Wednesday, September 30, 2015

SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 8


Bukankah menyedihkan? Dia ada dalam jangkauan tanganmu, tetapi kau tidak bisa merengkuhnya?

8

Berjalan bersama tiga lelaki tampan ternyata sedikit mengintimidasi…

Keyna melirik ketiga lelaki yang berjalan beriringan bersamanya, sibuk bercanda. Mereka melewatkan tatapan kagum para perempuan yang berpapasan dengan mereka di taman hiburan itu. Dan beberapa perempuan itu, setelah menatap ketiga laki-laki tampan itu, lalu melemparkan tatapan 'siapa sih perempuan itu?' kepada Keyna. Keyna memutar bola matanya. Hanya dia satu-satunya yang tampak tidak pas di gerombolan ini.

“Aku mau naik itu.” Davin menunjuk ke sebuah wahana permainan yang tampak mengerikan. Sebuah tiang tinggi dengan kursi-kursi di ujung-ujung kicir angin, dimana kursi itu hanya dipakukan di satu titik.

Keyna langsung merinding. Mereka akan diputar ke segala arah kalau naik wahana itu.

“Aku tidak mau.” memikirkannya saja sudah membuat Keyna mual karena takut.

Davin tertawa dan melirik Keyna dengan tatapan mencemooh, “Pengecut.”

“Aku bukan pengecut, aku punya akal sehat.” Keyna membelalakkan mata, “Silahkan naiki wahana itu dan buat dirimu muntah sesudahnya.”

Jason tertawa mendengar jawaban Keyna untuk Davin, membuat Davin langsung memelototinya. Lelaki itu menatap Keyna, seolah akan membantah, tetapi kemudian memutuskan menyerah.

“Oke kalau begitu, kita naik wahana yang membosankan saja. Mungkin kau bisa mencoba komedi putar di sana itu, sepertinya cocok dengan penampilanmu yang seperti anak SD.”

Keyna menatap Davin dengan pandangan mencela, lalu memelengoskan muka dan berjalan menjauhi Davin. Jason buru-buru mengikuti Keyna, mengajaknya bicara tentang sesuatu sementara Davin mengamati mereka, lalu mau tak mau berjalan mengikuti Keyna dan Jason di belakangnya.

Erland mendekat ketika mereka berjalan mengikuti Keyna. “Kenapa denganmu sobat?” Erland setengah berbisik.

Davin mengernyitkan keningnya, “Kenapa apa? Apa maksudmu?”

“Kau. Sikapmu aneh.”

“Aneh? Aku biasa saja.” Davin mengedikkan bahunya bingung.

Erland terkekeh, “Sikapmu kepada Keyna. Aku belum pernah melihatmu bersikap begitu kepada perempuan lain. Seolah-olah kau sedang…kebingungan.”

“Aku? Kebingungan menghadapi Keyna? Itu tidak mungkin Erland. Memangnya apa yang dilakukan Keyna sampai bisa membuatku bingung?”

“Itu yang harus kau tanyakan pada dirimu sendiri. Ayolah Davin, aku temanmu sejak kecil. Kau seperti buku yang terbuka di depanku. Sikapmu itu sangat kontradiktif, kau seolah-olah ingin menarik Keyna mendekat tetapi sekaligus ingin mendorongnya jauh-jauh. Dan hal itu membuatmu tampak defensif di depan Keyna. Mungkin kau harus tentukan, sebenarnya apa yang kau rasakan untuk Keyna?”

Davin membeku. Menatap bagian belakang tubuh Keyna yang sedang berjalan di depannya. Lalu menghela napas. Bahkan dia sendiri bingung dengan perasaannya. Bagaimana mungkin dia bisa menjawab pertanyaan Erland?

♠♠♠




“Sepertinya Davin berperan sebagai kakak yang baik untukmu.” Jason tersenyum lembut ketika mereka duduk di cafe di tengah taman hiburan itu. Mereka sudah naik roller coaster, mencoba wahana kereta gantung, dan juga rumah hantu. Sekarang mereka sedang makan siang. Cafe itu menyediakan makanan-makanan sederhanya untuk pengisi perut.

Keyna melirik Davin yang sedang berada di luar cafe bersama Erland, lelaki itu tadi melihat Keyna memandang terpesona kepada pedagang permen kapas berwarna pink yang lewat. Dan meskipun bersungut-sungut serta mengejek Keyna yang kekanak-kanakan, Davin akhirnya keluar dan membelikannya untuk Keyna.

Keyna tersenyum dan menatap Jason, “Dia berusaha bersikap sangat baik untukku.” Keyna teringat betapa Davin sudah benar-benar merubah sikapnya kepadanya, dan itu membuat hatinya hangat.

