Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Part 22

The Honeymoon Is Over

Revel berangkat keesokan harinya untuk meneruskan turnya dan kali ini Ina
mengantarkannya ke bandara. Stelah satu ciuman dalam dan usaha meakinkan Ina agar
mengabaikan pekerjaannya dan ikut dengannya dalam sisa tur, g tentunya ditolah oleh Ina
dgn janji bahwa Revel bisa melakukan apa saja yg dia mau kepadanya ketika dia kembali,
Revel menaiki tangga pesawat. Ina melambaikan tangannya sbelum berjalan menjauhi
landasan agar pesawat bisa mulai lepas landas. Revel meneleponnya ketika tiba di
Gorontalo dan smenjak itu mereka tdk pernah berhenti telpon satu sama lain stiap ada
waktu luang. Ina merasa sperti sedang pacaran dgn suaminya sendiri, sesuatu yg agak aneh
tp cukup menyenangkan.
***
Pertama kali Ina terbangun pada malam pertama mereka tidur di tempat tidur yg sama
sekembalinya Revel dari merampungkan jadwal turnya, dan menemukan wajah Revel yg
masih tertidur di hadapannya, Ina hanya terdiam, tdk menggerakkan satu pun otot pada
tubuhnya dan memandangi Revel. Dia tidur dgn posisi tengkurap dan Ina hanya bisa melihat
sebagian wajahnya, tp itu sudah cukup membuat tangannya gatal sehingga dia melarikan
jari2nya pada wajah sempurna itu. Wajah Revel terlihat lebih damai, agak berbeda dgn
semalam ketika dia menagih janji Ina. Mengingat segala macam posisi yg mereka coba tadi
malam membuat pipi Ina memerah. Tp Ina menikmatinya karena Revel melakukan
semuanya dgn sangat lembut dan dia mengutamakan kebutuhan Ina terlebih dulu daripada
kebutuhannya. Ina tdk pernah merasa lebih disayangi oleh laki2 manapun ketika dia
mendengar Revel berbisik, "Baby, you gotta let go."
Tanpa bisa menahan diri lagi, perlahan2 Ina menyentuhkan jari2nya pada wajah Revel dgn
sangat berhati2 agar tdk membangunkannya. Ina melihat pergerakan pada bulu mata Revel
sbelum dia mendengar Revel berkata dgn nada mengantuk, "Morning."
"Morning," balas Ina.
"Sekarang jam brapa?"
Ina melirik beker yg ada di night stand. "Stengah delapan," jawab Ina sambil melangkah
turun dari tempat tidur, berusaha mencari tank top yg dikenakannya tadi malam, yg sudah
melayang entah kemana.
"Masih pagi. Come back to bed with me," ucap Revel dan secepat kilat meraih pinggang Ina
dan menariknya kedalam pelukannya.
Ina tertawa dan membiarkan dirinya dipeluk kembali oleh Revel. "Saya mau menghabiskan
hari Sabtu ini seharian penuh diatas tempat tidur dgn kmu," bisik Revel.
"Gimana klo kita lapar?" Tanya Ina.
"Kita nggak perlu makanan selama kita ada untuk satu sama lain," balas Revel.
Ina terkikik mendengar betapa gombalnya pernyataan Revel itu, tp tubuhnya menjadi relaks
didalam pelukan Revel. Dada Revel yg menempel pada punggung Ina terasa hangat dan
detak jantung Revel yg teratur menemaninya sperti lagu nina bobo dan tak lama kemudian
di sudah tertidur kembali.
