Tuesday, September 29, 2015

SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 4


Tidak ada yang lebih berbahaya daripada seorang musuh yang berpura-pura manis di depanmu

4

“Pulang sendirian lagi?”

Keyna menoleh mendengar sapaan yang akrab itu. Dia mendapati Jason sedang bersandar pada mobil hitam legamnya, tersenyum menatapnya. Senyumnya lebar dan ramah, sama sekali tidak tampak kalau dia adalah penghancur wanita seperti yang dikatakan oleh Davin.

Kalaupun dia memang seorang penghancur wanita, sepertinya sah-sah saja, Keyna membatin, mengamati ketampanan Jason yang halus. Lelaki itu bisa dibilang sangat tampan sampai mendekati cantik. Matanya sendu tapi bening, seolah menarik siapapun yang tergoda untuk tenggelam bersamanya.

“Iya.” Keyna menjawab dan mengerutkan keningnya, apa yang dilakukan Jason sore-sore begini di depan kampusnya?

“Kau harus membiarkan supir pribadimu menjemput, sudah kubilang, berbahaya kalau seorang perempuan berjalan-jalan sendirian malam-malam, apalagi kampusmu terkenal sebagai kampus anak-anak kaya. Siapa tahu ada yang mengawasi dan mencari kesempatan, lalu melihatmu sedang jalan sendirian? Kau akan diculik.”

Jason mengulangi lagi peringatannya, sama seperti kemarin ketika berpapasan dengan Keyna di jalan. Lelaki itu begitu serius dengan kata-katanya sehingga Keyna merasa takut. Tetapi perkataan lelaki itu memang ada benarnya.

“Kau sendiri apa yang kau lakukan di sini?”

Jason mengangkat bahu dan tertawa, “Mungkin aku sedang mengawasi kampus ini, mencari kesempatan kalau-kalau ada anak orang kaya berjalan sendirian yang bisa kuculik.” lelaki itu membuka pintu mobilnya, “Mau masuk?”

Sejenak Keyna ragu. Tetapi Jason tampak begitu tulus. Dan dia kan sahabat Davin, meskipun Davin sudah memperingatkannya tentang kebencian Jason kepada perempuan. Keyna yakin dia bukan termasuk salah satu tipe yang Jason incar untuk dibuat patah hati.

♠♠♠

“Davin bercerita kalau kau selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolah, begitulah cara Mama Davin menemukanmu, dengan penyaringan anak-anak cemerlang untuk mendapatkan beasiswa.” Jason memulai percakapan, sambil menyetir mobilnya dengan tenang.

Keyna menganggukkan kepalanya, “Ya, waktu itu perwakilan yayasan Nyonya Jonathan menemuiku dan menawarkan beasiswa, waktunya tepat sekali karena kondisi keuangan kami sedang sulit.” Keyna menatap Jason sambil tersenyum, “Ayahku seorang tukang bangunan, dan meskipun dia mengupayakan segala cara untuk menyekolahkanku, membiayai kuliahku akan terlalu berat untuknya.”

Jason menoleh sebentar dan menatap Keyna dengan tatapannya yang bening.

“Lalu ayahmu meninggal ya? Aku turut berduka Keyna.”

Suara itu benar-benar tulus sehingga Keyna melemparkan senyum lembut kepada Jason.

“Ya, ayah mengalami kecelakaan di tempatnya bekerja. Setelah ayah meninggal, Nyonya Jonathan menawariku beasiswa sepenuhnya dan aku boleh tinggal di rumahnya, jadi di sinilah aku sekarang.”

“Kau tidak pernah curiga kenapa Nyonya Jonathan begitu baik kepadamu? Banyak anak lain yang juga cemerlang dan hidup dalam kemiskinan. Tetapi kenapa kau? Kenapa kau yang dipilih?” tatapan Jason yang memandang jauh ke depan terlihat kelam dan misterius.

