Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Bab 26

The Goodbye

Revel terbangun dan menemukan dirinya sendirian diatas tempat tidurnya yg besar. Dia
melirik beker yg ada disamping tempat tidur dan melihat bahwa hari masih cukup pagi. Dia
bertanya2 kemanakah Ina pergi pagi2 begini pada hari Sabtu? Perlahan2 dia memaksa
tubuhnya untuk bangun dan harus menggeram karena otot2 tubuhnya yg protes stelah
dipelakukan dgn semena2 tadi malam. Mau tdk mau dia tersenyum mengingat hal2 yg dia
lakukan dgn.. koreksi kepada Ina tadi malam, reaksi Ina dibawah sentuhannya dan segala
permintaan, permohonan, dan pujian yg diucapkannya. Dia duduk diatas tempat tidur
selama beberapa menit untuk melemaskan otot2nya sbelum kemudian berjalan menuju
kamar mandi. Hubungan mereka tadi malam telah mencapai level yg berbeda. Itu mungkin
disebabkan karena dia sudah tdk menyentuh Ina selama lebih dari sebulan, tp dia tdk yakin
bahwa itulah alasan knapa Ina menatapnya seakan2 dia sedang mencoba mengingat stiap
garis yg ada pada wajah Revel, sementara Revel mendominasinya. Revel menggeleng,
berusaha mengosongkan kepalanya sejenak dari bayangan Ina sementara tubuhnya disiram
air hangat.
Stelah keluar dari shower dan baru saja akan mengoleskan pasta gigi pada sikat giginya,
Revel menyadari bahwa ada yg aneh pada meja wastafelnya yg untuk pertama kalinya
kelihatan lebih rapi daripada biasanya. Perlahan2 dia mulai menyikat giginya. Dia baru saja
selesai berkumur ketika dia menyadari bahwa sikat gigi Ina tdk ada pada tempatnya, lotion
dan segala pernak pernik kewanitaannya juga sudah hilang dari dalam kamar mandi. Masih
belum sadar penuh akan keanehan ini, dia berjalan ke dalam kamar tidur dan mulai
mengenakan pakaiannya. Dia sedang berjalan kearah tempat tidur untuk mengambil jam
tangan yg ditinggalkannya diatas night stand tadi malam ketika mendapati bahwa kamar
tidurnyapun kelihatan lebih rapi dari biasanya. Tdk ada satu bukupun yg berserakan diatas
meja maupun sofa. Mulai merasa waswas, dia kemudian berjalan kembali ke lemari
pakaiannya dan menggeser pintu lemari pakaian sebelah kiri yg penuh dgn pakaian...
pakaiannya, bukan pakaian Ina sperti seharusnya. Tdk ada sehelai pakaian Ina yg tersisa.
Jantung Revel langsung menabrak tulang rusuknya.
Tanpa sadar dia sudah berlari keluar dari kamar tidurnya dan tanpa memedulikan
penglihatannya yg agak sedikit kabur tanpa lensa kontak atau kacamata, dia menuruni anak
tangga sekali tiga, menuju lantai bawah. Area kolam renang kosong melompong. Revel
berlari ke lantai dasar. Diruang makan Revel menemukan mbok Nami yg sedang menyiapkan
sarapan, dia kelihatan terkejut ketika melihat Revel berlari melewatinya menuju ruang TV
dan ruang tamu sperti orang kesetanan. Revel tdk menemukan Ina dimana2.
Memperkirakan bahwa Ina mungkin pergi kestudio, dia langsung berlari ke taman belakang,
tp sekali lagi dia kecewa karena Ina tdk ada disana. Dia berlari kembali masuk kedalam
rumah dan langsung mengangkat interkom untuk bertanya kepada satpam klo saja Ina
sudah keluar pagi itu, tp satpam mengatakan bahwa tdk ada orang yg keluar dari tadi
malam. Revel sudah kehabisan ide dan napas ketika menyadari satu tempat lagi dimana Ina
akan berada dan dia segera berlari menaiki tangga lagi.
***
Sekali lagi Ina memutar tubuhnya, mencoba memastikan bahwa dia tdk meninggalkan apa2
di rumah Revel. Semua barangnya sudah tersimpan rapi di dalam beberapa boks besar dgn
label masing2. Dia hanya menunggu kedatangan truk MyRelo yg akan mengangkat semua
barangnya kembali ke apartemennya yg sudah kembali kosong stelah kontrak Ellis brakhir
