Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 16

ThePissed Husband

Revel duduk di dalam kegelapan. Menunggu hingga istrinya yg tadi malam sudah
menciumnya sampai dia sudah mau gila sbelum kemudian meninggalkannya sendiri di
dalam studionya dgn semua bagian dirinya tegang. Dan dia bukan hanya membicarakan
tentang otot bahunya. Istrinya yg pukul sebelas tadi pagi meninggalkan rumah dgn hanya
mengatakan “hai” dan “bye” padanya tanpa kelihatan terpengaruh sama sekali dgn kejadian
semalam. Istrinya yg kini masih juga belum kembali, padahal jam sudah menunjukkan pukul
tujuh malam. Kemana dia pergi, Revel tdk tahu dan dia gengsi menelepon ke HP-nya untuk
menanyakan hal ini. Klo Ina lebih memilih menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpanya, fine!
Dia juga bisa menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpa perempuan itu. Tapi kenyataannya
adalah... dia tdk bisa menghabiskan satu hari penuh tanpa melihat wajah Ina dan itu
membuatnya jengkel pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kejengkelan ini, dia sekarang
duduk di dalam kegelapan di dalam kamar tidur Ina, menunggu hingga dia pulang. Dia
menempati sofa yg terletak di sudut kamar dan sedikit tersembunyi.
Sejam yg lalu ketika dia keluar studio untuk mengistirahatkan kepalanya yg sudah mau
pecah karena terlalu lama berkonsentrasi, dia menemukan rumahnya sepi. Tdk ada jejak Ina
dimana2. Dia kemudian mendapat informasi dari satpam bahwa Ina masih belum pulang
dan dia tdk tahu knapa tp dia merasa bahwa dia perlu memastikan hal ini, jd dia pergi
mengetuk pintu kamar Ina. Lima menit kemudian, pintu itu masih tertutup dan Revel
mencoba membukanya, tp ternyata Ina menguncinya. Dengan hasrat keingintahuan
bercampur dgn keisengan dan sedikit rasa jengkel, Revel mengambil kunci cadangan dari
kamarnya dan membuka pintu kamar Ina, tanpa seizinnya. Revel tahu bahwa dia sudah
melanggar privasi Ina, tp pada saat itu, dia tdk peduli.
Dia memasuki kamar itu ketika cahaya matahari yg masuk melalui jendela masih cukup
terang. Dia merasa sperti penyusup di rumahnya sendiri. Buru2 dia menutup pintu, klo klo
mbok Nami bertanya2 knapa pintu itu terbuka padahal Ina sedang tdk ada di rumah.
Smenjak dia menikahi Ina, mbok Nami seakan2 mendapatkan satu orang lagi yg bisa dia
curahi kasih sayangnya. Terkadang Revel berpikir bahwa akhir2 ini mbok Nami bahkan lebih
menyayangi Ina daripada dirinya. Jelas2 Revel tdk pernah melihat mbok Nami mengomeli
Ina sperti dia mengomeli Revel klo dia menenggak susu segar yg disimpan di dalam lemari es
langsung dari kartonnya atau klo dia lupa menggantung handuknya pada rak handuk stelah
menggunakannya dan meninggalkan handuk itu diatas kasur, menyebabkan seprai jd
lembab. Oke, dia akui bahwa Ina slalu menuangkan susu ke dalam gelas sbelum
meminumnya dan dia tdk pernah tahu kebiasaan mandinya Ina oleh karena itu dia tdk bisa
menuduh mbok Nami seenak jidatnya, tp dia tetap sedikit jealous atas perlakuan ini.
Dia melarikan matanya ke sekeliling kamar itu, yg cukup rapi dan teratur. Dia mengambil
napas dan aroma stoberi menyerang indra penciumannya.
“God, that damn smell is everywhere,” gerutu Revel.
Perlahan2 dia mulai berjalan mengelilingi kamar itu, yg kelihatan sama sperti terakhir kali
dia memasukinya, tp dia merasakan sedikit perbedaan. Mungkin karena sentuhan2 Ina pada
kamar itu. Perhentian pertama adalah meja dandan. Bermacam2 botol produk wanita, mulai
dari pelembab, hingga parfum terdapat di permukaannya. Dia lalu menghampiri kursi sofa
yg menempal pada dinding, di sbelahnya ada sebuah meja meja kecil dgn lampu baca
diatasnya. Diatas meja ada sebuah novel karangan Frank McCourt dgn bookmark diantara
halaman 200 dan 201. Dia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya sbelum
mengalihkan perhatiannyapada benda selanjutnya yg ada di kamar itu.
Lain dgn kamar tidurnya, kamar Ina tdk memiliki TV. Dinding tempat dulu Revel meletakkan
TV plasmanya ditutupi oleh tiga rak tinggi yg penuh dgn buku. Revel memiringkan kepalanya
dan membaca judul buku2 itu. Dia baru menyadari bahwa buku2 itu diatur berdasarkan
ukuran dan alphabet nama pengarang. Great! Dia sudah menikahi seorang neat freak yg
kemungkinan besar juga seorang obsessivecompulsive yg harus memastikan bahwa
semuanya teratur dgn rapi karena klo tdk, dia bisa stres. Perhatiannya kembali pada deretan
buku dan dia sadar bahwa genre buku2 itu cukup bervariasi, mulai dari romance hingga
biografi semuanya ada pada rak itu. Man, this woman must be freakishly smart. Dia tdk
pernah melihat buku sebanyak ini sebagai koleksi pribadi sepanjang hidupnya.
Stelah puas dgn perpustakaan yg dimiliki oleh Ina, sasaran selanjutnya adalah sebuah bureas
dimana orang biasanya menyimpan pakaian dalam atau kaus. Lemari itu setinggi
pinggangnya dan diatasnya dipenuhi oleh berbingkai2 foto. Lain dgn foto2 Revel yg
tergantung di dinding, foto2 ini dicetak berwarna dan kelihatannya diambil belum lama ini.