***
Smenjak hari itu mereka tdk pernah lagi pisah tempat tidur. Atas persetujuan bersama,
mereka membagi kamar tidur Revel. Revel membiarkan Ina mendekorasi ulang kamarnya
sesuai dgn keinginannya. Klo saja Ina perempuan lain, mungkin dia sudah marah2 ketika Ina
mengosongkan separo dari lemarinya dan memindahkan isinya ke tempat lain agar Ina bisa
memasukkan pakaiannya. Belum lagi segala produk wanita yg memenuhi stiap permukaan
meja wastafelnya, jumlah novel yg bertebaran didalam kamar tidur, bahkan kamar
mandinya, dan segala pernak pernik Ina lainnya. Meskipun begitu, Revel tdk protes karena
sejujurnya segala perubahan ini membuatnya sadar bahwa kini dia tdk sendirian lagi. Kini
stiap pagi dia merasakan sentuhan bibir Ina pada wajahnya untuk membangunkannya. Kini
ada orang yg memintanya memperbaiki pipa wastafel yg bocor, bukannya langsung
memanggil orang lain untuk melakukannya. Yg jelas, kini ada orang yg mencarinya klo dia
belum pulang ke rumah lewat dari jam 11malam. Revel slalu tahu bahwa dia menyukai Ina
dan kemudian mencintai Ina, tp kini dia tahu bahwa apa yg dia rasakan terhadap Ina adalah
lebih dari itu semua. Dia membutuhkan Ina di dalam hidupnya dan dia tdk merasa malu
mengakuinya, karena dia tahu bahwa Ina merasakan hal yg sama.
Sesuai dgn permintaannya Ina memang tdk pernah menyingung2 hubungannya dgn Mama,
tp ketika Revel memintanya untuk menemaninya ketika dia pergi berbicara dgn mama, mata
Ina langsung menghangat sbelum dia mengangguk antusias. Dan Revel tahu bahwa lebih
dari segala sesuatu yg dia pernah lakukan untuk Ina, inilah hal yg paling berarti baginya.
Mama kelihatan cukup terkejut ketika dia ingin berbicara dgnnya sendiri di teras belakang.
Beliau semakin waswas ketika melihat Ina tdk ikut dgn mereka, meskipun begitu mama tdk
mengatakan apa2. Revel menunggu hingga mamanya duduk sebelum dia mendudukkan
dirinya dikursi yg satu lagi. Mereka terdiam selama beberapa menit, hanya ditemani oleh
suara TV yg terdengar samar2.
"Apa yg kmu mau bicarakan dgn mama?"
Revel menatap mamanya sbelum berkata, "Apa mama cinta sama papa?"
"Knapa kmu tanya begitu?"
"Just answer the question."
"Tentu saja mama cinta sama papa kmu. He's the love of my life."
Mata Revel sedikit terbelalak ketika mendengar pernyataan ini, kemudian dia bertanya, "Klo
mama memang cinta sama papa, knapa mama nggak pernah nengokin papa waktu dia sakit,
atau bahkan datang ke pemakamannya?"
Mama mengembuskan napas dgn cukup keras sebelum berkata, "Karena itulah satu2nya
cara bagi mama untuk membalas apa yg sudah papa lakukan ke mama."
Kata2 itu membuat Revel tersinggung. "Papa nggak pernah melakukan apapun ke mama,
kecuali mencintai mama."
Bukannya membalas, ibu Davina hanya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan
menyilangkan kakinya. Tanpa menatap Revel beliau berkata, "Kmu masih ingat tante Vero?"
"Ya," jawab Revel dgn sedikit bingung.
Tentu saja dia ingat akan partner bisnis papanya itu, seorang wanita yg slalu bisa ditemukan
di sisi papanya. Dia suka dgn tante Vero yg slalu baik dgnnya.
"Mama slalu suka sama dia, karena insting bisnisnya cocok dgn papamu."
Sbelum Revel bisa bertanya kemanakah arah pembicaraan ini, mamanya sudah berkata2
lagi. "Mama nggak pernah menyangka bahwa hubungan mereka ternyata lebih daripada
rekan bisnis, sampai papa minta cerai dari mama untuk menikahi tante Vero."
Pupil mata Revel membesar mendengar pernyataan ini. Ibu Davina menolehkan kepalanya
untuk melihat reaksinya. "Rupanya tanpa sepengetahuan mama, mereka sudah bersama2
selama 2tahun lebih. Tante Vero bahkan sudah setuju untuk meninggalkan suaminya dan
menikah dgn papa. Waktu mama tanya knapa papa sampai tega selingkuh, dia bilang bahwa
dia sudah tdk tahan dgn keambisiusan mama. Bahwa dia sudah bosan karena hidupnya
terus diatur oleh mama."
