Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 27

The Three Magic Words

2minggu berlalu smenjak kepindahan Ina dari rumahnya dan Revel berharap bahwa Ina tdk
akan betul2 menggugat cerai dirinya, tp kemudian dia menerima surat dari pengadilan
agama yg mengonfirmasi gugatan tersebut, dan dia tdk pernah merasakan patah hati
sedalam ketika dia membaca surat itu. Ina tdk mau mengangkat telpon darinya dan semua
komunikasi yg dilakukan oleh Ina kepadanya adalah melalui pengacaranya. Bahkan cek
500juta yg dikeluarkannya beberapa hari yg lalu itu masih juga belum dicairkan oleh Ina,
seakan2 Ina mau menghapus semua koneksi yg pernah ada diantara dirinya dan Revel. Dia
tahu kini bagaimana kesalahpahaman mengenai pembatan kontrak dgn Ina bisa terjadi.
Semua itu karena Yudi, pengacaya yg menerima telponnya, ternyata adalah seorang
pegawai yg sudah dipecat secara tdk terhormat pada hari yg sama stelah menerima telpon
itu. Karena kelalaiannya, Yudi sudah menyebabkan kerugian besar2an kepada salah satu
klien dan klien itu kemudian menuntut ganti rugi. Kasus tersebut memang tdk ada
sangkutpautnya dgn Revel, tp Yudi yg merasa tersinggung atas pemecatan ini langsung
angkat kaki dari kantor itu tanpa susah2 melaporkan pembicaraannya dgn Revel. Dan
karena Revel juga tdk mengonfirmasi ulang permintaannya, maka tdk ada orang yg tahu
mengenainya sampai kontrak itu habis masanya. Ingin rasanya Revel menyalahkan orang
lain atas keadaan ini, tp dia tahu bahwa satu2nya orang yg sepatutnya disalahkan adalah
dirinya sendiri.
Sebulan kemudian Revel mendapati dirinya berada di dalam salah satu ruang pertemuan
dipengadilan agama Jakarta Pusat, menunggu hingga Ina muncul. Inilah pertama kalinya dia
akan bertemu lagi dgn Ina stelah perpisahan mereka dan dia merasa gugup. Semalam dia
pergi tidur dgn memeluk foto perkawinan mereka yg Ina tinggalkan diatas night stand
dikamarnya ketika dia pindah. Dia tdk pernah menyadari betapa sakralnya upacara ijab. Itu
bukan hanya sebuag upacara yg menyatakan bahwa mereka sudah menjadi sepasang suami
istri yg sah, tp juga menyatakan bahwa mereka terikat dgn satu sama lain untuk
selama2nya.
Revel harus mengangkat pandangannya dari lantai ketika melihat Ina yg tampak superseksi
dgn set atasan dan celana panjang berwarna putih gading dgn selendang coklat tua yg
menyelubungi bahunya, tp lebih dari itu, dia kelihatan glowing dgn kepercayaan diri dan
suatu hal lain yg dia tdk bisa pastikan datang darimana. Oh my God, how is this possible?!
Bahkan stelah perempuan ini menginjak2 hatinya yg dia sudah persembahkan padanya
diatas nampan emas, Ina masih bisa mengundang reaksi yg sangat mendalam dari dirinya.
Revel melirikkan matanya kepada Sugiono, panitera muda yg seharusnya menjadi mediator
sesi konseling mereka, dan dia harus menahan diri agar tdk memukulnya karena dia dgn
blak2an sedang menelanjangi istrinya, koreksi calon mantan istrinya, dgn matanya.
"Selamat pagi, ibu Ina," ucap Sugiono.
Panggil saya Ina saja," jawab Ina sembari mengulurkan tangannya, menyalami Sugiono dan
menganggukkan kepalanya kepada Revel sbelum dia duduk.
Revel mencengkram lengan kursinya ketika mendengar Ina mengucapkan itu. Bagaimana
mungkin dia memperbolehkan laki2 tdk dikenal memanggilnya dgn namanya saja? Di dalam
kepalanya Revel memaki2 panitera yg skrg sedang memberikan senyum sumringah kepada
Ina. Seakan2 penyiksaannya belum cukup, Revel mencium aroma stroberi yg dikenalnya itu
dan dia mencoba mengatur pernapasannya agar tdk mendengus. Ini akan jd 1jam
terpanjang dalam hidupnya.