Semuanya mengikutsertakan anggota keluarga Ina hingga kerabat dekat. Dia bahkan
melihat foto Ina dgn Marko yg spertinya diambil di sebuah restoran. Foto selanjutnya yg dia
lihat membuat matanya terbelalak. Dia mengangkat foto itu hanya untuk memastikan
bahwa matanya tdk picek. Matanya tdk salah, itu memang foto yg diambil saat acara ijab klo
dilihat dari pakaian yg mereka kenakan. Dia sedang mencium kening Ina stelah mereka
resmi disahkan sebagai suami istri oleh penghulu. Pertanyaan pertama adalah, darimana Ina
mendapatkan foto ini? Karena setahunya fotografer yg disewanya tdk mencetak foto
perkawinan mereka dalam ukuran itu. Pertanyaan kedua adalah, knapa Ina menyimpan foto
ini?
Dia akan menanyakan hal ini pada Ina. Pada saat itulah ide untuk menunggunya di dalam
gelap muncul. Tadinya dia mempertimbangkan untuk duduk diatas tempat tidur, tp dia tahu
bahwa tempat tidur adalah trempat pertama yg akan dilihat Ina begitu dia memasuki
kamarnya, maka kurang memiliki efek mengagetkan. Akhirnya stelah beberapa menit
mempertimbangkan lokasi yg tepat untuk mengagetkan Ina, dia memilih sofa yg kini
didudukinya itu. Dia sedang membayangkan reaksi Ina saat melihatnyaa ketika dia
mendengar gema langkah kaki pada lantai marmer. Langkah itu terdengar sangat buru2,
hampir berlari. Kemudian terdengar bunyi kunci diputar dan pintu kamar terbuka dan Revel
melihat bayangan tubuh Ina memasuki kamar tidurnya. Dia tdk menyalakan lampu,
melainkan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu sambil berjalan menuju kamar
mandi. Ina menyumpah ketika kakinya menabrak kaki temoat tidur. Revel menggigit bagian
dalam mulutnya, menahan tawa.
Lampu kamar mandi menyala dan Revel mendengar shower dinyalakan. Dia melihat Ina lagi,
yg kini hanya mengenakan celana dalam dan bra warna hitam renda2. Shit! Dia merasa
sperti sedang berada di sebuah strip club di Las Vegasn, menunggu dgn antisipasi hingga
dancer yg ada dihadapannya akan menjatuhkan branya. Entah knapa, tp semua stripper
slalu menanggalkan bra mereka lebih dahulu sebelum celana dalam. Mungkin itulah yg
diajarkan pada SKS, alias Sekolah Khusus Stripper.
“Remember, ladies, laki2 senang digoda. Jangan berikan mereka segalanya pertama kali
mereka melihat kita, karena tipsnya akan berkurang klo kita melakukan itu. Paskitan kita
menanggalkan bra dulu karena dgn begitu mereka akan lebih tergoda untuk melihat hal
lainnya.”
Revel hampir saja terkekeh dgn imajinasinya sendiri. Kapan trakhir dia ke Vegas? 5tahun yg
lalu. Klo saja visa ke Amerika tdk terlalu susah didapatkan, dia mungkin sudah pergi ke Vegas
lagi smenjak itu. Sekarang, dia harus puas dgn stripper semiprofesional dgn badan kurus,
pendek, dan berdada rata dalam bentuk istrinya.
Revel sedang memakukan tatapannya pada pakaian dalam Ina ketika tiba2 lampu terang
menyerang matanya sbelum dia mendengar seseorang berteriak sekencang2nya.
“kmu ngapain ada dalam kamar saya?” teriak Ina dgn nada menuduh sambil berusaha
menutupi sebanyak2nya bagian tubuhnya dari Revel dgn kedua tangannya stelah dia
berhenti berteriak.
Revel hanya kelihatan terlibur melihat usahanya yg sia2 itu daripada menjawab
pertanyaannya. Damn the man!!! Menyadari bahwa Revel tdk akan mengasihaninya, Ina
kemudian berjalan secepat mungkin sambil membungkuk menuju tempat tidur dan menarik
bedcover untuk menutupi dirinya.
“Apa kmu akan menjawab pertanyaan saya?” Kini suara Ina sudah tdk melengking lagi,
karena dia sudah tdk terlalu naked lagi.
“Kmu kemana saja seharian?” tanya Revel.
Ina berpikir sejenak apakah dia akan menjawab pertanyaan ini. Revel jelas2 menghindar dari
menjawab pertanyaan yg sudag dia ajukan terlebih dahulu, jd knapa dia harus menjawab
pertanyaannya? Tapi akhirnya dia berpikir bahwa mungkin klo Revel mendapatkan
jawabannya, dia akan segera meninggalkan kamarnya.
“Main ke rumah Tita,” ucap Ina akhirnya.
Bukannya pergi, Revel justru memgatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan berkata,
“Gimana kabarnya?”
“baik-baik saja.” Tangan Ina mulai pegal karena mencoba manahan bedcover yg berat itu
agar tdk merosot.
“Apa dia masih nggak suka sama saya?” Pertanyaan Revel ini disambut tatapan bingung dari
Ina dan Revel menambahkan, “Kmu nggak usah kelihatan bingung. Orang buta juga bisa
lihat klo dia nggak terlalu suka sama sya dari cara dia memandang saya. Dia mungkin
berpikir klo saya sudah take advantage dari kmu,” sbelum kemudian tertawa terkekeh2.
“Tita dalah teman baik saya, dan dia hanya mau yg terbaik untuk saya.”
Revel menarik tubuhnya dari sofa dan berdiri. “Oh, saya tahu itu. Saya nggak menyalahkan
dia, karena klo saya jadi dia, saya mungkin akan melakukan hal yg sama. Orang gila mana yg
mau teman baiknya menikahi laki2 sperti saya? Sudah kerjanya nggak teratur dan sering
digosipin yg tidak2 oleh media,” ucapnya sambil mengambil beberapa langkah mendekati
Ina yg berada di seberang ruangan darinya.
“Sekarang mereka bisa menambahkan bahwa kmu suka masuk ke kamar orang tanpa
diundang,” tandas Ina.
Dan komentar ini justru membuat Revel tertawa terkekeh2.
“Kmu juga pernah masuk ke kamar saya tanpa diundang,” lanjutnya santai.
Ina mengerutkan keningnya mendengar komentar itu. “ Jadi kmu kesini Cuma untuk balas
dendam, oke saya terima itu. Sekarang kita impas,” ucapnya.