Revel hanya bisa menatap mamanya dgn tatapan tdk percaya. Dia tahu bahwa mama tdk
pernah berbohong kepadanya, tp dia juga mengalami masalah untuk percaya bahwa papa
yg dia puja stengah mati itu ternyata adalah seorang suami yg tega selingkuh. Ibu Davina
tersenyum kepada Revel sebelum melanjutkan ceritanya. "Did you know that I married your
father without your grandparents' permission?"
"Mama sama papa kawin lari?" Tanya Revel. Dia belum pulih dari kekagetannya ketika
diserang dgn fakta lain tentang perkawinan orangtuanya yg dia tdk pernah ketahui.
Ibu Davina mengangguk. "Papa kmu bukan dari keluarga berada, oleh sebab itu mbah
Kakung, yg pada saat itu adalah orang penting di DKI, nggak setuju dan bilang bahwa klo
sampai mama menikahi papa, kami akan hidup serba kekurangan. Tp mama sudah cinta
mati pada papa dan mama bisa lihat bahwa dia punya ambisi untuk jadi orang yg sukses,
maka dari itu mama tetap nekat menikahi papa kmu."
"Then what happened?"
"Kami memang hidup serba kekurangan selama 3tahun pertama dan mbah Kakung dan
mbah Putri menolak membantu kami sama sekali. Dan karena orangtua papa hidupnya juga
pas2an karena mereka masih harus menyekolahkan om Jon, ya.. mereka juga nggak bisa
bantu banyak. Pakde Ray juga masih ada di Amerika saat itu, jd dia nggak tahu menahu
tentang kesulitan keuangan kami."
"Itu sebabna aku nggak pernah ketemu sama mbah Kakung atau mbah Putri sampai aku
SD," ucap Revel pelan. Sedikit demi sedikit memori tentang masa kecilnya kembali.
Ibu Davina mengangguk. "Mama berusaha sekuat tenaga mendukung papa kmu supaya dia
bisa jadi orang yg sukses. Memang perlakuan mama kepada papa sering kelihatan terlalu
ambisius, tp mama punya alasan yg kuat untuk melakukan itu. Mama harus membuktikan
bahwa mbah Kakung dan mbah Putri salah karena sudah menolak papa. Perusahaan yg papa
kmu bangun berkembang pesat dan mencapai kesuksesan waktu kmu SD, pada saat itulah
mereka akhirnya bisa mengakui kesalahan mereka karena sudah meremehkan papamu."
Klo tadi hanya matanya saja yg terbelalak dgn pupil mata melebar, kini mulut Revel sudah
ternganga.
"Yg mama nggak pernah sangka adalah bahwa dalam proses pembuktian diri itu, mama
sudah kehilangan satu2nya alasan knapa mama melakukan itu semua. I lost your father. So,
to answer your question, knapa mama nggak pernah nengokin papa di rumah sakit atau
datang ke pemakamannya adalah karena mama marah besar dan kecewa sama papamu.
Stelah segala sesuatu yg mama lakukan, dia membalasnya dgn selingkuh dan menceraikan
mama."
Pengertian muncul dan Revel berkata, "Itu alasannya knapa hak asuh aku jatuh ketangan
mama bukan papa, karena papa sudah selingkuh dgn tante Vero."
Ibu Davina mengangguk. "Mama tahu kmu cinta sama papa dan memisahkan kmu dgn papa
adalah hal tersulit yg pernah mama harus lakukan. Tp mama nggak rela kmu dibesarkan oleh
tante Vero. Kmu darah daging mama dan mama bertanggung jawab sepenuhnya sama kmu.
Oleh karena itu mama bilang ke hakim bahwa papa kmu sudah selingkuh. Itu adalah hal
paling memalukan yg pernah mama akui. Untung saja mbah2 kmu sudah nggak ada waktu
itu, karena mama nggak tahu gimana mama akan menghadapi mereka klo mereka tahu
tentang itu."
Ibu Davina mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Revel. "Mama minta maaf atas
perlakuan mama kepada kmu selama ini. Mama sekarang sadar bahwa semua tindakan
mama yg sebenarnya ditujukan untuk menyakiti papa kmu, actually menyakitkan kmu juga.