Ina duduk dgn tenang, mendengarkan kata2 Sugiono, yg menjelaskan tujuan sesi konseling
ini. Dia memastikan bahwa tatapan matanya tertuju kepada Sugiono, tdk kepada Revel. Dia
tdk berani menatap Revel, takut bahwa suaminya bisa membaca apa g ada di dalam hatinya
pada saat itu. Ina betul2 merindukannya, dan ketika dia berhadapan dgn Revel hari ini, yg
ingin dia lakukan adalah melemparkan dirinya ke dalam pelukan Revel, mengatakan dia
mencintainya, dan bahwa dia tdk peduli apakah Revel mencintainya atau tdk. Tp dia tahu
bahwa adalah kesalahan besar klo dia melakukannya, terutama klo melihat dari cara Revel
menatapnya beberapa menit yg lalu ketika dia menganggukkan kepala padanya. Revel
kelihatan sperti seseorang yg siap membunuhnya dgn hanya menggunakan kedua
tangannya. Tentu saja Revel marah besar padanya karena dia sudah menolak berbicara
dgnnya selama 6minggu ini.
2minggu pertama stelah kepindahannya kembali ke apartemen, perhatian media masih
terlalu terfokus kepada berita tentang seorang selebriti dgn video panas mereka yg tersebar
dipasaran hingga status pisah rumahnya dgn Revel tdk tercium sampai seminggu stelah itu
ketika seorang wartawan tabloid mengikutinya pulang ke apartemen bukannya ke rumah
Revel stelah jogging di Senayan dgn Tita hari minggu pagi. Stelah itu media mendapat kabar
bahwa dia sudah mengajukan gugatan cerai kepada Revel, alhasil stelah itu fokus berita
kembali kepada dirinya dgn Revel. Sekarang dia tdk bisa pergi kemana2 tanpa diikuti oleh
wartawan yg menanyakan alasan knapa dia menggugat cerai Revel.
Ingin rasanya dia memberitahu kepada mereka semua bahwa alasan knapa dia menceraikan
Revel adalah karena pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, agar mereka semua puas
dan meninggalkannya sendiri, tp Ina tahu bahwa klo dia menyuarakan hal tersebut maka
media akan semakin gila. Dia tdk tahu bagaimana dia akan berhadapan dgn keluarganya lagi
stelah ini. Selama 6minggu dia sudah berhasil menghindari mereka semua, tp dia tdk bisa
bersembunyi selamanya. "Apa ada hal2 yg ingin Ina kemukakan kepada pak Revel? Mungkin
hal2 yg mengganjal didalam pernikahan yg tdk pernah dibicarakan sbelumnya?" tanya
Sugiono.
"Nama saya Revel, bukan pak Revel. Bapak bisa manggil istri saya dgn namanya saja, saya
yakin bapak juga bisa melakukan yg sama terhadap saya," geram Revel sambil menatap
Sugiono.
"Revel," ucap Ina dgn nada penuh peringatan.
"Oh, jadi sekarang kmu mau bicara dgn saya? Stelah 6minggu kmu menolak mengangkat
semua telpon dari saya dan selama 20menit ini bahkan menolak menatap saya?" Revel
menatap Ina tajam ketika mengatakannya. Dan dia menyumpah dalam hati ketika melihat
rasa sakit yg tercurah dari mata Ina.
"Mohon maaf, pak Sugiono, saya perlu ke kamar kecil. Letaknya dimana ya?" tanya Ina dan
stelah mendapatkan instruksi yg jelas dari Sugiono, langsung berdiri dan menghilang dari
pandangan secepat mungkin.
Kedua laki2 yg ditinggalkan di dalam ruangan saling tatap. Revel kelihatan sudah siap
membakar bangunan pengadilan agama dan Sugiono kelihatan terhibur melihat permainan
emosi pada wajah Revel.
"Mbak Ina masih cinta sama mas Revel, in case you are wondering," ucap Sugiono tiba2.
"Hah?"
"Mbak Ina... dia masih cinta sama mas Revel."
Revel menyerah untuk memperbaiki Sugiono yg tetap memanggilnya mas Revel dan
berkata, "Oh ya? How do you know that? Are you psychic?" Revel tahu bahwa dia terdengar
sperti orang yg sedang ngambek, tp dia terlalu kesal untuk peduli. Klo dia bisa memilih, dia
tdk akan menghadiri sesi konseling ini, karena ada banyak hal yg dia tdk sukai, salah satunya
adalah klo orang asing turut campur dalam urusan pribadinya.
Sugiono hanya tersenyum simpul. "Saya sudah lama bekerja jd mediator sesi konseling
orang2 yg akan bercerai, mungkin itu sebabnya saya bisa membaca gelagat mereka. Dari
pengalaman saya, biasanya sesi konseling akan lebih efektif klo kedua belah pihak bisa lebih
tenang ketika berhadapan satu sama lain."
"Bagaimana saya bisa tenang? Satu2nya perempuan yg pernah saya cintai mau menceraikan
saya dan tdk ada satu hal pun yg saya bisa lakukan untuk mencegahnya."
"Ah... dugaan istri saya ternyata benar." Revel hanya menatap Sugiono dgn bingung.
"Waktu mas Revel menikah dgn mbak Ina, istri saya akan klo kalian berdua menikah karena
cinta, bukan karena untuk menutupi skandal mas Revel dgn mbak Luna. Istri saya ngefans
berat dgn mas Revel dan dia agak2 kecewa waktu tahu bahwa mas Revel dan mbak Ina akan
bercerai," jelas Sugiono dgn tenang.
Revel hanya bisa nyureng memandang Sugiono. Melihat reaksi Revel yg kelihatan tdk
percaya dgn kata2nya, Sugiono menambahkan, "Klo mas Revel masih cinta sama mbak Ina,
knapa cerai?"
"Mungkin itu pertanyaan yg sepatutnya ditujukan kepada istri saya. Dia yg menggugat cerai
saya," balas Revel ketus.
"Apa mbak Ina tahu klo mas Revel cinta sama dia?"
"Tentu saja dia tahu, tp dia tetap mau menceraikan saya," teriak Revel.
"Apa mas Revel sudah bilang ke dia?"
"Hah?" Revel betul2 tdk mengerti arah pembicaraan panitera hampir botak satu ini. Dia
jelas2 tdk memerlukan saran untuk menarik hati seorang wanita. Dia bisa bilang punya gelar
doktor di bidang itu.
"Apa mas Revel pernah mengucapkan kata cinta kepada mbak Ina?" Jelas sugiono.
"Dia sudah menceraikan saya sbelum saya bisa mengucapkannya. Stelah itu, kata itu
spertinya nggak penting lagi."
Tanpa revel sangka2, Sugiono mulai tertawa terbahak2 dan Revel betul2 tdk menghargai
ditertawakan sperti itu. Dia sudah siap berdiri dan mulai mencari Ina yg masih belum juga
kembali dari toilet ketika mendengar suara Sugiono yg memintanya untuk duduk kembali.
"Maaf, klo saya lancang, dan saya tdk bermaksud menertawakan mas Revel, tp saya slalu
menyangka bahwa dgn segala gosip menyangkut perempuan yg mengelilingi mas Revel,
maka mas Revel akan lebih tahu tentang seluk beluk hati wanita daripada saya." Sugiono
mencoba membaca reaksi pada wajah Revel, ketika menyadari bahwa artis laki2 paling
populer dan paling playboy se-Indonesia sedang mendengarkannya, dia melanjutkan,
"Mereka berbeda dari kita, kaum laki2. Mereka lebih sensitif dan klo mengambil keputusan
mereka lebih menggunakan hati daripada akal sehat."
"What are you trying to say?"
"Mungkin tdk ada salahnya mas Revel mengungkapkan apa yg mas Revel rasakan terhadap
mbak Ina dgn kata2."
Revel menatap Sugiono sorot tdk percaya, tp kemudian dia sadar bahwa dia tdk pernah
betul2 mengungkapkan apa yg ada di dalam hatinya kepada Ina. Mungkin laki2 ini ada
benarnya. Mungkin inilah yg dimaksud Ina dgn "kepercayaan". Pengertian muncul pada
benak hati Revel ketika Ina melangkah masuk ke dalam ruangan lagi.
"Maaf agak lama, saya nyasar," ucap Ina dan kembali mengambil tempat duduknya. Kali ini
Revel menyadari bahwa Ina menatapnya langsung ketika mengatakan itu, seakan2
menantang Revel untuk menuduhnya sedang menghindarinya sekali lagi.
Sugiono memberikan senyuman penuh pengertian kepada Ina sbelum berkata, "Revel, Ina,
untuk stengah jam kedepan saya akan membiarkan kalian berdua membicarakan tentang
ketidakcocokan kalian. Anggap saja saya tdk ada diruangan ini."
Ina menatap Sugiono seakan2 memiliki tanduk, kemudian tatapannya beralih kepada Revel.
Mereka saling tatap selama beberapa menit, menunggu hingga yg lainnya memulai. Ina baru
saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu ketika dia mendengar Revel
mengatakan, "I love you."
Wajah Ina langsung blank, sbelum dia berkata, "What?"
Tanpa disangka2 Ina, Revel berdiri dari kursinya beberapa detik kemudian dia sudah
mendudukkan dirinya pada kursi disamping Ina. "Klo saja kmu pernah ragu tentang
perasaan saya ke kmu, saya akan mengucapkannya sekali lagi. I love you. Saya tdk
mengatakan ini sebelumnya bukan karena saya nggak cinta sama kmu, tp karena saya
menunggu saat yg tepat," jelas Revel dgn setulus mungkin. "Saya nggak mau bercerai dgn
kmu. Saya mau kmu tetap jadi istri saya, betul2 jadi istri saya, tanpa kontrak. Saya mau kita
sama2 karena kita memang tdk bisa hidup tanpa satu sama lain, bukan karena saya harus
menyelamatkan karier saya ataupun kmu harus membuktikan sesuatu kepada keluarga
kmu."
Revel tdk percaya bahwa dia sedang menuruti saran Sugiono, tp dia tdk bisa mundur
sekarang. Dan dgn penuh keyakinan, dia berkata, "Kmu bilang ke saya bahwa saya nggak
akan bisa percaya sama orang karena saya nggak ngerti arti kata itu. Gimana klo kmu ajari
saya artinya? Tunjukin ke saya apa maksudnya? Saya mau belajar dari kmu." Revel
menunggu dgn penuh antisipasi balasan dari Ina, tp apapun balasan yg dia tunggu2, ia
benar2 tdk siap ketika Ina justru bangun dari kursinya dan tanpa permisi lagi langsung
bergegas keluar dari ruangan. Meninggalkannya sendiri dgn Sugiono yg menatap kepergian
Ina sambil geleng2 kepala.
***
Seminggu berlalu dan Revel masih tdk mendengar kabar apa2 dari Ina. Awalnya dia masih
bisa memaklumi reaksi Ina yg melarikan diri dari hadapannya, toh dia bahkan sudah
mengejutkan dirinya sendiri dgn kata2nya. Tapi stelah beberapa hari Ina masih tdk
menghubunginya, Revel mulai khawatir, dan tepat seminggu kemudian dia sudah putus asa.
Meskipun mama terus meyakinkannya bahwa Ina akan come around dan memaafkannya,
tetapi Revel mulai kehilangan keyakinannya. Dia sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri
sehingga tdk menyadari bahwa ada seseorang yg sedang menunggunya diruang tamu ketika
dia kembali dari makan malam dgn mama, sampai dia melihatnya.
"Ina?!" ucap Revel dgn penuh keterkejutan, yg diikuti oleh kebingungan dan sedikit harapan.
Ina kelihatan nervous selama beberapa detik, seakan2 tdk tahu apakah dia harus
mendekatinya atau tetap berdiri ditempat, akhirnya dia memutuskan berdiri ditempat dan
dgn gugup meremas jari2nya. Melihat tingkah laku Ina, Revel langsung bergegas kearahnya.
"Are you okay? Is something wrong?" tanya Revel waswas. Meskipun dia berdiri cukup
dekat dgn Ina, tetapi dia menghormati Ina dgn tdk menyentuhnya.
"No, everything's fine," jawab Ina. Kemudian, "Well, not exactly. Ada sesuatu yg
mengganggu pikiran saya dan saya harus menanyakannya ke kmu karena kmu adalah
satu2nya orang yg bisa menjawab pertanyaan saya ini."
Revel mengangguk dan menunggu pertanayan tersebut. "Saa minta maaf karena saya sudah
datang tanpa diundang. Saya pikir kmu ada di rumah makanya saya nggak telpon terlebih
dahulu, tp ternyata kmu nggak ada di rumah. Saya tadinya mau langsung pulang, tp mbok
Nami bilang klo kmu akan pulang sbentar lagi, makanya dia mempersilakan saya masuk dan
membiarkan saya menunggu disini."
Ina mengatakan ini semua sambil menatap wajah Revel sehingga Revel bisa melihat dgn
jelas pergolakan emosi dari matanya. Oh yeah, she is nervous as hell, alright. Menyadari
bahwa dia adalah satu2nya orang yg mengeluarkan kata2 selama beberapa menit ini,
membuat Ina ragu akan tujuan utama kedatangannya.
"Kmu kelihatan capek, nggak apa2, saya nggak perlu menanakan hal itu sekarang.. or ever.
It's really not that important. Saya bahkan nggak tahu knapa saya datang kesini. I'm sorry,
I'll... I'll just... I'm gonna go," ucap Ina terbata2.
"Wait.. don't go," teriak Revel ketika melihat Ina meraih tasnya dan siap untuk sekali lagi
menghilang dari hadapannya. "Just tell me, knapa kmu datang kesini?"
Ina kelihatan mempertimbangkan permintaan Revel dan Revel hampir yakin bahwa Ina akan
lari, tp kemudian dia mendengar suaranya berkata, "Mama kmu datang ke apartemen saya
beberapa hari yg lalu untuk menjelaskan tentang Yudi. Is it true that you cancelled the
contract in October?"
Revel mengangguk. Ina kelihatan kebingungan dgn jawaban ini. "Would you sit down jadi
saya bisa jelaskan semuanya?" pinta Revel.
Ina menggeleng sbelum kemudian terdiam. Dari wajahnya Revel tahu bahwa dia sedang
mempertimbangkan sesuatu dan dgn sabar Revel menunggu. "Did you really mean what you
said last week?" tanya Ina stelah beberapa menit.
Revel tdk perlu penjelasan lebih lanjut untuk tahu kata2 yg mana yg dimaksud oleh Ina.
Revel tahu bahwa ini satu2nya kesempatan baginya untuk memperbaiki keadaan dan dia
akan pastikan bahwa dia tidak blow this up. Dan dgn sehati2 mungkin Revel memosisikan
dirinya tepat dihadapan Ina dan stelah betul2 menatap mata Ina dia berkata, "Every word."
Mata Ina terbelalak, tp dia tdk mengatakan apa2 dan sekali lagi Revel berkata, "Saya betul2
cinta sama kmu. Saya nggak tahu apalagi yg saya harus saya katakan atau lakukan agar kmu
percaya pada kata2 saya."
"You were withholding information from me. Information that I deserve to know," ucap Ina
pelan.
"I know," bisik Revel dan mendekatkan kepalanya beberapa sentimeter kepada Ina.
"Kmu sudah mempermalukan saya didepan keluarga saya, orang kantor saya, teman2 saya
dan seluruh masyarakat Indonesia dgn kelakuan kmu."
"I know." Kini bibir Revel sudah menyentuh kening Ina dan Ina membiarkannya
mengecupnya.
"Kmu tdk pernah betul2 memercayai saya dan membicarakan masalah kmu dgn saya."
"I know. Aku memang brengsek..."
Ina memotong kata2 Revel dgn, "Saya nggak pernah tahu knapa kmu tiba2 akan pergi begitu
saja tanpa penjelasan kepada saya stiap kali kmu perlu menjadi seorang superhero."
Tp Revel tak mau menyerah dan maju terus pantang mundur. "But I will stop being an ass if
you give me a chance."
"Can you please stop kissing me and listen to what I'm trying to say," teriak Ina.
Revel menarik Ina kedalam pelukannya dan berkata, "I'm listening."
Meskipun Ina tdk membalas pelukannya, tetapi dia tdk mencoba melepaskan diri, dan Revel
mengambil kesempatan ini untuk menjelaskan. "Saya sadar bahwa saya memang ada isu
kepercayaan. Itu mungkin karena selama ini semua orang nggak pernah menunjukkan asli
mereka kepada saya. Bahkan orangtua saya. Dgn kmu, what I see is what I get, dan saya
nggak biasa dgn itu, tp percaya sama saya waktu saya bilang bahwa saya mau belajar dari
kmu agar bisa percaya sama orang. Saya janji untuk slalu jujur kepada kmu, tdk peduli apa
akibatnya."
"Apa jaminannya bagi saya untuk memercayai omongan kmu?" tanya Ina sambil
menjauhkan tubuhnya dari tubuh Revel sbelum mendongak.
"There isn't any," balas Revel sambil perlahan2 mengangkat tangan kanannya dan
menyentuh pipi Ina dgn ujung jari2nya. Ketika Ina tdk menolak, dia membelai pipi Ina dgn
telapak tangannya. "Ina, saya nggak bisa mengubah apa yg sudah terjadi, tp saya akan
berusaha sebisa mungkin mencegah hal yg sama terjadi lagi di masa yg akan datang. Yg saya
minta dari kmu adalah kepercayaan bahwa saya mampu melakukannya."
Ketika Ina masih kelihatan ragu, Revel menambahkan dgn berat hati, "Kmu akan slalu bisa
menceraikan saya lagi klo saya tdk menepati janji saya."
"I don't think that's a good idea."
"Which part?" tanya Revel dgn waswas.
"Bagian dimana saya slalu punya pilihan untuk menceraikan kmu lagi klo kmu melanggar
janji."
Melihat kebingunan pada wajah Revel, Ina menjelaskan, "Saya nggak mau pernikahan kita
jadi sperti pernikahan selebriti, dimana mereka bisa dgn mudahnya kawin cerai. Klo kmu
benar2 mau menikah dgn saya, kmu harus belajar apa artinya menjadi seorang suami. Kmu
harus mengomunikasikan apa yg ada didalam pikiran kmu kepada saya, karena saya nggak
bisa membaca pikiran kmu. Saya hargai klo semua keputusan yg kmu ambil dibicarakan dulu
dgn saya, karena itu akan memengaruhi kehidupan saya. Dan kmu tdk bisa tiba2 menghilang
tanpa penjelasan apa2 dan mengharapkan saya mengerti semua tindakan kmu. Yg jelas kmu
harus percaya pada saya."
"Klo saya berjanji memenuhi semua permintaan kmu, apa kita akan mencoba untuk rujuk?"
"I will think about it," jawab Ina.
Tanpa meminta izin dari Ina atau memberikannya kesempatan untuk menolak, Revel meraih
kepala Ina dan mencium bibirnya. Sewaktu Ina terpekik karena kaget, Revel meredamnya
dgn mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Ina untuk merasakan kehangatan yg dia
rindukan selama 2bulan ini. Revel hanya bisa menggeram ketika merasakan Ina membalas
ciumannya, awalnya dgn sedikit ragu, tp kemudian Ina mengangkat kedua lengannya dan
melingkarkannya pada leher Revel. Beberapa menit kemudian, dgn susah payah Revel
mencoba melepaskan bibir Ina untuk menarik napas.
"Bisa nggak kmu memikirkan itu sambil memindahkan barang2 kmu kembali ke rumah
kita?" tanya Revel.
"Don't push it," balas Ina, dan meskipun nadanya terdengar tajam, tp dia tersenyum ketika
mengatakannya, memberi harapan pada Revel bahwa Ina akan mengiyakan permintaannya.


Celebrity Wedding - Epilog

No comments:

Post a Comment