Klo saja dia tdk sedang berusaha menutupi tubuhnya yg hanya mengenakan pakaian
dalam,Ina mungkin sudah melemparkan lampu meja kepada Revel. Akhirnya dia harus puas
dgn hanya memberikan tatapan yg bisa membolongi kepala Revel.
Revel tersenyum melihat reaksi Ina dan berkata, “ Kmu bururan mandi, makan malam jam
delapan. Saya tunggu kmu di Bawah.”
“Kmu makan saja sendiri. Saya bisa urus makan malam saya sendiri.” Ina tahu bahwa dia
kedengaran ngambek, tp dia terlalu jengkel untuk peduli.
Revel kelihatan tersinggung karena permintaannya tdk dituruti. “Saya tunggu kmu sampai
jam delapan lewat lima belas menit. Klo kmu belum turun juga, saya akan naik kesini dan
narik kmu turun. Nggak peduli kmu sudah pakai pakaian tau belum,” ancamnya.
Kata2 yg penuh dgn perintah itu membuat bulu di tengkuk Ina berdiri, yg brarti bahwa dia
mencoba sebisa mungkin menahan kemarahannya. Bila itu terjadi, dia hanya perlu
mengambil beberapa tarikan napas dalam2 dan dalam beberapa menit dia sudah bisa
mengontrol kemarahannya, tp tdk malam ini. Dia bergegas menuju Revel . ketika sadar
bahwa langkahnya terganggu oleh bedcover yg mengelilingi tubuhnya, dia menyibakkan
bedcover itu dan melupakan sejenak rasa malunya karena hanya mengenakan pakaian
dalam di depan orang tdk dikenal, dan bergerak ke arah suaminya. “Kmu nggak ada hak
mengatur saya. Apa dan kapan saya akan makan itu bukan urusan kmu. Ngerti?” Ina bahkan
menekankan jari telunjuknya pada dada Revel untuk menunjukkan bahwa dia tdk main2.
Revel menatap Ina selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya, dia kelihatan
terkejut oleh reaksi Ina terhadap kata2nya. Kemudian, “Why are you so mad at me?”
tanyanya pelan.
“Karena.. karena..” Terlalu banyak kata2 yg ingin diucapkan Ina sehingga otaknya
mengalami korsleting.
Revel menggenggam lengan Ina bagian atas dan berkata, “Sebelum kmu mulai marah2 lagi,
sebaiknya kmu mandi dulu dgn air hangat supaya emosi kmu bisa lebih tenang. Klo nanti
kmu masih marah sama saya stelah habis mandi, saya ada di ruang makan dan siap
menerima omelan kmu,’ sbelum kemudian melepaskan Ina dgn tiba2 dan keluar dari kamar
itu.
Ina segera berlari menuju pintu dan menguncinya. Ohhh! Aku akan membunuh laki2 satu itu
suatu hari nanti, teriak Ina dlam hati dan bergegas masuk ke dalam shower untuk
menenangkan pikirannya. Dia tdk percaya bahwa dia sudah menghabiskan waktu 20menit
dalam perjalanan pulang dari rumah Tita dan memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki
hubungan Revel dgn mamanya. Dan apa yg dia temui? Revel sudah menunggunya di dalam
kegelapan kamarnya, ruangan pribadinya, sperti seorang predator yg siap menerkam
mangsanya. Dia bahkan tdk kelihatan menyesal karena sudah mengejutkannya samapai
jantungnya seolah meloncat keluar. Sialan! Berani2nya dia masuk kamarnya tanpa izin dan
memberikan perintah padanya seakan2 dia dalah tuan tanah dan Ina adalah budak yg
dimilikinya. Dia tdk menikah untuk menghindari rongrongan keluarganya yg slalu mau
mengatur hidupnya agar bisa diatur oleh orang lain yg bahkan tdk ada hubungan darah
dengannya sama sekali.sial, SIAL, SIAAALLL!
***
Ternyata Revel benar, karena stelah mandi, Ina merasa lebih segar dan pikirannya memang
lebih jernih, dgn begitu dia yg tadinya bertekad mengunci dirinya di dalam kamar dan tdk
turun makan malam hanya untuk menunjukkan kepada Revel bahwa dia tdk akan tunduk di
bawah tekanannya, luntur. Dia merasa silly karena sudah bertengkar dgn Revel untuk hal
remeh sperti ini. Mereka baru resmi menikah selama 6hari, jd pada dasarnya dia masih
harus hidup dgn Revel selama 8bulan lagi sesuai persyaratan kontrak dan berstatus sebagai
pasangan resmi Revel selama setahun. Dengan begitu, dia harus belajar menoleransi Revel
klo mau pernikahan ini tahan hingga waktu yg ditetapkan.
***
Revel tdk menyangka bahwa Ina akan muncul stelah argumentasi mereka tadi, maka dari itu
dia agak terkejut ketika dia melihat Ina turun ke ruang makan pada pukul delapan lewat
empat belas menit. Stelah ada waktu untuk duduk sendiri dan memikirkan tentang
pertengkaran mereka, Revel tahu alasan knapa Ina marah besar padanya. Dia beruntung
bahwa Ina tdk menyinggung2 soal klausa pada kontrak mereka yg jelas2 menyatakan bahwa
dia memang tdk ada hak untuk mengatur kehidupannya. Dia memang suami Ina, tp hanya
diatas kertas, tdk lebih dari itu, maka dia harus belajar berhenti berkelakuan sperti seorang
suami betulan. Selama ini Revel yakin bahwa dia bukanlah tipe laki2 yg bisa jadi seorang
suami, tp lihatlah dia sekarang. Dia khawatir bahwa dia sudah menyakiti perasaan Ina, dia
mau minta maaf, tetapi tdk tahu bagaimana melakukannya. Dia takut Ina akan
memberikannya the silent treatment dan melarangnya masuk ke kamar tidur mereka. Hah!
Mereka bahkan tdk tidur di kamar tidur yg sama, jd knapa dia harus khawatir tentang itu?
Tanpa mengatakan apa2 Ina berjalan menuju meja makan dan mengambil posisi di tempat
yg sama yg dia duduki kemarin malam. Revel mengikuti petunjuknya dan dan melakukan hal
yg sama. Mereka makan di dalam diam. Masing2 memiliki banyak hal yg ingin mereka
kemukakan, tp tdk ada yg berani memulainya.