Keyna mengangkat bahunya, “Yah… Mungkin karena aku ada di saat yang tepat dan tempat yang tepat. Kebetulan seperti itu akan selalu ada kan?”
Jason tersenyum muram, “Tidak ada yang namanya kebetulan, Keyna. Semua hal terjadi pasti ada alasannya.” Dia lalu menghentikan mobilnya. Mereka ternyata sudah sampai di ujung jalan dekat mansion keluarga Jonathan.

“Maaf. Aku menurunkanmu di sini.” Jason tersenyum meminta maaf, “Davin melarangku mendekatimu. Yah. Kau pasti sudah diperingatkan tentang reputasiku.” senyumnya berubah serius, “Tetapi selama kau masih tidak mau menggunakan supir pribadimu itu, aku akan menjemputmu setiap hari sepulang kuliah.”

“Aku tidak perlu dijemput setiap hari.” Keyna menoleh kaget mendengar kata-kata Jason, “Aku baik-baik saja.”

“Tidak. Aku sudah memutuskan. Kau terlalu polos dan menganggap semua orang di dunia ini baik hati. Kau akan mudah ditipu dan dimanfaatkan orang. Harus ada seseorang yang menjagamu.”

“Aku bisa menjaga diriku sendiri.” sela Keyna keras kepala, “Terima kasih sudah mengantarku,” dengan sopan Keyna melangkah pergi dan berjalan menuju mansion.

Setelah beberapa langkah, dia merasa ingin tahu. Dengan sembunyi-sembuyi dia menoleh dan mendapati mobil Jason masih terparkir di sana, mengawasinya. Dan mobil itu baru pergi setelah Keyna memasuki gerbang rumah dengan aman.

♠♠♠

“Dia bilang dia akan menjemputku setiap hari.” Keyna setengah berbisik saat berbicara di ponselnya, Sefrina tadi meneleponnya dan mengatakan bahwa besok pagi dia belum bisa masuk karena sakit. Mereka bercerita-cerita tentang hari itu, dan Keyna pun teringat akan Jason.

“Aneh…” Sefrina tampak tercenung di seberang sana, “Kenapa dia repot-repot melakukan itu? Kau harus hati-hati Keyna, jangan-jangan dia mengincarmu sebagai korban berikutnya.”

“Perempuan - perempuan yang menjadi korban Jason adalah perempuan kaya dan semuanya cantik. Aku sama sekali bukan tipenya.” Keyna membantah, “Lagipula aku merasa aneh, dia berkali-kali mengingatkanku tentang bahayanya berjalan sendirian karena aku bisa diculik, dia tampak serius dengan perkataannya.”

“Tapi dia ada benarnya juga Keyna. Bahaya kalau kau selalu pulang sendirian. Kita tidak tahu siapa orang jahat yang mengincar di luar sana. Kami anak-anak orang kaya selalu diawasi setiap saat dengan ketat oleh kedua orangtua kami, supir pribadi kami dibekali kemampuan bela diri juga, untuk menghindari insiden itu, karena dari pengalaman, banyak sekali kejadian penculikan itu.” Sefrina tampak berpikir di seberang sana. “Demi keselamatanmu juga Keyna… Kalau kau mau aman dan terhindar dari penculikan, sekaligus mengindari Jason, gunakan fasilitas supir pribadi yang diberikan oleh keluarga

Jonathan.”

Keyna termenung mendengar nasehat Sefrina. Mungkin memang ada benarnya juga…

♠♠♠

Dia tadi mengawasi dengan kesal ketika lelaki itu ternyata menunggui Keyna pulang. Dia sudah menyiapkan pisau di tangannya, dengan beberapa pegawainya yang kekar dan ahli. Rencananya untuk menculik Keyna sudah hampir berhasil. Karena dari pengamatannya, Keyna selalu pulang dari kampus sendirian, tanpa ada supir pribadi yang menjemputnya. Perempuan bodoh! Dia seperti mengumpankan dirinya kepada para penjahat. Lalu lelaki pengganggu itu muncul dan menjemput Keyna. Dan rencana penculikannya hancur berantakan. Lelaki itu sepertinya akan terus mengganggu. Dia harus mencari cara lain…

♠♠♠

Pagi itu Keyna mampir di Garden Cafe seperti biasa dengan segelas besar oreo milkshake di tangannya, ketika dia menghirupnya, Albert sudah ada di depan counter bar itu dan menyapanya.

“Sepertinya suasana makin membaik ya.” gumamnya dalam senyum, “Kulihat kau sudah memiliki seorang teman.”

Pasti Sefrina yang dimaksud oleh Albert. “Namanya Sefrina, dan dia anak orang kaya, tetapi dia baik kepadaku berbeda dengan yang lainnya.”
“Jadi tidak semua orang kaya berpikiran sempit bukan?” Albert tertawa, “Setidaknya sekarang hari-harimu menyenangkan.”

“Iya… Sangat menyenangkan memiliki teman di kampus, selama ini aku selalu sendirian sehingga setiap detiknya terasa lama, tetapi aku tetap harus berjuang menyelesaikannya dengan nilai yang baik supaya bisa membalas budi kepada keluarga
Jonathan.”

“Ternyata menjadi anak angkat keluarga kaya cukup berat ya?” gumam Albert dengan ironis.

Keyna tersenyum menyetujui, “Sangat berat. Dulu aku hidup dengan sederhana, tidak memikirkan apakah kita akan punya musuh atau tidak, kami tidak sempat memikirkan hal semacam itu karena pikiran kami sudah tersita tentang kecemasan memikirkan apa yang akan kami makan esok hari.” Keyna mengangkat bahu, “Sedangkan orang kaya, mereka semua sibuk memikirkan cara melindungi diri dari musuh-musuhnya, kemudian saling mencurigai dan berpikir siapa yang menjadi musuh terselubung.”

Albert tertawa. “Seperti halnya sahabat, musuh itu ada di mana-mana Keyna, tidak peduli kita orang kaya ataupun orang miskin. Seperti minumanmu. Lihat, dia berwarna putih bersih, bayangkan itu adalah dirimu dan sahabat-sahabatmu, satu pikiran, sama-sama berwarna putih. Tetapi lalu ada butiran-butiran remah oreo itu, berwarna hitam dan banyak, menodai warna putihnya hingga menjadi abu-abu, bayangkan itu adalah musuh-musuhmu, selalu ada di sekitarmu, mengincarmu, tidak menyukaimu, mempunyai rencana terselubung.” Albert mengedipkan sebelah matanya, “Yang perlu kau lakukan adalah melalui mereka semua, kau tidak akan bisa mengalahkannya karena mereka terlalu banyak, kau hanya bisa melaluinya, selaras bersamanya, dan kemudian kau bisa membuat musuh-musuhmu itu menghilang dengan sendirinya, kalah oleh dominasi rasa susu yang manis dan segar, sehingga kemudian hanya menjadi pelengkap yang manis.”

Keyna tertawa mendengar filosofi Albert, “Jadi pada intinya aku harus bisa membuat musuh-musuhku menjadi manis?”
Albert tergelak, “Ya. Tetapi sebelumnya kau harus bisa menemukan mana yang bisa diubah menjadi manis, mana yang memang pahit dan tak bisa diperbaiki, dan mana yang berpura-pura menjadi manis, yang terakhir itulah yang paling berbahaya.”

“Berbahaya?”

“Ya. Tidak ada yang lebih berbahaya selain seorang musuh yang berpura-pura manis di depanmu.”

♠♠♠

“Bagaimana harimu?” Davin mengetuk pintu kamar Keyna dan mendapati Keyna sedang belajar di mejanya. Dengan langkah elegan, lelaki itu duduk di pinggir ranjang Keyna. Davin masih memakai jas dan dasinya sudah dilonggarkan. Lelaki itu tampak lelah.

