Monday, September 7, 2015

Celebrity Wedding - Part 23

The Cats Are Out Of The Bag
HP Revel berbunyi dan dia tdk perlu melirik caller ID untuk tahu bahwa itu adalah Ina. Dia
ingin menjelaskan apa yg sedang terjadi dgn dirinya kepada Ina, tp dia tdk tahu bagaimana
mengatakannya tanpa membuat Ina mengamuk. Dia sudah tahu sifat wanita, pada
umumnya mereka tdk mungkin mengizinkan suami2 untuk menolong mantan pacar yg
sudah merusak nama baik suami mereka dgn tangan terbuka, walau mantan pacar itu
sedang mengalami kesulitan sekalipun.
Lagipula apa yg sedang dia lakukan untuk Luna sifatnya hanya sementara. Hanya dirinya, om
Danung, dan Jo yg tahu tentang itu dan dia tahu bahwa staf rumah sakit akan menjaga
privasi mereka klo tdk mau dituntut oleh om Siahaan. Maka dari itu dia yakin image-nya,
juga image perkawinannya dgn Ina, akan tetap terjaga dgn baik. Itu alasannya dia memilih
untuk diam saat ini. Dia akan memikirkan suatu alasan yg meyakinkan yg dia bisa berikan
kepada Ina atas status AWOL-nya. Dia masih tdk tahu alasan apa yg akan dia kemukakan, tp
yg jelas itu tdk akan menyangkut nama Luna sama sekali.
Pada hari pertama sampai di Jakarta, Luna langsung menelponnya dan meminta bantuannya
sambil menangis tdk keruan. Sperti Revel, Luna adalah anak tunggal yg juga berasal dari
keluarga broken home, bedanya adalah setidak2nya Revel slalu bisa mengandalkan
mamanya untuk menolongnya. Luna tdk bisa mengandalkan siapa2. Papa Luna sudah
menikah lagi dan punya keluarga baru di Jerman dan menurut Luna, mama tirinya tdk
pernah suka atau peduli dgnnya. Parahnya lagi, papa Luna tdk berusaha menentang
pendapat mama tirinya yg mengatakan bahwa mereka bersedia menerima Luna untuk
tinggal selama beberapa bulan, tp tdk secara permanen. Mereka berpikir bahwa status Luna
sebagai ibu tunggal akan berpengaruh buruk kepada adik2nya yg jauh lebih muda daripada
Luna.
Hubungan Luna dgn mama kandungnya juga tdk baik smenjak Luna memilih membesarkan
Raf daripada menggugurkannya, dgn begitu Luna dinilai sudah mempermalukan keluarganya
di depan seluruh Indonesia. Klo soal teman, Luna memang slalu dikelilingi dan dicintai
fansnya, tp dia tdk pernah punya teman baik yg bisa dia andalkan. Luna adalah tipe orang yg
slalu sibuk dgn dirinya sendiri sehingga kurang peduli pada orang lain, dan sekarang ketika
dia memerlukan bantuan orang lain, tdk ada satupun yg bisa membantunya, selain Revel.
Revel teringat akan percakapannya dgn Luna hari itu. Awalnya Luna memang meminta
bantuan Revel secara baik2, tp ketika dia merasa bahwa Revel akan menolak, dia mulai
merengek, dan ketika ini tdk juga membuahkan hasil, dia mulai menyalahkan Revel atas
keadaannya sekarang.
Klo saja Revel menerima tuduhan ini sbelum dia mendengar cerita mama tentang
pernikahannya dgn papa, Revel mungkin akan langsung menutup telpon tanpa merasa
bersalah sama sekali. Tapi kini.. dia tdk bisa melakukan itu. Secara tdk langsung dia memang
bersalah. Karena sikapnya yg dingin dan tdk pernah menghargai Luna sewaktu mereka
pacaran, Luna mencoba mencari perhatian dari laki2 lain dan akhirnya mencari kehangatan
diatas tempat tidur Dhani, yg mengakibatkannya hamil, sementara Dhani tdk mau
bertanggungjawab. Seakan2 itu belum cukup membuat Revel merasa bersalah, Luna
mengeluarkan bazokanya dgn mengatakan bahwa bayinya, Rafael, lahir dgn antibodi yg
dibawah rata2. Suatu efek samping yg Revel yakin berasal dari semua narkoba dan miras yg
dikonsumsi oleh Dhani stiap harinya. Dgn penyakitnya, Raf jd gampang jatuh sakit. Raf
memerlukan pengobatan dan Luna tdk punya cukup uang dan energi untuk melakukannya
sendiri. Pernyataan terakhir inilah yg membuat Revel tdk mampu menolaknya.
Revel sudah mencoba berbicara baik2 dgn Dhani, memintanya agar bertanggungjawab, tp
sayangnya pesan Dhani cukup jelas ketika Revel menemuinya atas permintaan Luna. Dhani
betul2 tdk mau bertanggungjawab atas bayinya. Dia mengatakan bahwa dia bukanlah
satu2nya laki2 yg tidur dgn Luna selama dia pacaran dgn Revel. Pernyataan ini langsung
dibalas dgn beberapa tonjokan yg cukup keras dari Revel. Klo bukan karena Jo yg menarik
Revel agar menjauhi Dhani yg pada saat itu sudah terkapar di lantai kelab dgn darah mulai
mengalir dari hidungnya, Revel mungkin sudah meringkuk di penjara karena membunuh
orang.
"Gue tahu klo lo masih marah sama gue karena lo ngerasa gue sudah ngerebut Luna dari
elo, tp sperti yg gue sudah bilang sebelumnya, hubungan kalian sedang hiatus waktu gue
dan Luna mulai dating, jd pada dasarnya dia fair game. Tp klo inilah alasan knapa lo nggak
mau mengakui anak lo sendiri, sebagai balas dendam lo terhadap gue dgn mengimplikasikan
gue untuk disalahkan sebagai laki2 yg sudah menghamili Luna, juga Luna karena dia sudah
memilih gue daripada elo, gue cuma mau lo ingat bahwa akhirnya Luna kembali ke elo. Gue
minta maaf karena sudah jd orang ketiga di dalam hubungan kalian, tp gue minta ke elo
Dhan, tolong lo urus Luna dan anak lo. Mereka memerlukan elo."
Setelah puas dgn pidatonya dan yakin bahwa Dhani sudah mendengarnya, Revel
meninggalkan kelab dimana Dhani sedang berkumpul dgn teman2 band-nya. Dalam
perjalanan keluar dari kelab, Revel melihat securit kelab sedang menuju kearahnya,
mungkin mereka bermaksud membawanya ke kantor polisi dgn tuduhan sudah memukuli
orang sampai babak belur, tp mereka membiarkannya berlalu begitu melihat tatapan
matanya. Revel yakin bahwa tatapannya sudah sperti anak setan, tp dia terlalu marah dan
tdk peduli.
"Dude, what the hell was that?" teriak Jo ketika mereka berada dipelataran parkir kelab.
Tanpa menghiraukan Jo, Revel langsung masuk ke dalam mobilnya, dan stelah Jo masuk ke
kursi penumpang disampingnya, dia langsung tancap gas.
"Rev, lo bilang lo cuma bakal ngomong saja sama Dhani, bukannya mukulin dia sampai
babak belur begitu."
Revel tdk membalas omelan Jo, dia hanya ngebut menuju Kebayoran, tempat Jo tinggal. Dia
melihat Jo mengeluarkan HP dari kantong jinsnya.
"Lo telpon siapa?" tanya Revel.
"Om Danung. Gara2 elo, dia harus bangun malam2 begini untuk membereskan masalah lo,"
balas Jo. "Selamat malam, om," lanjut Jo pada HP-nya.
"What do you think you're doing?" teriak Revel sambil berusaha merebut HP Jo.
Jo hanya mengangkat tangan kanannya dan menghalangi tangan Revel dari merebut HP
sbelum kemudian memindahkan HP itu ke telinga kirinya dan langsung membeberkan apa
yg baru saja terjadi kepada om Danung yg tentu saja langsung minta bicara dgn Revel.
Satu2nya hal yg membebaskan Revel dari omelan manajernya adalah karena dia sedang
nyetir. Stelah menutup telpon dan menatap wajah Revel yg gelap dan penuh kemarahan, Jo
berkata, "You're welcome."
"For what?" bentak Revel ganas.
"For saving your ass," balas Jo tdk kalah ganasnya. Kemudian dgn nada lebih pelan, "Gue
nggak ngerti sama elo, Rev. Knapa lo sekali lagi jeopardizing karier dan image lo di mata
publik yg selama beberapa bulan belakangan ini sudah kembali flawless, cuma gara2 Luna.
Apa sih yg dia punya yg bikin elo jd kayak begini?"
Melihat Revel masih terdiam, Jo mengembuskan napasnya sbelum melanjutkan, "You better
pray bahwa Dhani nggak akan membawa lo ke pengadilan, bahwa om Danung dan om
Siahaan bisa membujuk Dhani supaya nggak menuntut. Lo beruntung bahwa lo ngegebukin
Dhani di private room jd nggak ada saksi kecuali teman2 band Dhani, tp jgn harap bahwa
lain kali lo bisa seberuntung ini. Lo harus lebih bisa kontrol emosi, man."
Revel masih berdiam diri, tp kali ini bukan karena kemarahan, tp karena rasa bersalah. Jo
benar, dia tdk seharusnya menyerang Dhani sperti itu. Sejujurnya, awalnya dia memang
hanya ingin berbicara baik2 dgn Dhani, tp kemudian dia melihat bahwa anak ingusan itu
sedang mencium wanita yg Revel yakin adalah seorang PSK dan begitu saja dia kehilangan
kesabarannya.
"Omong2, apa Ina nggak cemburu dgn segala perhatian yg lo berikan kepada Luna?" tanya
Jo.
Revel tetap tutup mulut, tp melihat pergerakan pada rahang Revel, Jo langsung berteriak,
"Oh shit!!! Jangan bilang ke gue klo lo belum jelasin keadaan ini ke Ina?"
"Just shut up okay?"
Jo terdiam sejenak sbelum berkata, "Rev, gue tahu klo lo lebih tua dari gue dan gue belum
pernah menikah, jd mungkin nasihat gue nggak ada artinya, but I'm gonna say it anyway. Klo
niat lo menolong Luna memang baik, knapa lo harus merahasiakannya dari istri lo? Ina
berhak tahu."
Alih2 membalas, Revel semakin tancap gas. Jo tdk mengatakan apa2 lagi sepanjang
perjalanan menuju rumahnya.
Tentu saja Luna langsung menangis tersedu2 ketika Revel memberitahunya tentang
rangkuman dari pertemuannya dgn Dhani. Melihat kesedihan Luna, Revel mengucapkan
janji kepadanya bahwa dia akan berusaha membantunya sebisa mungkin. Bagaimana
semuanya bisa berakhir serumit ini, dia tdk tahu. Dia betul2 harus menyelesaikan masalah
ini secepatnya agar dia tdk perlu menghindari Ina lagi. Belum 2hari dia tdk berbicara dgn Ina
dan dia sudah mau gila rasanya. Dia tdk tahu apa yg akan dia lakukan klo Ina
meninggalkannya, sesuatu yg Revel yakin akan dilakukan Ina klo dia sampai tahu apa yg
sedang dilakukan Revel sekarang.
Selama 2hari Revel main kucing2an dgn istrinya, dan itu membuat kemarahan Ina semakin
menjadi. Akhirnya pada hari ketiga dan Revel masih menghilang tanpa kabar, Ina menelan
harga dirinya dan menelpon ibu Davina untuk menanyakan apakah Revel menginap di
rumahnya. Stelah mendengar ibu mertuanya berkata tdk dan sbelum beliau bisa bertanya2
lebih lanjut, Ina sudah menutup telpon itu. Dia kemudian menelpon beberapa orang
lainnya. Orang2 tersebut termasuk pak Danung, Jo, dan semua anggota bandnya Revel, Sita,
hingga pak Siahaan, tp tdk satupun orang yg tahu keberadaan Revel, atau mungkin tdk mau
memberitahu dimana Revel berada. Dia mencoba menenangkan diri dan berangkat kerja, tp
semua usahanya buyar ketika dia menghentikan mobilnya di lampu merah dalam perjalanan
menuju kantor. Seorang pedagang koran melewati mobilnya sambil memamerkan sebuah
tabloid dgn headline REVEL DAN LUNA KEMBALI BERSAMA. Ina tdk pernah membaca
tabloid, apalagi membelinya di lampu merah, tp kali ini dia langsung menurunkan jendela
mobilnya dan membeli tabloid itu. Sbelum pedagang koran sadar siapa dirinya, dia sudah
menutup jendela mobil.
Dibawah headline, Ina melihat 3foto yg kelihatannya diambil dgn sembunyi2 karena
gambarnya agak kabur. Meskipun begitu, foto2 itu cukup jelas menunjukkan identitas Revel,
Luna dan anaknya. Ina membaca beberapa kalimat yg tertera dibawah foto tersebut, yg
menerangkan bahwa foto2 itu diambil diarea sebuah rumah sakit. Foto pertama
menunjukkan mereka baru keluar dari bangunan rumah sakit; foto kedua, mereka sedang
berjalan menuju parkiran; dan foto ketiga, Revel menggendong anak Luna dan membantu
Luna masuk ke dalam Range Rover-nya. Ina langsung tdk bisa bernapas. Selama beberapa
menit dia hanya bisa menatap tabloid itu. Hal pertama yg muncul di kepalanya adalah, "Oh,
my God" dan yg kedua adalah, "Why?" Dia masih berusaha menjawab pertanyaan ini ketika
bunyi klakson yg cukup keras menyadarkannya. Ternyata lampu lalu lintas sudah hijau. Ina
menyumpah sambil melemparkan tabloid itu ke kursi penumpang dan tancap gas.
Ina tdk tahu bagaimana dia bisa sampai di kantor, tp tahu2 dia sudah berada dipelataran
parkir bangunan kantor. Sambil mengistirahatkan kepalanya pada setir, Ina mencoba
berpikir apa yg harus dia lakukan. Mencurigai bahwa suami kita ada main dgn perempuan
lain adalah satu hal, dan adalah hal yg sangat berbeda untuk mendapat konfirmasi bahwa
suami kita MEMANG ada main dgn perempuan lain. Oh! Betapa memalukannya ini semua.
Apa yg akan dipikirkan semua orang tentangnya? Bahwa dia adalah satu lagi wanita yg
berusaha mengikat Revel, tp gagal? Parahnya lagi adalah dia sudah menikahi Revel, itu brarti
kegagalannya dua kali lipat, dia sudah gagal sebagai seorang istri. Apa yg Marko, pak
Sutomo, dan semua orang kantor akan pikirkan tentangnya? Ina menahan diri agar tdk
menggeram ketika memikirkan apa yg akan disimpulkan keluarganya tentang keadaan ini.
Mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk menguncinya di ruang bawah tanah
selama sisa hidupnya karena sekalinya dia diperbolehkan membuat keputusan sendiri tanpa
berkonsultasi dgn mereka terlebih dahulu, semuanya berakhir sperti ini.
Deringan HP membuyarkan pikirannya. Nama kak Mabel terpampang pada layar. Ina
menarik napas dan berharap bahwa kakaknya yg tdk pernah membaca tabloid itu belum
melihat foto Revel dan Luna, tp harapannya punah ketika Ina mengangkat telpon dan kak
Mabel langsung berteriak sekencang2nya, "What the hell is that bastard trying to do to
you?" Ina tdk perlu jd astronot supaya mengerti siapakah "bastard" yg dimaksud kak Mabel.
Dan Ina tdk tahu bagaimana dia melakukannya, tp tanpa dia sadari, kata2 mulai meluncur
keluar dari mulutnya. Inti dari kata2 tersebut adalah bahwa dia tahu persis hubungan Revel
dan Luna, dan bahwa tabloid itu hanya menggembar-gemborkan hubungan yg tdk lebih dari
skedar teman antara Revel dan Luna. Kak Mabel jelas2 tdk percaya dgn kata2 adiknya ini,
karena 5menit kemudian Ina menerima telpon dari mama dan papa, yg dgn suara setenang
mungkin menanyakan apakah Ina tahu menahu tentang hubungan Revel dan Luna.
Telpon selanjutnya datang dari kak Sofia yg diberitahu oleh kak Mabel tentang foto di
tabloid itu. Kakak keduanya ini ingin memastikan bahwa Ina baik2 saja, karena klo tdk dia
akan langsung terbang ke Jakarta saat itu juga. Sesi introgasi keluarganya diakhiri oleh
telpon dari kak Kania yg bertanya, "What the hell is going on?" Dan sekali lagi Ina
memberikan penjelasan yg sama. Ketika Ina menutup telpon dari Kak Kania, dia rasanya
sudah mau menangis. Rasa kesal pada Revel yg dia sudah coba pendam selama beberapa
hari ini, meledak. Dia perlu berbicara dgn seseorang, dan satu2nya orang yg terlintas
dikepalanya adalah Tita.
"Where are you?" tanya Tita stelah mendengar suara Ina yg terdengar sperti orang yg sudah
siap menangis.
"Di kantor," jawab Ina lemah.
"Stay here. I'm coming to get you." Dan Tita langsung menutup telpon.
***
Sejam kemudian Ina menemukan dirinya berada di kamar tidur tamu di rumah Tita. Samar2
dia mendengar suara Tita yg memberitahu Helen bahwa Ina ada emergency dan tdk bisa
datang ke kantor hari ini. Ina memikirkan beberapa email dari klien yg blm dijawab, tp dia
tdk tahu dimana tas kantornya berada, sehingga dia tdk ada akses ke Blackberry-nya. Dia
melihat Lukas menatapnya dari ambang pintu yg stengah terbuka dgn wajah ingin tahu.
Bahkan anak sekecil dia bisa tahu klo ada yg salah. Ina ingin mengatakan kepadanya bahwa
semuanya baik2 saja, tp dia tdk ada energi untuk melakukannya.
Kemudian Tita muncul dan menggiring Lukas pergi, dgn mengatakan, "Jangan ganggu, tante
Ina lagi sakit". Itulah kata2 yg digunakan Tita. Apakah aku kelihatan sperti orang sakit? Pikir
Ina. Oh, who cares?! teriak Ina dalam hati. Yg dia inginkan adalah tidur dan berharap ini
semua hanyalah mimpi buruk.
***
Sekali lagi Revel mencoba menghubungi HP Ina, tp panggilannya dibiarkan tdk terjawab. Dia
sudah mencoba menghubungi Ina smenjak dia menerima telpon dari om Danung tentang
foto di tabloid itu. Dia mencoba menelpon kantor Ina, tp mereka bilang Ina on emergency
leave dan Revel tdk perlu jadi seorang jenius untuk mengerti jenis "emergency" apa yg
mereka bicarakan. Sekarang sudah jam satu siang, brarti tabloid dgn fotonya dan Luna
sudah menyebar dipasaran sperti kebakaran hutan. Shit, darimana wartawan tabloid itu bisa
mendapatkan fotonya dan Luna?
Revel tahu bahwa meskipun tatapan Jo menempel pada layar TV, tp dia mendengarkan
pembicaraan telponnya. Dia harus menginap di apartemen Jo tadi malam, karena dia tdk
berani pulang kerumah, dan meskipun temannya itu mau memberikannya tempat tinggal,
tetapi smenjak kemarin sikapna dingin padanya.
"Jo, whatever it is yg lo sedang pikirkan tentang gue, just spit it out."
"Lo nggak mau tahu apa gue sedang pikirkan," balas Jo tanpa mengalihkan perhatiannya
dari layar TV.
"Gue tahu lo marah sama gue..."
"Dude.. kata 'marah' bahkan tdk cukup menggambarkan apa yg gue rasakan terhadap elo
sekarang. I feel like breaking your neck right now."
"Karena gue sudah merahasiakan hubungan gue dgn Luna?"
"Karena lo bikin gue harus pura2 nggak tahu tentang hubungan lo dgn Luna di depan istri lo,
yg by the way is the nicest woman I have ever met, in case you didn't know."
"I know that."
"Then why are you doing this to her, man?"
Revel menyentuh pelipisnya dgn jari2nya. Kepalanya rasanya sudah mau pecah. "Karena gue
brengsek," ucap Revel.
Untuk pertama kalinya dia mengakui bahwa apa yg dia lakukan untuk Luna, meskipun dgn
niat baik, adalah suatu kesalahan karena dia telah merahasiakan hal tersebut dari Ina.
Sebagai seorang istri, Ina berhak tahu hal2 apa saja yg dilakukan oleh suaminya, dan sebagai
seorang suami, dia tdk seharusnya menyembunyikan apa2 dari Ina, apapun alasannya. Revel
sadar bahwa semua alasan yg dia kemukakan sebelumnya adalah bullshit.
"Superbrengsek. Tapi Ina cinta sama elo, dan lo sebaiknya berdoa bahwa cintanya terhadap
lo lebih besar daripada kesalnya dia sama elo," balas Jo.
Revel tdk menghiraukan komentar Jo yg trakhir dan menelpon rumah. Menunggu hingga
telpon itu diangkat, Revel memikirkan siapakah yg membocorkan jadwal pertemuan Luna
dgn dokternya Raf. Telpon itu diangkat oleh Sita yg menginformasikan bahwa dia belum
melihat Ina smenjak kemarin, sbelum kemudian mengatakan, "Elo tuh brengsek banget, do
you know that?" Selanjutnya Revel menelpon mama yg langsung menyemprotnya dgn, "Klo
mama tahu kmu akan jd laki2 sperti ini, mama nggak perlu jauh2 kirim kmu sekolah ke
Amerika.."
"Is she with you?" tanya Revel, memotong sindiran mamanya.
"No, she is not with me. Of all the stupid things, Revel.."
Revel langsung memutuskan sambungan itu. Dia tdk ada waktu untuk mendengar ceramah
mama saat ini. Sekali lagi Revel memutar otaknya. Logikanya mengatakan bahwa Ina pasti
pergi ke rumah orangtuanya, tempat dimana dia bisa mendapatkan dukungan penuh dari
keluarga, tp gut feelingnya mengatakan bahwa orangtua Ina adalah tempat trakhir kemana
Ina akan pergi mencari perlindungan. Arrrgggh! Dia perlu menjelaskan apa yg sedang terjadi
kepada Ina, tp bagaimana dia bisa menjelaskan klo dia bahkan tdk bisa berbicara dgnnya?
Kemudian dia ingat bahwa hanya ada 1orang yg Ina akan temui klo dia mengalami masalah,
dan tanpa memedulikan bahwa teman baik istrinya itu tdk pernah suka padanya, Revel
langsung menghubunginya.
Revel sudah mengantisipasi bahwa Tita tdk akan mengangkat telpon klo dia tahu telpon itu
datang darinya, oleh karena itu dia langsung menghubungi telpon rumahnya. Dia agak
terkejut ketika Reilley yg mengangkat telpon, tp dia bersyukur bahwa itu bukan Tita. Reilley
adalah seorang laki2 dan seorang suami, maka Revel berharap bahwa dia akan lebih bisa
mengerti posisinya daripada Tita.
"Hey man, it's Darby. I didn't know you're home," ucap Revel.
"Yea, just for the week, flying off tomorrow to Tokyo," jelas Reilley.
Revel bersyukur bahwa Reilley tdk langsung menutup telpon ketika mendengar suaranya.
"Right," sambung Revel dan dia terdiam selama beberapa detik sbelum akhirnya bertanya,
"is my wife there?"
Kehangatan langsung menyelimutinya ketika dia mendengar dirina mengucapkan kata2 "my
wife" dan untuk pertama kalinya dia sadar bahwa dia ingin mengucapkan 2kata itu berkali2
selama orang yg dimaksud adalah Ina.
Reilley tdk langsung menjawab pertanyaan itu, tp akhirnya dia berkata dgn nada berbisik,
"Yes, she's here."
Revel menghembuskan napas lega. Setidak2nya dia tahu bahwa Ina aman. Kemudian
samar2 dia mendengar suara Tita yg diikuti oleh suara Reilley yg lebih jelas.
"It's Revel, babe.."
Revel tdk bisa mendengar jelas apa yg dikatakan oleh Reilley selanjutnya. Samar2 terdengar
suara orang berbicara dgn sedikit teredam, sperti ada yg meletakkan telapak tangan diatas
mikrofon telpon dan sejenak kemudian dia mendengar suara Tita.
"What do you want?" tanyanya dgn nada yg sama sekali tdk ramah.
"Halo, Ta. Saya perlu bicara dgn Ina," jawab Revel dgn suara setenang mungkin, meskipun
hatinya jauh dari kata tenang.
"I can't allow you to do that."
Revel sudah menyangka bahwa inilah yg akan dikatakan Tita padanya. Dia bahkan bertanya2
kapan teman baik istrinya ini akan mulai melontarkan kata sumpahan padanya.
"Please Ta, saya cuma mau menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi."
"Over my dead body," ucap Tita.
"Klo kmu nggak memperbolehkan saya berbicara dgn dia, saya akan datang kesana."
"Silakan saja, tp saya tetap nggak akan memperbolehkan kmu masuk," tantang Tita sbelum
kemudian sambungan itu diputuskan.
Tanpa pikir panjang lagi Revel langsung meraih kunci mobilnya. Dia akan pastikan bahwa dia
akan berbicara dgn Ina, tdk perduli bagaimana caranya. Tp sbelumnya, dia harus
menyelesaikan penyebab utama knapa dia berada di dalam situasi ini to begin with.
"Where are you doing?" teriak Jo ketika melihat Revel bergegas menuju pintu.

"Out," balas Revel.


Celebrity Wedding - Part 24

No comments:

Post a Comment