“Saya minta maaf karena sudah..” ucap Revel, pada saat yg bersamaan Ina berkata, “Sori,
karena sudah marah marah...”
Mereka kemudian saling tatap selama beberapa detik, sebelum tertawa terkekeh2.
“Kmu duluan,” ucap Revel sambil tersenyum.
Ina mengangguk sambil membalas senyuman itu. “Saya minta maaf karena sudah marah2
soal makan malam dgn kmu.”
“Kmu pantas marah2 pada saya, sebab saya sudah masuk ke kamar tidur kmu tanpa izin. By
the way, saya minta maaf soal itu,” balas Revel.
Ina mengangguk, menerima bendera putih yg diajukan oleh Revel. “Gimana kmu bisa masuk
ke kamar saya sih? Kan pintu saya kunci,” lanjutnya.
“Saya punya kunci cadangan.” Melihat mata Ina yg terbelalak, Revel buru2 menambahkan, “
Saya akan kasih kunci ituke kmu klo kmu takut saya akan mengganggu privasi kmu lagi.”
Ina kelihatan berpikir sejenak sebelum menggeleng. “Saya nggak keberatan kmu punya
kunci cadangan asal kmu janji nggak masuk kamar saya lagi tanpa izin.”
Revel mengangguk mengerti. “Lagian juga, mungkin punya kunci cadangan adalah ide yg
baik, just in case saya kehilangan kunci saya atau klo ada emergency lainnya dimana kmu
harus membuka pintun kamar saya. Buka pintu pakai pintu tetunya lebih gampang daripada
harus mendobrak pintu dari kayu jati.”
Revel terkekeh menyadari betapa penuh logikanya pikiran Ina, sesuatu yg bisa diharapkan
dari seorang perempuan sepintardia tentunya.
“Yg saya nggak ngerti adalah knapa kmu harus nunggu saya di dalam kamar tidur saya dalam
kegelapan. Knapa nggak nyalain lampu, atau bahkan lebih baik lagi, nunggu saya di ruang
tamu mungkin,” ucap Ina dgn sedikit bingung.
“Saya bossan dan perlu hiburan. Saya nggak tahu klo kmu bakalan pergi sampai seharian.
Saya nggak ada teman ngobrol,” balas Revel cuek.
Sendok yg sudah stengah jalan menuju mulut Ina terhenti, dia kemudian meletakkan sendok
itu diatas [piring. “oke, sekarang saya ada disini, kmu mau membicarakan tentang apa?”
“Hah?” tanya Revel bingung.
“Apa kmu mau membicarakan kejadian tadi malam dgn saya?”
Revel terdiam. Apa dia mau membicarakannya? Apa mereka harus membicarakannya? Tdk
bisakah mereka melupakan saja ciuman itu dan berkelakuan sperti tdk pernah terjadi?
“Saya minta maaf karena sudah melakukan itu. Saya nggak sengaja,” ucap Ina.
“Nggak sengaja?” Revel menatap Ina tdk percaya. Orang mungkin tdk sengaja menyenggol
gelas dan menumpahkan semua isinya keatas taplak meja, atau mungkin klo mereka secara
tdk sengaja menuangkan sabun cair ke tangan bukannya sampo ketika mandi. Bagaimana
bisa seseorang memasukkan lidah mereka ke mulut orang laindan membiarkan orang lain
itu melakukan hal yg sama, karena dia tdk sengaja?
This is bullshit, omel Revel dalam hati. Dia betul2 tdk bisa menerima alasan Ina. Dia baru
saja akan mengatakan hal ini ketika dia mendengar suara Ina lagi.
“Iya, saya nggak tahu dimana pikiran saya waktu saya melakukan itu. Saya bahkan nggak
tahu knapa sya melakukan itu.”
Suatu rasa yg mendekati kejengkelan muncul di dalam hati Revel. Dia betul2 tdk menyukai
apa yg dikatakan Ina. Perlahan-lahan dia meletakkan sendok dan garpu yg ada di dalam
genggamannya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya tdk
meninggalkan Ina.
“Saya nggak bisa tidur semalaman karena mikirin soal itu. Saya tahu kmu laki2 dewasa yg
tahu apa yg harus kmu lakukan. Kmu nggak perlu dibilangin sama orang lain. Terutamanya
sama saya.”
Revel mencoba mengingat2 kejadian tadi malam dan dari memorinya dia tdk ingat Ina
mengatakan apa2 ketika dia menciumnya. Then again, perhatiannya terfokus pada bagian
tubuh Ina yg lain pada saat tiu.
“Saya minta maaf klo saya sudah kelewatan,” Ina menutup penjelasannyadgn nada penuh
penyesalan.
Ina memang sudah kelewatan, alright. Kelewatan sampai2 dia tdk bisa berkonsentrasi saat
rekaman tadi malam. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bahwa dia ingin memerintahkan
kru band-nya supaya cepat pulang, agar dia bisa menggedor pintu kamar Ina dan memaksa
Ina menyelesaikan apa yg dia sudah mulai. Dan kini, Ina sudah kelewatan karena
membuatnya marah dgn stiap kalimat yg diucapkannya.
“Saya janji nggak akan melakukannya lagi,” lanjut Ina dan melemparkan senyumannya
kepada Revel.
Like hell she won’t. She will do it again and soon. Karena kalo tdk, aku bisa gila, geram Revel
dalam hati. Ina adalah wanita pertama yg dia cium semenjak bulan Desember. Yg brarti
bahwa dia sudah bertingkahlaku sperti seorang pastor Katolik selama 6bulan. Dia tdk pernah
puasa “tdk menyentuh perempuan” sebegini lama smenjak dia berumur 18tahun dan ini
betul2 mengancam kesehatan fisik dan juga mentalnya.