beberapa hari yg lalu. Dia juga sedang menunggu hingga Revel bangun dari tidurnya agar dia
bisa pamit kepada calon mantan suaminya itu. Tugasnya sudah selesai dan dia seharusnya
lega bahwa sandiwara ini sudah berakhir dan bahwa dia akan kembali lagi ke apartemennya,
rumahnya, dan kehidupannya yg tenang sbelum dia bertemu dgn Revel, tp yg dia rasakan
jauh dari kata lega.
Dia sudah merasakan bagaimana hidup dgn Revel dan dia tdk yakin dia bisa hidup tanpanya
lagi, tp kemudian dia mengingat apa yg Revel telah lakukan padanya dan hal itu
membuatnya yakin bahwa dia telah membuat keputusan yg benar. Revel sudah membuat
perasaannya jungkir balik selama setahun belakangan ini. Dia sudah berusaha memahami
Revel, dan untuk beberapa saat, dia pikir dia sudah bisa mengerti laki2 ini luar dalam, tp
kemudian Revel melakukan hal2lain diluar skema yg dia pahami, yg membuatnya bertanya2
apakah dia pernah atau akan betul2 mengerti Revel. Dia sudah capek hidup tanpa kepastian
sperti ini, sperti perahu rusak yg terombang ambing ditengah lautan, hanya mengikuti
gelombang dan tdk tahu dimana ia akan terdampar. Oh, sakit rasanya mencintai seseorang
yg kita tahu tdk akan pernah bisa membalas rasa itu. Kini dia tahu bahwa Revel tdk akan
pernah mampu mencintai orang lain karena dia tdk memiliki kepercayaan terhadap orang
lain untuk melepaskanhatinya begitu saja.
Braaaaaakkkkk!!!
Ina berteriak terkejut mendengar bantingan pintu itu. Wajah Revel sperti orang yg sudah
kehilangan akal sehatnya dan dia menatap Ina seakan2 dia akan mencekiknya. Itu sebelum
dia melarikan matanya pada sekeliling kamar yg penuh dgn boks dan dari matanya, Ina yakin
bahwa Revel akan membunuhnya saat itu juga.
“What are these?” tanyanya, memasuki kamar sambil menunjuk kepada boks2 yg
bertebaran.
“Ini barang2 saya Rev,” jawab Ina setenang mungkin.
“Knapa ada di boks?”
“Karena sudah siap untuk diangkat kembali ke apartemen saya pagi ini.”
“WHAAATTT?!” teriak Revel.
Dan Ina bersumpah bahwa teriakan itu sudah membuat seluruh rumah bergetar saking
kerasnya, dia harus menelan ludah sbelum berkata, “Saya sedang menunggu truk datang
dan mengambil semua ini. Dan bagusnya kmu sudah bangun, jd saya bisa pamit.”
“Is this a joke?”
“No Rev, it’s not a joke. Saya serius.”
Salah satu pembantu Revel melongokkan kepalanya dan berkata, “Ibu Ina, ada truk di
gerbang, mereka bilang ibu yg pesan truk itu.”
“Oh Ya, tolong bilang ke satpam supaya dikasih masuk. Dan tolong tunjukkin mereka kesini,
supaya mereka bisa mulai ngangkat boks2 ini.”
“Like hell!” bentak Revel. “Bilang ke satpam jgn kasih truk itu masuk,” perintahnya kepada
pembantunya.
“Bisa nggak sih kmu nggak teriak2 begitu pagi2 begini?” desis Ina dan tanpa menghiraukan
tatapan tajam Revel, dia menatap pembantu itu dan berkata, “Kasih mereka masuk dan
bawa mereka kesini secepatnya.”
Pembantu itu kelihatan ketakutan dibawah pelototan Revel, tp dgn satu anggukan dan
senyuman yg meyakinkan, Ina mengirim pembantu itu berlari secepat kilat untuk
melaksanakan tugasnya. Ina mengembuskan napas sebelum menghadap Revel dan berkata,
“Sesuai perjanjian, saya akan mengajukan gugatan cerai saya ke pengadilan agama besok.
Pengadilan tentunya akan minta kita melalui proses konseling selama beberapa bulan, tp
kita berdua akan tetap teguh pada pendirian untuk bercerai. Klo semuanya berjalan lancar,
kita sudah akan resmi cerai tahun depan.”
Revel sedang bertolak pinggang sambil menyipitkan matanya. Stelah beberapa saat dia
berkata, “Oke, saya akan berpura2 bahw apercakapan ini tdk pernah terjadi. Sekarang saya
mau kmu keluarkan semua barang kmu dari boks dan kembalikan semuanya pada
