Monday, September 7, 2015

Endesor - Bab 12

Paranoia

Di gedung itu berseliweran tentara dengan seragam
berupa-rupa, tampak tentara bayaran yang gagah: legiun
asing Prancis. Delegasi berbagai bangsa disambut para interpreter
yang terpelajar. Bahasa-bahasa asing hiruk-pikuk. Delegasi
Afrika hadir dengan atribut-atribut tradisinya: para
wanita mengenakan amuria, amdu, dan bubu berwarna-warni
dengan ikat kepala tinggi-tinggi. Pria-prianya berselempang
panjang, berjubah yoruba, babariga, dan bertopi asa
oke. Mereka sangat bergairah, barangkali ingin membicarakan
program peternakan burung unta dengan para petinggi
Uni Eropa. Setelah itu bergelombang kelompok
orang dengan tanda pengenal Dominican Republic. Mereka
juga gembira, menyapa setiap orang, tentu bersemangat
akan mendiskusikan soal komputerisasi di kawasan
Karibia. Wajah mereka optimis menatap masa depan. Terakhir,
di pintu masuk untuk orang-orang yang kurang penting,
di pojok sana, aku melihat segelintir manusia yang rasanya
kukenal. Aku sering melihat mereka bertengkar soal
minyak tanah di televisi tanah air. Mereka kelihatan semakin
tidak penting dengan sosoknya yang kecil di antara raksasa
hitam dan putih. Agak berbeda dengan delegasi lain,
mereka kurang percaya diri, sedikit malu-malu, tertunduktunduk
memasuki kantor Uni Eropa. Ini pasti soal utang
piutang.
Pengamanan di kantor Uni Eropa amat ketat. Jika tak
menyebut nama Dr. Woodward jangan harap bisa melintasi
sekuriti yang tak terhitung lapisnya. Kamera CCTV ter-
Andrea Hirata 68
pasang di mana-mana. Terakhir, lekuk-lekuk tubuh kami
digeledah, ini untuk ketiga kalinya, oleh seseorang yang telah
lupa bagaimana cara tersenyum. Lalu, seorang perempuan
bertubuh penuh, bukan gendut, cantik dan pirang,
menyambut kami. Ia tak mengucapkan apa pun selain good
morning. Aku menduga ia seorang Skandinavia.
Erika Ingeborg, nama perempuan itu, sekretaris Dr.
Woodward. Benar sangkaku, ia seorang Skandinavia, Finlandia
tepatnya. Ia tak begitu ramah, tapi jelas ia peduli, dan
seperti Skandinavian umumnya: ia tampak cerdas dan efisien.
Erika membawa kami ke kantor Dr. Michaella Woodward,
pengambil keputusan terakhir beasiswa Uni Eropa.
Aku selalu menduga Michaella orang yang temperamental.
Dulu dibantingnya telepon waktu mewawancaraiku
tentang akibat ekonomi penyakit sapi gila. Jawabanku memang
tak keruan. Sekarang, sepintas melihatnya, aku langsung
tahu kalau wanita Irlandia itu lebih keras dari dugaanku.
Umurnya mungkin empat puluh lima tahun. Kerutan
di pangkal hidungnya mengesankan ia sering mengambil keputusan
dilematis yang berakibat pada hajat hidup orang banyak.
Namun secara umum, ia sama sekali tak dapat dikatakan
tidak menarik. Waktu remaja ia pasti seperti Claire Forlani,
lalu dewasa mirip Carrie-Anne Moss, sekarang—setengah
baya—ia tampak tak kurang dari Juliette Binoche, nanti
jika tua ia akan mirip almarhumah Jessica Tandy.
Michaella adalah seorang doktor ekonomi yang sangat
cemerlang, dan seorang keynesian karena ia penganut ajar-
69 EDENSOR
an ekonom kondang John Maynard Keynes. Otomatis, ia
juga seorang monetarist, yakni orang yang percaya bahwa
sektor moneter (keuangan) adalah katalisator pembangunan
ekonomi.
Di sebuah jurnal ternama, Dr. Woodward pernah menulis
artikel berjudul Why Monetary Reform Works? Bagi para
ekonom, judul itu provokatif, karena makna generiknya
adalah mengapa reformasi moneter berhasil membangun ekonomi,
sedangkan reformasi sektor riil tidak? Artinya, Dr. Woodward
terang-terangan mengibarkan bendera perang pada
penganut ajaran klasik ekonom Adam Smith yang justru
percaya bahwa sektor riil sebagai katalisator pembangunan
ekonomi. Dr. Woodward adalah generasi kesekian yang
melestarikan pertikaian kronis mazhab klasik dan mazhab
moneter yang telah berlangsung ratusan tahun. Dalam berbagai
forum, aku telah melihat sepak terjang keynesian.
Kesimpulanku: jika tak siap dengan argumentasi cerdas
dan data yang komplet, jangan berurusan dengan mereka.
Keynesian adalah pendebat yang kompulsif, tak mau kalah.
Aku gugup menemui Dr. Woodward.
Lagi pula, ternyata kami datang pada waktu yang keliru
karena Dr. Woodward sedang diprotes Famke Somers
lewat telepon. Rupanya semalam Famke menelepon Simon
Van Der Wall untuk menanyakan keadaan kami. Mengetahui
perlakuan Simon, Famke menyemprot John
Wayne kodian habis-habisan. Dr. Woodward juga marah
dan celakanya, baru saja ia menutup telepon, masuklah
Andrea Hirata 70
empat orang pria. Tanpa basa-basi, mereka langsung mendebat
Dr. Woodward. Seorang pria selalu melontar kata
bernada tinggi: aberrant! S'effondrer! lnfere! Aku paham katakata
Prancis itu, artinya: tak masuk akall Bangkrut! Implikasi!
Pria kedua membantah dalam bahasa Spanyol: cuanto cuesta?
lmporta, esta incluido!?. Pria ketiga sering menyebut rabota.
Setahuku, itu kata Rusia untuk kerja. Pria keempat berbahasa
Inggris. Mereka beradu pendapat, dan luar biasa,
Dr. Woodward meladeni setiap orang dengan bahasa ibu
mereka. Kurang dari sepuluh menit di ruangan itu aku telah
mendengar Dr. Woodward bicara paling tidak dalam
empat bahasa! Termasuk bahasa Rusia. Wajar saja Irlandia
tak pernah dapat dijajah siapa pun. Si Prancis paling agresif.
Jelas ia juga seorang keynesian. Ia dan si Inggris memihak
Dr. Woodward. Mereka menyerang orang Spanyol dan Rusia
itu—mungkin kedua orang ini penganut paham klasik
Adam Smith. Debat memanas, akhirnya melalui sebuah teriakan
marah, Dr. Woodward menyuruh mereka keluar.
"Nanti kita sambung lagi!" cetusnya tak puas. "Aku
mau mengurusi orang-orang Indonesia ini dulu!"
Tubuh Dr. Woodward tampak kaku. Aku ngeri membayangkan
ia berbalik dan melolong.
"Apakah kalian juga pengikut Pak Tua Adam Smith itu?!
"Kalau iya keluar dari ruangan ini!
"Saya tidak menerima tamu selain monetarist!
"Keluar!"
Tapi itu tak terjadi. Ia berbalik dan mendesah.
71 EDENSOR
"Sungguh keterlaluan Simon Van Der Wall itu. Unbelievable!
Terrible! Horrible!"
Dr. Woodward berusaha ramah. la ingin menetralisir
suasana.
"Ok then, let's start over!!
"Maafkan aku atas kejadian semalam, Anak Muda. Saya
dengar suhu drop sampai minus enam belas, bagaimana
kalian bisa bertahan? Outrageous!! Tapi jangan khawatir,
Erika akan membawa kalian kembali ke Brugge dan membereskan
semua persoalan dengan Simon, ok?"
Erika menanggapi tanpa ekspresi.
"Istirahatlah, besok kembali lagi. Seminggu ini kita
akan membuat term of reference riset kalian. Sabtu depan
kalian bisa ke Sorbonne."
Mendengar kata Sorbonne, kerak-kerak es yang lengket
di dinding hatiku berderak pecah dan meleleh.
Bersama Erika kami kembali ke Brugge. Di jalan, Erika tak
banyak bicara. la konsentrasi menyetir dengan sikap tubuh
penuh tanggung jawab pada keselamatan penumpang. Kami
sampai di apartemen Brugge. Di pintu apartemen, kami
tak perlu memencet-mencet bel konyol itu.
Di kantor Van Der Wall, Erika menolak dipersilakan
duduk. Aku dan Arai berdiri di belakangnya.
"Aku tak punya banyak waktu!" tegas Erika.
"Simon, dengar ini baik-baik. Sediakan akomodasi
lengkap untuk orang-orang ini."
Andrea Hirata 72
Kami bersorak dalam hati.
"Bantu semua keperluan mereka dan registrasikan
mereka segera ke Alien Police!"
Pria Belanda itu mengerut di balik meja. Rasakan olehmu,
John Wayne jadi-jadian!
"Hari ini juga! Dan semua yang kaukerjakan harus
kaulaporkan padaku paling lambat pukul tiga."
Mana lagak tengikmu sekarang? Mana segala teorimu tentang
sistem-sistem?
"Kalau terjadi lagi peristiwa seperti semalam, kau
akan berurusan denganku!"
Van Der Wall beringsut-ingsut di kursinya.
"Paham?!"
Kawan, itulah contoh efisiensi Skandinavia. Tak heran
bangsa Viking berulang kali menindas bangsa-bangsa
lain di Eropa. Sementara kami menciut di belakang Erika.
Tak heran bangsa kita tertindas selama tiga ratus lima puluh
tahun.



KOLEKSI NOVEL KARYA ANDREA HIRATA LAINNYA


No comments:

Post a Comment