Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 14

The First Dinner Alone

Ina mengambil cuti selama seminggu stelah resepsi untuk memindahkan barang2 yg
dianggapnya penting (yg tdk banyak jumlahnya, karena Revel sudah menyediakan mayoritas
barang yg dia perlukan) dari apartemennya ke rumah Revel. Selama beberapa bulan ke
depan apartemennya akan disewa Ellis, seorang wanita bule dari Australia yg baru dikontrak
salah satu perusahaan minyak dan gas bumi. Dengan begitu residensi Ina sudah pindah
sepenuhnya ke rumah Revel. Dia kini menempati kamar pengantinnya sebagai kamar
tidurnya, selain itu dia juga memiliki ruang kerja yg bersebelahan dgn kamarnya dan bisa
dimasuki melalui connecting door. Revel mencoba sebisa mungkin membuat Ina nyaman di
rumah barunya ini, tetapi Ina tetap merindukan privasi apartemennya.
Ina dan Revel bisa menyembunyikan status pisah ranjang mereka dari para pegawai, juga
dari artis2 yg diwakili oleh MRAM karena kecuali Jo, pak Danung, dan pak Siahaan, Revel tdk
pernah memperbolehkan orang asing menjejakkan kaki mereka di lantai tiga rumahnya. Tapi
mereka tdk bisa menyembunyikan hal ini dari pada pembantu rumah tangga Revel yg
bertugas membersihkan segala sudut rumah itu. Meskipun begitu, Revel percaya bahwa
mereka tdk akan membeberkan situasi ini kepada media, karena sperti juga Nata, para
pembantu ini sudah ikut dgn Revel smenjak dia masih kecil dan loyalitas mereka betul2 bisa
diandalkan. Semua ini bisa dilihat dari cara mereka memperlakukan Ina, yaitu dgn
seprofesional mungkin, seakan2 mereka tdk menemukan sesuatu yg janggal dgn sepasang
suami istri yg tidur di kamar tidur yg berbeda.
Saat resepsi, para wartawan menanyakan kemanakah mereka berencana berbulan madu,
dan Ina menjawab bahwa mereka tdk akan berbulan madu untuk sementara waktu ini
karena dia dan Revel punya banyak kewajiban dan tanggung jawab yg harus dilaksanakan.
Sejujurnya, dia tdk tahu apa yg akan mereka lakukan dalam hal urusan akomodasi klo
mereka memang pergi berbulan madu. Tentunya mereka harus tidur satu kamar, karena
akan aneh klo misalnya mereka minta ditempatkan di kamar yg berbeda. Tapi Ina tdk ada
waktu untuk mengkhawatirkan tentang ini, karena selama 5hari, Ina menyibukkan dirinya
memindahkan barang dari apartemen, menata kamar tidur dan ruang kerjanya di rumah
Revel pada siang hari dan pada malam harinya mereka akan pergi makan malam dgn
keluarga Ina atau keluarga Revel.
Seakan itu semua belum cukup membuatnya pusing, dia juga harus menandatangani kartu
tanda terimakasih kepada semua orang yg sudah memberikan kado. Lain dr kebiasaan
zaman sekarang dimana para tamu lebih memilih memberikan uang kepada pengantin, para
tamu lebih memilih memberi kado pada mereka. Berpuluh-puluh kado datang dari
perusahaan2 yg pernah ada hubungan bisnis dgn Revel, mulai dari set produk mandi hingga
biskuit. Mulai dari voucher department store yg membuat Ina harus membacanya dua kali
ketika melihat jumlahnya hingga sati set peralatan makan untuk 12orang. Revel mencoba
membujuk Ina agar memperbolehkan salah satu asistennya membuat stempel tanda
tangannya agar dia tdk perlu menandatangani semua kartu itu, tp Ina kelihatan sangat
tersinggung dgn komentar itu sehingga akhirnya Revel membiarkannya melakukan apa saja
yg dia mau.
Tapi malam ini rutinitas mereka agak berbeda karena keduanya tdk ada rencana pergi
keluar. Ina baru saja keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dgn
handuk ketika dia mendengar ketukan pada pintunya. Dia melirik kepada pakaian tidur yg
dikenakannya, celana piama dari bahan flannel yg dulunya berwarna hitam tp stelah dicuci
berpuluh2 kali selama 5tahun belakangan ini sudah berubah warna menjadi abu2, dan kaus
berukuran superbesar dgn tulisan "Getting Lucky in Kentucky". Bukan pakaian yg sepatutnya
dikenakan oleh seorang pengantin baru, Ina yakin. Ketika dia membuka pintu, dia
menemukan mbok Nami, pembantu terlama di rumah Revel, sedang tersenyum padanya.
