Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 25

The Last Straw

Selama sebulan stelah permintaan maaf itu, Ina sadar bahwa Revel mencoba sedayaupaya
memperbaiki hubungan mereka, tapi Ina mengalami masalah untuk menghargai usahanya.
Meskipun mereka masih tinggal satu rumah dan berbagi tempat tidur, tp Ina membangun
tembok Berlin disekitar dirinya untuk membatasi hubungan mereka agar tdk sedekat dulu
lagi. Beberapa bulan yg lalu Ina berpikir bahwa dia memiliki suatu ikatan spesial dgn Revel,
suatu ikatan yg hanya dimiliki oleh mereka berdua karena dia percaya pada Revel, begitu
juga sebaliknya. Tapi sekarang dia tahu bahwa Revel tdk memercayainya untuk berbagi
masalah yg dihadapinya, dan kepercayaan Ina kepada Revel sudah goyah, karena dia
mempertanyakan hal lain apa lagi yg disembunyikan oleh Revel darinya. Tanpa kepercayaan,
apalah arti sebuah perkawinan?
Tepat 48jam stelah foto Revel dan Luna tersebar di tabloid, Luna menggelar konfrensi pers
untuk membersihkan nama Revel. Untuk pertama kalinya selama bertahun2 ini, media tdk
bisa memaki2 Revel. Pengunjung websitenya membludak hanya dalam satu malam.
Kebanyakan ingin mengucapkan selamat kepadanya karena namanya sudah bersih dan tdk
lagi bisa disangkutpautkan dgn Luna dan banyak juga yg mengajukan permintaan maaf
karena sudah berprasangka buruk terhadapnya.
Agar lebih meyakinkan masyarakat bahwa dia adalah laki2 baik2, seminggu stelah itu, Revel
bersedia diwawancara dan dia meminta Ina hadir bersamanya. Satu2nya alasan knapa Ina
setuju melakukan ini adalah karena dia sudah capek berusaha meyakinkan keluarganya,
orang2 di kantor yg kini sering memberikan tatapan penuh simpati padanya, dan Tita,
bahwa semuanya baik2 saja. Wawancara itu adalah hal tersulit yg pernah Ina lakukan
sepanjang hidupnya. Dia harus hanya tertawa ketika ketika pewawancara mengatakan
bahwa dia adalah “istri yg penuh perhatian dan tdk cemburuan” dgn nada sinis. Dia tdk
pernah merasa begitu dipermalukannya sepanjang hidupnya. Dia bisa menerima klo orang
membencinya dan memaki2nya, tp dia tdk akan pernah bisa menerima klo orang
memberikan tatapan kasihan padanya.
Ibu mertuanya menelponnya beberapa kali dan berusaha mendamaikan hubungannya dgn
Revel, tp Ina menolak memercayai niat baiknya ini. Yg Ina inginkan adalah agar semua orang
berhenti mengganggunya dan membiarkannya sendiri untuk memutuskan apakah dia ingin
tetap bertahan di dalam pernikahan ini atau tdk. Kesempatan itu muncul ketika Revel bilang
bahwa dia harus pergi ke Singapura untuk sound mixing selama 2minggu.
Ina betul2 menggunakan waktu ini untuk berpikir. Di satu sisi dia tahu bahwa dia mencintai
Revel dan bahwa konflik adalah bagian dari perkawinan, oleh sebab itu dia merasa bahwa
dia harus mempertahankan pernikahan ini. Di sisi lain, Ina sadar bahwa dia tdk akan bisa
keluar dgn selamat klo konflik sperti ini terjadi lagi, dan pernikahannya dgn seorang selebriti
sperti Revel pada dasarnya menjamin terjadinya konflik dimasa yg akan datang. Itu berarti
bahwa dia harus keluar dari dari hubungan ini klo ingin harga diri dan hatinya utuh. Kejadian
yg membuat Ina akhirnya bisa mengambil keputusan adalah telpon dari Meinita beberapa
hari sbelum jadwal kepulangan Revel.
“Selamat pagi, Nit,” ucap Ina.