“Baru pulang kerja?” Keyna meletakkan buku pelajarannya dan mengernyit, Davin tampak pucat. “Kau tidak apa-apa Davin?”

“Sepertinya aku sedikit flu. Aku batuk-batuk dari tadi dan tenggorokanku sakit.” lelaki itu berdeham, “Tapi aku sudah minum obat flu, sebentar lagi juga sembuh.”

“Oh.” Keyna melirik Davin dengan cemas, “Sepertinya kau harus ke dokter.”

“Tidak, aku tidak apa-apa.” t iba-tiba lelaki itu membaringkan tubuhnya di ranjang Keyna.

Keyna menoleh kaget, hampir berdiri dari duduknya. “Davin???”

“Please. Jangan berteriak.” lelaki itu mengernyit, membuat Keyna tertegun, padahal dia sama sekali tidak berteriak, Davin berbaring dan menutup matanya dengan sebelah lengannya, “Kepalaku pusing seperti berdentam-dentam, biarkan aku berbaring sebentar di sini.”

Keyna terdiam, merasa kasihan kepada Davin, sepertinya lelaki itu benar-benar sakit. Ya sudah, biarlah. Lagipula Keyna masih belum ingin tidur, dia harus belajar sampai larut malam untuk persiapan ujian minggu depan.
Waktu berlalu, dan Keyna larut dalam kegiatan belajarnya. Diiringi suara dengkuran halus Davin yang sepertinya jatuh lelap ke dalam tidurnya, mungkin karena pengaruh obat flunya.

Keyna menguap dan melirik jam di dinding, sudah jam dua pagi, dan dia mengantuk. Dengan bingung diliriknya Davin yang masih pulas di atas ranjangnya.

Lalu dia harus bagaimana?

Dengan bingung Keyna memutar kursinya dan menghadap ke arah ranjang. Davin sedang tidur pulas. Dan ketika tidur lelaki itu tampak sangat tampan. Gurat-gurat sinis di wajahnya tidak tampak dan lelaki itu kelihatan begitu polos seperti bayi, bibirnya sedikit terbuka dan napasnya teratur.

Keyna larut dalam kenikmatan memandangi maha karya Tuhan di depannya. Tuhan pasti sedang tersenyum ketika menciptakan sosok ini.

Mata itu terbuka. Seketika itu juga langsung menatap tajam ke arah Keyna. Membuat Keyna berjingkat dari duduknya karena kaget.

Lelaki itu tampaknya tipikal orang yang langsung sadar ketika bangun, dia mengerutkan keningnya menatap Keyna.

“Kenapa kau menatapku?”

Keyna merasa pipinya memerah, “Aku tidak menatapmu.” dipalingkannya wajahnya, tidak mampu menahankan tatapan tajam Davin kepadanya.

Lelaki itu beranjak duduk di ranjang, memandangi sekeliling dan menatap Keyna lagi.

“Kenapa aku tidur di kamarmu?” gumamnya menuduh.

Keyna menaikkan alisnya jengkel. “Kau yang datang kesini ketika aku sedang belajar lalu tiba-tiba tidur di ranjangku.

Coba tanya dirimu sendiri.”

“Oh.” Davin tampak mencoba mengingat-ingat, “Maaf.”

Lelaki itu tanpak sakit, Keyna menatapnya dengan cemas,
“Kau tidak apa-apa Davin? Bagaimana pusing dan flumu?”

“Aku masih pusing.” lelaki itu tampak terhuyung, “Aku akan kembali ke kamarku.”

Pintu tertutup di depan Keyna, meninggalkan Keyna yang menatap cemas.

♠♠♠

Davin terserang flu keesokan harinya. Suara batuknya terdengar ke seluruh penjuru rumah saking kerasnya. Batuknya terdengar kering dan itu pasti menyakitkan. Keyna memutuskan untuk tidak masuk kuliah untuk menunggui Davin, Nyonya Jonathan sedang ada di luar negeri.

“Pergilah.” Davin terbatuk-batuk dan mengusirnya, dokter sudah memeriksanya dan memberikan obat. Dan sekarang Keyna sedang mencoba membantu Davin meminum obatnya. Tetapi lelaki itu dengan kasar menolak bantuannya.

“Pergilah, kenapa kau tidak masuk kuliah?”

“Aku harus menungguimu, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian dengan kondisi seperti ini.”

“Aku sudah biasa seperti ini.” tatapan Davin tampak sedih, “Sakit sendirian dan hanya ditemani pelayan sementara kedua orang tuaku pergi entah kemana.”

Keyna menatap Davin dan menyadari kepedihan di mata lelaki itu. Kasihan lelaki ini, dia hidup bergelimang harta, tetapi kehilangan kasih sayang orangtuanya. Kini Keyna mengerti apa yang menyebabkan Davin selalu bersikap sinis dan penuh kebencian.

“Sekarang berbeda, kau mempunyai seorang adik, dan adikmu akan merawatmu.” Keyna menyerahkan pil-pil obat dari dokter ke arah Davin bersama dengan segelas air putih, “Ini minumlah obatmu.”

Davin menatap Keyna, tampak tertegun dengan perkataan Keyna tadi, sejenak dia ingin membantah, lalu dia menghela napas dan menerima obat itu dan meminumnya, ditatapnya Keyna dengan kesal setelahnya.

“Sudah kuminum. Puas?”
“Puas. Sekarang tidur.”

Lelaki itu menggerutu, tetapi tidak membantah. Mungkin tubuhnya sudah terlalu sakit. Dia masuk ke dalam selimutnya, terbatuk-batuk sebentar, dan tak lama kemudian, mungkin karena pengaruh obat langsung tertidur pulas.

Keyna menghela napas panjang. Semoga obat itu bisa meredakan sakit Davin. Lelaki itu tampak begitu tersiksa ketika batuk, meskipun demikian tatapan sinis dan kejamnya tidak hilang, Keyna tersenyum, dasar Davin…

Suara bel dipintu mengalihkan perhatian Keyna, tampak pelayan membuka pintu dan terdengar percakapan-percakapan di sana.

Keyna beranjak dengan hati-hati, merapikan selimut Davin lalu melangkah keluar ruangan. Dia menengok ke lobby mansion di lantai bawah.

Jason ada di sana. Lelaki itu mendongak dan menatapnya dengan tatapan mata yang bening,

“Aku dengar kau tidak masuk kuliah. Tadi aku menjemputmu di kampus.” Jason bergumam pelan sambil menaiki tangga, “Maaf aku cemas, jadi aku datang kemari.”

Keyna menganggukkan kepalanya, “Untunglah kau datang Jason. Aku tidak bisa masuk karena aku merawat Davin.”

Jason mengerutkan keningnya, “Davin sakit? Sakit apa?”

“Sepertinya dia sedang flu dan batuk… Dia sedang tidur di

atas.”

“Dokter sudah memeriksanya?”

“Sudah, dan aku juga sudah memberinya obat.”

Lelaki itu menganggukkan kepalanya, “Jangan cemas Keyna, aku akan menginap di sini, untuk menemani kalian.”

Keyna menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya kalau ada lelaki dewasa lain di rumah ini, dia bisa tenang kalau nanti Davin kenapa-napa. Jason adalah sahabat Davin dia pasti akan menjaganya.





SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 4

1 comment:

  1. Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
    Bonus Deposit Member Baru 100.000
    Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
    Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
    Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
    Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
    Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis

    ERTIGA POKER
    ERTIGA
    POKER ONLINE INDONESIA
    POKER ONLINE TERPERCAYA
    BANDAR POKER
    BANDAR POKER ONLINE
    BANDAR POKER TERBESAR
    SITUS POKER ONLINE
    POKER ONLINE


    ceritahiburandewasa

    MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
    KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
    CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT

    ReplyDelete