"Mbak Ina dienteni karo mas Revel nang ngisor," ucapnya.
Ina yg tdk pernah fasih bahasa Jawa, tetapi sedikit memahaminya karena sekali2 mendengar
mama dan papanya berbicara dgn bahasa Jawa, terdiam sejenak mencoba memahami apa
yg mbok ini sedang katakan padanya. Satu hal lagi yg dia harus pelajari dgn tinggal di rumah
Revel adalah bahwa semua pembantu bisa berbicara bahasa Indonesia, kecuali mbok Nami,
meskipun dia mengerti klo orang berbahasa Indonesia dengannya.
"Oh, sekarang?" tanya Ina stelah memahami apa yg dikatakan mbok Nami.
Mbok Nami mengangguk dgn antusias, senang karena Ina mengerti bahasa Jawa. Ina pun
memberi tanda kepadanya untuk menunggu sementara dia menyisir rambutnya yg masih
basah dan mengenakan sandal sbelum mengikutinya turun ke lantai bawah. Apa yg
diinginkan Revel dengannya malam2 begini? Ina tadi sempat melirik ke jam dinding yg ada di
kamarnya yg menunjukkan jam delapan malam.
***
Revel sedang berkonsentrasi penuh untuk mengantar semua perahu dihadapannya ke
tujuannya masing2 dgn selamat, yg brarti bahwa semua perahu tdk akan bertabrakan satu
sama lain. Dia menerima iPad sebagai hadiah perkawinan dari Jo dan smenjak dia
mencobanya beberapa beberapa hari yg lalu, dia betul2 ketagihan dgn game Harbor 3d yg
ada di iPad ini. Sekarang dia sedang mengatur lalu lintas sepuluh kapal sekaligus dan klo
dilihat dari kerlap kerlip pada layar, 2kapal lagi akan memasuki perairan sbentar lagi.
Dengan ketukan telunjuknya pada layar dia menghentikan perjalanan sebuah kapal barang
dan membiarkan sbuah kapal nelayan berlalu lebih dahulu. Stelah kapal nelaan itu menuju
pulaunya tanpa halangan, Revel sekali lagi memberikan satu ketukan pada layar dan
membiarkan kapal barang yg tadi dihentikannya melanjutkan perjalanan. Dia sudah
mencapai score 44, score tertinggi yg pernah dia capai dan dia bertekad mencetak score
baru.
Dia baru saja mencapai score 50 ketika dia mendengar suara Ina dan mbok Nami yg semakin
mendekat. Suara2 itu memecahkan konsentrasinya karena meskipun matanya masih
terpaku pada iPad, tetapi telinganya mencoba menangkap apa yg sedang dibicarakan oleh
Ina dgn pembantunya itu. Spertinya mbok Nami sedang membeberkan sesuatu tentang
dirinya karena dia mendengar tawa Ina. Suara tawa yg sekarang menemaninya stiap hari
dan terkadang membuatnya terjaga pada waktu malam, memikirkan apa yg sedang
dilakukan oleh Ina pada saat itu dan kapan dia bisa mendengar tawa itu lagi. Alhasil 2kapal
bertabrakan dan meledak di hadapannya.
"Awww shit, shit, shit, SHIT. Stupid boats!" teriaknya dgn cukup keras sambil mengentakkan
kedua kakinya yg menjulur diatas sofa.
Dan dalam keadaan berkelakuan sperti anak kecil yg ngambek karena tdk diberikan lolipop
inilah Ina menemukan Revel. Dia hanya bisa menatap suaminya sambil menganga selama
beberapa menit. Revel slalu kelihatan serius dan dewasa, sehingga pemandangan ini sangat
asing baginya. Revel yg kemudian sadar bahwa dia sudah tdk sendirian, buru2 bangun dari
sofa dgn wajah agak memerah. Stelah meletakkan iPad-nya diatas meja dia menghampiri
Ina.
"Cute pjs," ucapnya, mengalihkan perhatian Ina dari apa yg baru dia saksikan.
Revel melarikan matanya pada tubuh Ina dari ujung rambutnya yg masih basah, wajahnya yg
tanpa make-up dan kelihatan lebih merah daripada biasanya stelah mandi dgn air panas,
baju tidurnya yg kedodoran, hingga ujung kaki yg ditutupi oleh sandal Tweety. Satu hal yg
dia dapati sedikit aneh adalah, bagaimana seorang wanita yg bisa kelihatan super elegan
dgn gaun malam berwarna ungu yg dikenakannya beberapa bulan yg lalu, memilih
mengenakan baju tidur sejelek ini? Baju tidur itu memang masih layak pakai, tp jauh dari
sesuatu yg akan dikenakan oleh seorang pengantin baru. Revel mengingatkan dirinya untuk
membelikan Ina baju tidur yg lebih sesuai dgn seleranya, tp kemudian dia ingat bahwa
kemungkinan besar dia tdk akan melihatnya pada tubuh Ina dan membatalkan rencana itu.
Ina mencoba mengontrol keinginannya untuk menutupi tubuhnya dgn kedua tangan melihat
cara Revel menatapnya.
"Makan malam sudah siap. Mudah2an kmu suka bebek panggang," ucap Revel dan
menggiring Ina menuju ruang makan.
Rumah Revel hanya memiliki satu ruang makan yg merangkap ruang makan pegawai klo
siang hari. Ina masih berusaha membiasakan diri dgn konsep ini. Meskipun Revel orang yg
sangat private untuk kehidupan pribadinya, tp dia slalu berusaha menjalin hubungan baik
dgn pegawainya. Salah satu caranya adalah dengan memastikan bahwa mereka menerima
perlakuan yg sama dgn dirinya. Selama beberapa hari ini Ina melihatnya makan siang
bersama2 dgn para pegawainya dan klo dilihat dari cara mereka berinteraksi, Ina tahu
bahwa para pegawainya menyukai dan menghormatinya, bukan hanya sebagai atasan, tp
juga sebagai seorang manusia.
Revel mempersilakan Ina duduk terlebih dahulu pada salah satu kursi makan sbelum dia
mengambil posisinya 90derajat dari Ina. Di atas meja ada satu piring penuh potongan bebek
panggang dan di sebelahnya ada 2mangkok kecil yg berisi saus bebek dan sambalnya. Selain
itu, Ina juga melihat lalapan dgn sambal terasi dan semangkuk besar sup lobak.
Kesederhanaan makanan itu membuat Ina tersenyum dalam hati karena untuk pertama
kalinya dia merasa bahwa dia sekali lagi bisa menjejak bumu. Segala perhatian dari media
selama berbulan2 menjelang pernikahan dan segala acara keluarga yg harus dia hadiri stelah
mereka menikah membuat Ina merindukan kehidupannya yg sederhana.
***
"Ada yg salah dgn makanannya?" tanya Revel ketika menyadari bahwa Ina tdk menyentuh
makanan yg ada di hadapannya.
"Oh.. nggak, nggak ada," jawab Ina sambil mengambil sepotong paha bebek dan
memindahkannya keatas piringnya.
Makan malam di meja adalah sesuatu yg baru untuk Ina yg biasanya memilih makan di jalan
sbelum pulang ke rumah atau masak mi instan sbelum kemudian memakannya sambil
duduk di depan TV atau di meja kerjanya. Kemunculan mbok Nami yg menuangkan nasi ke
atas piringnya menyadarkannya.
"Apa ada sesuatu yg kmu mau bicarakan dgn saya?" ucap Ina.
"Hah?" Revel kelihatan bingung.
"Kmu manggil saya turun, tentunya ada hal penting yg kmu mau discuss dgn saya," lanjut
Ina.
Kemudian pengetian muncul pada wajah Revel. "Oh, no.. nggak ada. Saya manggil kmu
cuma untuk makan malam. Itu saja."
"Oh." Penjelasan sederhana 3evel membuat Ina kebingungan mencari balasan. Alhasil ruang
makan menjadi hening selama beberapa menit.
"Saya biasanya slalu menyempatkan diri makan malam sebelum kerja. Supaya bisa lebih
konsentrasi." Revel membuka pembicaraan lagi stelah mbok Nami meninggalkan mereka.
"Apa kmu biasa makan malam jam segini klo makan di rumah?" tanya Ina berusaha
mengetahui kebiasaan Revel.
"Biasanya memang begitu. Klo kmu?"
Ina lalu menjelaskan kebiasaan makannya yg tdk teratur dan menerima tatapan tdk setuju
dari Revel.
"Nggak heran kmu kurus kering kerontang begini. Mulai sekarang kmu harus makan lebih
banyak dan lebih teratur, saya nggak mau keluarga kmu nyangka saya suami nggak
bertanggung jawab yg nggak pernah ngasih makan istrinya."
Ina hanya memutar bola matanya mendengar komentar ini. "Percaya sama saya, nggak
peduli seberapa banyak makanan yg saya makan, berat badan saya tetap di bawah 50kilo.
Sudah keturunan. Semua keluarga saya punya metabolisme tinggi."
"Saya nggak peduli sama metabolisme kmu, pokoknya mulai saya akan minya mbok Nami
nyiapin sarapan dan ngebungkusin makan siang untuk kmu. Untuk makan malam, apa kmu
oke dgn jadwal jam delapan?"
"Rev, saya ini bukan anak kecil. Saya bisa mengurus makanan saya sendiri."
"Sure you can," ucap Revel sinis.
Ina meletakkan garpu dan sendok yg sedang dipegangnya agar dia tdk melemparkannya ke
wajah Revel sbelum berkata sepelan mungkin, "Rev, saya bukan pegawai kmu, atau artis2
kmu yg hidupnya bisa diatur seenak jidat kmu."
Dan dari reaksi tubuh Revel yg tiba2 menjadi kaku, Ina bisa melihat bahwa kata2nya sudah
menyakiti hatinya. Revel kemudian menatap Ina dan berkata, "You're right. I'm sorry. Saya
cuma khawatir saja dgn kesehatan kmu."
Dan Ina rasanya ingin mengguyurkan sup ke kepalanya sendiri. Dia sudah terlalu lama
dikelilingi oleh orang2 yg slalu berusaha mengatur hidupnya sehingga dia tdk bisa
membedakan antara kepedulian dan over-protective.
"You know what, I'm sorry. Dan saya terima tawaran sarapan, makan siang, dan jadwal
makan malam kmu. Thank you," ucap Ina secepat mungkin.
Meskipun Revel masih kelihatan sedikit kecewa atas reaksi Ina sebelumnya, tp dia
mengangguk, memberikan Ina sedikit keberanian untuk mengganti topik pembicaraan ke
hal2 yg tdk terlalu sensitif.
"Saya nggak sengaja dengar pembicaraan kmu sama pak Danung kemarin siang. Tur kmu
sudah back on schedule untuk bulan Agustus?" tanya Ina.
Revel tersenyum sendiri ketika sadar bahwa mamanya benar. Menikahi Ina adalah pilihan yg
tepat, karena smenjak mereka mengumumkan pertunangan mereka, media hampir tdk
pernah mengasosiasikan dirinya lagi dgn Luna. Mereka sibuk membicarakan tentang dia dan
pengantin barunya. Sejalan dgn pulihnya image-nya di mata publik, begitu juga kariernya.
Tentunya dia harus berterimakasih kepada Ina yg sudah memainkan peran istri dgn baik. Ina
slalu bisa berdiri sendiri stiap kali berhadapan dgn publik, dia slalu kelihatan terhibur
daripada jealous klo fansnya menyerbunya, dan dia slalu bisa ditemukan berdiri di belakang
Revel, memberikan dukungan tanpa kelihatan posesif terhadapnya. Tapi stelah mereka
terlepas dari sorotan publik, Ina akan terlihat sibuk sendiri dgn aktivitasnya, seakan2 tdk lagi
mempedulikannya. Dia harus membiasakan diri dgn perlakuan cool sperti ini dari seorang
wanita.
Kadang kala dia bertanya2 apa Ina betul2 tdk tertarik dengannya sama sekali. Karena he
sure as hell is interested in her. Oke, mungkin ada kalanya dia tdk mau tahu apa yg Ina
rasakan terhadapnya karena dia takut bahwa klo Ina menunjukkan bahkan sedikit
ketertarikan padanya, maka dia akan menyerangnya dgn membabi buta, dgn begitu
melanggar klausa tentang NO SEX IS ALLOWED didalam perjanjian mereka. Dan dia mungkin
takut stengah mati bahwa Ina akan menginjak2 hatinya klo dia membiarkan apa yg dia
rasakan sekarang berkembang menjadi sesuatu yg lebih berarti. Tapi nyatanya saat ini, dia
sudah semakin dekat untuk merelakan itu semua hanya untuk mendengar Ina mengatakan
bahwa dia setidak2nya menyukainya.
Revel mendengar namanya dipanggil dan dia menarik dirinya kembali ke realita. "Iya, tp
kayaknya saya mau undur ke September saja, supaya saya bisa launch single saya dulu bulan
depan. Dengan begitu orang akan lebih familier dgn lagu baru saya, jd mereka bisa nyanyi
sama2 di konser. Karena klo turnya bulan Agustus, itu berarti saya harus launch single saya
like... now, which is impossible," jelasnya.
"Tapi bukannya single kmu sudah siap launch waktu diundur tanggalnya bulan Februari
lalu?"
"Memang sudah, tp waktu tanggal launch-nya diundur, saya memutuskan untuk membuat
sedikit perubahab di sana-sini."
Ina mengangguk mengerti. "Biasanya brapa lagu sih yg harus ada di dalam single?"
tanyanya.
"Sekitar 3lagu. Single biasanya diluncurkan oleh penyanyi klo mereka mau ngetes apakah
masyarakat cocok dgn musik mereka. Semacam market research-lah. Klo misalnya singlenya
laku, biasanya penyanyi akan lebih yakin untuk meluncurkan album mereka."
"Apa kmu nggak yakin dgn album kmu makanya kmu ngeluncurin single?"
"Smenjak mulai karier musik saya, saya slalu ngeluarin single terlebih dahulu karena saya
slalu mencoba memasukkan unsur2 baru pada dunia musik, dan saya nggak yakin apa
masyarakat bisa menerima itu."
"Rev, kmu sudah punya 2album yg sukses dipasaran. Saya yakin bahwa apapun yg kmu
hasilkan pasti akan dibeli oleh masyarakat."
Revel tdk menyangka bahwa Ina sebegitu percayanya dgn bakat musiknya dan itu
membuatnya ingin menunjukkan hasil kerjanya padanya.
"Kmu mau dengar lagu baru saya?" tanya Revel dgn sedikit berhati2, seakan2 dia tdk yakin
bahwa Ina akan tertarik pada tawaran ini.
"Memangnya boleh? Bukannya itu rahasia?" Jelas2 Ina terkejut dgn tawaran ini, tetapi Revel
senang ketika melihat bahwa Ina terdengar tertarik.
"Asal kmu janji nggak bilang ke siapa2 tentang lagu2 saya sbelum di-launch bulan depan."
"Saya janji," jawab Ina senang karena Revel mau membagi sesuatu yg jelas2 sangat pribadi
baginya kepadanya.
"Habiskan dulu makanan kmu," perintah Revel.
Dan Ina melahap habis bebek yg ada di piringnya yg diselingi oleh timun dgn sambal terasi,
sbelum kemudian menghabiskan supnya. Revel tdk menyangka bahwa badan sekecil itu bisa
menampung sebegitu banyak makanan, tp dia tdk mengeluh. Dia suka wanita yg tahu cara
menikmati makanan.
Stelah Ina membawa semua piring kotor ke dapur daripada menunggu hingga mbok Nami
melakukannya dan memaksa Revel untuk melap meja makan hingga bersih, bersama2
mereka menuju studio.
***
Bangunan studio yg berwarna putih terletak di halaman belakang, tetapi meskipun terpisah
dari bangunan utama, ada jalan kecil dari con-block. Mereka berjalan menuju studio
dikelilingi udara malam yg sedikit lembab. Penerangan perjalanan mereka disediakan oleh
beberapa lampu taman yg mengjiasi taman belakang. Ina bisa mendengar suara jangkrik dan
segala macam binatang malam. Baru stelah beberapa menit dia sadar bahwa ini adalah
pertama kalinya dalam hampir setahun dia bisa mendengar jelas suara yg dihasilkan oleh
alam lagi. Rumah Revel jauh dari jalan raya sehingga kesunyian malam lebih terasa.
Revel membuka pintu kaca yg menuju studio dgn memasukkan kode pada sistem alarm. Tak
lama kemudian mereka sudah berada di dalam studio dan Ina hanya terdiam selama
beberapa menit. Suasana di dalam studio sangat berbeda dgn rumah utama yg serba putih.
Studio ini kelihatan mengancam untuk seorang wanita karena terlihat sangat maskulin.
Mulai dari cat yg digunakan, hingga perabotnya. Bahkan aroma pembersih lantai, aftershave
mahal, dan cerutu. Mereka melewati dapur paling cute yg pernah dia lihat sepanjang
hidupnya. Dapur itu berukuran kecil dan bergaya Spanyol dgn lantai dari tanah liat.
Kemudian Revel menggiring Ina masuk ke dalam ruangan yg di dominasi sofa panjang dari
kulit berwarna hitam, beberapa kursi kerja beroda, juga berwarna hitam, dan panel dgn
tombol paling banyak yg pernah dia lihat sepanjang hidupnya. Menurut Revel, panel ini
dibutuhkan oleh musisi untuk mixing, mengontrol, dan merekam musik mereka. Inilah the
control room yg sering dia lihat di MTV klo para musisi terkenal sedang rekaman.
Ada kaca besar yg memisahkan control room dgn live room. Revel membuka pintu menuju
live room dan mengundang Ina untuk memasukinya lebih dulu. Seluruh ruangan dilapisi oleh
kayu, kemungkinan untuk suara akustik yg dimiliki oleh medium ini. Ina memandangi
sekelilingnya dan mendapati bahwa ruangan ini dipenuhi oleh alat musik. Mulai dari piano,
beberapa gitar dan bass yg tersimpan rapi di dalam casingnya, music stand, satu set drum yg
terkurung di dalam ruangan tersendiri di dalam live room itu, amplifier, dan mic serta
headphone dimana2. Belum lagi berjuntai2 kabel berwarna hitam dalam berbagai ukuran.
Dia harus berhati2 melangkah klo tdk mau tersandung.
"Untuk lagu ini, alat musik utamanya adalah piano, jd klo kmu nggak keberatan, saya mau
mainin lagu ini secara akustik."
Tanpa Ina sadari, Revel sudah mengambil posisi di belakang piano dan Ina kalang kabut
mencari tempat duduk. Akhirnya dia memilih sebuah kursi tinggi yg agak berjauhan tp
menghadap ke piano.
"Judul lagunya 'Bebas'."
Ina hanya mengangguk penuh antisipasi dan Revel baru saja memainkan intro lagu itu
sbelum Ina tahu bahwa dia dan juga seluruh Indonesia akan jatuh cinta dgn lagu ini. Iya,
feel-nya mungkin agak sedikit beda dgn lagu2 Revel sbelumnya. Lagu ini lebih terasa.. beas,
sperti judulnya. Dengan begitu, terasa lebih enteng didengar. Yg jelas lagu ini membuatnya
tiba2 sulit bernapas dan dia harus menelan ludah berkali2 untuk menahan haru. Satu2nya
penjelasanatas reaksinya ini adalah karena dia tdk pernah mendapatkan konser spesial
dimana dia hanya duduk sekitar 3meter dari penyanyinya, atau mungkin karena lirik lagu yg sedang dinyanyikan oleh Revel membantunya lebih mengerti laki2 yg dinikahinya, Ina tdk tahu. Tp tahu2 pandangannya sudah kabur dan dia harus berdiri dari kursinya dan buru2 membelakangi Revel untuk menghapus air matanya.
"Ina, are you okay?" tanya Revel stelah dia mengakhiri lagunya.
Stelah yakin bahwa dia bisa mengontrol emosinya, Ina memutar tubuhnya dan menjawab
pertanyaan Revel.
"Yeah, I'm good," ucapnya sambil tersenyum.
Tapi Revel tdk tertipu dgn senyuman itu. "Kmu nangis?"
"Nggak," bantahnya.
"Ina, what's wrong?" Revel kelihatan waswas, tp dia tdk berani mendekat.
Ina mencoba untuk menelan tangisnya dan menjelaskan apa yg dia rasakan, tp dia tdk bisa.
Emosinya terlalu meluap2, jantungnya sperti akan menembus tulang rusuknya, dan lehernya
sakit karena berusaha menahan tangis. Tiba2 Revel sudah memeluknya dan Ina bahkan tdk

memiliki tenaga untuk melawan perasaannya lagi. Dia betul2 menangis.



Celebrity Wedding - Bab 15

No comments:

Post a Comment