Will you forgive me?"
Revel melihat mamana yg tdk pernah menunjukkan emosinya sama sekali kepada siapapun
sedang berusaha mengontrol tangis dan dia langsung bangun dari kursinya dan berlutut
dihadapan mamanya, memeluknya. "Of course. Dan aku minta maaf atas perlakuan aku
kepada mama selama ini," ucap Revel pelan.
"It's okay. You didn't know the whole story," balas mama.
Stelah beberapa menit Revel melepaskan mamanya. "Omong2 tentang the whole story, klo
papa menceraikan mama untuk menikahi tante Vero, knapa aku nggak pernah melihat tante
Vero lagi stelah papa dan mama cerai?"
Ibu Davina terkekeh. "Tanpa sepengetahuan papa kmu, tante Vero ternyata masih
berhubungan baik dgn suaminya. Selama proses perceraian mama dgn papa dan dalam
proses menunggu, dia sudah jatuh cinta lagi dgn suaminya. Tante Vero langsung
memutuskan hubungan mereka, berhenti bekerja dan ikut suaminya ke Bali. Mama nggak
tahu lagi ceritanya stelah itu."
"Kapan tante Vero pindah ke Bali?"
"Sekitar setahun stelah mama dan papa cerai, knapa?"
"Itu waktu papa mulai sering muncul di rumah dan pada dasarnya minta rujuk dgn mama."
Kini semuanya lebih masuk akal bagi Revel. Segala kejadian yg sbelumnya membuatnya
bingung karena kehilangan satu bagian penting yg bisa menjelaskan semuanya, kini terlihat
jelas baginya.
"Yes," balas ibu Davina dan sudah tertawa terbahak2 sambil menggeleng2kan kepalanya.
Awalnya Revel hanya bisa menatap mamanya dgn bingung dan sedikit khawatir, tp
kemudian dia ikut tertawa. Sudah lama dia tdk mendengar swara tawa mama dan suara itu
betul2 menyentuh hatinya.
"Dari mana mama tahu tentang berakhirnya hubungan papa dgn tante Vero?" Tanya Revel
stelah tawanya reda.
"Karena papa kmu cerita ke mama waktu dia minta ruju. Tentu saja mama menolaknya
mentah2. Apa yg papa kmu lakukan ke mama adalah suatu pengkhianatan yg tdk bisa
dilupakan begitu saja, dan bagaimanapun mama mencoba melupakannya, mama nggak bisa
maka dari itu mama nggak bisa memaafkannya,"
"Apa mama pernah menyesali keputusan mama?"
"Every damn day of my life, terutama klo mama melihat cara kmu menatap mama. Penuh
dgn kekecewaan dan terkadang tanpa emosi."
Revel merasa sperti baru saja dihantam oleh beton, dadanya sakit karena rasa bersalah yg
mendalam. Dia tdk tahu bagaimana mama menyimpan rahasia sebesar ini selama
bertahun2.
"Mama knapa nggak pernah cerita ke aku tentang semua ini sebelumnya?"
"Karena kmu masih terlalu kecil waktu semua itu terjadi. Mama hanya menunggu hingga
kmu lebih dewasa agar bisa mengerti semuanya, tp ternyata stelah kmu dewasa, semuanya
sudah terlambat. Kmu sudah terlanjur membenci mama, dan mama tdk melihat keuntungan
dari menghancurkan nama baik papa kmu hanya untuk membuat kmu mencintai mama."
"Mama lebih memilih aku membenci mama daripada menjelek2kan nama papa di mata
aku?" Tanya Revel, mencoba mengerti logika mamanya.
"Klo itu lebih bisa membuat hati kmu tdk terbebani," balas mama sambil mengangguk.
"Oh, mam, you're so wrong. Hati aku slalu terasa berat karena aku nggak pernah ngerti
tindakan mama. You could've spared me all the heartache klo saja mama cerita ke aku
kejadian sebenarnya dari dulu. Perkawinan mama dan papa betul2 memengaruhi pilihan
aku untuk nggak pernah menikah, karena aku nggak mau hidupku didominasi oleh orang
lain hanya karena aku mencintai orang itu. Aku takut aku akan berakhir sperti papa klo aku
membiarkannya. Klo aku tahu apa yg sebenarnya terjadi didalam perkawinan mama dan
papa, pendapatku akan beda. Aku mungkin lebih bisa let people in."