Dia baru saja sampai di kantor dan harus menggeleng ketika melihat rangkaian mawar putih
12tangkai yg berada didalam vas diatas meja kerjanya. Dia tdk perlu bertanya kepada Helen
darimana datangnya bunga itu, karena selama sebulan belakangan ini, rangkaian bunga
mawar segar slalu menghiasi meja kerjanya stiap pagi. Satu lagi cara Revel untuk memohon
maaf. Seakan2 hati Ina yg retak bisa diganti hanya dgn rangkaian bunga mawar.
“Selamat pagi Ina. Pak Siahaan menelpon saya untuk mengingatkan bahwa kontrak kmu dgn
Revel akan berakhir lusa. Saya hanya mau memastikan bahwa semua klausa yg ada pada
kontrak tersebut masih kukuh dan belum dilanggar oleh kedua belah pihak.”
Ina bisa mendengar hatinya hancur berkeping2 ketika mendengar kata2 Meinita. Dgn susah
payah Ina akhirnya berkata, “Ya, klausa pada kontrak masih kukuh.”
Selama beberapa bulan ini, dia menyangka bahwa Revel sudah mengurus kontrak itu, tp
kemudian Ina ingat bahwa dia tdk pernah menerima dokumen apa2 dari Meinita yg
menyatakan bahwa kontrak itu sudah dibatalkan. Apa Revel lupa membatalkan kontrak itu?
Tp mengetahui betapa telitinya Revel, Ina mendapati alasan ini tdk masuk akal. Jadi
satu2nya kemungkinan adalah bahwa Revel memang tdk pernah berniat membatalkan
kontrak ini. Revel memang tdk pernah menginginkannya, apalagi mencintainya. Ina tertawa
sendiri, menertawakan dirinya yg sudah terlalu bodoh karena menaruh harapan pada Revel.
Bagi Revel, dia hanyalah sebuah boneka yg dibeli olehnya dgn tujuan tertentu, dan stelah
tujuan itu tercapai, dia sudah tdk ada gunanya lagi.
Samar2 Ina mendengar Meinita berkata, “Oke, klo begitu saya akan konfirmasikan hal ini
kepada pak Siahaan. Coba bertahan beberapa hari lagi, stelah itu kmu bisa mendapatkan
uang konpensasi.”
Stelah telpon itu berakhir, tanpa pikir panjang lagi, Ina mulai merencanakan kepindahannya
dari rumah Revel dgn menelpon MyRelo, perusahaan yg setahun lalu memindahkan
barang2nya dari apartemennya ke rumah Revel dan meminta mereka datang ke alamat
rumah Revel lusa. Meskipun begitu, mereka akan ngedrop beberapa boks agar Ina bisa
mulai membereskan barang2nya hari itu juga. Stelah puas melihat semua persiapan ini, Ina
melanjutkan harinya untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Dia agak terkejut ketika
telponnya berdering dan melihat nama ibu mertuanya berkelap kelip pada layar telpon.
Karena tdk tahu apa yg dia akan katakan pada mamanya Revel, akhirnya dia tdk
menghiraukan panggilan itu dan juga sepuluh panggilan selanjutnya. Ketika dia sampai di
rumah jam delapan, mbok Nami memberitahunya bahwa ibu Davina sudah menelpon
rumah stiap stengah jam mencarinya, dan Ina diminta segera membalas telponnya. Ina tdk
membalas satu telponpun.
***
Ibu Davina tahu bahwa menantunya sedang menghindarinya, tp dia harus mendapatkan
konfirmasi darinya bahwa dia tdk akan menggugat cerai Revel. Dia menerima telpon dari
Siahaan beberapa jam yg lalu, yg mengatakan bahwa kontrak yg ditandatangani revel dan
Ina setahun yg lalu masih kukuh, yg brarti bahwa pernikahan mereka akan brakhir dalam
48jam. Dia tahu bahwa Revel sudah menyakiti hati Ina, oleh sebab itu dia memang pantas
digugat cerai.
Stelah sekali lagi telponnya dibiarkan tdk terangkat oleh menantunya, ibu Davina terdiam,
memikirkan langkah apa yg bisa dia ambil untuk menyelamatkan pernikahan anaknya. Saat
ini dia sama sekali tdk perduli akan dampak perceraian ini kepada karier Revel, yd dia
pikirkan adalah dampak perceraian ini kepada diri Revel. Tanpa memedulikan jam yg sudah
menunjukkan pukul sebelas malam, ibu Davina menelpon HP Revel, begitu Revel
mengatakan, “Halo”, tapa menghiraukan nada mengantuknya, ibu Davina langsung berkata,
“Ambil penerbangan pertama kembali ke Jakarta besok pagi. Kmu harus pulang
secepatnya.”
“Who’s this?”
“Pakai nanya lagi. Ini mama kmu Revel, what are you, deaf now sampai2 tdk mengenali
suara mama?” teriak ibi Davina gemas.
“Nggak, Cuma ngantuk,” balas Revel sambil meraba2, mencari tombol lampu. Stelah lampu
pada night stand menyala, dia menyipitkan matanya untuk mencari kacamatanya dan
memaksa tubuhnya ke dalam posisi duduk pada saat yg bersamaan, “Ada apa telpon aku
malam2 begini, Mam?”
“Om Siahaan sudah berusaha menelpon kmu berkali2, tp kmu nggak pernah angkat dan
nggak pernah telpon mererka balik juga, makanya om Siahaan telpon mama.”
Revel ingat bahwa dia melihat nomor HP om Siahaan berkali2 selama 24jam belakangan ini,
tetapi dia tdk menghiraukannya. Dia perlu konsentrasi pada pekerjaannya. “Memangnya
ada apa sih yg urgent sekali dan nggak bisa nunggu sampai aku pulang ke Jakarta?” gerutu
Revel.
“Kontrak kmu dgn Ina akan berakhir lusa, dan Ina berniat menuruti klausa kontrak itu. Do
you get where I’m getting at, Revel? Dia akan menceraikan kmu.”
“Whaaaaaaatt? No! Aku sudah memberitahu kantor om Siahaan untuk membatalkan
kontrak itu bulan Oktober lalu.”
Kini giliran ibu Davina yg berteriak, “What?”
“Aku nggak berniat menceraikan dia, Mam. Aku betul2 serius dgn dia. Aku cita dia, Mam.”
Ibu Davina terdiam selama beberapa detik ketika mendengar Revel mengatakan bahwa dia
mencintai Ina. Selama ini dia slalu berpikir bahwa anaknya sudah kehilangan
kemampuannya untuk mencintai seseorang selain dirinya, tp ternyata dia masih mampu
mencintai seorang wanita, danitu membuatnya terharu. Ternyata dia tdk merusak semua yg
ada pada diri Revel, karena Revel jelas2 masih memiliki hatinya.
“Kmu sebaiknya pulang untuk meluruskan ini semua karena jelas2 om Siahaan tdk tahu
menahu tentang pembatalan kontrak ini,” ucap ibu Davina lembut.
Mendengar nada mamanya, Revel tdk berpikir dua kali untuk menurutinya. “Aku akan ambil
penerbangan pertama ke Jakarta besok,” ucap Revel tegas.
***
Revel sampai di Jakarta jam satu siang dan langsung menuju Menteng. Kepalanya terasa
berat dan matanya pedih karena kurang tidur. Semalaman dia mencoba melakukan
beberapa hal pada saat yg bersamaan. Dia membangunkan om Siahaan dari tidurnya dan
memintanya mencek dgn orang2 kantornya tentang permintaan pembatalan kontrak yg
dilakukannya beberapa bulan yg lalu. Waktu itu om Siahan sedang ada urusan ke luar negeri
sehingga Revel harus puas berbicara dgn seorang asisten pengacara bernama Yudi. Stelah
menerima permintaan maaf yg berlebihan atas kesalahan ini dan kepastian bahwa om
Siahaan akan meluruskan masalah ini dgn Yudi, Revel menutup telpon. Revel tahu bahwa
dia seharusnya mengonfirmasi ulang permintaannya ketika dia tdk mendengar kabar apa2
dari pengacaranya, tp jujur saja, selama beberapa bulan belakangan ini pikirannya penuh
dgn berbagai hal penting lainnya, sperti turnya, rekaman albumnya, Ina, kemudian Luna. Dia
kemudian menelpon front-desk,meminta mereka agar mengonfirmasi penerbangannya
kembali ke Jakarta besok pagi. Dia menunggu selama stengah jam sbelum front-desk
menelponnya kembali dan mengatakan bahwa mereka sudah berhasil mengonfirmasi
penerbangannya. Dia menyumpah ketika tahu bahwa dia baru bisa meninggalkan Singapura
tengah hari karena semua penerbangan pagi ke Jakarta fully-booked.
Revel menemukan Ina sedang duduk di salah satu kursi malas di tepi kolam renang.
Wajahnya stengah tersembunyi di balik novel tebal. Keningnya sedikit berkerut yg
menandakan bahwa dia sedang berkonsentrasi penuh, dan ini adalah pemandangan paling
indah yg pernah dilihat Revel sepanjang hidupnya. Segala omelan yg diterimanya tadi
malam dari mamanya dan mata pedas karena tdk bisa tidur dgn nyenyak, semuanya worth it
karena dia bisa melihat wanita yg dicintainya pada saat ini. Terkejut menyadari betapa
dalamnya perasaannya terhadap Ina, Revel tersandung langkahnya sendiri.
Ina tdk mendengar langkah Revel sebelumnya, tp dia mendengar ketika Revel menyumpah.
Dia langsung mengangkat kepalanya untuk melihat sumber suara itu. Ketika dia melihat
Revel, dia langsung menutup bukunya dan berdiri, tetapi dia tdk bergerak mendekati Revel.
Dia tdk kelihatan terkejut sama sekali ketika melihat Revel, yg brarti bahwa dia sudah
menunggu kedatangannya. Revel tdk tahu apakah itu sesuatu yg patut disyukuri atau tdk.
Revel berhenti tepat dihadapannya dan dia tdk tahu apakah Ina akan menamparnya atau
menciumnya balik klo misalnya dia menciumnya, sperti yg dia rencanakan sebelumnya.
2bulan yg lalu, dia yakin bahwa Ina akan langsung loncat ke dalam pelukannya dan mencium
bibirnya dgn mesra klo melihatnya, tp sekarang, Revel bahkan yakin Ina tdk mau berada di
dalam ruangan yg sama dengannnya.
Dia memandangi wajah wanita yg berhasil membuatnya bertekuk lutut, mencoba
mendapatkan petunjuk akan reaksinya terhadapnya. Dan hanya dalam hitungan detik dia
tahu bahwa ini adalah satu kesalahan, karena wajah itu menggambarkan kegalauan yg ada
didalam hatinya. Revel merasa sperti ada orang yg baru saja melindas dadanya. Hatinya
remuk melihat Ina berusaha kelihatan kuat, tetapi gagal total. Dia berjanji untuk tdk akan
pernah membuat Ina kelihatan sperti ini lagi.
“Hey babe, I’m home,” ucapnya. Dia harus mengencangkan otot kedua tangannya agar tdk
menarik Ina ke dalam pelukannya.
Ina hanya mengangguk kaku, dan sbelum dia kehilangan keberaniannya, revek berkata,
“Saya tahu bahwa hubungan kita sedang tdk baik sekarang gara2 Luna, dan kmu pasti
bertanya2 knapa kontrak kita...”
Ina mengangkat tangannya, menghentikan Revel. “Kmu nggak perlu menjelaskan. Saya
sudah tahu semuanya dan it’s okay. Saya ngerti dan saya minta maaf karena saya
memerlukan waktu sebegini lama untuk memahami semuanya.”
Revel tdk mengerti apa yg baru saja dikatakan oleh Ina, dia belum sempat menanyakan hal
ini ketika Ina melangkah mendekat, menarik kepalanya ke bawah dan mencium bibirnya dgn
dalam. Revel masih terkejut selama beberapa detik hanya bisa terdiam dan menerima
ciuman itu. Kemudian Ina berjinjit dan melingkarkan tangannya pada leher Revel dan tubuh
Revel langsung bereaksi. Dgn serta merta dia langsung mengangkat tubuh Ina sehingga Ina
harus melingkarkan kedua kaki pada pinggang Revel dan membalas ciuman itu dgn antusias.
Revel tdk pernah melihat ekspresi pada wajah Ina ketika membawanya masuk ke kamar

tidur.


Celebrity Wedding - Bab 26

No comments:

Post a Comment