Jason  menatap  Keyna  dengan  tatapan  menyelidik,

“Apakah kau pernah ingin punya kakak lelaki sebelumnya?”

“Tentu saja. Selama ini aku hanya hidup berdua dengan ayahku, kadang aku ingin tinggal di keluarga besar.” Keyna menatap Jason, berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk bertanya mengenai lagu itu, “Jason… Aku ingin bertanya.”

“Tentang apa?”

“Tentang lagu yang ada di pemutar musik milikmu yang kau berikan padaku di malam berhujan petir itu…” Keyna merasakan jantungnya berdegup, “Aku… Aku pernah merasa mendengarnya dalam mimpiku.”

“Mimpi?” Jason nampak tertarik.

“Ya… Aku sering bermimpi… Mungkin itu ingatan samar…atau entahlah… Aku masih sangat kecil waktu itu dan aku mungkin menyimpan kenangan itu dalam-dalam karena terlalu menakutkan.” Keyna menatap Jason dengan bingung, “Aku bahkan tidak tahu itu mimpi atau kenyataan.”

“Mimpi tentang apa?”

“Tentang hujan badai dan petir… Aku menangis ketakutan, lalu ada seorang anak lelaki datang… Dia… Dia menyanyikan lagu yang sama dengan yang ada di pemutar musikmu…” Keyna menelan ludah, “Dan baru kusadari kalau mungkin saja mimpi itu adalah kenangan tentang kejadian nyata.”

“Lagu di pemutar musikku adalah lagu klasik lama, Keyna, aku mencoba memainkannya dengan versi biola… Judulnya Lullaby…”

Keyna menatap ragu, “Anak lelaki kecil di mimpiku juga menyanyikan lagu itu…”

“Itu semacam lagu pengantar tidur.” tatapan Jason tampak aneh. “Apakah kau sama sekali tidak ingat tentang anak lelaki kecil itu? Sama sekali?”

“Aku punya ingatan samar.” Keyna mengangkat bahunya sedih, “Bahkan seperti kubilang tadi… Aku tidak yakin apakah itu benar-benar ingatan samar, atau hanya mimpi…”

Jason tampak akan mengatakan sesuatu, tetapi kemudian mengurungkan niatnya karena Davin dan Erland datang mendekat.

Davin menyerahkan permen kapas yang sangat besar dan berwarna pink itu kepada Keyna, “Aku tahu kau menginginkannya.” Davin bergumam kaku.

Keyna menerimanya dengan senang, ditatapnya Davin penuh rasa terima kasih, “Terima kasih Davin, aku senang sekali.”

Davin hanya menggumam tak jelas, lalu duduk di sebelah

Keyna.

“Permainan apa lagi yang akan kita mainkan?” Dia melirik jam tangannya. “Kita masih punya banyak waktu.”

Keyna menoleh ke sekeliling, lalu menunjuk permainan berperahu melewati wahana air terjun yang berkelak-kelok,
“Sepertinya itu menyenangkan.”

“Tapi kita akan basah.” kening Davin sedikit berkerut, tetapi kemudian lelaki itu tersenyum, “Tapi sepertinya itu layak dicoba.”

♠♠♠

“Mereka terus mengiringinya, kita harus menunggu sampai dia terpisah dari ketiga laki-laki itu.”
Anak buahnya melapor kepadanya. Membuatnya mengkerutkan dahi. “Keyna bersama Davin, Jason dan Erland?”

“Ya.”

Dia mengerutkan dahinya. Jason… Terutama Jason. Lelaki itu sepertinya punya insting bahwa Keyna dalam bahaya. Dia telah sangat mengganggu rencananya dari kemarin, dengan menjemput dan menjaga Keyna ketika pulang kampus. Mungkin kalau ingin penculikannya terhadap Keyna berhasil, dia harus menyingkirkan Jason duluan.

“Ikuti terus. Tunggu sampai semua lengah dan Keyna terpisah dari mereka.”

“Baik,” anak buahnya membungkukkan tubuh dan melangkah pergi.

♠♠♠

Mereka benar-benar basah akibat permainan itu. Air muncrat dimana-mana membasahi pakaian dan rambut mereka, tetapi permainan itu benar-benar menyenangkan hingga mereka tertawa-tawa ketika turun dari perahu.

“Aku harus ke kamar mandi.” Keyna menoleh ke arah kamar mandi tak jauh dari situ. Ada area khusus untuk kamar ganti dan kamar mandi perempuan. “Di situ.”

Davin masih berusaha mengusap rambutnya yang basah, begitupun Jason dan Erland yang sibuk menghenta-hentakkan sepatu mereka yang basah.

“Hati-hati Keyna, kami menunggu di sini ya,” gumamnya sambil lalu.

Dan Keyna pun berjalan ke arah kamar mandi itu.

Kamar mandi itu sepi. Mungkin karena sudah menjelang sore dan orang-orang sibuk bermain. Keyna berdiri di depan kaca besar dan mencuci tangannya di atas wastafel.

Seorang perempuan berpakaian rapi ada di sebelahnya. Keyna mengernyit, pakaiannya terlalu rapi untuk bermain ke taman hiburan… Tetapi Keyna menggelengkan kepalanya dan mengusir pemikirannya. Setiap orang punya selera sendiri-sendiri, mungkin perempuan ini merasa nyaman berpakaian seperti itu.

 “Nona?”

Sapaan perempuan berpakaian rapi itu membuat Keyna mengernyit, dia menolehkan kepalanya.

“Ya?”

Perempuan itu tersenyum, “Maaf ya.” Lalu sebuah jarum suntik di tusukkan di tubuhnya. Keyna masih sempat terperangah dan terkejut, sebelum kemudian matanya berkunang-kunang dan kesadarannya hilang.

♠♠♠

Perempuan berpakaian rapi itu menarik kursi roda lipat yang sudah disiapkan di kamar mandi. Lalu meletakkan tubuh mungil Keyna yang tak sadarkan diri di sana. Dipakaikannya kacamata hitam besar, dan kain untuk menutup kepalanya, serta selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia mendorong kursi roda itu keluar, ke arah keramaian. Tidak ada yang curiga. Dia melirik ke arah tiga lelaki yang bersama Keyna tadi. Ketiga lelaki itu sedang bercakap-cakap dan membelakanginya.

Dengan cepat dia mendorong kursi roda itu dan membawa Keyna menjauh. Begitu berada di tempat aman dan tidak terjangkau, dia mengangkat ponselnya dan menelepon.

“Ya?” suara di seberang sana menyahut cepat.

“Aku sudah mendapatkannya.”

“Bagus.” ada senyum di suara itu. “Bawa ke tempat yang sudah ditentukan.”

♠♠♠

Ketika mereka lama menunggu dan Keyna tak kunjung keluar, Davin mulai curiga. Dia melirik Jason dengan gelisah. Melempar tatapannya ke arah kamar mandi perempuan itu.

Orang -orang lalu lalang dan keluar masuk, tetapi tidak ada Keyna di sana.

Jason sendiri mulai menyadari ada yang tidak beres.

Tatapannya menajam. “Kita sudah menunggu terlalu lama,” gumamnya.

“Mungkin Keyna sedang sakit perut atau apa?” Erland berusaha menenangkan teman-temannya.
Tapi Davin menghela napas tak sabar, dia mengambil ponsel dan menelepon nomor Keyna. Wajahnya memucat.

“Ponselnya tidak aktif.”

Dengan gerakan cepat dia melangkah ke arah kamar mandi perempuan itu. Tidak dipedulikannya seruan-seruan para perempuan yang sedang ada di sana.

“Maafkan saya.” Davin menatap panik ke sekeliling ruangan. “Adakah yang melihat adik saya di sini?”

Tetapi Keyna tidak ada. Pintu kamar mandi itu terbuka. Kosong. Dan hanya ada dua orang perempuan tak dikenal di depan wastafel, menatapnya mencela karena berani-beraninya melongok ke kamar mandi khusus perempuan.

Davin bergegas keluar, menghampiri Jason dan Erland, jantungnya berdebar kencang, “Keyna tidak ada di kamar mandi itu. Dia tidak ada di mana-mana!”

♠♠♠

Tubuh Keyna yang tak sadarkan diri dibaringkan di atas ranjang.

Dia mengamati Keyna, lalu menoleh ke arah anak buahnya. “Kapan dia akan sadar?”

“Mungkin sekitar satu atau dua jam lagi.”


Dia tersenyum, “Bagus. Kau tunggui dia di sini. Begitu dia sadar, hubungi aku. Aku ingin ada di sini ketika dia membuka matanya.”



SWEET ENEMY - SANTHY AGATHA - BAB 9

4 comments:

  1. Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
    Bonus Deposit Member Baru 100.000
    Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
    Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
    Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
    Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
    Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis

    ERTIGA POKER
    ERTIGA
    POKER ONLINE INDONESIA
    POKER ONLINE TERPERCAYA
    BANDAR POKER
    BANDAR POKER ONLINE
    BANDAR POKER TERBESAR
    SITUS POKER ONLINE
    POKER ONLINE


    ceritahiburandewasa

    MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
    KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
    CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT

    ReplyDelete