Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 18

The Launch Party

Untung saja pak Danung sudah memberikan Ina les kilat tentang apa yg harus dia lakukan
pada launch party yg sekarang dihadirinya, karena klo tdk, dia tdk akan tahu apa yg harus
dia lakukan. Ada sebuah meja penerima tamu dekat pintu masuk dimana staf Revel sibuk
membagikan CD single Revel kepada para tamu. Ina hanya sempat melirik foto Revel pada
cover single itu sebelum pak Danung yg sudah sampai duluan menggiring mereka masuk ke
dalam. Sebuah poster close-up wajah Revel berukuran raksasa yg digunakan sebagai
background panggung planet Hollywood menyambut mereka. Ina menyadari bahwa foto
pada poster ini adalah blow-up foto single-nya. Dihadapkan pada poster sebesar itu, mau
tdk mau tatapan Ina terpaku padanya selama beberapa menit dan menyadari betapa
simetrisnya wajah Revel pada foto itu.
“God, I hate that picture,” bisikan Revel menyadarkan Ina.
“Why? You look good in that picture. Kmu kelihatan sperti Damon Salvatore. Gelap dan
sinis,” balas Ina sambil mendongak menatap mata Revel.
“Siapa itu Damon Salvatore?”
“You know.. vampir paling seksi di Vampire Diaries,” jelas Ina.
“Vampire Diaries?”
“Film seri TV. Jangan bilang ke saya kmu nggak pernah tahu acara itu deh.”
Revel menggeleng. “Itu serial TV paling difavoritin anak ABG sekarang,” jelas Ina.
“Ohhh.. itu menjelaskan knapa saya nggak pernah nonton acara itu.”
Ina menatap Revel bingung dan Revel menjelaskan, “Saya bukan ABG.”
“Percaya sama saya, nggak peduli berapa umur kmu, begitu kmu nonton 2episode, kmu
langsung ketagihan nonton serial itu.”
“Oke,” balas Revel jelas2 tdk percaya.
Ina tdk menyalahkan reaksinya karena dia dulu juga cukup skeptis dgn acara itu, tp
kemudian Gaby membelikan Season pertama Vampire Diaries sebagai hadiah ulang
tahunnya tahun lalu dan kini Ina betul2 ketagihan.
“Jadi menurut kmu saya seksi?”
“What?” tanya Ina bingung.
“Kmu bilangsaya kelihatan kayak.. whatever his name is, dan menurut kmu dia seksi. Jadi klo
teori deduktif saya benar, saya bisa menyimpulkan bahwa menurut kmu saya seksi,” ucap
Revel sambil tersenyum iseng, menantang Ina untukmengiyakan.
Ina terkekeh2 sambil menggeleng2. Revel ikut tertawa dengannya meskipun dari
ekspresinya Ina melihat sedikit kekecewaan karena dia tdk terpancing untuk menjawab
pertanyaan itu. Tawa mereka terhenti karena media ingin mengambil foto Revel disamping
poster raksasa wajahnya dan dgn satu tarikan dari pak Danung, Ina menyingkir dari samping
Revel. Dia tdk keberatan dgn segala perhatian yg ditujukan kepada revel, dia bahkan merasa
sangat bangga karena tahu bahwa Revel sudah bekerja keras untuk menghasilkan single ini.
Ina sedang meneguk minuman yg diberikan oleh Jo padanya sbelum dia menghilang untuk
ngecek set drumnya ketika seseorang menepuk punggungnya dgn halus. Ina langsung
memutar tubuhnya dan berhadapan dgn beberapa anak ABG yg menatapnya dgn mata
berbinar-binar. Mereka semua mengenakan tag yg bertuliskan Revelino Darby Fans Club. Ina
agak waswas apakah mereka bermaksud memaki-makinya atau memberikan tatapan sadis
padanya sperti yg dilakukan oleh kebanyakan orang klo melihatnya smenjak dia menikahi
Revel.
“Mbak Inara, ya?” tanya seseorang dari mereka yg kelihatan lebih tua dari yg lain.
Ina mempertimbangkan apakah dia harus menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa
mereka sudah salah alamat, tp semua orang di dalam PH sudah melihatnya datang
digandeng oleh Revel, jd kemungkinan untuk bisa berbohong tentang identitasnya sangat
tipis. Akhirnya dia mengangguk pasrah dan menunggu takdirnya.
“Saya Ami, ketua Revelino Darby Fans Club,” ucapnya seraya menyodorkan tangannya.
Meskipun Ina masih terkejut dgn keramahan Ami, dia memindahkan gelasnya ke tangan kiri
dan mengulurkan tangannya dan menyalami Ami. “Ini semua teman saya dari club.” Dengan
menggunakan tangannya, Ami mempersembahkan sekitar sepulah anak ABG dibawah
kawalannya. Ian mengangguk dan tersenyum kepada mereka semua. Bingung apakah dia
harus menyalami mereka juga atau tdk, tapi karena tdk satupun dari mereka mengulurkan
tangannya, Ina pun membiarkan tangannya menggantung di samping pahanya.
“Boleh kami minta foto bareng mbak?” pertanyaan ini membuat Ina bengong selama
beberapa detik, yg membuat fans Revel saling pandang satu sama lain.
“Oke,” akhirnya Ina berkata stelah sadar dari kekagetannya.
Mereka langsung tersenyum lebar dan mulai mengatur posisi, dan selama beberapa menit
wajah Ina dihujani oleh lampu blitz. Satu per satu dari mereka bergantian menjadi
fotografer.
“Kayaknya malam ini istri saya lebih populer daripada saya.”
Ina hampir meloncat ketika mendengar suara ini. Punggungnya yg membelakangi panggung
tdk melihat kedatangan Revel yg kini sedang memberikan senyum lebarnya pada fansnya yg
hanya bisa menganga. Ina melihat betapa mereka siap menangis saking terkesimanya
melihat Revel berdiri di hadapan mereka.
“Apa kalian perlu fotografer supaya semua bisa ambil foto bareng istri saya sekaligus?”
Dan kekacauan terhasil dari pertanyaan ini. Semua orang langsung berbicara pada saat
bersamaan. Ina hanya bisa berdiri mencoba menangkap inti dari semuanya. Pada detik
selanjutnya dia menemukan pinggangnya dilingkari oleh tangan Revel dan dia berbisik,
“Saya mau lihat si Damon Salvatore yg kmu sebut2 tadi karena saya yakin saya pasti lebih
seksi dari dia.”
Ina mendongak menatap wajah Revel, tdk percaya bahwa Revel masih stuck dgn ide itu. Dia
baru akan membalas komentar Revel ketika terdengar teriakan, “Smile for the camera.”
Fans Revel sekali lagi bergantian mengambil foto dgn mereka berdua sambil tertawa
cekikikan gara2 komentar2 lucu yg diucapkan Revel untuk membuat mereka semua merasa
nyaman dengannya. Ina betul2 salut pada Revel dan kemampuannya untuk mendekatkan
dirinya pada fansnya. Ina harus pasrah diputar ke kiri dan ke kanan karena tentunya stiap
fans menginginkan foto yg sespesial mungkin sebagai koleksi pribadi mereka. Para
wartawan yg sadar akan keramaian yg terjadi disamping panggung segera mengitari area
kejadian sperti burung hering dan mengambil foto Revel secara candid. Keramaian ini
terhenti dgn kemunculan pak Danung yg meminta Revel untuk sekali lagi naik keatas
panggung dan memperkenalkan single-nya. Revel langsung minta diri dari fansnya dan naik
keatas panggung.
Setelah sedikit lelucon disana-sini yg disambut oleh gemuruh tawa semua orang, Revel
akhirnya berkata dgn serius, “Kalian semua tahu bahwa single saya yg ini seharusnya launch
Februari lalu, tetapi harus diundur tanggalnya karena suatu gosip yg menurut manager saya
bisa berdampak buruk kepada penjualan single saya.”
Ina tertawa mendengar komentar ini. Revel sengaja membicarakan isu ini secara blak2an,
dgn begitu tdk memberikan kesempatan kepada media untuk menyerangnya. Puas dgn
reaksi yg didapatkan dari para wartawan yg sekarang sedang menatapnya dgn sedikit malu2
karena secara tdk langsung menerima peringatan untuk tdk menanyakan hal2 yg
menyangkut Luna malam ini, Revel melanjutkan pidatonya.
“Meskipun orang melihat pengunduran ini sebagai bencana, tp untuk saya itu justru jadi
suatu anugerah. 6bulan belakangan ini saya sudah melakukan banyak hal yg nggak pernah
terpikir saya bisa lakukan sebelumnya. Saya meyakinkan manajer saya supaya
memperbolehkan saya membuat perubahan drastis pada single saya dgn mengganti lagu2
yg ada di dalamnya. Bukan hal yg mudah dilakukan klo kalian mengenal manajer saya.”
Revel menunjuk kepada pak Danung yg sedang melipat tangannya di depan dadanya sambil
tersenyum simpul.
“Um.. selain itu, saya juga sudah membantu 2penyanyi baru masuk ke belantika musik
Indonesia di bawah naungan label saya.” Ina melihat anggukan dan mendengar kata2
persetujuan dan pujian dari khalayak ramai. “Tapi yg lebih penting adalah bahwa saya
melamar wanita paling perfect yg pernah saya temui dan dia setuju menikahi saya. A very
brave woman, klo mengingat sejarah tingkah laku saya sbelum saya menikah.” Sekali lagi
suara gemuruh tawa mengikuti kata2 Revel. Beberapa pasang mata mengarah kepada Ina
dan Ina mencoba sebisa mungkin terlihat terhibur dgn kata2 Revel.
Semua berjalan sesuai dgn rencana pak Danung. Apa yg dikatakan Revel adalah sebagian
dari pidato yg ditulis oleh pak Danung dan staf PR-nya. Ina sudah dilatih oleh pak Danung
untuk bereaksi secara tertentu ketika mendengar pidato ini dan tubuhnya langsung tegang,
menunggu apa yg seharusnya dikatakan Revel selanjutnya. Pertama kali Ina mendengarnya,
dia tdk merasakan apa2, tetapi stelah mendengar Revel mengucapkannya berkali-kali agar
terdengar lebih natural, mau tdk mau hatinya meleleh juga.
Kemudian Ina mendengarnya. Kata2 yg selama beberapa hari ini diucapkan berkali2 oleh
Revel dgn intonasi berbeda-beda. Dia baru berhenti mengucapkannya stelah dia puas dgn
pengucapan dan nada yg menurutnya tepat untuk acara ini.
“Ina.. I love you, babe.” Revel mengatakan ini sambil menatap Ina dalam dgn senyuman yg
sedikit tersipu-sipu, seakan2 malu mengakuinya, tp dia tdk bisa menyembunyikan lagi apa
yg dia rasakan, bahkan tdk peduli ada sekitar 300orang asing di dalam ruangan itu bersama
mereka. Dan Ina bisa merasakan aliran listrik yg menghubungkan mereka.
Wow! Revel betul2 harus mencoba masuk ke dunia akting, karena Ina yakin bahwa semua
orang di dalam ruangan itu tdk bisa lagi mengatakan bahwa Revel menikahi Ina hanya
karena dia ingin melarikan diri dari gosipnya dgn Luna, karena Revel kelihatan betul2
mencintai wanita yg dinikahinya. Ina membalas senyum Revel dgn senyum yg penuh
pengertian, sperti yg diajarkan pak Danung. Revel masih mengucapkan beberapa kalimat
lagi, tetapi Ina tdk mendengarnya. Dia merasa kepalanya tiba2 jadi enteng, sperti rasa yg dia
dapatkan ketika dia minum Panadol terlalu banyak. Dia menyalahkan keadaan PH yg terlalu
penuh sesak sebagai penyebabnya.
Memastikan bahwa perhatian semua orang sudah kembali tertuju kepada Revel diatas
panggung, Ina menyelinap ke dalam toilet. Dia baru saja akan membasahi matanya dgn air
dingin ketika dia ingat bahwa dia mengenakan maskara malam ini. Akhirnya dia harus puas
dgn hanya mencuci tangannya. Ketika dia keluar, Revel dan kru band-nya sudah duduk di
belakang instrumen masing2 dan Revel membuaka acara dgn menyanyikan 4lagu dari
album2nya terdahulu, diikuti oleh 2lagu yg etrdapat di dalam single terbarunya. Acara itu
ditutup dgn lagu Bebas yg menghasilkan gemuruh tepuk tangan dari orang2 yg berdiri dari
duduk mereka. Ina mengembuskan napas lega ketika melihat Revel menuruni panggung dan
berjalan kearahnya sambil tersenyum. Tugasnya sudah selesai.
***
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Ina dan Revel kembali ke rumah.
“I think that went well,” komentar Ina.
“You think so?” Revel terdengar ragu.
Ina mengangguk. “Pidato kmu benar2 meyakinkan dan to the point. Kmu harusnya lihat
wajah para wartawan ketika mereka mendengarnya. Dan performance kmu dan band kmu
betul2 superb. Klo dilihat dari jumlah orang yg menghadiri pelucuran single kmu, saya rasa
karier kmu sudah masuk ke daerah aman.”
“Thanks to you,” balas Revel rendah hati.
Ina menyangka Revel sedang bersikap sinis, sperti biasanya, tp ketika dia menatap
wajahnya, dia melihat bahwa Revel betul2 tulus ketika mengucapkan kata2nya. Untuk
menyembunyikan ketidaknyamanannya, Ina mengangkat bahunya biar terkesan cuek sambil
berkata, “Jangan terima kasih sama saya, ini semua hasil kerja kmu.”
“Tapi semua ini nggak akan berhasil tanpa bantuan kmu,” Revel bersikeras.
“Kita baru stengah jalan untuk memperbaiki karier kmu. Kmu bisa berterimakasih sama saya
stelah tur delapan belas kota kmu selesai, oke?” Ina menutup topik itu.
Revel mengangguk dan berdiam diri, meskipun Ina bisa melihat bahwa dia ingin meneruskan
argumentasinya klo dilayani. Ina sedang memikirkan rencananya untuk mandi dgn air
hangat dan duduk diatas tempat tidur dan menyelesaikan novel yg sedang dibacanya ketika
dia mendengar pertanyaan Revel.
“Laki2 yg kmu sebut2 tadi, yg vampir itu.. seseksi apa sih orangnya?”
Ina terkikik mendengar pertanyaan Revel. Dia tdk menyangka Revel masih stuck dgn
komentar yg diberikannya beberapa jam yg lalu itu.
“Ummm.. kmu sebagai laki2 mungkin nggak akan ngerti knapa dia seksi karena pada
dasarnya karakternya adalah seorang vampir antagonis dan suka ngebunuh orang hanya
sebagai hiburan, tapi bagi kita para perempuan, dia itu dark, handsome, dan bikin
penasaran,” jelas Ina.
Revel memberikan tatapan tdk percaya dan Ina melanjutkan, “Oke, kmu mungkin akan lebih
bisa melihat knapa kita semua tergila2 sama karakter ini klo kmu nonton. Saya ada set DVD
komplet Season pertama klo kmu tertarik.”
Ina tertawa melihat reaksi Revel yg terlihat sperti dia lebih memilih gantung diri daripada
menerima tawarannya. “Would it sell better klo saya bilang bahwa cerita Vampire Diaries
cukup bagus?” pancing Ina.
Revel menggelengkan kepalanya, masih tdk yakin. “Gimana klo saya bilang bahwa kmu
nggak akan rugi nonton serial ini karena penuh dgn karakter cewek2 yg tipe kmu banget?”
Ina tdk tahu knapa dia mengatakan ini dan dia sangat menyesalinya ketika mendengar kata2
yg keluar dari mulut Revel selanjutnya.
“Maksud kmu?”
Dia betul2 harus belajar menutup mulutnya. Dia bahkan tdk tahu knapa dia menyentuh isu
ini sebelumnya. Ina berusaha terdengar santai ketika membalas, “You know.. 18tahun
kwbawah, seksi dan slalu berpakaian minim dan ketat?” Dia bahkan menambahkan cengiran
agar Revel bisa melihat bahwa dia hanya bercanda.
Sayangnya Revel sama sekali tdk menghargainya karena sekarang dia sedang mengerutkan
dahinya. “Saya suka berbagai macam tipe perempuan. Dan lagi dari yg kmu sangka,
perempuan2 itu nggak harus memiliki karakteristik yg kmu sebutkan tadi,” balas Revel
tersinggung.
“Oke,” sambung Ina mencoba mengakhiri topik yg kelihatannya akan berakhir dgn
pertengkaran dan dia terlalu capek malam ini untuk melakukan itu.
“Apa maksud kmu ngomong kayak begitu?” Revel menghentikan langkahnya dan
menghadap Ina.
Ina hampir saja menabrak dada Revel klo saja refleknya kurang cepat untuk menghentikan
langkahnya. “Nothing,” jawab Ina sambil menggeleng dan memutari tubuh Revel,
melangkah menuju tangga.
Ina berharap bahwa Revel akan berhenti membahasnya, tp tentu saja dia tdk seberuntung
itu. Sambil mengikuti langkah Ina, Revel berkata, “Itu bukan nothing. Kmu pikir saya tipe
laki2 yg hanya menilai perempuan dari penampilan fisik mereka?”
Oke, klo saja Revel mengatakan hal lain, Ina mungkin akan tinggal diam, tp tdk kalli ini. Ina
membalas sambil terus menaiki anak tangga tanpa menolehkan kepalanya. “Rev, saya dan
seluruh Indonesia tahu siapa mantan pacar2 kmu dan jujur saja semuanya berasal dari
pabrik yg sama, hampir sperti barbie versi Indonesia. Tinggi, putih, di bawah 25tahun,
rambut panjang dan memiliki ukuran dada yg diatas rata2.”
Revel terdiam. Kata2 Ina spertinya lebih mengena pada dirinya daripada yg dia tunjukkan
dan Ina baru saja akan mengucapkan permohonan maafnya ketika dipotong oleh Revel.
“Nggak semuanya hanya karena faktor fisik sperti itu. Beberapa dari mereka bahkan cukup
pintar.” Revel berusaha membuktikan bahwa Ina salah.
Ina mendengus. Revel harus dibangunkan dari ilusinya itu. “Oh ya? Yg mana tuh yg pintar,
saya mau tahu?”
Revel berpikir sejenak. “Anissa, toh dia mantan Miss Indonesia,” ucap Revel dgn penuh
kemenangan.
“Ahh.. perwakilan Indonesia ke Miss World yg mengatakan bahwa dia mau jadi Swedia
karena tdk mau memihak urusan hak aborsi? Ezra saja yg baru 10tahun tahu klo negara yg
nggak memihak itu Switzerland bukan Swedia.”
Ina melirikkan matanya pada Revel yg sedang menatapnya sambil mempertimbangkan
apakah dia ingin mencekiknya. “Kmu mengatakan itu karena kmu jealous saja,” ucap Revel.
“WHATTT?” teriak Ina sambil menghentikan langkahnya.
“You heard me. Kmu cemburu dgn mantan2 saya, itu sebabnya kmu berkelakuan sperti ini.”
Revel tdk menghentikan langkahnya ketika mengatakannya.
“Itu tuduhan paling tdk masuk akal yg pernah saya dengar,” teriak Ina sambil mencoba
menahan tawa.
Ina mengenal banyak orang yg slalu merasa dirinya kurang. Kurang cantik, kurang pintar,
kurang ini dan itu... tp dia bukanlah orang itu. Dia betul2 senang dan mensyukuri apa yg dia
miliki.
Mereka sudah sampai di lantai dua dan Revel, tanpa menunggu Ina, terus berjalan menuju
tangga ke lantai tiga. Ina yg sudah pulih dari kekagetannya mencoba mengejar Revel sambil
berkata, “Percaya sama saya, saya nggak jealous sama mereka.”
“You should,” balas Revel.
“Nooo.. I shouldn’t. Manusia diciptakan berbeda2 oleh Tuhan. Ada yg cantik, ada yg pintar,
ada yg baik, ada yg kaya, dan semuanya harus dibagi dgn rata, supaya adil. Bagi saya, saya
sudah dilahirkan pintar dan itu cukup untuk saya.”
“Jangan bilang ke saya klo kmu nggak pernah minta ke Tuhan supaya diberikan penampilan
fisik yg lebih bisanmenarik perhatian laki2, sperti ukuran dada yg lebih besar mungkin?”
Revel sengaja membuat Ina tersinggung tp Ina tdk mau terpancing. “No, I don’t think so, tp
saya dulu pernah minta kepada Tuhan supaya saya bisa sedikit lebih tinggi.?
“Spertinya Tuhan sedang sibuk hari itu karena jelas2 permintaan kmu nggak pernah
dipenuhi.” Revel terdengar sinis.
“Actually no. Tuhan mendengar permintaan saya yg satu lagi, yg lebih penting daripada
ketinggian saya.”
“Which is?”
“Saya minta supaya bisa lulus ujian SMP dgn nilai yg cukup bagus sehingga bisa masuk SMA
nomor satu.”
Revel kini sedang menatap Ina sperti dia adalah allien sebelum berkata, “Kmu nih orang
paling aneh yg pernah saya temui.”
Jelas2 Ina tersinggung mendengar komentar ini, dan dia sudah siap membalas ketika
melihat Revel menarik ujung lengan kemeja hitam yg dikenakannya dan melirik jam
tangannya. “Oke, saya akan nonton satu episode,” ucap Revel.
“Hah?” Ina bingung akan pergantian topik ini.
“Tadi kmu minta saya nonton Vampire Diaries supaya ngerti knapa kmu bilang whoever that
guy is seksi, kan?”
“Ooohhh,” adalah satu2nya kata yg bisa Ina ucapkan. “Sebentar saya ambilkan,” ucapnya
ketika sadar bahwa Revel sedang menatapnya, menunggunya mengatakan sesuatu.
Ina buru2 menaiki sisa anak tangga, dan mendengar suara berat sol sepatu Revel
dibelakangnya. Ina langsung menyalakan lampu dan menuju rak bukunya ketika memasuki
kamar. Ina menemukan DVD yg dicarinya dgn mudah dan bergerak menyerahkan kepada
Revel yg tdk mengikutinya masuk ke dalam kamar, tp memilih tetap berdiri diambang pintu.
“Here you go. Have fun,” ucap Ina sambil tersenyum.
Revel kelihatan ragu melihat boks yg sekarang berada di dalam genggamannya. “Yg mana
laki2 itu?” tanyanya sambil menatap cover books DVD.
“Yg ini.” Dengan jari telunjuknya Ina menunjuk kepada gambar Ian Somerhalder.
“Kok bisa sih kmu suka laki2 yg kelihatan pissed off begini?” Revel betul2 kelihatan bingung.
“Ya karena karakternya memang pissed off selama 150tahun belakangan ini. Dia cinta sama
seorang perempuan, namanya Katherine, yg ternyata adalah seorang vampir yg tanpa
sepengetahuannya juga ada main sama Stefan, adiknya.”
“terus?”
Selama 10menit Ina mencoba merangkum cerita Vampire Diaries untuk Revel.
“Dari cerita kmu ini saya sama sekali nggak mendapatkan bagian dimana ada cewek2 cantik
berpakaian minim dan ketat di dalamnya?”
Ina menahan diri agar tdk memutar bola matanya. Bagaimana muingkin Revel masih
menyangkal bahwa dia adalah tipe laki2 yg sangat terpengaruhi oleh fisik perempuan. “It’s
in there, I promise.”
“Episode keberapa?”
Ina mendengus. “Hampir di stiap episode.” Revbel merengut dan Ina hampir tyersedak
menahan tawa. “Klo gitu kmu harus nooton bareng saya,” ucap revel.
“Lho, kok begitu?”
“Ya soalnya saya mau pastiin saya bisa cekik kmu klo ternyata episode pertama nggak ada
cewek yg naked.”
“Saya nggak bilang naked, saya bilang berpakaian minim dan ketat.”
“Fine, whatever. Gimana? Ketemu di ruang TV sekitar stengah jam lagi?”
Ina menghembuskan napas pasrah. “Sejam lagi. Saya harus cuci rambut malam ini,” balas

Ina. Dan dengan begitu dia menutup pintu kamarnya tepat dihadapan Revel.



Celebrity Wedding - Bab 19

No comments:

Post a Comment