Saturday, September 26, 2015

NOVEL BIDADARI - BIDADARI SURGA - BAB 23


23
JANGAN HINA KAKAKU

"KAK LAIS bilang aku bisa sekolah di mana saja. Aku tidak mau sekolah di sini. TIDAK MAU!" Yashinta merajuk. Matanya melotot.

Laisa mencengkeram lengannya. Bersitatap satu sama "YASH TIDAK MAU SEKOLAH DI SINI!"

Laisa tidak mengendurkan cengkeramarmya.

"Yash tidak mau sekolah di sini... Yash mohon, jangan paksa Yash..." Yashinta mulai menangis. Tertunduk.
Laisa menelan ludah. Lembut menatap wajah adiknya.

Ia baru saja mengantar Yashinta mendaftar sekolah di kota kecamatan. Setahun lagi berlalu. Sekarang giliran Yashinta. Tadi semangat sekali berangkat menumpang truk angkutan strawberry. Semangat melihat hamparan luas halaman sekolah lanjutan pertama itu. Di sini pula Ikanuri dan Wibisana sekolah. Kelas tiga. Sedangkan Dalimunte sudah melanjutkan sekolah di kota provinsi. Meski tidak juara, lomba karya ilmiah, itu memberikan kesempatan meneruskan sekolah di sekolah lanjutan atas terbaik kota provinsi. Beasiswa.

"Yashinta marah dengan orang di dalam tadi?" Yashinta diam, Menggigit bibimya. "Yash marah?"
Yashinta mengangguk. Pelan. Bagaimanalah ia tidak akan marah. Ketika formulir pendaftarannya akan ditandatangani Kak Laisa, petugas itu kasar menegur,
"Harus orang tua atau wali murid yang menandatangani, bukan pembantu yang mengantar—" "Ia kakakku—" Yashinta yang menjawab.
"Bagaimana mungkin ia kakakmu?" Petugas itu menatap keheranan.

Lihatlah, Yashinta yang bongsor sejengkal lebih tinggi dibanding Kak Laisa. Apalagi wajah Yashinta yang amat manis. Dibandingkan dengan adiknya, Kak Laisa memang lebih mirip seseorang yang disuruh mengantar.

"Ia kakakku—" Yashinta menjawab ketus, tersinggung dengan tatapan petugas. Meski umurnya baru dua belas tahun, Yashinta mengerti benar soal beginian. Soal tatapan mata seperti ini. Kalimat-kalimat seperti ini. Ia berkali-kali mengalaminya.
"Kakakmu? Kalian sungguh berbeda. Ia lebih pend... Baiklah-"
Maka Yashinta merajuk, berlari ke luar ruangan pendaftaran. Melempar formulir pendaftarannya. Tidak. Tidak ada yang boleh menghina kakaknya. Ia tidak akan sekolah di sini. la bisa sekolah di mana saja ia mau, tapi bukan di sini.
"Yash seharusnya tidak marah. Yash seharusnya terbiasa" Kak Laisa duduk di sebelah. Ikut bersandarkan kursi panjang. Menghela nafas.

Mendekap bahu adiknya.
Yashinta hanya diam. Meletakkan tas barunya.
Minggu lalu, dan juga minggu-minggu lalunya, waktu ia bermain-main bersama anak tetangga di lembah, beberapa remaja tanggung juga seringkali menunjuk-nunjuknya. Berbisik. Tertawa. Yash tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka pasti senang membanding-bandingkan ia dengan Kak Laisa. Maka marahlah Yashinta. Melempar mereka dengan butiran tanah. Berteriak-teriak. Membuat Wak Burhan yang kebetulan lewat terpaksa turun tangan.
"Mereka menghina Kak Lais, Wak!" Yashinta mengadu marah.

Wak Burhan mengusap rambut panjang Yashinta. Tersenyum bijak. Sejak dulu, anak-anak kampung memang suka memperolok-olok Laisa. Hanya saja karena Yashinta masih terlalu kecil sajalah, hingga Yashinta tidak menyadarinya. Remaja-remaja tanggung itu sedang senang-senangnya rumpi. Mengolok-olok. Laisa yang berbeda dengan anak-anak Mamak Lainuri lainnya. Laisa yang berbeda dengan penduduk kampung lainnya. Bahkan sekali-dua meski dengan intonasi berbeda orang dewasa di lembah itu juga suka membicarakan Laisa yang belum menikah-menikah juga, Wak Burhan malah juga pernah berkunjung, berbicara dengan Mamak Lainuri soal kenapa Laisa belum menikah.

"Yash seharusnya terbiasa. Lihat, Ikanuri dan Wibisana terbiasa. Dalimunte juga terbiasa—" "Tapi mereka menghina Kak Lais!" Yashinta memotong.
" Mereka hanya merasa heran—"

"Mereka menghina. Yash tidak suka. Pokoknya Yash tidak suka. Yash tidak mau sekolah di sini!" Yashinta menjawab ketus.
Laisa tersenyum.

Suka atau tidak, mau atau tidak, Yashinta harus membiasakan diri. Seperti Ikanuri dan Wibisana yang tidak peduli dengan olok-olok itu. Atau seperti Dalimunte yang memang tidak pernah mendengarkan sedikitpun olok-olok tersebut. Karena tidak ada gunanya.
Tidak ada manfaatnya.

Adiknya Yashinta harus (segera) terbiasa....



NOVEL BIDADARI - BIDADARI SURGA - BAB 24

No comments:

Post a Comment