Bab 9
BUSTED
Jo menutup
tas travel dari
kulit yang
diletakan
diatas
tempat tidur. Tas
tersebut berisi semua keperluannya
untuk malam ini. Setu set pakaian
ganti, Peralatan mandi, Handuk kecil
untuk mengusap keringat, Dan dua
stik drum, Cadangan kalau saja terjadi apa
apap dengan stik drum yang sekarang
di sematkan
diakntong belakang celana
jinsnyA, jam dinding
sudah menujukan
pukul 15.30, Dia
harus berangkat sekarang kalau tidak mau terlambat untuk sound check. Dia meraih
jam
tangan yang tergeletak diatas dresser ketika tatapannya
jatuh
pada fotonya dengan
blu, Poppy, Dan
Goldie yang
diambil sebelum poppy berangkat ke paris.
Suatu rasa yang sangat mirip
seperti rasa berdalah karena
sudah menelantarkan adiknya
dan mengandalkan
dara
untuk mengurus blu
selama
dua bulan ini muncul disudut hatinya.
Apa sebaiknya
dia menarik diri saja dari pertunjukan malam ini dan memilih hangout dengan blu
yang tidak memiliki jadwal manggung?bi uti sedang pulang kampung sejak seminggu
lalu, Dan kalau bukan dara, Jo mungkin harus menelepo Tante Mel atau salah satu
sepupunya untuk menjaga blu sampai dia pulang. Sesuatu yang dia yakin tidak akan
dihargai sma sekali oleh mereka.
Ngga, Dia nggak
bisa menarik diri pada detik terakhir sebelum manggung tanpa ada drummer pengganti
untuk Revel. Oh, Andaikan saja ini bukan malam tahun baru, Dia mungkin bisa menelepon
Ole, Drummer cadangan Revel, Untuk menggantikannya malam ini, Tapi dia tahu ole
sedang pergi liburan dengan pacarnnya ke shanghai. Setelah beberap menit mempertimbangkan
pilihannyA, jo memutuskan untuk tetap berangkat kerja. Bukan karena dia tidak peduli
akan blu, Tapi karena dia seorang profesional yang selalu memenuhi kontrak kerjanya.
Jo menarik pegangan
tas travel ke dalam genggamannya dan melangkah keluar kamar. “ Blu, “ Teriak jo
memanggil adiknya.
"Ya, Mas,
“ Jawab blu,, Yang suaranya seperti berasal dari ruang TV.
Jo menemukan
asiknya sedang selonjoran di depan TV sambil mengenakan celana pendek dan kaus
kedodoran dengan gambaran Cookie Monster dibagian depan. Dara yang mekenakan jins
dan kaus bertuliskan "I heart London"sedang duduk di sofa sambil membaca
majalah. Kaus uty terbuat dari bahan yang agak tipis sehingga jo bisa melihat dara
mengenakan bra berwarna hitam. Selama beberapa detik dia membayangkan dirinya
menanggalkan bra itu dari tubuh dara seraya menguburkan jemarinya dirambut hitam
dara yang kelihatan mengkilat seperti pita sutra. Seperti sadar bahwa dia sedang
diperhatikan, Dara mendongak dan jo laNgsung bergegas ke lemari sepatu.
Semenjak mimpinyA,
jo mencoba sebisa mungkin tidak bertemu muka dengan dara, Sesuatu yang sulit dilakukan
mengingat perempuan itu bekerja untuk adiknya.yang ada terkadang dia mendapati dirinya
memperhatikan interaksi dara dengan adiknya. Mereka sudah seperti kakak adik yang
sangat akur. Dara selalu bisa mengerti apa yang blu inginkan tanpa blu harus mengatakannya.Yang
jelas blu sepertinya telah menemukan seorang teman baik yang bisa dipercaya dengan
segala hiasannya pada diri dara. Setelah beberapa menit memperhatikan jejeran sepatu
di hadapannya tanpa betul betul melihat apa yang ada di hadapannyA, jo akhirnya
memilih mengenakan Converse.
“ Kamu yakin
nggak mau ikut Mas malam ini? tanya jo sambil duduk disalah satu kursi untuk mengenakan
sepatunya.
Jo sudah menanyakan
hal ini kepada blu beberapa hari yang lalu dan blu menolakny. Tapi hanya untuk memastikan,
Dia bertanya lagi. Dan sepertinya waktu itu, Blu juga menggeleng.
"Mendingan
dirumah nonton TV sama Mbak dara dan Goldie daripada dengan cewek cewek pada histeris
ngeliatin Mas dan Mas Revel.
Seperti sadar
namanya sudah disebut sebut, Goldie muncul dengan mulut sedikit basah. Daripada
duduk didekat tuannya, Goldie memilih duduk didekat blu. Jo memiringkan kepalanya
melihat kelakuan anjingnya yang aneh itu.Goldie tidak pernah memilih orang lain
selain dirinya kalau dia sedang ada di dalam ruangan bersamanya, Tapi kemudian
dia melihat blu memegang sekantong makanan anjing ditangannya. “ Goldie jangan
kebayakan dikasih jajan, Nati dia nggak mau makan makan malamnya, “ Tegur jo.
Blu tersenyum
sebelum kembudian berkata, “ Goldie, No more, “sambil menggoyangkan kedua telapak
tangannya di hadapan Goldie yang kelihatan sedih.
Jo tertawa melihat
tingkah laku anjingnya dan melirikkan matanya ke arah dara yang sudah meletakkan
majalah yang tadi dibacanya dan berdiri.
“ Kamu nggak
apa apa mas tinggal sendiri dirumah semalaman?” Jo menarik perhatiannya kembali
kepada adiknya.
Blu mengangkat
kedua alisnya sebelum menjawab, “ Aku nggak sendiri kok. Kan ada Mbak dara dan Goldie."
Jo selesai mengikat
kedua tali sepatunya dan berdiri."Oke, Kalau gitu kamu mas tinggal."
Blu segera
beranjak berdiri untuk mencium pipi jo sebelum kemudian menghilang masuk ke kamarnya,
Meninggalkan jo berdua dengan dara.
“ Jam berapa
kira kira mas jo pulang? tanyanya.
"Saya akan
usahakan sampai dirumah sebelum jam dua pagi, “ Jawab jo.
"Oke, “
"Makasih
ya karena sudah ngejagain....."
"It's fine,
Mas jo.Ini memang pekerjaan saya, “potong dara.
Jo tahu itu
benar. Tapi entah karena angin apa, Yang keluar dari mulutnya adalah, “ Actually
it's not. Kamu dipekerjakan sebagai asisten blu, Bukan sebagai baby sister."
Selama beberapa
detik dara tertegun, Seakan tidak percaya akan kata kata jo, Tapi kemudian dia mengangkat
bahu dan berkata, “Nggak ada bedanya untuk saya."
Sebelumnya jo
masih ingin berdebat dengan dara, Tapi dia tahu hari sudah makin sore. Akhirnya
tanpa berkata kata lagi dia keluar rumah.
Begitu mobil
jo menghilang dari pandangan, Blu muncul disamping dara.
“ Kira kira
mas jo tahu nggak ya tentang rencana kita?” Blu terdengar khawatir.
"I don't
think so, “ucap dara sambil memutar tubuhnya."Sebaiknya kita mulai siap siap
kalau ngga mau telat.C'mon,xinderella, “ Candanya dan mendorong blu menuju kamarnya
untuk mandi dan berdandan. Selama hampir dua jam dara sibuk mendandani blu ditemani
gelak tawa mereka dan album terbaru Coldplay. Pukul 17.30 William menelepon, Dan
selama pembicaraan sepuluh menit itu wajah blu sudah seperti kepiting rebus dan
senyum lebar menghiasi wajahnya. Dia betul betul menyukai cowok ini rupanya. Hal
tersebut membuat dara merasa sedikit kasihan padanya. Percakapannya dengan jana
minggu lalu terngiang kembali.
“ Gue harus
giman dong, Jan? Bilang ke dia kalau teman kenyannya itu gay atau nggak?
"Menurut
gue, Lo biarin aja. Nggak ada gunanya menghancurkan kencan pertama blu. Toh si
William juga udah mau lulus sebentar lagi dan kemungkinan besar nggak akan ketemu
lagi sama blu. Bukannya terunya mereka pacaran gitu lho, Mereka cuma pergi ke pesta
tahun baru sama sama, Gue yakin pas blu lulus SMA, Dia pasti udah lupa siapa
William."
"I doubt
that, Dari cara blu ngomong tentang William, Sumpah deh, Di mata blu, William ini
udah kayak Romeo yang serba perfect. Setiap hari ngomongin William melulu. Apa
kita kayak gitu ya waktu SMA?" Pertanyaan ini di sambut gelak tawa jana yang
membuat dara tertawa juga.
“ Apa blu ngga
pernah ngerasa ya kalau William itu gay? atau setidak tidaknya ada orang kek yang
bilang
ke dia.Gue
benar benar ngga mau jadi orang yang harus bilang ke blu kalau santa Claus doesn't
exist, “ucap dara setelah tawanya reda.
"I hate
to break it to you, But santa claus really doesn't exist."
"Oh really....(Hank
for letting me know, “ Balas dara sesarkastia mungkin.
Jana terbahak
bahak, “ Again, It is up to you. Tapi menurut gue, Lebih baik lo tutup mulut."
“ Gue cuma nggak
mau blu jadi bahan tertawaan orang. Sumpah deh, Gue yakin salah satu orang yang
sering banget nulis hatemail tentang bli itu adalah teman satu sekolahnya."
"Ra, Blu itu artis, They are bound to be hated by some people, “
“ Tapi dia itu
masih kecil, Jan. Masih lima belas tahun, Seberapa banyak orang sih yang dia sudah
temui sampai mereka segitu nggak sukanya sama dia?"
"Lo nih
berkelakuan kesannya blu itu anak lo. Sudahlah, Jangan terlalu diambil pusing.
Oke?"
Setelah pembicaraan
dengan jana, Dara pergi tidur dan bermimpi blu ditertawakan oleh semua orang di
pesta karena William muncul mengenakan gaun putih milik blu dan jo memecatnya karena
sudah mempermalukan blu.
Dara harus
menarik dirinya kembali ke masa kini ketika mendengar blu memanggil namanya. Dari
nada tidak sabarannya sepertinya blu sudah melakukannya selama beberapa menit.
"So, William
bilang apa?” Tanya dara, Mencoba menutupi pikirannya yang sempat melayang.
“ Dia cuma tanya
apa aku yakin ngga perlu dijemput.Waktu aku bilang yakin, Dia bilang dia akan tunggu
aku jam 2015 di depan ballroom."
“ Kalau gitu
kita sebaiknya berangkat jam 18.30. Mbak ngga mau kamu terlambat untuk kencan pertama
kamu."
“ Apa Goldie
nggak apa apa kalau kita tinggal sendirian?” Tanya blu.
"She should
be fine. Mbak akan kasih makanan, Minum, Dan mainan favoritnya selam kita pergi.Itu
bisa menghibur dia selama beberapa jam sampai kita pulang."
Blu mengangguk
setuju. Lima belas menit kemudian blu pun siap. Dara meminta blu untuk makan sesuatu
sebelum berangkat. Menurut undangan yang harganya cukup mahal itu, Makan malam
akan disediakan, Tapi dara tahu blu kemungkinan akan terlalu sibuk dengan nervous
untuk betul betul makan di acara tersebut. Dara memasukkan majalah dan ipod ke dalam
tasnya untuk menghibur diri selama menunggu blu. Tapat pukul 18.30, Mereka sudah
meluncur menuju Gran Melia.
"Okay,
That sound good, Everyone, “ucap Ricky, Manajer panggung untuk acara malam ini.
Dikarenakan masalah teknis, Mereka harus menunggu satu jam sebelum bisa melakukan
sound check, Sehingga mereka baru selesai sekitar jam 18.00, Sesuatu membuat jo
sedikit jengkel. Kalau saja dia tahu jadwal mereka akan diundur, Dia bisa menghabiskan
sedikit waktu dengan blu sebelum berangkat, Bahkan mungkin nonton acara reality
TV tentang keluarga kardashia yang sepertinya diobsesikan blu.Yang ada dia harus
sabar menunggU gilirannya diselubungi udara panas sentul. Dia tahu dia harus mandi
terlebih dahulu sebelum manggung malam ini karena kaus yang dikenakannya sudah
basah oleh keringat.
Revel yang
menyadari bahwa mood drummernya sedang tidak baik, Sesuatu yang semakin sering terjadi
akibat kehadiran Dara, Mendekatinya.
"Hey, Are
you okay?” Tanya nya hati hati.
"Yeah,
Why do you ask?” Tanya jo balik sambil menyeka keringat dikeningnya dengan handuk
kecil yang biasa disematkan di sabuknya.
"Lo kelihatan
sedikit...I don't know.... Moody."
"Moody?”
Jo mengerutkan keningnya.
"Untuk lebih
tepatnyA, jengkel, Apa semuanya baik baik aja dirumah?"
Jo mengangguk
dan ngacir menuruni panggung krtika melihat tujuh cewek menaiki panggung. Mereka
adalah girlband yang pamornya sedang naik daun di indonesia. Jo hanya mengangguk
kepada mereka tapi tidak berhenti. Bisa dibilang dia agak trauma pada mereka, Karena
terakhir kali mereka bertemu, Salah satu personal girlband itu yang kemudian dia
ketahui bernama Jessica, Memasukkan sebuah amplop berwarna pink ke dalam kantong
celananya. Berpikir bahwa amplop itu hanya berisi nomor telepon, Sesuatu yang
sering diterima dari kaum wanitA, jo membukanya di depan Revel. Dia baru menyadari
kesalahannya ketika foto Jessica yang tidak menggunakan sehelai busana pun dan
berpose menggoda terpampang di hadapanny.
Seakan belum
cukup, Di balik foto itu jessica menuliskan kata kata yang sampai kini masih akan
membuat wajah jo memerah kalau mengingatnya. Dan meskipun tidak pernah mengatakan
apa apa kepada orang lain tentang insiden tersebut, Revel tidak pernah melewatkan
kesempatan untuk meledek jo. Perlahan lahan mereka berjalan menuju bus mewah milik
Revel yang ada showenya. Jo berencana menggunakan shower itu secepat mungkin sebelumairnya
dihabiskan oleh kru band Revel yang lain. Setelah mereka cukup jauh dari keramaian
dan bebas dari tatapan orang banyak, Revel bertanya lagi “ Blu nggak diajak?"
“ Dia ngga mau
ikut. Lebih memilih hangiut sama dara dan Goldie di rumah." Revel menatap
jo dengan seksama.” Dan lo ngga suka?"
“ Gue ngga bilang
begitu, “ Bantah jo. “ Tapi lo kelihatan begitu."
Jo memilih dia
dari pada membalas komentar Revel dengan kata kata sarkastis yang bisa tanpa sengaja
menyinggung sahabatnya ini. Tapi sepertinya Revel tidak memiliki toleransi yang
sama dengannya karena pertanyaan selanjutnya jelas jelas menyinggung perasaannya.
“ Apa lo masih
ada masalah dengan dara?"
Jo berhenti
melangkaH dan menatap Revel tajam.” Kenapa lo ngomong begitu?" "I don't
know, You well me."
Jo berfikir sejenak.
Dia memang masih ada masalah dengan dara, Tapi bukan seperti yang dipikirkan
Revel. Dulu
masalahnya dengan dara karena perempuan itu mengacak ngacak hidupnya, Tapi setelah
mimpinya, Sekarang masalahnya adalah karena wanita itu mengacak acak pikirannya
dengan membuatnya memikirkan yang tidak tidak kalau melihatnya. Tapi kali ini dia
tidak bisa menumpahkan kesalahan pada dara, Toh bukan salah dara bahwa otaknya
penuh dengan pikiran kotor setiap kali melihatnya.
Akhirnya jo
berkata, “No.Gue ngga ada masalah dengan sara."
Selama beberapa
menit mereka kembali melangkah tapi dalam diam. Jo baru bersuara lagi ketika mereka
sampai di pintu bus.
“ Apa lo perlu
gue sampai acra ini selesai?"
Revel menatap
jo bingung, Tidak betul betul mengerti apa yang diminta temannya ini. “ Kalau lo
ngga masalah, Gue mau cabut jam sebelas begitu kita selesai manggung."
"Lo mau pulang untuk ngerayain tahun batu sama blu?"
Jo mengangguk
dan berkata, “ Tapi cuma kalau lo oke tentang itu."
"Of course
I'm okay with itu. Tapi lo tahu kan bahwa kemungkinan elo untuk bisa sampai dirumah
sebelum jam 24.00 malam ini adalah hampir nol?"
"Setidak
tidaknya gue bisa coba, “ Balas jo.
Revel mengangguk
mengeri dan jo menepuk punggung Revel sambil mengucapkan terimakasihnya sebelum
menghilang ke dalam bus.
Dara mencoba
memanuver mobilnya ditengah keramain lalu lintas, Mencoba untuk bisa sampai dirumah
jo sebelum pukul dua dini hari. Jam pada dasbor mobil sudah menunjukan pukul 01.15,
Dan dia masih sedikit khawatir mereka tidak akan bisa sampai rumah sebelum jo tiba.
Dia tidak berani membayangkan kemarahaan jenis apa yang akan dilihat kalau sampai
mereka tertangkap basah pergi tanpa seizin jo. Selama lima belas menit terkahir
blu sudah kelihatan senewen sehingga tidak bisa duduk diam di kursinya.
“ Do you think
we can make it?” Tanya blu.
"Yes, “
Jawab dara pasti. "Really?"
"No. Not
really."
Dan blu tertawa
terbahak bahak karena dara masih bisa bercanda dalam situasi genting Seperti ini.
“ Kita seharusnya
ninggalin hotel lebih cepat tadi, “ucap blu.
"Yep. Tapi
kalau kita ninggalin hotel lebih cepat, Itu berarti kamu ketinggalan kesempatan
untuk dicium sama William, Kan?” Balas dara sambil nyetir.
Blu langsung
tersipu sipu.yep, Bukan saja blu mengalami kencan pertamanya, Tapi juga first kiss
nya malam ini. itulah hal
pertama yang diteriakkan oleh blu pada dara setelah William menghilang dari pandangan
sehabis mengantarnya ke lobi.
He kissed me,
“ucap blu berkali kali sambil loncat loncat ke girangan.
Hal pertama yang
terlintas dikepala dara ketima mendengar ini adalah rasa senang untuk blu, Yang
diikutin oleh beberapa sumpah serapah.William sepertinya memang cari mati.
“ Apa itu
berarti kalian boyfriend dan girlfriend now?” Tanya dara hati hati.
Dalam hati dia
berharap William setidak tidaknnya tidak melangkah sejauh itu, Karena kalau tidak,
Dara harus melakukan pembicaraan empat mata dengan anak laki laki ingusan satu
itu.
Pertanyaan
ini membuat blu tercengang selama beberapa detik."I don't know.Is it?"
"Lho, Mbak ngga tahu. Memangnya William bilang apa?"
“ Dia nggak bilang
apa apa."
Perlahan lahan
dara menghembuskan napas lega dan mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas segala
pertolongannya.
Dara belum sempat
menghentikan mobil dengan sempurna ketika blu sudah meloncat keluar berlari
membuka pintu gerbang. Jam menunjukkan pukul 01.45, Berarti
mereka hanya punya waktu lima belas menit sebelum jo pulang. Seiring dengan terbukannya
pintu gerbang, Lampu depan mobil menyorotkan sinarnya kepad....;o yang sedang
berdiri sambil menyedekapkan tangannya didepan mereka. Dari wajah laki laki itu
dara tahu bahwa kata marah tidak cukup untuk menggambarkan ekspresi wajah.
DEVIL IN TH BLACK JEANS - ALIAZALEA - BAB 10
No comments:
Post a Comment