"Well, now you know. Mudah2an pandangan kmu tentang pernikahan akan berubah. Mama
harap sakit hati kmu bisa terobati dan kmu bisa melanjutkan hidup kmu dgn lebih tenang
stelah ini."
Revel mengangguk dan berkata, "Thanks for telling me everything mom," dan memeluk
mamanya dgn erat.
Melalui percakapan dgn mamanya, Revel akhirnya bisa mengerti dan memaafkan segala
tindakan yg dilakukan mama terhadap dirinya dan papa. Dan itu adalah obat yg paling
ampuh untuk menyembuhkan patah hati. Perlahan2 dia merasakan hatinya mulai utuh.
Revel melangkah kembali ke dalam rumah.
Ina yg sedang menonton TV langsung meloncat berdiri ketika melihatnya dan tanpa permisi
lagi Revel langsung memeluk istrinya itu dgn erat.
"Thank you," bisik Revel.
"For what?" Tanya Ina balik.
"Karena sudah jadi istri saya," balas Revel.
"You're welcome." Dan Ina berjinjit, mencium pipi Revel.
Revel tdk tahu bagaimana dia bisa seberuntung ini, akhirnya dia menemukan seseorang yg
betul2 mengerti dirinya. Dengan Ina dia tdk perlu memberikan penjelasan panjang lebar
tentang semua tindakannya, karena dia tahu Ina mengerti dirinya luar dalam tanpa dia
harus menjelaskannya dgn kata2.
***
Bulan November tiba dan Revel membawa Ina pergi honeymoon ke pulau Bintan, jauh dari
segala sorotan media dan masyarakat. Staf hotel tentunya mengenali Revel dan Ina, tetapi
mereka sudah cukup terlatih untuk menjaga jarak dan memberikan Revel serta Ina privasi.
Selama 2minggu mereka menghabiskan stiap detik bersama2 dan menikmati kehadiran satu
sama lain.
Pada suatu sore, ketika mereka membicarakan tentang rencana masa depan mereka, Revel
mengumumkan bahwa dia menginginkan setidak2nya 2anak, satu laki2 dan satu
perempuan. Ina hanya tertawa mendengarnya karena jujur saja, dia tdk ada niat untuk jd
seorang ibu, oleh sebab itu dia slalu meminta Revel agar mengenakan pengaman klo mereka
bercinta dan selama ini Revel slalu menghormati permintaannya. Lain waktu, mereka akan
duduk bersama2 di balkon kamar hotel mereka, Ina dgn novel terbarunya dan Revel dgn
iPadnya. Dan mereka bisa melakukan ini dalam diam selama berjam-jam. Tdk ada satu pun
dari mereka yg merasa perlu mengisi kesunyian dgn kata2 karena mereka merasa nyaman
hanya dgn keberadaan satu sama lain. Dan rasa nyaman ini berlanjut sehingga mereka
pulang ke Jakarta dan melanjutkan kehidupan mereka bersama2. Ina tdk pernah merasa
sebahagia ini sepanjang hidupnya. Dia merasa sperti sedang terbang ke awang2 dan dia tdk
pernah mau turun lagi ke bumi.
Tapi tentu saja akhirnya dia perlu turun ke bumi. Pertama2 dgn kepulangan Luna ke
Indonesia pada bulan Desember. Ina tdk tahu bagaimana wartawan tahu jadwal kepulangan
Luna, tp nyatanya mereka menemui Luna dan bayinya yg kini sudah berumur 5bulan di
bandara. Kali ini Ina langsung tahu berita itu dari Helen dan dia langsung menelepon Revel
untuk memastikan bahwa dia siap dgn segala berita yg akan menyerangnya lg dgn
kepulangan Luna, tp panggilannya tdk dijawab. Ina mencoba menenangkan dirinya dgn
mengatakan bahwa kemungkinan suaminya sedang ada di studio untuk menyelesaikan
albumnya yg akan launch akhir tahun ini, sebab itu dia tdk mengangkat telponnya. Ketika
beberapa jam kemudian Ina sekali lagi mencoba menelpon kantor MRAM. Panggilan itu
dijawab oleh salah satu staf yg mengatakan bahwa Revel sudah keluar smenjak sebelum
makan siang dan belum kelihatan lagi smenjak itu. Sekali lagi Ina berusaha tetap tenang dan
meneruskan pekerjaannya.
Ketika dia pulang, Ina mendapat laporan dari mbok Nami bahwa Revel masih juga belum
kembali. Pada saat itu Ina mulai sedikit panik. Dia takut bahwa sesuatu telah terjadi pada
Revel karena Revel slalu memberitahu klo dia ada rencana pergi dan kapan dia akan
kembali. Maka dari itu, tingkah laku Revel kali ini betul2 meninggalkan tanda tanya besar.
Ina tdk ingin menelpon pak Danung atau ibu Davina karena dia tdk mau membesar2kan
keadaan. Selama beberapa jam kemudian Ina memaku dirinya di depan TV untuk melihat
apakah ada kecelakaan atau tragedi lainnya yg mungkin menimpa Revel. Dia tertidur di sofa
di ruang TV dan terbangun pada pukul satu pagi, menemukan bahwa Revel masih belum
muncul. Akhirnya dia pun pergi tidur sendiri.
Keesokan harinya dia terbangun lebih awal daripada biasanya. Dia menemukan Revel
sedang tidur disampingnya. Ina tdk mendengarnya masuk tadi malam, tp dia bersyukur
bahwa setidak2nya Revel sudah plang. Kemudian rasa kesal muncul ke permukaan dan dia
berdebat dgn dirinya sendiri apakah dia mau membangunkan Revel dan menuntut
penjelasan darinya kemana dia semalam dan knapa dia tdk mengangkat atau membalas
semua telpon darinya, sekarang juga.
"Ow," ucap Ina pelan. Tanpa Ina sadari, dia sudah mengepalkan tangannya terlalu keras
sehingga kuku2nya menusuk telapak tangannya.
Sambil mengusap telapak tangannya yg memerah, Ina memandangi wajah Revel yg
kelihatan resah di dalam tidurnya. Klo dia sedang tdk kesal dengannya, Ina mungkin akan
membelainya hingga kerutan pada wajahnya menghilang, tadi pagi ini yg dia inginkan adalah
melemparkan bantal pada suaminya yg telah membuatnya khawatir tdk keruan tadi malam.
Klo Revel berpikir bahwa Ina hanya akan tinggal dian stelah diperlakukan sperti ini tanpa
penjelasan apa2, dia sudah salah sangka. Tp Ina tdk ingin bertengkar dgn seseorang yg tdk
100% sadar, akhirnya dia memutuskan untuk menunggu hingga Revel bangun sbelum
melakukan serangannya.
Ina memaksa dirinya bangun dan mempersiapkan diri untuk pergi kerja. Sehingga dia sudah
akan melangkahkan kakinya keluar dari kamar tidur, Revel masih belum bangun, akhirnya
stelah menunggu selama 10menit dan Revel masih belum bangun juga, Ina meninggalkan
suaminya tanpa pamit. Dia bertekad menyelesaikan masalah ini sepulangnya dia dari kantor.
***
Stelah pekerjaan selesai di kantor, Ina langsung buru2 pulang, dia sudah tdk sabar ingin
menuntut penjelasan dari Revel tentang status Absence Without Leave-nya, tetapi sekali
lagi ketika dia sampai di rumah, Revel sudah menghilang dan spertinya tdk ada satu orang
pun yg tahu kemana dia pergi. Sekali lagi Ina mencoba menelepon Revel. Semenit kemudian
dia menutup telpon sambil mengerutkan keningnya. Ina tdk tahu apa yg sedang terjadi pada
suaminya sehingga dia berkelakuan aneh sperti ini. Ina mencoba membuang jauh2
kecurigaannya bahwa perubahan pada tingkah laku Revel ada hubungannya dgn kepulangan

Luna, tp gut-feelingnya mengatakan lain.


Celebrity Wedding - Part 23

2 comments: