Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 10

The Somewhat Peaceful Ride Home

Jam ketiga dilalui Revel untuk menjawab berbagai macam pertanyaan mengenai
hubungannya dgn Ina.
Salah satu tante Ina bertanya, "Sudah brapa lama kenal Ina?"
"Sekitar 6bulan,tante."
"Ketemu dimana?" Tanya budenya Ina.
Revel dan Ina setuju untuk menjelaskannya sedekat mungkin dgn kenyataan supaya
terdengar meyakinkan juga untuk mencegah supaya mereka tdk mengganti cerita tersebut
di lain waktu karena lupa akan apa yg mereka sudah katakan sebelumnya.
Dan pada jam inilah Revel mulai betul2mengenal Ina dgn memperhatikan interaksinya dgn
keluarganya. Ina jelas2 kelihatan sedikit tdk nyaman diantara keluarganya, terutama mama
dan kakak tertuanya yg slalu protes dgn segala sesuatu yg dilakukan Ina. Mulai dari pakaian
yg digunakan Ina, sampai makanan yg ada di atas piring Ina. Revel teringat akan reaksi Ina
ketika dia memojokkannya dan memaksanya agar setuju dgn lamarannya, rasa sakit hati dan
kekecewaan terpendam yg tersirat pada amatanya sbelum Ina kemudian mencoba
melarikan diri dari percakapan itu. Rupanya inilah yg harus dihadapi ina stiap harinya. Itu
menjelaskan bagaimana dia masih single sampai sekarang.
Satu hal yg disadari Revel selama 2minggu belakangan adalah bahwa Ina adalah seorang
perempuan yg selain pintar, mandiri, cute as hell, dan memiliki sense of humor dia juga
memiliki kecenderungan mengeluarkan komentar yg agak2 sarkatis. Beberapa kali Revel
mendapati dirinya menahan senyum mendengar komentar2 Ina. Kombinasi ini membuat Ina
menjadi pasangan yg ideal untuk laki2 manapun.
"Akhirnya kmu bisa juga cari laki2 yg bagus, In," komentar kak Mabel kepada adiknya
menarik perhatian Revel.
Meskipun inatertawa mendengar komentar itu tetapi tubuhnya yg sedang berdiri di
samping Revel langsung menegang.
Kak Mabel yg tdk menyadari bahwa kata2nya sudah menyakitkan hati masih terus nyerocos,
" Selama ini Ina slalu bawa pulang laki2 yg tdk kami setujui. Kami senang dia akhirnya bisa
memilih laki2 yg benar." Kak Mabel memberikan senyuman kepada revel ketika
mengatakannya, memastikan dia mengerti bahwa dialah orang yg dimaksud.
Pada detik itu Revel menyadari bahwa keluarga Ina bukannya ingin mengatur hidup Ina,
tetapi mereka sangat protektif terhadapnya. Mereka mungkin masih menganggap Ina anak
kecil yg tdk dapat mengambil keputusan sendiri, tdk peduli bahwa dia sudah berusia
32tahun. Dia harus menghentikan pendapat tentang Ina ini. Ina adalah wanita dewasa yg
mampu mengambil keputusannya sendiri dan tahu apa yg baik dan tdk untuknya.
"Sebagai wanita dewasa saya yakin Ina mampu memilih laki2 yg paling cocok untuknya
sendiri tanpa dorongan atau paksaan dari siapa pun. Itu sebabnya dia mengatakan 'iya'
waktu saya minta dia untuk menikahi saya beberapa hari yg lalu, bahkan sebelum saya
dikenalkan ke keluarganya." Revel tdk sempat memikirkan kata2 itu sbelum kalimat itu
meloncat keluar dari mulutnya.
Dia mendengar Ina mendengus sperti sedang menahan tawa. Mereka seharusnya tdk
menyebut2 soal itu hingga mereka berbicara dgn papa Ina terlebih dahulu, tp semuanya
worth it ketika Revel melihat wajah kak Mabel dgn mulutnya yg menganga. Untuk lebih
meyakinkan kak Mabel, Revel mengangkat tangan Ina yg jarinya dilingkari oleh cincin
darinya. Dengan bantuan sinar matahari siang yg masuk dari jendela, gemerlap berlian
Kalimantan itu betul2 bisa membutakan mata klo dilihat terlalu lama. Dan Revel bertanya2
bagaimana wanita itu masih tetap bisa berdiri padahal wajahnya sudah memucat dan
matanya terbelalak shock.
Revel memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yg paling tepat untuk mengumumkan
pertunangan mereka. Dia meraih gelas kosong dan mendentingkan dgn sendok the.
Dentingan nyaring itu menghentikan semua percakapan pada ruangan itu.
"Revel, what are u doing?" Desis Ina.
"Wait and see," balasnya sambil tersenyum ketika melihat orangtua Ina memasuki ruangan.
Setelah yakin bahwa dia mendapatkan perhatian semua orang, Revel meraih tngan Ina dan
memulai pidatonya.
"Selamat siang semuanya. Saya tahu bahwa ini baru pertama kali keluarga besar Ina ketemu
saya sebagai pacarnya Ina. Pakde, Bude, om, dan tante mungkin mikir klo saya sedikit
kurang ajar karena sdah jadi tamu nggak diundang dan sekarang pakai ngasih pidato tanpa
seizin yg punya rumah segala."
Revel mendengar gelak tawa dari beberapa tamu dan dia melajutkan, "Saya belum lama
kenal dgn Ina, tp semenjak pertama kali saya ketemu dia, saya tahu klo dia adalah wanita yg
tepat untuk saya. Saya coba beberapa kali mengajaknya keluar dan slalu menerima
penolakan dari Ina, tp saya pantang menyerah sampai akhirnya dia mau makan malam dgn
saya."
Ina berusaha tdk terbatuk2 mendengar kebohongan dari mulut Revel ini. Dia melihat
kesekelilingnya, khawatir seseorang akan mengenali kebohongan ini, tetapi dia melihat
bahwa semua orang sedang menatap Revel ingin tahu.
"Setelah kami mengahbiskan lebih banyak waktu bersama2, saya semakin sadar bahwa Ina
adalah wanita yg saya mau sebagai pendamping hidup saya. 2hari yg lalu saya melamar Ina
dan dia setuju menjadi istri saya."
Keheningan menyelimuti ruangan itu. Tdk ada yg bisa berkata2. Revel memberikan
senyuman kepada Ina yg sedang menatap wajahnya tdk percaya, tp dia bertekad melakukan
ini. Dia kemudian menggiring Ina menuju orangtuanya. Ketika mereka sudah cukup dekat,
Revel menatap orangtua Ina dan dgn setulus mungkin dia berkata, "Om, tante, saya minta
izin diperbolehkan menikahi Ina"
Orangtua Ina terdiam selama beberapa detik sbelum kemudian mama Ina berkata,
"Akhirnyaaaa..." sambil memeluk Ina dan Revel
Dalam perjalanan pulang Ina bersyukur bahwa tdk ada satu orang pun pada pesta ulang
tahun itu yg menyinggung nama Luna di hadapan Revel. Meskipun Ina yakin bahwa banyak
orang pasti bertanya2 tentang itu. Mereka tdk berani menyuarakannya. Keluarganya
spertinya betul2 menerima Revel dgn tangan terbuka, mereka bahkan tdk kelihatan
khawatir bahwa nama Revel masih belum bersih dari skandalnya dgn Luna dan bayinya.
Meskipun dia sudah menyangka bahwa keluarganya tdk akan keberatan menerima Revel
sebagai menantu atau adik ipar, tetapi dia tetap terkesima keltika melihatnya dgn mata
kepala sendiri. Dia harus berterima kasih kepada Revel yg ternyata memiliki bakat akting
tersembunyi, sehingga bisa meyakinkan semua orang bahwa dia sudah head over heels in
love dengannya. Selain itu, Ina juga merasa berterima kasih kepada Revel tdk kelihatan risih
dikelilingi oleh keluarganya.
Revel hanya mengedipkan matanya padanya ketika Gaby dgn semangatnya menggeretnya
untuk dipamerkan kepada sepupu2nya. Revel menyempatkan diri ngobrol dgn papa dan
kelihatan tertarik ketika papa menggambarkan cara terbaik memelihara ikan arwana. Revel
membantu mama membagikan kue ulang tahun kepada para tamu. Revel bermain Lego dgn
sekumpulan anak2 kecil. Tp satuhal yg membuat Ina merasa harus berterima kasih padanya
adalah karena dia mendukungnya di hadapan keluarganya.
"Gaby katanya dekat sekali sama kmu." Kata2 Revel menembus ruang pemikirannya dan Ina
mengangguk sambil tersenyum.
"Siapa nama kakak kedua kmu?"
"Kak Sofia."
"Apa dia sama tukang ngaturnya sperti kak Mabel?"
Ina terkikik dan berkata, "You caught that huh?"
"Kak Mabel sama mama kmu kayaknya harus bikin klub deh."
"Klub?"
"Iya, Klub 'ayo kita atur hidup Ina karena jelas2 dia nggak bisa bikin keputusan sendiri'."
"Oh, klub itu." Ina tertawa terkekeh2.
"Apa kmu nggak pernah merasa keberatan dgn perlakuan mereka yg menganggap kmu ini
anak kecil?"
Ina mengangkat bahunya sambil masih tertawa, "Keberatan sih keberatan. Cuma saya klo
maksud mereka sebenarnya baik." Ina mencoba memberikan alasan atas perlakuan
keluarganya, tp Revel tahu bahwa kata2nya sudah menembus lapisan hati Ina yg paling
dalam.
"Well, pokoknya menurut saya keluarga kmu seharusnya lebih bisa menghargai keputusan2
kmu."
Ina hanya tersenyum simpul, menghargai dukungan Revel, sbelum berkata, "Sori ya klo kita
jadi kelamaan disana. Saya tahu kmu ada rekaman malam ini dan perlu istirahat," ucap Ina
dgn lebih serius.
"Don't worry about it, I had fun."
"Yeah right."
"Serius!"
"Jadi kmu nggak keberatan klo Ezra memonopoli kmu untuk bantu dia bikin benteng dari
Lego?"
"I'm fine with Lego, tp waktu adiknya Ezra... siapa namanya...?"
"Zara," jawab Ina.
Ezra, 10tahun dan Zara, 6tahun, adalah anak2 kak Kania, yg stelah hari ini menjadi fans
berat "Oom Revel".
"Iya, Zara. Nah waktu dia ngajak saya main boneka Bratz, itu saya nggak bisa. Boneka gives
me the creeps," jelas Revel.
"Karena kmu laki2 macho yg nggak mau main sama boneka?" Canda Ina.
Revel kelihatan tersipu-sipu dgn kata2 Ina yg menyebutnya "macho" dan berusaha
menutupi wajahnya yg memerah dgn berkata, "Bukan itu, tp saya lagi ngebayangin saja klo
tiba2 boneka itu hidup malam2."
"Jangan bilang ke saya kmu takut sama boneka deh."
"Setengah mati. Kmu nggak pernah nonton Chucky, ya?"
Ina menggeleng. Dia pernah mendengar bahwa film yg keluar tahun '80-an itu cukup
menyeramkan, tp karena dia selalu berpendapat bahwa semua film horor itu tolol maka dia
tdk pernah membuang waktunya untuk menonton film genre tersebut.
"Saya nggak bisa tidur dua malam stelah nonton film itu." Ina melihat Revel menggigil dan
itu membuatnya tertawa.
"Wow, siapa yg sangka klo ternyata Revelino Darby is such a wimp," komentar Ina.
Revel kelihatan sangat terhina yg membuat tawa Ina semakin keras.
"Yah, sekarang kmu sudah tahu kelemahan saya. Giliran kmu."
"Giliran saya?"
"Iya. Sebut satu hal yg paling kmu takuti?"
Ina berpikir sejenak. "Ular. Saya takut stengah mati sama ular, nggak peduli bahwa ular itu
masih bayi dan ukurannya cuma sekelingking saya," ucap Ina akhirnya.
Revel terdiam lama sehingga Ina berpikir bahwa dia tdk mendengarnya.
"Apa kmu nggak akan mengejek saya karena saya takut sama ular?" Pancing Ina.
"Nope. Saya tahu banyak orang yg takut sama ular," jawab Revel diplomatis.
Kata2 Revel g tdk disangka2 itu membuat Ina kebingungan mencari balasan, akhirnya dia
berkata, "Oh.. Well that't nice."
Revel hanya tersenyum dan mereka terdiam karena Revel sibuk memanuver mobilnya di
lalu lintas malam minggu yg mulai padat. Ina memuaskan dirinya untuk sembunyi2
memperhatikan tangan Revel yg menggenggam setir. Tangan itu berukuran besar dan
kokoh, kuku2nya dipotong pendek dan bersih
"Ezra nggak memonopoli saya," ucap Revel tiba2.
"Ehm?" Ina menarik matanya dari tangan Revel ke wajahnya.
"Kmu tadi bilang klo Ezra memonopoli saya di rumah orangtua kmu. Dia nggak memonopoli
saa. Kebetulan saya memang fans berat Lego. Saya pernah membangun seluruh kota New
York dgn Lego waktu saya umur sepuluh tahun." Revel terdengar bangga dgn pencapaiannya
ini.
"Reallyy?! That must be really cool," ucap Ina kagum. Dia mencoba membayangkan Revel
sebagai anak kecil yg duduk di lantai dan sibuk dgn Legonya, dan itu membuatnya
tersenyum.
"It was cool." Revel membalas senyum Ina. "Saya simpan model itu di kamar saya sampai
saya pergi ke Amerika, pas saya pulang sudah nggak ada. Mama saya ngasih model itu ke
panti asuhan beberapa hari sbelum saya pulang. Dia pikir karena saya sudah dewasa, saya
nggak akan mau punya model itu di kamar saya."
Revel kelihatan sedih ketika mengatakan ini. Selama beberapa saat Ina tdk bisa berkata2.
Akhirnya dia hanya bisa mengatakan, "I'm sorry," yg dia tahu sama sekali tdk membantu
atau bahkan menggambarkan perasaannya yg sebetulnya ingin memeluk Revel pada saat itu
juga dan menepuk2 punggungnya sambil mengatakan bahwa semuanya akan baik2 saja.
"It's alright. Saya menemukan hobi lain stelah itu untuk membuat kesal mama," balas Revel
jenaka.
"Apa tuh?" Tanya Ina curiga.
"Women. Lots and lots of them."
Dan Ina tertawa terbahak2 bersama2 Revel. Tdk heran karier Revel bisa sesukses sekarang
karena dia ternyata cukup menyenangkan sebagai teman ngobrol. Ina mengakui merasa
nyaman berada bersamanya. Keheningan menyelimuti interior mobil, masing2 tenggelam
dalam pikiran mereka sendiri. Hanya ada musik jazz yg menemani mereka, tp mereka
berdua spertinya menikmati kesunyian itu.
"Omong-omong, how did I do?" Tanya Revel memecahkan kesunyian. Dia sudah ingin
menanyakan pendapat Ina tentang performanya smenjak mereka meninggalkan rumah
orangtua Ina. Entah knapa, tp dia menginginkan semacam persetujuan atau mungkin pujian
dari Ina.
"How did you do what?"
"Apa saya berhasil meyakinkan mereka sebagai tunangan kmu?"
"Definitely," jawab Ina sambil nyengir. "Setelah ini, apa rencana kmu selanjutnya?" Tanya
Ina dgn nada lebih serius.
Revel g mengenali nada serius Ina, menjawab, "Saya akan minta mama supaya ngatur acara
lamaran secepatnya. Gimana klo 2minggu lagi?"
"Saya mesti cek jadwal saya dulu dgn P.A. saya, tp klo nggak salah saya harus pergi ke
Medan. Nanti kmu saya kabari hari Senin."
"Sekalian juga kmu pikirin tanggal pernikahan kita. Kemarin saya cek jadwal saya dan saya
ada waktu kosong selama 2minggu akhir bulan Mei. Cukupkah itu buat kmu untuk
merencanakan pesta pernikahan kita?"
"Mei?" Teriak Ina terkejut. "Itu terlalu cepat, saya nggak akan siap."
Revel yg menyangka bahwa Ina membicarakan tentang jadwalna dan mengira dia tdk akan
sempat merancang pernikahan ini sendiri berkata, "Kmu minta saja bantuan sama wedding
planner yg bejibun jumlahnya di Jakarta. Saya yakin mereka semua nggak akan menolak
kesempatan ini. Uang nggak akan jd masalah."
"Rev, saya ini akuntan kmu, saya tahu penghasilan kmu dalam setahun, jd kmu nggak usah
sombong dan mamerin kekeayaan kmu saya saya," balas Ina ketus.
Revel hanya bisa ternganga. Apa ada yg salah dgn omongannya? Dia hanya bermaksud
menolong, bukannya sombong apalagi pamer.
"Yg saya maksud adalah bahwa saya mungkin belum siap, secara mental, untuk menikah
secepat itu. Lagian juga, apa kmu nggak takut orang pada ngegosip klo kita menikah terlalu
cepat?" Sambung Ina.
Revel mengangkat bahunya, "Apa pun yg saya kerjakan orang slalu ngegosipin saya, it
doesn't matter to me."
"But it matters to me. Saya baru ngenalin kmu ke keluarga saya hari ini dan klo kita menikah
terlalu cepat orang akan nyangka klo saya sudah hamil," teriak Ina.
"Oh please, kmu cuma bisa hamil klo kita ini having sex, which we are not karena saya nggak
akan menyentuh kmu sama sekali."
Ina tersentak seakan-akan Revel baru saja menamparnya.
"I'm sorry. Maksud saya bukan begitu..." Revel mencoba meminta maaf ketika melihat
ekspresi pada wajah Ina, tetapi kata2nya sudah dipotong oleh Ina.
"Jadi apa maksud kmu?" Balas Ina.
Revel mencoba mengeluarkan kata2, tetapi dia tdk bisa mendapatkan kata2 yg tepat.
Akhirnya dia hanya terdiam. Dan untuk pertama kali semenjak mereka meninggalkan
Grogol, keheningan yg ada terasa tdk mengenakkan. Revel merasa ingin memandang dirinya
sendiri karena sudah menyinggung hati Ina.
"Juni," ucap Ina tiba2 memecahkan keheningan.
"Hah?" Tanya Revel bingung.
"Saya akan nikah sama kmu bulan Juni. Kosongkan jadwal kmu awal bulan. Dan karena kmu
bilang uang nggak akan jd masalah, saya akan minta bantuan wedding planner paling mahal
di Jakarta untuk melakukan ini supaya bisa siapin buku cek kmu klo saya minta."
Revel terlalu bahagia karena mendengar suara Ina sehingga dia merelakan ejekan Ina
terlepas begitu saja. "Oke," ucapnya, padahal dia sendiri tdk tahu jadwalnya untuk bulan
Juni. Klo tdk salah dia harus manggung pada acara ulangtahun salah satu TV swasta. Dia
akan pastikan bahwa jadwalnya kosong pada saat itu.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di apartemen Ina dan dia tdk mengundang
Revel untuk naik bersamanya


Celebrity Wedding - Bab 11

No comments:

Post a Comment