“Kmu seharusnya memikirkan ini semua sebelum kmu menyerang sayasperti saya adalah

hot fudge brwnie,” ucap Revel sinis. Dia betul2 tdk bisa mengontrol kemarahannya.ThePissed Husband
Revel duduk di dalam kegelapan. Menunggu hingga istrinya yg tadi malam sudah
menciumnya sampai dia sudah mau gila sbelum kemudian meninggalkannya sendiri di
dalam studionya dgn semua bagian dirinya tegang. Dan dia bukan hanya membicarakan
tentang otot bahunya. Istrinya yg pukul sebelas tadi pagi meninggalkan rumah dgn hanya
mengatakan “hai” dan “bye” padanya tanpa kelihatan terpengaruh sama sekali dgn kejadian
semalam. Istrinya yg kini masih juga belum kembali, padahal jam sudah menunjukkan pukul
tujuh malam. Kemana dia pergi, Revel tdk tahu dan dia gengsi menelepon ke HP-nya untuk
menanyakan hal ini. Klo Ina lebih memilih menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpanya, fine!
Dia juga bisa menghabiskan seluruh hari Sabtu tanpa perempuan itu. Tapi kenyataannya
adalah... dia tdk bisa menghabiskan satu hari penuh tanpa melihat wajah Ina dan itu
membuatnya jengkel pada dirinya sendiri. Oleh karena itu kejengkelan ini, dia sekarang
duduk di dalam kegelapan di dalam kamar tidur Ina, menunggu hingga dia pulang. Dia
menempati sofa yg terletak di sudut kamar dan sedikit tersembunyi.
Sejam yg lalu ketika dia keluar studio untuk mengistirahatkan kepalanya yg sudah mau
pecah karena terlalu lama berkonsentrasi, dia menemukan rumahnya sepi. Tdk ada jejak Ina
dimana2. Dia kemudian mendapat informasi dari satpam bahwa Ina masih belum pulang
dan dia tdk tahu knapa tp dia merasa bahwa dia perlu memastikan hal ini, jd dia pergi
mengetuk pintu kamar Ina. Lima menit kemudian, pintu itu masih tertutup dan Revel
mencoba membukanya, tp ternyata Ina menguncinya. Dengan hasrat keingintahuan
bercampur dgn keisengan dan sedikit rasa jengkel, Revel mengambil kunci cadangan dari
kamarnya dan membuka pintu kamar Ina, tanpa seizinnya. Revel tahu bahwa dia sudah
melanggar privasi Ina, tp pada saat itu, dia tdk peduli.
Dia memasuki kamar itu ketika cahaya matahari yg masuk melalui jendela masih cukup
terang. Dia merasa sperti penyusup di rumahnya sendiri. Buru2 dia menutup pintu, klo klo
mbok Nami bertanya2 knapa pintu itu terbuka padahal Ina sedang tdk ada di rumah.
Smenjak dia menikahi Ina, mbok Nami seakan2 mendapatkan satu orang lagi yg bisa dia
curahi kasih sayangnya. Terkadang Revel berpikir bahwa akhir2 ini mbok Nami bahkan lebih
menyayangi Ina daripada dirinya. Jelas2 Revel tdk pernah melihat mbok Nami mengomeli
Ina sperti dia mengomeli Revel klo dia menenggak susu segar yg disimpan di dalam lemari es
langsung dari kartonnya atau klo dia lupa menggantung handuknya pada rak handuk stelah
menggunakannya dan meninggalkan handuk itu diatas kasur, menyebabkan seprai jd
lembab. Oke, dia akui bahwa Ina slalu menuangkan susu ke dalam gelas sbelum
meminumnya dan dia tdk pernah tahu kebiasaan mandinya Ina oleh karena itu dia tdk bisa
menuduh mbok Nami seenak jidatnya, tp dia tetap sedikit jealous atas perlakuan ini.
Dia melarikan matanya ke sekeliling kamar itu, yg cukup rapi dan teratur. Dia mengambil
napas dan aroma stoberi menyerang indra penciumannya.
“God, that damn smell is everywhere,” gerutu Revel.
Perlahan2 dia mulai berjalan mengelilingi kamar itu, yg kelihatan sama sperti terakhir kali
dia memasukinya, tp dia merasakan sedikit perbedaan. Mungkin karena sentuhan2 Ina pada
kamar itu. Perhentian pertama adalah meja dandan. Bermacam2 botol produk wanita, mulai
dari pelembab, hingga parfum terdapat di permukaannya. Dia lalu menghampiri kursi sofa
yg menempal pada dinding, di sbelahnya ada sebuah meja meja kecil dgn lampu baca
diatasnya. Diatas meja ada sebuah novel karangan Frank McCourt dgn bookmark diantara
halaman 200 dan 201. Dia meletakkan buku itu kembali pada tempatnya sbelum
mengalihkan perhatiannyapada benda selanjutnya yg ada di kamar itu.
Lain dgn kamar tidurnya, kamar Ina tdk memiliki TV. Dinding tempat dulu Revel meletakkan
TV plasmanya ditutupi oleh tiga rak tinggi yg penuh dgn buku. Revel memiringkan kepalanya
dan membaca judul buku2 itu. Dia baru menyadari bahwa buku2 itu diatur berdasarkan
ukuran dan alphabet nama pengarang. Great! Dia sudah menikahi seorang neat freak yg
kemungkinan besar juga seorang obsessivecompulsive yg harus memastikan bahwa
semuanya teratur dgn rapi karena klo tdk, dia bisa stres. Perhatiannya kembali pada deretan
buku dan dia sadar bahwa genre buku2 itu cukup bervariasi, mulai dari romance hingga
biografi semuanya ada pada rak itu. Man, this woman must be freakishly smart. Dia tdk
pernah melihat buku sebanyak ini sebagai koleksi pribadi sepanjang hidupnya.
Stelah puas dgn perpustakaan yg dimiliki oleh Ina, sasaran selanjutnya adalah sebuah bureas
dimana orang biasanya menyimpan pakaian dalam atau kaus. Lemari itu setinggi
pinggangnya dan diatasnya dipenuhi oleh berbingkai2 foto. Lain dgn foto2 Revel yg
tergantung di dinding, foto2 ini dicetak berwarna dan kelihatannya diambil belum lama ini.
Semuanya mengikutsertakan anggota keluarga Ina hingga kerabat dekat. Dia bahkan
melihat foto Ina dgn Marko yg spertinya diambil di sebuah restoran. Foto selanjutnya yg dia
lihat membuat matanya terbelalak. Dia mengangkat foto itu hanya untuk memastikan
bahwa matanya tdk picek. Matanya tdk salah, itu memang foto yg diambil saat acara ijab klo
dilihat dari pakaian yg mereka kenakan. Dia sedang mencium kening Ina stelah mereka
resmi disahkan sebagai suami istri oleh penghulu. Pertanyaan pertama adalah, darimana Ina
mendapatkan foto ini? Karena setahunya fotografer yg disewanya tdk mencetak foto
perkawinan mereka dalam ukuran itu. Pertanyaan kedua adalah, knapa Ina menyimpan foto
ini?
Dia akan menanyakan hal ini pada Ina. Pada saat itulah ide untuk menunggunya di dalam
gelap muncul. Tadinya dia mempertimbangkan untuk duduk diatas tempat tidur, tp dia tahu
bahwa tempat tidur adalah trempat pertama yg akan dilihat Ina begitu dia memasuki
kamarnya, maka kurang memiliki efek mengagetkan. Akhirnya stelah beberapa menit
mempertimbangkan lokasi yg tepat untuk mengagetkan Ina, dia memilih sofa yg kini
didudukinya itu. Dia sedang membayangkan reaksi Ina saat melihatnyaa ketika dia
mendengar gema langkah kaki pada lantai marmer. Langkah itu terdengar sangat buru2,
hampir berlari. Kemudian terdengar bunyi kunci diputar dan pintu kamar terbuka dan Revel
melihat bayangan tubuh Ina memasuki kamar tidurnya. Dia tdk menyalakan lampu,
melainkan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu sambil berjalan menuju kamar
mandi. Ina menyumpah ketika kakinya menabrak kaki temoat tidur. Revel menggigit bagian
dalam mulutnya, menahan tawa.
Lampu kamar mandi menyala dan Revel mendengar shower dinyalakan. Dia melihat Ina lagi,
yg kini hanya mengenakan celana dalam dan bra warna hitam renda2. Shit! Dia merasa
sperti sedang berada di sebuah strip club di Las Vegasn, menunggu dgn antisipasi hingga
dancer yg ada dihadapannya akan menjatuhkan branya. Entah knapa, tp semua stripper
slalu menanggalkan bra mereka lebih dahulu sebelum celana dalam. Mungkin itulah yg
diajarkan pada SKS, alias Sekolah Khusus Stripper.
“Remember, ladies, laki2 senang digoda. Jangan berikan mereka segalanya pertama kali
mereka melihat kita, karena tipsnya akan berkurang klo kita melakukan itu. Paskitan kita
menanggalkan bra dulu karena dgn begitu mereka akan lebih tergoda untuk melihat hal
lainnya.”
Revel hampir saja terkekeh dgn imajinasinya sendiri. Kapan trakhir dia ke Vegas? 5tahun yg
lalu. Klo saja visa ke Amerika tdk terlalu susah didapatkan, dia mungkin sudah pergi ke Vegas
lagi smenjak itu. Sekarang, dia harus puas dgn stripper semiprofesional dgn badan kurus,
pendek, dan berdada rata dalam bentuk istrinya.
Revel sedang memakukan tatapannya pada pakaian dalam Ina ketika tiba2 lampu terang
menyerang matanya sbelum dia mendengar seseorang berteriak sekencang2nya.
“kmu ngapain ada dalam kamar saya?” teriak Ina dgn nada menuduh sambil berusaha
menutupi sebanyak2nya bagian tubuhnya dari Revel dgn kedua tangannya stelah dia
berhenti berteriak.
Revel hanya kelihatan terlibur melihat usahanya yg sia2 itu daripada menjawab
pertanyaannya. Damn the man!!! Menyadari bahwa Revel tdk akan mengasihaninya, Ina
kemudian berjalan secepat mungkin sambil membungkuk menuju tempat tidur dan menarik
bedcover untuk menutupi dirinya.
“Apa kmu akan menjawab pertanyaan saya?” Kini suara Ina sudah tdk melengking lagi,
karena dia sudah tdk terlalu naked lagi.
“Kmu kemana saja seharian?” tanya Revel.
Ina berpikir sejenak apakah dia akan menjawab pertanyaan ini. Revel jelas2 menghindar dari
menjawab pertanyaan yg sudag dia ajukan terlebih dahulu, jd knapa dia harus menjawab
pertanyaannya? Tapi akhirnya dia berpikir bahwa mungkin klo Revel mendapatkan
jawabannya, dia akan segera meninggalkan kamarnya.
“Main ke rumah Tita,” ucap Ina akhirnya.
Bukannya pergi, Revel justru memgatur posisi tubuhnya agar lebih nyaman dan berkata,
“Gimana kabarnya?”
“baik-baik saja.” Tangan Ina mulai pegal karena mencoba manahan bedcover yg berat itu
agar tdk merosot.
“Apa dia masih nggak suka sama saya?” Pertanyaan Revel ini disambut tatapan bingung dari
Ina dan Revel menambahkan, “Kmu nggak usah kelihatan bingung. Orang buta juga bisa
lihat klo dia nggak terlalu suka sama sya dari cara dia memandang saya. Dia mungkin
berpikir klo saya sudah take advantage dari kmu,” sbelum kemudian tertawa terkekeh2.
“Tita dalah teman baik saya, dan dia hanya mau yg terbaik untuk saya.”
Revel menarik tubuhnya dari sofa dan berdiri. “Oh, saya tahu itu. Saya nggak menyalahkan
dia, karena klo saya jadi dia, saya mungkin akan melakukan hal yg sama. Orang gila mana yg
mau teman baiknya menikahi laki2 sperti saya? Sudah kerjanya nggak teratur dan sering
digosipin yg tidak2 oleh media,” ucapnya sambil mengambil beberapa langkah mendekati
Ina yg berada di seberang ruangan darinya.
“Sekarang mereka bisa menambahkan bahwa kmu suka masuk ke kamar orang tanpa
diundang,” tandas Ina.
Dan komentar ini justru membuat Revel tertawa terkekeh2.
“Kmu juga pernah masuk ke kamar saya tanpa diundang,” lanjutnya santai.
Ina mengerutkan keningnya mendengar komentar itu. “ Jadi kmu kesini Cuma untuk balas
dendam, oke saya terima itu. Sekarang kita impas,” ucapnya.
Klo saja dia tdk sedang berusaha menutupi tubuhnya yg hanya mengenakan pakaian
dalam,Ina mungkin sudah melemparkan lampu meja kepada Revel. Akhirnya dia harus puas
dgn hanya memberikan tatapan yg bisa membolongi kepala Revel.
Revel tersenyum melihat reaksi Ina dan berkata, “ Kmu bururan mandi, makan malam jam
delapan. Saya tunggu kmu di Bawah.”
“Kmu makan saja sendiri. Saya bisa urus makan malam saya sendiri.” Ina tahu bahwa dia
kedengaran ngambek, tp dia terlalu jengkel untuk peduli.
Revel kelihatan tersinggung karena permintaannya tdk dituruti. “Saya tunggu kmu sampai
jam delapan lewat lima belas menit. Klo kmu belum turun juga, saya akan naik kesini dan
narik kmu turun. Nggak peduli kmu sudah pakai pakaian tau belum,” ancamnya.
Kata2 yg penuh dgn perintah itu membuat bulu di tengkuk Ina berdiri, yg brarti bahwa dia
mencoba sebisa mungkin menahan kemarahannya. Bila itu terjadi, dia hanya perlu
mengambil beberapa tarikan napas dalam2 dan dalam beberapa menit dia sudah bisa
mengontrol kemarahannya, tp tdk malam ini. Dia bergegas menuju Revel . ketika sadar
bahwa langkahnya terganggu oleh bedcover yg mengelilingi tubuhnya, dia menyibakkan
bedcover itu dan melupakan sejenak rasa malunya karena hanya mengenakan pakaian
dalam di depan orang tdk dikenal, dan bergerak ke arah suaminya. “Kmu nggak ada hak
mengatur saya. Apa dan kapan saya akan makan itu bukan urusan kmu. Ngerti?” Ina bahkan
menekankan jari telunjuknya pada dada Revel untuk menunjukkan bahwa dia tdk main2.
Revel menatap Ina selama beberapa detik tanpa mengedipkan matanya, dia kelihatan
terkejut oleh reaksi Ina terhadap kata2nya. Kemudian, “Why are you so mad at me?”
tanyanya pelan.
“Karena.. karena..” Terlalu banyak kata2 yg ingin diucapkan Ina sehingga otaknya
mengalami korsleting.
Revel menggenggam lengan Ina bagian atas dan berkata, “Sebelum kmu mulai marah2 lagi,
sebaiknya kmu mandi dulu dgn air hangat supaya emosi kmu bisa lebih tenang. Klo nanti
kmu masih marah sama saya stelah habis mandi, saya ada di ruang makan dan siap
menerima omelan kmu,’ sbelum kemudian melepaskan Ina dgn tiba2 dan keluar dari kamar
itu.
Ina segera berlari menuju pintu dan menguncinya. Ohhh! Aku akan membunuh laki2 satu itu
suatu hari nanti, teriak Ina dlam hati dan bergegas masuk ke dalam shower untuk
menenangkan pikirannya. Dia tdk percaya bahwa dia sudah menghabiskan waktu 20menit
dalam perjalanan pulang dari rumah Tita dan memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki
hubungan Revel dgn mamanya. Dan apa yg dia temui? Revel sudah menunggunya di dalam
kegelapan kamarnya, ruangan pribadinya, sperti seorang predator yg siap menerkam
mangsanya. Dia bahkan tdk kelihatan menyesal karena sudah mengejutkannya samapai
jantungnya seolah meloncat keluar. Sialan! Berani2nya dia masuk kamarnya tanpa izin dan
memberikan perintah padanya seakan2 dia dalah tuan tanah dan Ina adalah budak yg
dimilikinya. Dia tdk menikah untuk menghindari rongrongan keluarganya yg slalu mau
mengatur hidupnya agar bisa diatur oleh orang lain yg bahkan tdk ada hubungan darah
dengannya sama sekali.sial, SIAL, SIAAALLL!
***
Ternyata Revel benar, karena stelah mandi, Ina merasa lebih segar dan pikirannya memang
lebih jernih, dgn begitu dia yg tadinya bertekad mengunci dirinya di dalam kamar dan tdk
turun makan malam hanya untuk menunjukkan kepada Revel bahwa dia tdk akan tunduk di
bawah tekanannya, luntur. Dia merasa silly karena sudah bertengkar dgn Revel untuk hal
remeh sperti ini. Mereka baru resmi menikah selama 6hari, jd pada dasarnya dia masih
harus hidup dgn Revel selama 8bulan lagi sesuai persyaratan kontrak dan berstatus sebagai
pasangan resmi Revel selama setahun. Dengan begitu, dia harus belajar menoleransi Revel
klo mau pernikahan ini tahan hingga waktu yg ditetapkan.
***
Revel tdk menyangka bahwa Ina akan muncul stelah argumentasi mereka tadi, maka dari itu
dia agak terkejut ketika dia melihat Ina turun ke ruang makan pada pukul delapan lewat
empat belas menit. Stelah ada waktu untuk duduk sendiri dan memikirkan tentang
pertengkaran mereka, Revel tahu alasan knapa Ina marah besar padanya. Dia beruntung
bahwa Ina tdk menyinggung2 soal klausa pada kontrak mereka yg jelas2 menyatakan bahwa
dia memang tdk ada hak untuk mengatur kehidupannya. Dia memang suami Ina, tp hanya
diatas kertas, tdk lebih dari itu, maka dia harus belajar berhenti berkelakuan sperti seorang
suami betulan. Selama ini Revel yakin bahwa dia bukanlah tipe laki2 yg bisa jadi seorang
suami, tp lihatlah dia sekarang. Dia khawatir bahwa dia sudah menyakiti perasaan Ina, dia
mau minta maaf, tetapi tdk tahu bagaimana melakukannya. Dia takut Ina akan
memberikannya the silent treatment dan melarangnya masuk ke kamar tidur mereka. Hah!
Mereka bahkan tdk tidur di kamar tidur yg sama, jd knapa dia harus khawatir tentang itu?
Tanpa mengatakan apa2 Ina berjalan menuju meja makan dan mengambil posisi di tempat
yg sama yg dia duduki kemarin malam. Revel mengikuti petunjuknya dan dan melakukan hal
yg sama. Mereka makan di dalam diam. Masing2 memiliki banyak hal yg ingin mereka
kemukakan, tp tdk ada yg berani memulainya.
“Saya minta maaf karena sudah..” ucap Revel, pada saat yg bersamaan Ina berkata, “Sori,
karena sudah marah marah...”
Mereka kemudian saling tatap selama beberapa detik, sebelum tertawa terkekeh2.
“Kmu duluan,” ucap Revel sambil tersenyum.
Ina mengangguk sambil membalas senyuman itu. “Saya minta maaf karena sudah marah2
soal makan malam dgn kmu.”
“Kmu pantas marah2 pada saya, sebab saya sudah masuk ke kamar tidur kmu tanpa izin. By
the way, saya minta maaf soal itu,” balas Revel.
Ina mengangguk, menerima bendera putih yg diajukan oleh Revel. “Gimana kmu bisa masuk
ke kamar saya sih? Kan pintu saya kunci,” lanjutnya.
“Saya punya kunci cadangan.” Melihat mata Ina yg terbelalak, Revel buru2 menambahkan, “
Saya akan kasih kunci ituke kmu klo kmu takut saya akan mengganggu privasi kmu lagi.”
Ina kelihatan berpikir sejenak sebelum menggeleng. “Saya nggak keberatan kmu punya
kunci cadangan asal kmu janji nggak masuk kamar saya lagi tanpa izin.”
Revel mengangguk mengerti. “Lagian juga, mungkin punya kunci cadangan adalah ide yg
baik, just in case saya kehilangan kunci saya atau klo ada emergency lainnya dimana kmu
harus membuka pintun kamar saya. Buka pintu pakai pintu tetunya lebih gampang daripada
harus mendobrak pintu dari kayu jati.”
Revel terkekeh menyadari betapa penuh logikanya pikiran Ina, sesuatu yg bisa diharapkan
dari seorang perempuan sepintardia tentunya.
“Yg saya nggak ngerti adalah knapa kmu harus nunggu saya di dalam kamar tidur saya dalam
kegelapan. Knapa nggak nyalain lampu, atau bahkan lebih baik lagi, nunggu saya di ruang
tamu mungkin,” ucap Ina dgn sedikit bingung.
“Saya bossan dan perlu hiburan. Saya nggak tahu klo kmu bakalan pergi sampai seharian.
Saya nggak ada teman ngobrol,” balas Revel cuek.
Sendok yg sudah stengah jalan menuju mulut Ina terhenti, dia kemudian meletakkan sendok
itu diatas [piring. “oke, sekarang saya ada disini, kmu mau membicarakan tentang apa?”
“Hah?” tanya Revel bingung.
“Apa kmu mau membicarakan kejadian tadi malam dgn saya?”
Revel terdiam. Apa dia mau membicarakannya? Apa mereka harus membicarakannya? Tdk
bisakah mereka melupakan saja ciuman itu dan berkelakuan sperti tdk pernah terjadi?
“Saya minta maaf karena sudah melakukan itu. Saya nggak sengaja,” ucap Ina.
“Nggak sengaja?” Revel menatap Ina tdk percaya. Orang mungkin tdk sengaja menyenggol
gelas dan menumpahkan semua isinya keatas taplak meja, atau mungkin klo mereka secara
tdk sengaja menuangkan sabun cair ke tangan bukannya sampo ketika mandi. Bagaimana
bisa seseorang memasukkan lidah mereka ke mulut orang laindan membiarkan orang lain
itu melakukan hal yg sama, karena dia tdk sengaja?
This is bullshit, omel Revel dalam hati. Dia betul2 tdk bisa menerima alasan Ina. Dia baru
saja akan mengatakan hal ini ketika dia mendengar suara Ina lagi.
“Iya, saya nggak tahu dimana pikiran saya waktu saya melakukan itu. Saya bahkan nggak
tahu knapa sya melakukan itu.”
Suatu rasa yg mendekati kejengkelan muncul di dalam hati Revel. Dia betul2 tdk menyukai
apa yg dikatakan Ina. Perlahan-lahan dia meletakkan sendok dan garpu yg ada di dalam
genggamannya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya tdk
meninggalkan Ina.
“Saya nggak bisa tidur semalaman karena mikirin soal itu. Saya tahu kmu laki2 dewasa yg
tahu apa yg harus kmu lakukan. Kmu nggak perlu dibilangin sama orang lain. Terutamanya
sama saya.”
Revel mencoba mengingat2 kejadian tadi malam dan dari memorinya dia tdk ingat Ina
mengatakan apa2 ketika dia menciumnya. Then again, perhatiannya terfokus pada bagian
tubuh Ina yg lain pada saat tiu.
“Saya minta maaf klo saya sudah kelewatan,” Ina menutup penjelasannyadgn nada penuh
penyesalan.
Ina memang sudah kelewatan, alright. Kelewatan sampai2 dia tdk bisa berkonsentrasi saat
rekaman tadi malam. Tidak bisa memikirkan hal lain selain bahwa dia ingin memerintahkan
kru band-nya supaya cepat pulang, agar dia bisa menggedor pintu kamar Ina dan memaksa
Ina menyelesaikan apa yg dia sudah mulai. Dan kini, Ina sudah kelewatan karena
membuatnya marah dgn stiap kalimat yg diucapkannya.
“Saya janji nggak akan melakukannya lagi,” lanjut Ina dan melemparkan senyumannya
kepada Revel.
Like hell she won’t. She will do it again and soon. Karena kalo tdk, aku bisa gila, geram Revel
dalam hati. Ina adalah wanita pertama yg dia cium semenjak bulan Desember. Yg brarti
bahwa dia sudah bertingkahlaku sperti seorang pastor Katolik selama 6bulan. Dia tdk pernah
puasa “tdk menyentuh perempuan” sebegini lama smenjak dia berumur 18tahun dan ini
betul2 mengancam kesehatan fisik dan juga mentalnya.
“Kmu seharusnya memikirkan ini semua sebelum kmu menyerang sayasperti saya adalah
hot fudge brwnie,” ucap Revel sinis. Dia betul2 tdk bisa mengontrol kemarahannya.


Celebrity Wedding - Bab 17

1 comment: