membuka itu dan menyelipkan lidahnya ke dalamnya. Lidah
mereka bertautan, panas dan basah. Bibir Mikail melumat bibir Lana tanpa ampun,
mencecap setiap sisinya, dengan penuh gairah. Lana merasakan jemari Mikail
mulai membuka satu-persatu pakaian rumah sakit Lana, kemudian tangan yang panas
itu serasa membakar di kulitnya yang telanjang, menyentuhnya dengan intens di semua
sisi, menimbulkan geletar tiada duanya, yang membuat Lana menggeliat penuh gairah.
Jemari
Mikail menyentuh kewanitaannya, dan mencumbunya dengan keahlian luar biasa hingga
paha Lana terbuka, panas, dan basah siap untuknya.
Mikail
sudah berada di atasnya dan menindihnya, Lana merasakan kejantanannya yang begitu
panas menyentuhnya.
"Apakah...",
napas Mikail yang panas sedikit terengah terasa begitu erotis di bibirnya, Mikail
mengecupnya lagi, "apakah aku akan menyakitimu kalau aku..."
Lana
menggoyangkan pinggulnya putus asa, gairahnya memuncak tanpa ampun, dia ingin Mikail
ada di dalam dirinya, oh Ya ampun, dia sangat ingin!
Gerakan-gerakan
Lana yang tak berpengalaman itu membuat Mikail menggertakkan giginya menahan
gairahnya yang memuncak. Akhirnya dengan satu gerakan yang mulus, Mikail menekan
dirinya, menyatukan tubuhnya dengan Lana.
Percintaan
mereka sangat penuh gairah dan luar biasa nikmatnya. Lana mencengkeram punggung
Mikail yang berotot, melupakan rasa sakit di kepalanya, terlalu larut dalam kenikmatan
yang mendera tubuhnya. Mikail berusaha bergerak selembut mungkin, tetapi gairahnya
mengalahkan akal sehatnya, dia bergerak dengan penuh gejolak, membawa Lana bersamanya.
Dan akhirnya ketika puncak itu datang, tubuh mereka menyatu dengan begitu eratnya,
dalam ombak kepuasan yang bergulung-gulung menghantam tubuh mereka.
Ketika
Mikail menarik tubuhnya dengan hati-hati dari Lana dan berbaring di sebelahnya
dengan lengan masih memeluknya erat, Lana sudah terlalu kelelahan untuk
bergerak -sungguh mimpi yang luar biasa nikmatnya-desah Lana dalam hati, masih
menggelenyar dalam sisa-sisa kenikmatan yang begitu memuaskan.
Ah,
bahkan dalam mimpinya itu, dia bisa merasakan dengan jelas kecupan lembut Mikail
di dahinya sebelum lelaki itu pergi.
***
Ketika
terbangun di pagi harinya, Lana baru sadar bahwa itu semua bukanlah mimpi. Oh ya,
bajunya memang terpasang rapi dan semuanya tampak baik-baik saja. Tetapi rasa
pegal dan kelembapan yang khas di antara kedua pahanya serta aroma parfum Mikail
yang tertinggal di seluruh tubuhnya membuatnya sadar bahwa semalam, Mikail benar-benar
berkunjung ke kamarnya dan bercinta dengannya.
Lelaki
itu memperkosanya lagi ketika dia tidak sadar. Lana mengernyit, mencoba menahan
rasa terhina yang menyesakkan dadanya.
Tetapi,
apakah benar itu perkosaan? Malam kemarin Lana amat sangat bersedia untuk bercinta
dengan Mikail. Bahkan dia mengalami orgasme! Ya, bahkan tubuhnya pun masih
mengingat kenikmatan luar biasa yang didapatnya semalam.
Apakah
bisa mencapai kepuasan ketika kau diperkosa?, Lana memegang pipinya yang memanas
dengan jemarinya, merasa malu dan jijik pada dirinya sendiri. Mungkin memang
benar di dalam dirinya tersembunyi wanita jalang, yang kemarin akhirnya keluar
dan menguasai tubuhnya.
Lana
telah ditaklukkan dalam pesona gairah Mikail yang luar biasa ahli. Dan sekarang
ketakutan menerpa dirinya, bagaimana kalau pada akhirnya nanti dia menyerah dan
dengan senang hati menjadi wanita murahan yang bersedia menjadi kekasih Mikail,
bertekuk lutut di kaki lelaki itu seperti perempuan-perempuan yang lain?
Bagaimana
dia mempertanggungjawabkan dirinya kepada ayah dan ibunya nanti?
"Kau
tampak sedih",
Suara
itu membuat Lana terlonjak kaget, dia menoleh dan mendapati Dokter Teddy berdiri
di pintu, menatapnya cemas, "Apakah kau baik-baik saja"
Kenapa
hidupku tidak bisa biasa-biasa saja? Tiba-tiba Lana merasa sedih atas perjalanan
hidupnya. Dihadapkan pada Dokter Teddy yang selalu tampak ceria dan tanpa beban
membuat Lana ingin menangis, dan matanya mulai berkaca kaca.
"Hei...
Heii", dokter Teddy mendekati ranjang dan menyentuh lengan Lana, "Kenapa
Lana? Apakah kau baik-baik saja?"
Lana
menganggukkan kepalanya, mengusap air matanya dengan malu, "Saya baik-baik
saja dok..."
Dengan
ragu, Dokter Teddy duduk di tepi ranjang, "Apakah kau bertengkar dengan
kekasihmu, Tuan Mikail.. Aku mengerti, mengingat sifat keras dan dominannya yang
terkenal itu.. pasti berat menjadi kekasihnya"
Lana
menatap Dokter Teddy tajam,
"Aku
bukan kekasihnya, aku membencinya setengah mati hingga ingin membunuhnya",
desis Lana penuh kemarahan.
Dokter
Teddy terpana kaget, "Apa? Bukankah... Bukankah.."
"Dokter,
aku bukan kekasihnya, aku disekap di rumahnya selama ini...", dan semua cerita
itu mengalir dari mulut Lana, mulai dari kisah bisnis ayahnya dengan Mikail,
kematian kedua orang tuanya, usahanya membalas dendam, sampai kemudian dia berakhir
dalam sekapan Mikail.
Dokter
Teddy mendengarkan semua dengan takjub, dan ketika semua kisah itu berakhir,
Dokter Teddy menatap Lana tak percaya,
"Wow....",
tunggu sebentar, beri aku waktu, aku tak tahu harus bicara apa"
Lana
menatap Dokter Teddy penuh tekad,
"Saya
mohon bantuan dokter untuk melepaskan saya dari sini, hanya dokter dan perawat
dokter yang boleh masuk ke ruangan ini, sedangkan di luar semua penjaga berjaga
ketat. Saya mohon dokter, saya sudah melupakan dendam saya, yang saya inginkan
hanyalah melepaskan diri dari cengkeraman Mikail, dia lelaki yang sangat jahat
dan kejam, mungkin saya akan berakhir mati di tangannya" Dokter Teddy tercenung
mendengar kata-kata Lana,
"Oke...aku
akan mencari cara, meskipun sepertinya sulit", lelaki itu berdehem,
"Aku tidak menyangka kalau reputasi jahat Tuan Mikail memang benar adanya,
menyekap perempuan tidak bersalah dan memaksanya menjadi kekasihnya, itu benar-benar
tidak bisa dibenarkan", dengan penuh keyakinan, Dokter Teddy menggenggam kedua
tangan Lana, "Aku akan mengabarimu nanti, yang pasti, aku akan membantumu Lana,
supaya kau bisa lepas dari Tuan Mikail yang jahat
***
Mikail
masuk ke kamar, hanya selang beberapa menit setelah Dokter Teddy pergi, dan Lana
senang karenanya, itu berarti tidak mungkin Mikail mendengar percakapannya dengan
dokter Teddy tadi,
"Bagaimana
keadaanmu?", Mikail menatap Lana tajam tanpa senyum.
Ketika
Lana menatap Mikail, mau tak mau kenangan percintaan mereka semalam berkelebatan
di benaknya, tak tahan akan semua bayangan erotis itu, Lana memalingkan
mukanya,
"Bukan
urusanmu"
"Lana",
Mikail memanggil nama Lana dengan nada jengkel, "Kau harus cepat sehat supaya
aku bisa membawamu pulang, di sini tidak aman"
"Kau
yang diincar oleh musuh-musuhmu, kenapa aku yang harus repot?", sela Lana marah
dengan tatapan berapi-api.
Mikail
membalas tatapan Lana tak kalah tajam,
"Karena
kau adalah kekasihku, dan Jackal sedang mengincar kita berdua"
Jackal,
siapa orang yang mau menyandang nama sebegitu mengerikan? Lana mengernyitkan alisnya,
bingung.
"Jackal
adalah nama pembunuh bayaran yang disewa oleh musuhku", Mikail melirik buku
jarinya yang memar, yang kemarin dipakainya untuk menghajar Franky habis-habisan,
sampai lelaki itu terkapar penuh darah, bahkan sudah tak mampu lagi memohon
ampun kepadanya, "Dia selalu berhasil membunuh siapapun yang menjadi targetnya.
Dan kemarin kita berhasil lolos dari kecelakaan yang direncanakan oleh Jackal...
Psikopat itu tidak akan berhenti sebelum dia berhasil membunuh kita berdua".
Bulu
kuduk Lana meremang, orang bernama Jackal ini terdengar begitu mengerikan...
"Kau
tidak aman di sini Lana", Mikail mengacak rambutnya frustasi, "Tidak ada
seorangpun yang pernah melihat Jackal, tidak ada yang tahu dia laki-laki atau
perempuan, dia bisa menjadi siapapun. Bahkan saat ini aku tidak bisa mempercayai
pengawal-pengawalku sendiri, kecuali Norman. Di sini keadaanmu sangat riskan, di
rumahku kau akan aman", Dengan tercenung Mikail mengawasi Lana, "Kurasa
kau sudah cukup sehat untuk pulang, nanti malam aku akan mengurus kepulanganmu
dari rumah sakit ini"
Kalau
dia pulang, maka kesempatannya untuk melarikan diri akan menguap begitu saja, pikir
Lana panik. Dia tidak boleh pulang ke rumah itu! Dengan impulsif Lana memegang
kepalanya, pura-pura kesakitan,
"Kenapa
Lana?", Mikail langsung bertanya cemas. "Kepalaku... Kepalaku...",
Lana mengerang berusaha sebaik mungkin terdengar sakit.
"Dokter!",
Mikail memanggil setengah berteriak dan Dokter Teddy yang kebetulan ada di
dekat situ langsung masuk dengan cemas,
"Ada
apa Tuan Mikail?"
"Dia
kesakitan!", suara Mikail meninggi, "Kupikir kondisinya lebih baik
sehingga besok dia bisa pulang, tetapi dia kesakitan, kenapa dia kesakitan?? Kau
bilang lukanya akan membaik..."
Dengan
cepat Dokter Teddy menangkap isyarat mata Lana dan membaca situasi, dia berdehem
mencoba terdengar serius, "Seperti yang saya bilang, kondisinya masih belum
stabil Tuan Mikail, kadang dia tampak baik, tapi kadang goncangan sekecil apapun
bisa membuatnya kesakitan.
Saya
menganjurkan Anda tidak membawanya pulang dulu, atau kesembuhannya akan
terhambat"
Mikail
tercenung dan menatap Lana frustasi, "Oke. Sembuhkan dia dulu!", gumamnya
dingin
Dan
Lana mendesah lega dalam hati, kesempatannya untuk melarikan diri masih ada.
***
Malam
itu jam delapan, jadwal pemeriksaan Lana oleh Dokter Teddy, lelaki itu datang tepat
waktu, kali ini membawa perawat.
Ketika
Lana menyadari Dokter Teddy memasuki ruangan, dia langsung terduduk tegak, waspada.
"Dokter..."
Dokter
Teddy memberi isyarat, menyuruh Lana menutup mulutnya. Lalu mempersiapkan jarum
suntik.
Yang
tidak disangka Lana, ketika perawat itu sedang memeriksa infus Lana, Dokter
Teddy tiba-tiba menusukkan jarum suntik itu ke tubuh perawat itu. Dalam
hitungan detik, tubuh perawat itu langsung ambruk tak sadarkan diri. Dokter
Teddy menopang tubuh perawat itu dan menyandarkannya di ranjang,
"Kau
bisa bangun?", Tanya dokter Teddy cepat.
Lana
masih terpana akan kesigapan gerakan Dokter Teddy, sampai kemudian dia sadar bahwa
Dokter Teddy sedang bertanya padanya, dia langsung menganggukkan kepalanya,
"Bagus,
bisakah kau menukar bajumu dengan baju perawat ini? Aku akan menutup tirai
untuk memberimu privasi", Dokter Teddy langsung menutup tirai dan menunggu
di luar tirai.
Detik
itu juga Lana sadar, ini adalah rencana Dokter Teddy untuk melepaskannya!
Dengan
sigap, melupakan bahwa kepalanya masih sakit, Lana mencoba berdiri, dan ketika bisa,
dia langsung melepas pakaiannya dan menukarnya dengan baju perawat itu. Setelah
semua beres, Lana memanggil Dokter Teddy yang segera mengangkat perawat yang masih
pingsan itu dan membaringkannya di ranjang, lalu menyelimuti perawat itu.
"Kau
harus bersikap biasa dan tidak mencurigakan", gumam Dokter Teddy ketika
Lana sedang memasang topi perawat di kepalanya, lalu mendekap papan pemeriksaan
di dadanya, "Ayo"
Jantung
Lana berdegup kencang ketika Dokter Teddy membuka pintu.
Dua
penjaga yang ditempatkan Mikail di pintu tampak sedang bercakap-cakap. Dokter
Teddy mengangguk kepada mereka dan mereka membalas dengan senyum.
Posisi
tubuh Dokter Teddy menutupi Lana sehingga tidak kelihatan, lalu dia menggiring
Lana menuju lorong meninggalkan pengawal itu jauh di belakang.
Ketika
akhirnya mereka membelok di lorong tanpa ketahuan, Lana menarik napas, lega luar
biasa. Dokter Teddy mengajak Lana setengah berlari ke tempat parkir, menuju kebebasannya.
***
Norman
menyerahkan berkas-berkas itu kepada Mikail yang duduk di sofa, "Ini beberapa
orang yang mungkin bisa kita curigai" Mikail mengambil berkas itu dan membacanya,
lalu membolak-baliknya. Matanya terpaku pada salah satu foto di berkas itu,
"Kenapa
dia masuk ke daftar ini?" Norman melirik berkas itu.
"Karena
kami memfilter semua pegawai rumah sakit yang masuk kurang dari 2 bulan sebelum
kejadian kecelakaan itu"
Mikail
mengernyit lama. Sebelum kemudian wajahnya menegang. "Dia punya akses bebas
masuk ke ruangan Lana, kita harus ke rumah sakit segera!"
Mikail
meraih jasnya dan melangkah tergesa ke pintu diikuti Norman. Dan pada sat bersamaan,
pintu di sisi lainnya terbuka, beberapa pengawal Mikail masuk dengan wajah
panik dan nafas terengah.
"Tuan
Mikail, Lana melarikan diri dari rumah sakit!!"
***
No comments:
Post a Comment