tempatnya di rumah ini.”
Ina mengangkat tasnya yg tergeletak diatas salah satu boks sbelum menatap Revel. “Rev,
kontrak kita resmi habis tepat hari ini. Dan mengikuti kontrak itu kita harus cerai begitu
kontrak habis. Now.. kasih saya waktu 2jam untuk pindah, dan stelah itu saya akan keluar
dari rumah ini dan kehidupan kmu.”
Ina baru akan melangkah menuju pintu ketika lengannya ditarik Revel, “Why are you doing
this to me?”
“Doing what to you?”
“Kmu akan meninggalkan saya begitu saja stelah apa yg kita lalui bersama2? Stelah tadi
malam?”
Pupil mata Ina sedikit melebar mendengar Revel menyebuy2 tadi malam. Sejujurnya, pagi
ini, dgn pikiran yg lebih jernih, dia merasa sedikit malu dgn semua hal yg dia lakukan kepada
Revel dan apa yg dia bolehkan Revel lakukan padanya. Tp dia tdk bisa mengatakan bahwa
dia menyesalinya. Dia memerlukan dosis terakhir intimasi dgn Revel. Dia hanya ingin
mengenang saat2 terakhir itu sebelum menguncinya dgn rapat dibagian otaknya yg bertugas
untuk menyimpan memori yg sepatutnya dilupakan saja.
“Saya yakin kmu akan baik2 saja,” balas Ina datar.
“No I won’t. Goddamn it!”
“Saya hargai klo kmu berhenti menyumpah di depan saya. Bisa tolong lepaskan lengan
saya?” pinta Ina dan dia mendengar Revel menyumpah lagi, tp dgn lebih pelan sbelum
melepaskan lengannya.
“Kmu melakukan ini karena kmu masih marah pada saya soal Luna. Saya sudah jelaskan ke
kmu semuanya. Apalagi yg kmu mau dari saya?”
“Nothing. Saya nggak mau apa2 dari kmu,” balas Ina.
“Jangan bohong. Semua orang slalu mau sesuatu dari saya. Bilang ke saya kmu maunya
apa?”
“Kepercayaan penuh dari kmu. Satu hal yg kmu nggak akan pernah bisa kasih ke saya atau
siapapun,” teriak Ina.
“What are you talking about? Tentu saja saya bisa memberikan kepercayaan saya kepada
kmu...”
Ina mendengus sinis memotong kata2 Revel. “No, you can’t, karena kmu bahkan nggak tahu
arti kata itu. Bagaimana kmu bisa memeberikan sesuatu yg kmu bahkan tdk mengerti
artinya atau mampu menghargainya.”
Dan Revel merasa seakan2 Ina baru saja menamparnya. Apa maksudnya dgn mengatakan
bahwa dia tdk mengerti arti kata “kepercayaan”? Tentu saja dia mengerti.
Tanpa disangka2 Revel, Ina mengulurkan tangannya dan menyalaminya dan Revel merasa
ingin membunuh perempuan satu ini. Sbelum Ina sadar apa yg sedang terjadi, dia sudah
diselubungi oleh tubuh Revel didalam pelukan yg sangat erat sehingga menyumbat
pernapasannya, tp Ina tdk keberatan dgn pelukan itu, yg membuatnya merasa menyatu dgn
Revel. Ya Tuhan, knapa dia masih tetap mencitai laki2 yg sudah menyakitinya sedalam ini?
Dia tdk bisa menolaknya semalam dan dia tdk yakin dia mampu melepaskannya sekarang.
“Don’t do this. Please... I beg you. Please stay with me. I’ll do anything,” bisik Revel dgn
suara serak.
Andai saja suatu pernikahan bisa sukses tanpa cinta dan kepercayaan, tp Ina tahu bahwa itu
bukanlah definisi perkawinan yg sebenarnya. Akhirnya Ina hanya menggelengkan kepalanya.
“Ina, please...” pinta Revel.
Pada detik itu kru MyRelo muncul sehingga Revel harus melepaskan pelukannya pada Ina,
yg langsung mengambil beberapa langkah menjauhinya. Revel ingin menarik Ina keluar dari
kamar itu agar dia bisa berbicara dengannya, tp Ina sengaja tdk menghiraukannya dan mulai
memerintahkan kru MyRelo untuk mengangkat barang2nya. Akhirnya Revel tdk punya
pilihan selain melangkah keluar dari kamar itu.
Ina sadar ketika Revel meninggalkan kamarnya, dan dalam hati dia mengucapkan selamat
tinggal kepada satu2nya laki2 yg bisa membuatnya bahagia dan meremukkan hatinya pada

saat yg bersamaan.



Celebrity Wedding - Bab 27

No comments:

Post a Comment